ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN NGAWI TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan pemerataan dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

Perekonomian Indonesia

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

BAB II URAIAN TEORITIS. pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ELASTISITAS JUMLAH PENDUDUK, PDRB DAN PAD TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik. Pembangunan ekonomi menurut Todaro dan Smith (2006) adalah suatu

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

I. PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI BENGKULU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI KABUPATEN NGAWI

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

ANALISIS PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINS I JAWA TIMUR TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Oleh : PENGARUH PENERIMAAN PAJAK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA WAHYU NUNING SUMARYANI S

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB II LANDASAN TEORI. pada satu tahun tertentu saja, melainkan memperlihatkan dan membandingkan

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMULUNG DAN PENGEPUL SAMPAH DI KABUPATEN NGAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Merdekawati dan Budiantara (2013) mengemukakan bahwa kemiskinan

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA DAN ANGKATAN KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN (Studi Kasus di Kota Semarang)

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber pendapatan daerah. DAU dialokasikan berdasarkan presentase tertentu

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN NGAWI TESIS Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah Oleh : HARI HANDOKO NIM. S. 4209065 PROGRAM PASCASARJANA STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN NGAWI Disusun oleh HARI HANDOKO NIM. S. 4209065 Telah disetujui oleh Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Evi Gravitiani, M.Si Drs. Mulyanto, ME NIP. 19730605 200912 2 001 NIP.19680623 1999302 1 001 Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Dr. JJ. Sarungu. Ms NIP. 19510701 198010 1 001 ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN NGAWI Disusun oleh HARI HANDOKO NIM. S. 4209065 Telah disejui oleh Tim Penguji Pada Tanggal : Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Tim Penguji Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Mengetahui Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan iii

HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Program Studi Konsentrasi : HARI HANDOKO : S4209065 : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya. Ngawi. Januari 2012 Tertanda HARI HANDOKO iv

P E R S E M B A H A N Kupersembahkan karya ini dengan tulus dan penuh rasa syukur kepada : Isteri dan anak-anakku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan doanya Kabupaten Ngawi Serta UNS Almamater yang selalu Aku Banggakan v

ABSTRAKSI Penelitian ini adalah bertujuan untuk menganalisa faktor faktor yang berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan, hal ini berarti bahwa prioritas Kebijakan Anggaran adalah didasarkan pada Rata rata pertumbuhan Belanja Pembangunan daerah yang lebih tinggi dari Rata rata Belanja Rutin selama 2005 sampai dengan 2010. Kontribusi sektoral, Sektor Pertanian masih mendominasi pada Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) di Kabupaten Ngawi yang diikuti oleh Sektor Perdagangan dan Jasa, Hotel dan Restoran dan sektor pelayanan. Hasil Estimasi menunjukkan bahwa Belanja Pembangunan dan Belanja Rutin berpengaruh positif dan negatif, akan tetapi kedua variabel statistik tersebut tidak berpengaruh secara signifikan dalam pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi. Kata Kunci : Belanja Pembangunan, Belanja Rutin, Pertumbuhan Ekonomi vi

ABSTRACT This Research is aimed to analyze factors which influence The Economic Growth in Ngawi Regency. The Economic Growth in Ngawi Regency is rising, meanwhile, in Budget Policy Priorities The Growth Rate of Development Expenditure is higher than The Routine Growth Rate Expenditure during 2005 to 2010. Sectoral contribution, The Agricultural Sector still dominates The Gross Regional Domestic Product (PDRB) in Ngawi Regency then followed by Trade and Commerce, Hotel and Restaurant and Services Sectors. The Estimation Results shows that The Development Expenditure and The Routine Expenditure influence positively and negatively but both variables statistically do not give a significant influence to The Economic Growth in Ngawi Regency. Key Words : The Development Expenditure, The Routine Expenditure, The Economic Growth vii

KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala nikmat-nikmat dan rahmatnya yang tak terhitung nilainya serta berkatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini. Tesis ini berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN NGAWI, disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai derajat magister pada Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada tesis ini, ucapan terima kasih Penulis sampaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril dan materiil. Ucapan terima kasih secara khusus Penulis haturkan kepada isteri tercinta dan anak-anak yang selalu memberi semangat dan doa demi selesainya perjuangan Penulis serta teman-teman yang mendukung untuk keberhasilan dan kesuksesanku. Selain itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1.Dr.A.M. Soesilo, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan UNS ; viii

2. Dr. EVI GRAVITIANI, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Mulyanto, ME selaku Pembimbing II, atas segala informasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tesis ini ; 3. Bapak Drs Amin Sunarto, M.Si selaku Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Ngawi; 4. Bapak-bapak dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret Surakarta; 5. Teman-teman Angkatan XI Kelas Ngawi, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan yang tak pernah luntur; 6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan Akhir ini, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan memberikan balasan yang lebih baik dan pahala yang lebih besar; Penulis menyadari bahwa penulis tesis ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik sebagai masukan bagi perbaikan dimasa mendatang sangat Penulis harapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat. Atas segala kekurangan dalam tesis ini Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima Kasih. Surakarta, Pebruari 2012 Penulis HARI HANDOKO ix

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN ----------------------------------------------------- HALAMAN PENGESAHAN ---------------------------------------------------- KEASLIAN TESIS ----------------------------------------------------------------- HALAMAN PERSEMBAHAN----------------------------------------------------- ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- ABSTRACT ------------------------------------------------------------------------- ii iii iv v vi vii KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- viii DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------- x DAFTAR TABEL ----------------------------------------------------------------- xiii DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------------- xiv DAFTAR LAMPIRAN --------------------------------------------------------- xv BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------- 1 A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------- 1 B. Perumusan Masalah ---------------------------------------------------- 7 C. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------- 7 D. Manfaat Penelitian ----------------------------------------------------- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ------------------------------------------------ 9 A. Teori Pertumbuhan Ekonomi ------------------------------------------ 9 1. Pengertian Pertumbuhan ekonomi --------------------------------- 9 2. Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi --------------------- 10 a. Teori Pertumbuhan Klasik ---------------------------------- 11 b. Teori Pertumbuhan Neo - Klasik -------------------------------- 12 c. Teori Pertumbuhan commit Ekonomi to user Modern -------------------------- 13 x

B. Teori-Teori Pengeluaran Pemerintah -------------------------------- 14 1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes ------------------------------ 14 2. Pembangunan dan Perkembangan Pengeluaran Pemerintah -------------------------------------------------------- 15 3. Hukum Wagner -------------------------------------------------------- 16 4. Teori Peacock dan Wiseman ------------------------------------------ 17 5. Teori Mikro ------------------------------------------------------------ 17 C. Faktor Factor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ------------------------------------------------------------------- 18 D. Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi --------------------- 20 E. Penelitian Sebelumnya ---------------------------------------------------- 25 G. Kerangka Pemikiran Studi -------------------------------------------- 28 F. Hipotesis Penelitian ------------------------------------------------------- 29 BAB III METODE PENELITIAN --------------------------------------------- 30 A. Ruang Lingkup Penelitian ------------------------------------------- 30 B. Jenis dan Sumber Data ------------------------------------------------ 30 C. Difinisi Operasional --------------------------------------------------- 31 D. Model Analisis -------------------------------------------------------- 32 E. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik -------------------------------- 33 1 Uji Multikolinieritas ------------------------------------------------- 33 2 Uji F ---------------------------------------------------------------- 34 3 Uji Autokorelasi ---------------------------------------------------- 35 xi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ---------------------------------- 37 A. Deskripsi Wilayah ---------------------------------------------------- 37 1 Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi --------------------------- 37 2 Kondisi Demografis Kabupaten Ngawi ------------------------- 38 3 Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi-------------------- 38 4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ------------------------ 46 B. Analisa dan Hasil Estimasi ------------------------------------------ 49 1. Uji Asumsi Klasik ------------------------------------------------- 49 a. Multi kolinieritas ----------------------------------------------- 49 b. Korelasi Serial (Autokorelasi) -------------------------------- 51 c. Uji F (Ramsey Reset test)-------------------------------------- 52 C. Interpretasi Hasil Estimasi ------------------------------------------- 53 1. Variabel Pengeluaran Belanja Aparatur (PA)------------------ 55 2. Variabel Pengeluaran Pelayanan Publik (PP) ------------------ 56 3.Variabel Pertumbuhan Ekonomi Tahun Sebelumnya {PE(-1) ---------------------------------------------- 57 4. Analisis Overal Test -------------------------------------------- 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ---------------------------------------- 60 A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------ 60 B. Saran -------------------------------------------------------------------- 60 DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------- 62 xii

DAFTAR TABEL Tabel : Halaman 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2010 ( Juta Rupiah )..................................... 39 4.2 PDRB Kab Ngawi menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2006 2010 (Juta Rupiah)................................. 40 4.3 PDRB Kab Ngawi menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2006 2010 (Juta Rupiah)................................. 40 4.4 PDRB Kab Ngawi menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga berlaku Tahun 2006 2010 (Juta Rupiah................................. 44 4.5 APBD Kabupaten Ngawi Belanja Aparatur dan Pelayanan Publik Tahun 2006-2010 49 4.6 Hasil Estimasi Correlation Matrix................................ 50 4.7 Hasil Estimasi Uji LM Test.................................... 51 4.8 Hasil Estimasi Ramsey Test.................................... 52 4.9 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kabupaten Ngawi dengan Metode OLS Tahun 2006-2010............ 53 xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar : Halaman 2.1 Kerangka Berpikir Studi..................................... 28 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Ngawi........................ 38 3.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Ngawi........................... 41 xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) Lampiran 2 APBD Kabupaten Ngawi Belanja Aparatur dan Pelayanan Publik Tahun 2006-2010 Lampiran 3 Hasil Olahan / regresi Tahun 2006-2010 Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di samping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator pertumbuhan penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara, karena dapat memberikan gambaran makro atas kebijakan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut pada suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. Pertumbuhan ekonomi mutlak harus ada, sehingga pendapatan masyarakat akan bertambah, dengan demikian tingkat kesejahteraan masyarakat diharapkan 1

2 akan meningkat. Pertumbuhan ekonomi terus meningkat dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang maka perlu diketahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan faktor apa yang perlu dihindari agar pertumbuhan ekonomi tidak berjalan ditempat atau mengalami kemunduran. Pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang memegang peranan penting dalam sebuah perekonomian modern. Pemerintah memiliki kekuatan serta kemampuan untuk mengatur dan mengawasi perekonomian, di samping itu juga mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak dapat dilaksanakan oleh unit ekonomi lainnya seperti rumah tangga dan perusahaan. Negara yang sedang berkembang, campur tangan pemerintah relatif besar sehingga peranan pemerintah dalam perekonomian juga relatif besar. Pengeluaran pemerintah praktis dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi pada umumnya, bukan saja karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, tetapi juga merupakan salah satu komponen dari permintaan agregat yang kenaikannya akan mendorong produksi domestik atau Produk Domestik Bruto (PDB), sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun, menunjukan bahwa kegiatan pemerintah semakin meningkat dan semakin kompleks. Besar kecilnya peranan pemerintah dalam sebuah perekonomian dapat dilihat dari besar kecilnya proporsi pengeluaran pemerintah terhadap total kegiatan perekonomian atau pendapatan

3 nasional. Berdasarkan data yang disajikan oleh (International Monetary Fund) ( IMF) tentang pengeluaran pemerintah dari 80 negara selama tahun 1983 sampai dengan tahun 1990 yang diperoleh dari Goverment Statistics Yearbook, yang terdiri dari 18 negara yang berpendapatan rendah (low-income countries), 36 negara berpendapatan menengah (middle-income countries) dan 26 negara berpendapatan tinggi (high-income countries), menggambarkan bahwa proporsi dari pengeluaran pemerintah untuk pengeluaran rutin lebih besar di negara yang berpendapatan tinggi dibandingkan dengan yang berpendapatan menengah dan berpendapatan rendah, begitu juga besarnya pengeluaran pemerintah apabila dibandingkan dengan pendapatan nasional negara tersebut (IMF, 1993). Anggaran belanja pemerintah daerah baik sebagai belanja rutin (belanja tidak langsung) maupun belanja pembangunan (belanja langsung) merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di daerah, oleh karena itu meskipun investasi swasta terus merosot namun pertumbuhan ekonomi terus meningkat. Badan Pusat Statistik mengatakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia didominasi oleh faktor konsumsi. Ekonom berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi semata tidak dapat meningkatkan pertumbuhan yang maksimal seperti yang ditargetkan pemerintah sekitar 5,93 persen di tahun 2010. Sarana utama dalam menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab yaitu adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daearah (APBD) yang merupakan suatu rencana kerja keuangan yang dibuat untuk suatu

4 jangka waktu tertentu di mana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dari sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaranpengeluaran dimaksud. Undang -Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomer 4286 ) mengamanatkan dimulainya penerapan sistim penganggaran terpadu yang meleburkan belanja aparatur (belanja tidak langsung) dan belanja pelayanan publik (belanja langsung) dalam satu format anggaran. Penggabungan belanja aparatur atau belanja tidak langsung (meliputi gaji, pemeliharaan, perjalanan dinas, dan belanja barang) dengan belanja pelayanan publik atau belanja langsung diharapkan mengurangi tumpang-tindih alokasi. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomer 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomer 4578). Juga tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomer 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada pasal 8 disebutkan bahwa "APBD disusun dengan Pendekatan Anggaran Kinerja" dan anggaran kinerja tersebut merupakan suatu sistem penganggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya (pengeluaran) atau input yang ditetapkan (Departemen Keuangan RI, 2004).

5 Penerapan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik perlu dilakukan perubahan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokkan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah dan menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah. Anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja aparatur (belanja tidak langsung) dan anggaran belanja pelayanan publik (belanja langsung) yang semula bertujuan memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan. Pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi dan penumpukan serta penyimpangan anggaran. Penuangan-penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi. Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) sebagaimana banyak dilakukan negara maju. Pertumbuhan ekonomi di kabupaten Ngawi diukur berdasarkan PDRB harga konstan menggambarkan kemampuan suatu daerah untuk menciptakan

6 output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Perkembangan PDRB di kabupaten Ngawi dapat dilihat dari dua sisi pendekatan yaitu dari sisi sektoral dan sisi penggunaan. PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya, sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut. Pengeluaran pembiayaan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah di kabupaten Ngawi sebagai upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Pembiayaan tersebut berupa pengeluaran pemerintah daerah baik rutin maupun pembangunan. Peningkatan pengeluaran pemerintah diharapkan kemampuan dalam menciptakan sarana dan prasarana pembangunan yang meningkat dan pada akhirnya akan mendorong aggregate demand juga akan meningkat, sehingga dapat merangsang kegiatan produksi daerah, yang selanjutnya dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah daerah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pada umumnya, baik pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran rutin selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan untuk pembangunan di daerah tersebut. Namun pertumbuhan pengeluaran pemerintah baik pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran rutin mengalami pertumbuhan yang berbeda. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu objek penelitian yang banyak menarik minat dari para peneliti, hal ini tercermin dari banyaknya teori-

7 teori yang membahas dan mengkaji tentang pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian tentang sejauhmana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan baik secara internasional maupun nasional bahkan regional, berdasarkan latar belakang dan uraian di atas study ini berjudul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ngawi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu : 1. Apakah pengeluaran belanja aparatur (belanja tidak langsung) pemerintah daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi? 2. Apakah pengeluaran belanja pengeluaran pelayanan publik (belanja langsung) pemerintah daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi? 3. Apakah pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi tahun berjalan di Kabupaten Ngawi? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum adalah : 1. Menganalisa pengaruh pengeluaran belanja aparatur (belanja tidak langsung) pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

8 2. Menganalisa pengaruh pengeluaran belanja pengeluaran pelayanan publik (belanja langsung) pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. 3. Menganalisa pengaruh pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya terhadap pertumbuhan ekonomi tahun berjalan di Kabupaten Ngawi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut: 1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah khususnya pemerintah Kabupaten Ngawi dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah khususnya bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). 3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk meneliti mengenai pengeluaran pemerintah dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang ( Boediono, 1999 : 8). Pengertian tersebut mencakup 3 ( tiga ) aspek yaitu : (i) proses, (ii) output perkapita dan (iii) jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi pada suatu saat. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita yang hal ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output perkapita harus dianalisa dengan melihat apa yang terjadi dengan output total disatu pihak, dan jumlah penduduk di pihak lain. Aspek ketiga dari definisi pertumbuhan ekonomi adalah perspektif waktu jangka waktu suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam waktu yang cukup lama (10, 20 atau 50 tahun, atau bahkan lebih lama lagi) mengalami kenaikan output per kapita. Waktu tersebut bisa 9

10 terjadi kemerosotan output per kapita, karena gagal panen misalnya, tetapi apabila dalam waktu yang cukup panjang tersebut output per kapita menunjukkan kecenderungan naik maka dapat kita katakan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi. Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya kecenderungan kenaikan bagi output per kapita saja tidak cukup, tapi kenaikan output harus bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode- periode selanjutnya. 2. Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999 : 10). Ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Pada ekonom mempunyai pandangan atau persepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian. Teori-teori pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam beberapa teori, yaitu:

11 a. Teori Pertumbuhan Klasik Teori pertumbuhan klasik mencakup teori pertumbuhan dari Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus, dan John Stuart Mill. Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik yang pertama kali mengemukakan mengenai pentingnya kebijaksanaan lisezfaire atas sistem mekanisme untuk memaksimalkan tingkat perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Teori klasik pertumbuhan ekonomi dilambangkan oleh fungsi (Eva Susanti, 2008: 24) : O = Y = f (K, L, R, T) Dimana: O = Output Y = Pendapatan K = Kapital L = Labor R = Tanah T = Teknologi Adam Smith mengemukakan bahwa faktor manusia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Manusia dengan melakukan spesialisasi akan meningkatkan produktivitas. Smith bersama dengan Ricardo percaya bahwa batas dari pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaan tanah. Tanah bagi kaum klasik merupakan faktor yang tetap. Kaum klasik juga yakin bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung akibat adanya pembentukan akumulasi modal. Akumulasi tercipta karena adanya surplus dalam ekonomi. David Ricardo pesimis

12 bahwa tersedianya modal dalam jangka panjang akan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, menurutnya pada jangka panjang (long run) perekonomian akan menuju kepada keadaan yang stationer, yaitu dimana pertumbuhan ekonomi tidak terjadi sama sekali. David Ricardo peranan teknologi akan dapat menghambat berjalannya the law of diminishing return, walaupun tehnologi bersifat rigid (kaku), dan hanya dapat berubah dalam jangka panjang. Bagi kaum klasik, keadaan stationer merupakan keadaan ekonomi yang sudah mapan dimana masyarakat sudah hidup sejahtera dan tidak ada lagi pertumbuhan yang berarti. b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Teori Pertumbuhab Neo-Klasik diwakili teori pertumbuhan Joseph Schumpeter, Alferd Marshal, Robert Solow dan Trevor Swan. Pendapat neo-klasik tentang perkembangan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut : ( Suryana, 2000 : 58) : 1) Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi; 2) Perkembangan merupakan proses yang gradual; 3) Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif; 4) Adanya pikiran yang optimis terhadap perkembangan; 5) Aspek Internasional merupakan faktor bagi perkembangan.

13 Menurut neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Pada tingkat teknik tertentu, tingkat bunga akan menentukan tingkat investasi. Apabila permintaan terhadap investasi berkurang maka tingkat bunga turun, hasrat menabung turun, Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional. c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern diwakili oleh Rostow, Kuznet, dan Teori Harrod-Domar. Menurut Rostow dalam Suryana (2000: 60), pembangunan ekonomi adalah suatu transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern melalui tahapan: 1) Masyarakat tradisional ( The traditional society) 2) Prasyarat lepas landas (The precondition for take-off) 3) Lepas landas (The take-off) 4) Tahap kematangan (The drive to maturity) 5) Masyarakat berkonsumsi tinggi (The age of high mass consumption) Kuznet (dalam Suryana, 2000: 61) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi, institusional dan ideologis yang diperlukannya.

14 Harrod-Domar (dalam Suryana, 2000: 62) mengembangkan analisa Keynes yang menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Setiap usaha ekonomi harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Harrod-Domar menjelaskan adanya hubungan ekonomi yang langsung antar besarnya stok modal ( k ) dan jumlah produksi nasional ( Y ). B. Teori Teori Pengeluaran Pemerintah 1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I + G + X M merupakan sumber legitimasi kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari notasi tersebut dapat ditelaah bahwa kenaikan (penurunan) pengeluaran pemerintah akan menaikkan (menurunkan) pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran bahwa Y = C + I + G + X M. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional. Variabel Y melambangkan pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan vaiabel variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat. Variabel G melambangkan pengeluaran pemerintah (Government Expenditure). Dengan membandingkan

15 nilai G terhadap Y serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional (Dumairy, 1996 : 161). 2. Pembangunan dan Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Teori ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut (Mangkoesoebroto, 2001 : 171). a. Tahap Awal Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar, sebab pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya. b. Tahap Menengah Investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sehtor yang semakin rumit. Investasi swasta dalam

16 persentase terhadap GNP semakin besar dan persentase pemerintah terhadap GNP akan semakin kecil. c. Tahap Lanjut Pembangunan ekonomi dan aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua dan program pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Hukum Wagner Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat (Mangkoesoebroto, 2001 : 173). Hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : GpC YpC t t GpC YpC t 1 t 2 t n...... (2.0) t 1 GpC YpC t 2 GpC YpC t n Keterangan : GpC YpC t : Pengeluaran pemerintah per kapita : Produk atau pendapatan nasional per kapita : indeks waktu (tahun) Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat, yaitu : tuntutan peningkatan perlindungan

17 keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demografi, dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah (Dumairy, 1996 : 162). 4. Teori Peacock dan Wiseman Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar. Peacock dan Wiseman menyatakan sebagai berikut: perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. 5. Teori Mikro Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran akan barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta (Mangkoesoebroto, 2001: 177-180).

18 Perkembangan pengeluaran pemerintah tergantung pada : a. Permintaan barang publik antara lain karena jumlah penduduk, pendapatan dan gaya hidup b. Pola kegiatan pemerintah dalam proses pruduksi c. Kualitas barang publik yang dihasilkan d. Harga-harga faktor produksi di pasar. Pengeluaran pemerintah dari tahun ke tahun menggambarkan kegiatan pemerintah semakin meningkat, dengan mengalokasikan dana secara tepat maka efisiensi pengeluaran pemerintah dapat ditingkatkan sehingga produksi nasional pun diharapkan meningkat. C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, factor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumberdaya manusia, modal, usaha, teknologi dan sebagainya, Semua itu merupakan faktor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Pertumbuhan ekonomi, lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik dan kelembagaan merupakan faktor non ekonomi. Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor

19 produksi tersebut. Beberapa faktor ekonomi yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah: (i) Sumber Alam, (ii) Akumulasi modal, (iii) Organisasi, (iv) Kemampuan Teknologi, (v) Pembagian Kerja dan Skala Produksi. Faktor-faktor non ekonomi bersama-sama faktor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan perekonomian. Faktor non ekonomi juga memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor non ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan adalah: 1. Faktor Sosial. Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. 2. Faktor Manusia. Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. 3. Faktor Politik dan Administratif. Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara terbelakang. Nurkse dalam Jhingan, (1995: 93) menerangkan bahwa pembangunan ekonomi berkaitan dengan peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik, dan latar belakang histories. Didalam Pertumbuhan ekonomi, faktor sosial, budaya, politik dan psikologis adalah sama pentingnya dengan faktor ekonomi.

20 D. Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan (Sadono Sukirno, 2000: 366). Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981) adalah: 1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia; 2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya; 3. Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk capital formation untuk mencapai tingkat

21 produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif. Sadono Sukirno (2000) menyatakan kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut: (1) Kecilnya jumlah mutlak kapita material, (2) Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk, (3) Rendahnya investasi netto. Keterbatasan tersebut mengakibatkan negara-negara berkembang mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial. Peningkatkan produktivitas diperlukan untuk mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan, hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa: (1)

22 ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup, (2) kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal, (3) taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah; tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara berkembang. Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa: 1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh. 2. Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol) 4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Outpu Ratio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio) Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak

23 konstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi. Model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung. Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan

24 Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing. Besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah, hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB. Korelasi (hubungan) positif antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi diuraikan secara sederhana namun jelas di dalam model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Investasi dan ICOR (the incremental capital output ratio) merupakan dua variabel fundamental, yang secara garis besar dapat dijelaskan seperti berikut ini. Investasi yang dimaksud adalah investasi neto, yang didefenisikan sebagai perubahan/penambahan stok barang modal, atau It = ΔKt.. (2.1) = Kt Kt-1 (2.2) ICOR adalah kebalikan dari rasio pertumbuhan output terhadap pertumbuhan investasi, yang pada intinya menunjukkan hubungan antara penambahan stok barang modal dan pertumbuhan output, atau melihat seberapa besar peningkatan investasi yang diperlukan untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (target). Hubungan tersebut digambarkan dengan rumus sebagai berikut : Y = y.k... (2.3)

25 1/y = K/Y.. (2.4) Dimana y = rasio output-kapital, dan 1/y = rasio kapital-output (COR). Dalam perkembangannya, pemakaian konsep COR mengalami modifikasi menjadi ICOR dengan rumus sebagai berikut : ICOR = (ΔK/Y) / (ΔY/Y). (2.5) ICOR = (I/Y) / (ΔY/Y). (2.6) Dimana sejak per definisi ΔK = I. Hasil-hasil studi kuantitatif yang telah dilakukan pada tahun 1990-an, misalnya Levine dan Renelt, 1992 (dalam Tambunan, 2001 : 42) menemukan bukti adanya korelasi positif dan signifikan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi. Studi-studi lain yang memakai analisis fungsi produksi neo-klasik menemukan bahwa investasi, bukan progres teknologi, merupakan faktor utama dibalik pertumbuhan ekonomi yang cemerlang yang dialami negara-negara Asia Tenggara. Argumen utama dibalik hasil dari studi-studi ini adalah bahwa investasi menambah jumlah stok kapital per pekerja dan oleh karena itu menaikkan produktivitas. E. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan rujukan yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan referensi, antara lain : Devarajan, Swaroop dan Zou (1996) mengemukakan bahwa di 43 negara berkembang selama 20 tahun menunjukkan peningkatan pengeluaran rutin dan

26 mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sebaliknya pengeluaran pembangunan menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kweka dan Morrissey (2000), menunjukkan bahwa meningkatnya pengeluaran produktif (investasi fisik) ternyata memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania, sementara pengeluaran untuk konsumsi terutama konsumsi swasta berhubungan positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran publik untuk human capital tidak signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa pengeluaran investasi publik di Tanzania tidak produktif dan ini berlawanan dengan pendapat yang lebih luas, dimana pengeluaran konsumsi pemerintah Tanzania telah menurunkan pertumbuhan ekonomi. Parulian (2003), yang menggunakan sampel 62 negara (20 negara yang tergolong negara maju dan 42 negara sedang berkembang) menemukan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengeluaran pemerintah tidak signifikan untuk 42 negara sedang berkembang, akan tetapi memberikan pengaruh yang signifikan untuk 20 negara maju. Sjoberg (2003) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah untuk konsumsi, investasi dan transfer dengan pertumbuhan ekonomi di Swedia selama kurun waktu 1960 2001.Investasi swasta, konsumsi swasta dan tingkat suku bunga memiliki tanda

27 yang sesuai dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Swedia untuk kurun waktu yang sama. Hanum (2004) yang menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) antara lain menemukan bahwa untuk variabel pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil ini secara tegas mendukung hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, ceteris paribus. Bustaman (2004) menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah Propinsi Riau tahun berjalan secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh pertumbuhan pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya. Pengeluaran pembangunan tahun berjalan secara signifikan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pembangunan tahun sebelumnya yang dilakukan oleh pemerintah Propinsi Riau. Hasil penelitian Nurlina (2004) menunjukkan bahwa semua variable bebas (pengeluaran rutin, pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya, dan pengeluaran pembangunan dua tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi NAD. Sementara itu untuk pengeluaran pembangunan memiliki pengaruh yang negatif tetapi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi NAD selama kurun waktu penelitian.

28 F. Kerangka Pemikiran Studi Penelitian ini mendasar pada model pertumbuhan ekonomi neo klasik maka fungsi penelitian yang digunakan adalah : berpengaruhnya pengeluaran pemerintah dimana ada pengeluaran pemerintah berupa pengeluaran belanja aparatur (belanja tak langsung) dan belanja pelayanan publik (belanja langsung) terdapat pengaruh yang positip terhadap pertumbuhan ekonomi. APBD NGAWI PDRB PENGELUARAN PEMERINTAH PENGELUARAN BELANJA APARATUR (PA) PENGELUARAN PELAYANAN PUBLIK (PP) TUMBUHAN EKONOMI SEBELUMNYA (PE (n-1)) Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Studi Sumber : Data diolah PERTUMBUHAN EKONOMI (PE) Pengeluaran Pemerintah didalam APBD terdiri dari Pengeluaran Belanja Aparatur / Belanja Rutin (PA) yang antara lain belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja pegawai dinas dan belanja lainnya sedangkan Belanja Pengeluaran Publik / Belanja Pembangunan (PP) antara lain belanja bidang ekonomi, belanja bidang sosial, belanja bidang umum dan belanja lainnnya. Pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh Produk Regional Bruto

29 (PDRB) sangat berpengaruh oleh faktor yang memberi andil dalam pertumbuhan produksi dari masing-masing sektor. Perkembangan PDRB baik berdasarkan atas dasar konstan maupun atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun mencerminkan laju pertumbuhan ekonomi. G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh yang positif signifikan antara pengeluaran belanja aparatur (belanja tidak langsung) dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. 2. Terdapat pengaruh yang positif signifikan antara pengeluaran pelayanan publik (belanja langsung) pemerintah daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. 3. Terdapat pengaruh yang positif signifikan antara pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya dan pertumbuhan ekonomi tahun berjalan di Kabupaten Ngawi.

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis data sekunder mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kabupaten Ngawi selama kurun waktu 2005-2010. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah pengeluaran belanja aparatur (belanja tidak langsung), pengeluaran pelayanan publik (belanja langsung), dan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya. B. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data time series (runtun waktu) selama kurun waktu 2005-2010. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Jawa Timur dalam Angka dan Ngawi dalam Angka yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), serta sumber-sumber lainnya, yaitu jurnal-jurnal dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengeluaran pemerintah daerah baik pengeluaran belanja aparatur (PA) /belanja tidak langsung maupun pengeluaran pelayanan publik (PP) / belanja langsung dalam satuan miliar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi (PE). Data yang digunakan dalam penelitian adalah data bulanan PDRB Kabupaten Ngawi periode 2006 sampai dengan 2010. Akan tetapi ketidak 30