BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara demokrasi akan selalu ditandai dengan adanya partai politik

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

REKAPITULASI PROGRAM SEMESTER September' No Uraian Kegiatan Jml. Minggu

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

PROGRAM TAHUNAN STANDAR KOMPETANSI / 2.2 Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi yang pertama 2 4

C. RINCIAN WAKTU. Alokasi

BAHAN TAYANG MODUL 5

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGAWAL DEMOKRASI DI KALBAR

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

KEPUTUSAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

ARAH KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS Oleh : FX Soekarno, SH. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada

Pendidikan Kewarganegaraan

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII /1. Nama Guru :... Sekolah :...

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

RINGKASAN PUTUSAN.

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

BUKU PANDUAN KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK PERGURUAN TINGGI. Karangan Dr.Ganjar M. Ganeswara, M.Pd ; Dra.Wilodati, M.

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

*13595 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2002 (31/2002) TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Bab 2. Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 29

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan

Ringkasan Putusan.

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan perundang-undangan suatu negara serta merupakan hukum tertinggi dan mengikat segenap lembaga negara dan seluruh warga negara. Konstitusi tidak hanya memuat norma tertinggi tetapi merupakan pedoman konstitusional bagi para warga atau rakyat banyak dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, yang menjadi pelaksana konstitusi adalah semua lembaga negara dan segenap warga negara sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing sebagaimana diatur dalam UUD 1945. Konstitusi merupakan naskah legitimasi paham kedaulatan rakyat dan merupakan kontrak sosial yang mengikat setiap warga negara dalam membangun paham kedaulatan rakyat. UUD 1945 akan dapat membumi dan dilaksanakan dengan baik, apabila ada pemahaman dan kesadaran konstitusional dari segenap warga negara sehingga masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara. Dengan kata lain membangun kesadaran berkonstitusi tidak lain adalah upaya untuk memfungsikan UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agar setiap lembaga dan segenap warga negara dapat melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan UUD 1945, diperlukan adanya budaya sadar berkonstitusi. Konstitusi harus secara sadar diinternalisasi dalam perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi rakyat banyak selaku pemegang kedaulatan. Untuk menumbuhkan budaya sadar berkonstitusi 1

2 diperlukan pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar yang menjadi materi muatan konstitusi. Pemahaman tersebut menjadi dasar bagi masyarakat untuk dapat selalu menjadikan konstitusi sebagai rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Budaya sadar berkonstitusi tercipta tidak hanya sekedar mengetahui norma dasar dalam konstitusi. Lebih dari itu, juga dibutuhkan pengalaman nyata untuk melihat dan menerapkan konstitusi dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Artinya menumbuhkan budaya sadar berkonstitusi adalah suatu proses panjang dan berkelanjutan. Selama ini kesadaran berkonstitusi dari warga negara kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangannya, hal ini sebagai salah satu dampak negatif dari kesalahan dalam menempatkan dan memperankan konstitusi. Menurut Suwarma (2001:35), Konstitusi dijadikan subtitusi indoktrinasi sehingga konstitusi dijauhkan dari wacana kajian publik, sehingga terjadi upaya sakralisasi konstitusi yang sudah barang tentu sangat bertentangan dengan fungsi dan peran konstitusi dalam negara hukum yang demokratis. Jika masyarakat telah memahami norma-norma dasar dalam konstitusi dan menerapkanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pasti mengetahui dan dapat mempertahankan hak-hak konstitusionalnya yang dijamin dalam UUD 1945. Selain itu, masyarakat dapat berpartisipasi secara penuh terhadap pelaksanaan UUD 1945 baik melalui pelaksanaan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan, serta dapat melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara dan jalannya

3 pemerintahan. Kondisi tersebut dengan sendirinya akan mencegah terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan konstitusi. Sebagai pengawal demokrasi sudah selayaknya partai politik atau kader partai untuk mempunyai kesadaran berkonstitusi. Sekarang ini partai politik dan kader partai sedang dalam sorotan publik karena banyak kader partai yang tidak menunjukkan bahwa para kader memiliki kesadaran berkonstitusi. Banyak kader partai yang terjerat kasus pidana seperti korupsi serta pelanggaran-pelanggaran dalam pemilu atau pilkada. Pelanggaran partai politik dalam pemilihan umum tahun 2009, diantaranya: (1) pejabat negara yang melakukan kampanye tanpa surat cuti; (2) konvoi kampanye tidak diberitahukan sebelumnya kepada polisi dan keluar jalur; (3) pelanggaran batasan frekuensi dan durasi penanyangan iklan kampanye; (4) pelibatan anak-anak dalam kampanye; (5) PNS yang memakai atribut PNS saat melakukan kampanye; (6) pelaksanaan kampanye di luar jadwal; (7) pengrusakan atau penghilangan alat peraga kampanye; (8) penggunaan fasilitas negara dan pemerintahan; (9) pelanggaran lalu lintas saat kampanye; dan (10) politik uang (http://ekampanyedamaipemiluindonesia2009.com). Pelanggaran-pelanggaran di atas, disebabkan kurang berjalannya budaya sadar berkonstitusi pada kader partai, sehingga diperlukan peranan partai politik dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi pada kader partai. Kesadaran berkonstitusi sangat esensial bagi seluruh warga negara lndonesia. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mernberikan pemahaman tentang substansi UUD 1945 yang telah diamandemen. Konstitusi negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa

4 Indonesia, khususnya bagi generasi muda sebagai generasi penerus. Salah satunya melalui peran serta partai politik. Partai politik merupakan wadah bagi masyarakat untuk mengekspresikan serta mengaktualisasi haknya dalam mengeluarkan pendapat, berkumpul, dan berserikat sebagai hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28 E ayat 3 UUD 1945 bahwa setiap orang berhak atas kebebasan bersertikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Sementara fungsi partai politik sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik, antara lain adalah sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu fungsi dari partai politik adalah sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat luas untuk dapat selalu menjadikan konstitusi sebagai rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk dalam memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan salah satu partai yang berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD RI 1945. PDI Perjuangan sebagai suatu organisasi sosial politik memiliki tujuan antara lain: (a) mewujudkan cita-cita proklamasi 17 agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945; (b) melestarikan tegaknya kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan otonomi daerah yang seluas-luasnya sebagai Negara hukum yang demokratis; (c) mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata spititual berdasarkan Pancasila dan

5 UUD 1945; (d) mengembangkan kehidupan demokrasi Pancasila dengan menggelorakan semangat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan (e) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Berdasarkan tujuan di atas, menunjukkan bahwa PDIP merupakan salah satu partai politik yang memiliki andil dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi bagi masyarakat terutama bagi kader partainya yaitu mampu berpartisipasi politik dalam melaksanakan sistem kehidupan bernegara berdasarkan pada UUD 1945. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul Peranan Partai Politik dalam Menumbuhkan Kesadaran Berkonstitusi Pada Kader Partai (Studi Kasus di DPC PDI Perjuangan Kota Medan). B. Identifiikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sejumlah permasalahan penelitian yang didasari pada kesadaran berkonstitusi pada kader Partai PDIP, antara lain: 1. Selama ini kesadaran berkonstitusi dari warga negara kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangannya. 2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berkonstitusi. 3. Partai politik dan kader partai sedang dalam sorotan publik karena banyak kader partai yang tidak menunjukkan bahwa para kader partai memiliki kesadaran berkonstitusi.

6 4. Banyak kader partai yang terjerat kasus pidana seperti korupsi serta pelanggaran-pelanggaran dalam pemilu atau pilkada. 5. Kurang berjalannya budaya sadar berkonstitusi pada kader partai. 6. Perlunya peranan partai politik dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi pada kader partainya. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas ada banyak masalah yang muncul diteliti. Dalam hal ini, peneliti hanya membatasi masalah penelitian pada Peranan partai politik dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi pada kader partai. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah peranan partai politik di DPC PDIP Kota Medan dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi pada kader partainya?. E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peranan partai politik dalam menumbuhkan kesadaran berkonstitusi pada kader partainya.

7 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi para pengurus partai politik di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Medan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan pengambilan kebijakan daam rangka meningkatkan kesadaran berkonstitusi pada kader partai. 2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan bagi kader partai agar lebih menumbuhkan kesadaran berkonstitusi. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau referensi untuk melakukan penelitian-penelitian dengan topik permasalahan yang sama di masa mendatang.