I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
I. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap manusia hidup mempunyai cara-cara tersendiri dalam memperoleh kehidupannya. Pola

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan sesuatu yang akan membantu dan menunjang kehidupannya,

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi yang semakin maju ini teknologi serba modern dan canggih, banyak hal telah

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Negeri Medan sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. diferensiasi social yang tercipta dari relasi konsumsi. 1 Konsumsi pada era ini

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB V KESIMPULAN. maupun hasrat belanja seseorang. Sistem belanja digital telah disuguhkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat jasmani maupun rohani. Kebutuhan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

REISHANI MARHA SHAFWATI, 2015 PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME DIKALANGAN PELAJAR

III. METODE PENELITIAN. penelitian berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2010:36). Tipe penelitian ini

BAB I PENDAHUUAN. dilaksanakan secara praktis tanpa harus bertemu. Komunikasi yang. adalah melalui internet yang dikenal dengan belanja online.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

3 Sumber: pada 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. sosial (misalnya, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dll) yang. Tingkat akses internet didominasi oleh situs-situs jejaring

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari BPS (Badan Pusat Statistik), menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian Jejaring Informasi Garage Sale di Kalangan Kaum

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. keramahtamahannya. Banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia yang merantau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Pada perkembangan yang pesat ini telah membawa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Yogyakarta dikenal banyak orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (untuk selanjutnya bisa disingkat dengan HIK) atau bisa disebut pula dengan

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya jaman maka kebutuhan. manusia pun turut berkembang. Tidak hanya kebutuhan sandang,

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Ummi Khozanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang terus memiliki kebutuhan untuk segera dipenuhi, selalu dalam batas kurang dan kurang, dan tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini. Secara prioritas, kebutuhan manusia itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang paling utama seperti, sandang, pangan, dan papan. Kedua, kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan yang berfungsi sebagai pelengkap. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun pemenuhan kebutuhan saat ini bergeser dari prioritas utama menjadi yang kedua, karena manusia cenderung memenuhi keinginannya terlebih dahulu. Saat ini kebanyakan orang mengonsumsi sesuatu bukan dari segi fungsionalnya, melainkan dari trend yang sedang berkembang. Seperti yang dikatakan Baudrillard (dalam Sutrisno, 2005:262) bahwa saat ini kita hidup dalam era dimana masyarakat tidak lagi didasarkan pada pertukaran barang dan materi yang berdaya guna, melainkan pada komoditas sebagai tanda dan simbol. Orang membeli makanan dan minuman bukan lagi semata-mata guna memenuhi kebutuhan dasarnya, namun hanya untuk sebuah harga diri. Sekarang manusia tidak lagi hanya membeli barang-barang, melainkan merek

2 ternama yang terkandung dalam barang tersebut. Ada kepuasan dan kebahagian tersendiri apabila telah mendapatkan apa yang diinginkan tanpa memperhitungkan nilai gunanya. Perilaku inilah yang kemudian disebut perilaku konsumtif. Baudrillard (dalam Martono, 2011:134) menyatakan bahwa masyarakat konsumsi tidak lagi digerakkan oleh tuntutan konsumen, melainkan oleh kapasitas produksi yang sangat besar, sehingga masalah-masalah yang timbul dalam sistem masyarakat konsumsi tersebut tidak lagi berkaitan dengan produksi melainkan dengan kontradiksi antara level produktivitas yang lebih tinggi dengan kebutuhan untuk mendistribusikan produk. Perilaku konsumtif didukung oleh arus globalisasi yang semakin canggih dan memudahkan manusia dalam memperoleh informasi. Kecanggihan teknologi juga turut membantu semakin menjamurnya perilaku konsumtif. Salah satunya adalah dengan adanya online shop. Melalui fasilitas tersebut semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi keinginanya tanpa harus repotrepot datang ke tempat barang tersebut dijual karena mereka bisa memperolehnya hanya dengan mengakses lewat internet. Revolusi yang diciptakan oleh konsumerisme di penghujung abad ke dua puluh adalah dengan berkembangnya mall, shopping centre, TV shopping, teleshopping, dan virtual shopping, telah mengubah konsep-konsep tentang pasar, ruang, waktu, diri, individu, komunitas, belanja, dan transaksi. Menjelang abad ke dua puluh satu, pasar konvensional berubah wujud menjadi super pasar atau hipermarket (Piliang, 2004:117).

3 Rasionalitas konsumsi dalam masyarakat konsumen telah jauh berubah, karena saat ini masyarakat membeli barang bukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan ( needs), namun lebih sebagai pemenuhan hasrat (desire). Kebutuhan mungkin dapat terpenuhi dengan mengonsumsi objek, namun hasrat justru tidak akan pernah terpenuhi (Martono, 2011:134). Pola konsumsi seperti ini terjadi hampir disemua lapisan masyarakat, meskipun dengan kadar yang berbeda. Konsumsi masyarakat modern bukan hanya berupa barang, namun juga jasa manusia dan hubungan antar manusia. Segala hal bisa menjadi objek konsumen. Bagi masyarakat konsumsi saat ini hampir tidak ada waktu tersisa untuk mengindarkan diri dari serbuan berbagai informasi yang berurusan dengan kegiatan konsumsi. Fenomena tersebut melanda sebagian besar wilayah dunia, saat ini juga sampai pada masyarakat Indonesia. Menurut Yasraf Amir Piliang (2004), fenomena menonjol dalam masyarakat Indonesia saat ini yang menyertai kemajuan ekonomi adalah berkembangnya budaya konsumerisme yang ditandai dengan berkembangnya gaya hidup. Perilaku konsumtif adalah suatu pola pikir serta tindakan dimana orang melakukan tindakan membeli barang bukan karena ia membutuhkan barang itu tetapi karena tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan bagi dirinya. Fenomena yang menonjol dalam masyarakat Indonesia saat ini, yang menyertai kemajuan ekonomi adalah berkembangnya budaya konsumsi yang ditandai dengan berkembangnya gaya hidup. Berbagai gaya hidup yang terlahir dari kegiatan konsumsi semakin beragam pada masyarakat perkotaan

4 Indonesia. Kalau dulu ada istilah yang populer dari Descartes, yakni Cogito ergo Sum: Aku berpikir maka aku ada, tetapi sekarang istilah yang populer adalah I shop therefore I am: Aku berbelanja maka aku ada. Menurut mukadis (1990:9) dalam bukunya Shopalik belanja itu nikmat, diungkapkan tentang pergeseran pola konsumtif masyarakat, yaitu: Kini dengan berbelanja telah bergeser dari sekedar memenuhi kebutuhan hidup menjadi ajang pemuas kenikmatan. Orang tak peduli lagi akan kegunaan barang yang dibeli tersebut. Segalanya diborong, segalanya dinikmati, entah karena gengsi atau karena nafsu memiliki. Setelah itu hati akan terasa lega. Kecenderungan semacam ini disebut shopalic, yang menyeruak dari berbagai motivasi. Mungkin karena stres atau lemah, dalam mengendalikan diri atau tergoda rayuan promisi berhadiah, atau juga karena tak berdaya menghadapi begitu banyaknya pilihan bahkan masih banyak sederet motivasi. Kecenderungan tersebut telah mengarah kepada kepedulian akan kemahalan. Hal ini merupakan fenomena yang tak terbantahkan Gaya hidup saat ini tidak hanya diikuti oleh kalangan artis atau orang-orang metropolis saja, tetapi sudah merambah ke seluruh pelosok-pelosok daerah. Perilaku konsumtif sudah menjadi budaya di kalangan remaja. Perilaku konsumtif ini terjadi pada remaja, baik remaja putra maupun remaja putri. Salah satunya dapat timbul melalui lingkungan sosial remaja, karena saat remaja lingkungan sosial atau lingkungan pergaulan remaja mempunyai pengaruh terhadap minat, sikap, pembicaraan, penampilan dan perilaku, yang lebih besar dibandingkan keluarga. Lingkungan sosial yang dimaksud pada penelitian ini adalah lingkungan dimana para remaja menghabiskan banyak waktu mereka bersama teman-temannya salah satunya lingkungan sekolah. Sekolah merupakan tempat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Berkembang pesatnya dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini telah

5 membawa berbagai perubahan. Salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia adalah Pesantren. Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan tradisional yang terus berkembang menjadi suatu lembaga pendidikian yang menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, menunjukkan bahwa peran pesantren sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Pada zaman dahulu lembaga pendidikan ini lebih banyak terdapat di pedesaan, namun sekarang pesantren juga terdapat di kota-kota besar. Salah satu pesantren yang berdiri di perkotaan adalah Pondok Pesantren Darul A mal yang berada di kota Metro, tepatnya di kecamatan Metro Barat, kelurahan Mulyojati. Pondok Pesantren Darul A mal didirikan oleh Alm. KH.Khusnan Musthofa Ghufron pada tahun 1987. Pendidikan yang ada di pesantren ini antara lain Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan SMK yang berkonsentrasi pada keilmuan komputer. Jumlah santri mukim Pondok Pesantren Darul A mal saat ini mencapai 1400 santri. Dalam lingkungan pesantren, santri selalu diajarkan untuk hidup sederhana. Konsep hidup sederhana dalam perspektif sosiologi sama dengan konsep islam, seperti zuhud dan qona ah. Zuhud berarti sifat ketidakpedulian terhadap dunia. Orang yang berlaku zuhud hatinya tidak akan terpengengaruh oleh kemewahaan dunia bagaimanapun bentuknya (Fatah, 1995:88). Qona ah artinya menerima apa yang ada atau menerima semua pemberian Allah dengan tangan terbuka dan senang hati, tidak menggerutu atau mengeluh meskipun pemberian itu tidak sesuai dengan yang diharapkan ( Fatah, 1995:92). Hal terpenting dalam penerapan pola hidup sederhana adalah suatu

6 sikap yang tidak berlebih-lebihan dalam mengonsumsi atau menggunakan sesuatu (tidak konsum tif), namun tetap menjunjung tinggi hidup hemat, mandiri dan berguna bagi orang lain. Santri Pondok Pesantren Darul A mal berasal dari berbagai kabupaten di provinsi Lampung, seperti Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang, Mesuji, dan ada juga yang berasal dari kabupaten-kabupaten di Sumatera Selatan. Mereka mempunyai status sosial yang berbeda, mulai dari kalangan bawah, menengah, hingga atas. Santri hidup bersama dalam suatu lingkungan pondok pesantren. Seiring berjalannya waktu, sulit dibedakan antara santri kalangan bawah, menengah, dan atas. Hal ini disebabkan karena sudah berbaurnya santri yang satu dengan yang lainnya. Pergaulan diantara mereka tentu membawa pengaruh satu dengan yang lain, termasuk cara hidup. Meskipun pesantren identik dengan kondisi yang terisolasi dari dunia luar dan memiliki akses ke dunia luar yang lebih sedikit, namun tidak menjamin bahwa siswa-siswi akan menjadi individu yang tidak konsumtif. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melakukan pra-survei di Pondok Pesantren Darul A mal, dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa santri mereka mengatakan bahwa ada beberapa santri yang dalam satu minggu menghabiskan uang lebih dari Rp.300.000 untuk jajan dan keperluan lainnya. Perilaku konsumtif tersebut dapat berpengaruh terhadap gaya hidup mereka. Santri dengan statusnya sebagai pelajar, setiap hari bergaul dengan temantemannya di sekolah masing-masing, termasuk teman sekolahnya yang di luar

7 pesantren. Berbagai modal dan gaya hidup para pelajar sangat bervariasi mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Hal ini bisa dilihat dari model pakaian, trend masa kini yang mereka kenakan. Keadaan di luar pondok pesantren seperti ini yang memungkinkan bisa merubah pola pikir atau gaya hidup santri. Gaya hidup santri pondok Pesantren Darul A mal dalam hal berpenampilan mengikuti aturan pondok, namun tetap mengikuti trend yang sedang berkembang saat ini. Alat komunikasi yang digunakan adalah handphone, meskipun mereka tidak boleh membawa handphone tetap saja mereka membawanya secara sembunyi-sembunyi. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan perilaku konsumtif dengan gaya hidup santri di pondok pesantren karena kehidupan santri di pesantren identik dengan kesederhanaan, namun seiring dengan perkembangan zaman banyak budaya baru yang berkembang di masyarakat, salah satunya budaya konsumerisme yang menyebabkan timbulnya perilaku konsumtif dan ada kemungkinan kehidupan di pesantren pun bisa terpengaruh dengan budaya tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah analisis tentang bagaimana hubungan perilaku konsumtif dengan gaya hidup santri di Pondok Pesantren Darul Amal.

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku konsumtif dengan gaya hidup santri di Pondok Pesantren Darul Amal. D. Manfaat Penelitian 1. Secara akademik Memberikan sumbangan pemikiran dan praktek ilmu sosiologi khususnya Sosiologi agama dan sosiologi ekonomi. 2. Secara Praktis Memberikan masukan pagi pondok pesantren dalam menjalankan mekanisme kontrol dan pengawasan serta pendidikan di Pondok Pesantren Darul A mal dari pengaruh perilaku konsumtif.