PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB 4 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH SEBELUM DAN SESUDAH MINUM MINUMAN BERSODA TERHADAP (ph) SALIVA PADA MAHASISWA ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PH SALIVA PADA MAHASISWI YANG MEMPUNYAI KEBIASAAN MENGKONSUMSI MADU PADA MAHASISWI ASRAMA PUTRI JURUSAN KEPERAWATAN GIGI YOGYAKARTA 2016.

BAB IV METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

PERBEDAAN EFEKTIFITAS ANTARA KEJU CHEDDAR DAN YOGHURT PLAIN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA TAHUN

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 4 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA Rahmawati Sri Praptiningsih Endah Aryati Eko Ningtyas Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA ABSTRAK Waktu kegiatan menyikat gigi yang selama ini sering dilakukan adalah adanya anjuran menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur tetapi dewasa ini mulai ditelaah kerugian dari waktu tersebut karena ditemukan banyak keluhan nyeri secara primer diawali dengan adanya nyeri karena abrasi atau erosi gigi. Dan juga tidak dapat diabaikan karena keluhan tersebut akan sampai pada tahap perawatan jaringan pulpa karena keluhan yang meningkat dari pasien. Metode Penelitian ini adalah eksperimental semu atau quasi experimental. Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah post test only group design. Dalam penelitian ini 3 unsur utama dalam penelitian eksperimental terpenuhi yaitu : peneliti melakukan intervensi kepada sampel dengan cara meminta sampel melakukan sikat gigi dengan waktu tertentu yaitu dilakukan sebelum makan, pengambilan sampel dilakukan dengan cara random ( acak) dimana masing- masing subyek penelitian mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dan ada kelompok kontrol yaitu kelompok yang melakukan metode menyikat gigi setelah makan. Karena jumlah populasi berjumlah kurang dari 100 orang maka pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dimana jumlah populasi yang ada digunakan sebagai sampel. Sedangkan sampel yang digunakan untuk uji kuantitas bakteri sebanyak 16 saliva yang diambil dari 8 dari masing- masing kelompok menyikat gigi sebelum makan dan kelopok menyikat gigi setelah makan. Hasil penelitian adalah Tidak ada perbedaan pengaruh menyikat gigi sebelum makan dengan menyikat gigi setelah makan terhadap ph saliva. Tidak ada beda kuantitas bakteri di permukaan gigi pada tindakan menyikat gigi sebelum makan dan setelah makan. ph saliva 5 menit setelah makan belum banyak terjadi perubahan dibanding ph awal sebelum sikat gigi pada metode menyikat gigi sebelum makan. ph saliva 15 menit dan 30 menit setelah makan menunjukkan perubahan ph lebih menurun (asam) dibandingkan ph awal sebelum menyikat gigi pada metode menyikat gigi sebelum makan. ph saliva 5 menit setelah makan belum banyak terjadi perubahan dibanding ph awal sebelum sikat gigi pada metode menyikat gigi setelah makan. ph saliva 15 menit setelah makan menunjukkan perubahan ph lebih menurun (asam) dibandingkan ph awal sebelum menyikat gigi pada metode menyikat gigi setelah makan. ph saliva 15 menit setelah makan hampir serupa dengan ph awal sebelum menyikat gigi pada metode menyikat gigi setelah makan. Kata Kunci : metode menyikat gigi, ph saliva, waktu menyikat gigi PENDAHULUAN Kegiatan menyikat gigi adalah tindakan preventif yang paling mudah dan murah dilakukan. Walaupun kegiatan pembersihan gigi secara mekanik ini dipandang mudah tetapi selama ini hasil yang maksimal sukar didapat, baik dari aspek kebersihan gigi dan faktor kerusakan lainnya. Houwink dkk. (1993) meyatakan bahwa selain cara menyikat gigi,

2 frekuensi dan waktu membersihkan gigi sangat bepengaruh. Waktu kegiatan menyikat gigi yang selama ini sering dilakukan adalah adanya anjuran menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur tetapi dewasa ini mulai ditelaah kerugian dari waktu tersebut karena ditemukan banyak keluhan nyeri secara primer diawali dengan adanya nyeri karena abrasi atau erosi gigi. Dan juga tidak dapat diabaikan karena keluhan tersebut akan sampai pada tahap perawatan jaringan pulpa karena keluhan yang meningkat dari pasien. Kebanyakan awal penyakit di rongga mulut diakibatkan karena keberadaan plak yang mengalami perkembangan lebih lanjut. Houwink dkk (1993) menyatakan bahwa plak adalah suatu lapisan yang setidaknya terdiri dari 70% bakteri dengan sedikit bahan antara dalam bentuk heksosapolimer dan glikoprotein dan selebihnya adalah beberapa persen sisa makanan yang larut. Beberapa menit setelah gigi dibersihkan akan terbentuk selaput lendir di permukaan gigi dan selanjutnya bakteri yang melekat akan menjalin ikatan dengan media cairan di rongga mulut yang berakhir dengan adanya plak yang makin menebal. Setelah makan kondisi rongga mulut akan berubah menjadi asam dan hal ini berlangsung selama lima menit pertama dan apabila menyikat gigi dilakukan maka akan membuat lapisan gigi akan erosi. Dengan adanya kenyatakan ini maka ada anggapan baru dari peneliti yang menyatakan lebih baik menyikat gigi sebelum makan agar kerusakan erosi gigi dapat minimal. Dengan adanya permukaan gigi yang bersih sebelum makan maka diharapkan tumpangan bakteri akan sukar terjadi kalaupun ada, secara kuantitas diharapkan terjadi pengurangan karena salah satu yang menyebabkan terjadinya ikatan bakteri pada selaput lendir yaitu karena adanya media yang memungkinkan bakteri tinggal. Houwink (1993) menyatakan bahwa adsorpsi selektif bakteri- bakteri pada permukaan di dalam mulut adalah syarat pertama untuk tempat tinggal bakteri. Dahan dkk. (2004) juga menyatakan bahwa jumlah plak yang terbentuk setelah sikat gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diet, faktor saliva dan karakteristik permukaan gigi. Pertumbuhan mikroorganisme juga dapat dikendalikan melalui proses fisik. Pengendalian dapat berupa penghambatan populasi mikroorganisme. Setelah makan khususnya makanan karbohidrat, maka akan terjadi fermentasi terhadap glukosa makanan. Hasilnya berupa senyawa bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat keasaman tadi akan meningkat atau phnya turun. Bila berlanjut, penurunan nilai ph akan sampai ke nilai ph kritis, yaitu nilai ph yang dapat memicu dekalsifikasi (hilangnya garam kalsium) pada email gigi. Houwink (1993) menyatakan pula bahwa adanya plak gigi dapat menahan lebih lama asam yang diuraikan. Bakteri bakteri plak gigi ini memerlukan energi untuk tumbuh dan hidup. Bagi bakteri plak, karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Proses- proses bakterial dalam plak dapat mempengaruhi konsentrasi ion- ion H +. Pada dasarnya tiap bakteri dari plak memproduksi asam dari karbohidrat tapi pembentuk asam kuat adalah streptokokus dan aktinomisetes. Keberadaan perubahan suasana ph setelah makan ini menurut Houwink ( 1993 ) akan kembali normal setelah 20-30 menit kemudian. Dan selama 5-10 menit pertama setelah makan adalah saat-saat kritis ph. Dari kenyataan di atas, peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kuantitas bakteri apabila sebelum makan dilakukan penyikatan gigi dahulu karena diharapkan dengan adanya keberadaan permukaan gigi yang bersih lebih maka tumpangan bakteri lebih minimal secara kuantitas yang selanjutnya mempunyai pengaruh terhadap proses bakteri terhadap ph plak apabila ada intake makanan. METODE PENELITIAN

3 Metode Penelitian ini adalah eksperimental semu atau quasi experimental. Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah post test only group design. Dalam penelitian ini 3 unsur utama dalam penelitian eksperimental terpenuhi yaitu : peneliti melakukan intervensi kepada sampel dengan cara meminta sampel melakukan sikat gigi dengan waktu tertentu yaitu dilakukan sebelum makan, pengambilan sampel dilakukan dengan cara random ( acak) dimana masing- masing subyek penelitian mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dan ada kelompok kontrol yaitu kelompok yang melakukan metode menyikat gigi setelah makan. Pengambilan sampel dilakukan atas dasar teori Arikunto ( 1998) yang menyatakan bahwa jumlah subyek yang besar, maka dapat diambil antara 10 15 % atau 20% - 25 % atau, apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Karena jumlah populasi berjumlah kurang dari 100 orang maka pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dimana jumlah populasi yang ada digunakan sebagai sampel. Sedangkan sampel yang digunakan untuk uji kuantitas bakteri sebanyak 16 saliva yang diambil dari 8 dari masing- masing kelompok menyikat gigi sebelum makan dan kelopok menyikat gigi setelah makan. Langkah- langkah Penelitian Sampel sebanyak 30 orang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15 mahasiswa adalah kelompok menyikat gigi sebelum makan dan 15 mahasiswa adalah kelompok menyikat gigi setelah makan, dengan langkah langkah sebagai berikut : Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu sampel mendapat penyuluhan secara demonstrasi cara menyikat gigi yang benar, agar semua sampel diharapkan sama cara menyikat giginya. Perlakuan kelompok menyikat gigi sebelum makan: Dilakukan pengukuran saliva awal lebih dahulu kemudian melakukan kegiatan menyikat gigi sebelum intake makanan diberikan dan ukur ph saliva 5 menit setelah makan dan 10 menit setelah menit pertama dan 15 menit setelah menit kedua, pada menit yang terakhir ini mahasiswa meludah di tempat lain yang steril dan ditutup yang kemudian dilakukan uji test kuantitas bakteri dengan mengusap kertas lakmus dari usapan saliva tersebut dan ditumbuhkan dalam media tumbuh bakteri dalam cawan petri. Perlakuan ini dilakukan lagi pada hari yang lain dengan langkah- langkah yang sama. Perlakuan kelompok menyikat gigi setelah makan: Dilakukan pengukuran saliva awal lebih dulu kemudian kelompok ini diberi intake makanan, dan setelah makan mahasiswa menyikat gigi kemudian tunggu 5 menit untuk dilakukan pengukuran ph saliva yang pertama,10 menit kemudian dilakukan pengukuran ph saliva yang kedua dan 15 menit kemudian untuk pengukuran terakhir. Pada menit yang terakhir ini mahasiswa meludah di tempat lain yang steril dan ditutup yang kemudian dilakukan uji test kuantitas bakteri dengan mengusap kertas lakmus dari usapan saliva tersebut dan ditumbuhkan dalam media tumbuh bakteri dalam cawan petri. Perlakuan ini dilakukan lagi pada hari yang lain dengan langkah- langkah yang sama. Tabel 1. Tabel Perhitungan Koloni Kelompok Menyikat Gigi Sebelum Makan

4 Kelompok Menyikat Gigi Sebelum Makan Perlakuan pertama (A) Jumlah Sample (30 ) Jumlah Koloni (setelah diencerkan) Pengenceran Pengenceran 10-1 10-2 Pengenceran 10-3 Perlakuan ulangan pada hari yang berlainan (A ) Tabel 2. Tabel Perhitungan Koloni Kelompok Menyikat Gigi Setelah Makan Jumlah Koloni (setelah diencerkan) Kelompok Menyikat Gigi Setelah Makan Perlakuan pertama (B) Jumlah Sample (30 ) Pengenceran Pengenceran 10-1 10-2 Pengenceran 10-3 Perlakuan ulangan pada hari yang berlainan (B ) Keterangan: Perlakuan pertama (A) adalah perlakuan terhadap sampel pada menyikat gigi sebelum makan Perlakuan ulangan (A ) adalah perlakuan ulangan (yang kedua) terhadap sampel pada menyikat gigi sebelum makan Perlakuan kedua (B) adalah perlakuan terhadap sampel pada menyikat gigi setelah makan gigi setelah makan Perlakuan ulangan (B ) adalah perlakuan ulangan ( yang kedua ) terhadap sampel pada menyikat gigi setelah makan HASIL PENELITIAN

5 ph saliva awal sebelum perlakuan kelompok menyikat gigi sebelum makan. Data yang menunjukkan ph saliva awal yang diukur pada kelompok perlakuan menyikat gigi sebelum makan pada 8 responden dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 3. tabel Distribusi Frekuensi Ph saliva (awal ) sebelum perlakuan pada kelompok Menyikat gigi sebelum makan No Keterangan ph n % 1 Basa 6 40% 2 Netral 7 46,7 % 3 Asam 2 13,3 % Total 15 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ph awal dari 15 responden yang diberi perlakuan kelompok Menyikat gigi sebelum makan yang mempunyai ph asam asam 13,3 % ( 2 orang ). Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi ph Saliva yang Diukur Pada 5 menit, 15 menit dan 30 menit Setelah Perlakuan pada Kelompok Menyikat Gigi Sebelum Makan No Ket. ph Setelah 5 % Setelah 15 % Setelah 30 % menit (n) menit (n) menit ( n) 1 Basa 6 40 % 2 13,3 % 3 20 % 2 Netral 6 40 % 6 40 % 9 60 % 3 Asam 3 20 % 7 46,7 % 3 20% Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pada 5 menit setelah makan pada kelompok yang didahului sikat gigi dahulu sebelum makan mempunyai ph netral dan basa dengan jumlah yang sama yaitu 40 % dan hanya 20 % % (3 orang) yang mempunyai ph asam. Sedangkan pada 15 menit setelah makan ph saliva banyak berubah pada responden mempunyai ph asam yaitu menjadi 46,7 % (7 orang). Dan pada menit ke 30 setelah makan ph berubah kembali denganyang paling banyak adalah responden mempunyai ph basa sebanyak 60 % (9 orang). ph saliva awal pada perlakuan kelompok Menyikat gigi setelah makan. Data yang menunjukkan ph saliva awal yang diukur pada kelompok perlakuan menyikat gigi setelah makan pada 8 responden dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi ph Saliva Awal pada Perlakuan Kelompok Menyikat Gigi Setelah Makan No Keterangan n % 1 basa 7 46,7 % 2 Netral 5 33,3 % 3 asam 3 20% Total 15 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ph awal dari responden pada perlakuan sikat gigi setelah makan mempunyai ph asam paling sedikit yaitu 20 % (3 orang).

6 Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi ph Saliva yang Diukur pada 5 menit, 15 menit dan 30 menit Setelah Perlakuan Pada Kelompok Menyikat Gigi Setelah Makan No Ket ph Setelah 5 % Setelah 15 % Setelah 30 % menit (n) menit (n) menit ( n) 1 Basa 7 46,7 % 4 26,7 % 6 40 % 2 Netral 7 46,7 % 8 53,3 % 6 40 % 3 Asam 1 6,7 % 3 20 % 3 20 % Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pada 5 menit setelah makan pada kelompok yang menyikat gigi setelah makan, pada responden yang mempunyai ph basa dan netral mempunyai angka yang sama yaitu 37,5% dan ph asam hanya 1 orang (6,7 %). Sedangkan pada 15 menit setelah makan ph asam naik menjadi 20 % dan ph basa turun menjadi 26,7 %. Dan pada menit ke 30 setelah makan ph asam tetap 20 % tetapi ph basa naik dan ph netral turun jumlah prosentasenya. Untuk menguji beda metode menyikat gigi sebelum makan dengan menyikat gigi setelah makan terhadap ph saliva pada penelitian pertama digunakan uji Mann Whitney test dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,105, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kita dapat menerima Ho jadi tidak ada perbedaan metode menyikat gigi sebelum makan dengan menyikat gigi setalah makan terhadap ph saliva. Dan untuk mengetahui beda antara masing- masing waktu pada kelompok menyikat gigi sebelum makan digunakan Wilcoxon Signed Ranks Test. Untuk menguji beda pengaruh metode menyikat gigi sebelum makan dengan menyikat gigi setalah makan terhadap kuantitas bakteri pada penelitian kedua digunakan uji t-tes independent dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,141, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kita dapat menerima Ho jadi tidak ada perbedaan metode menyikat gigi sebelum makan dengan menyikat gigi setalah makan terhadap kuantitas bakteri. PEMBAHASAN Suatu derajat keasaman atau seringkali disebut (ph) adalah sesuatu yang digunakan untuk menentukan tingkat keasaman suatu larutan. Dimana semakin kecil nilai ph maka semakin tinggi tingkat keasaman suatu larutan, dan dikatakan netral bila nlai ph adalah 7. Saliva adalah cairan dengan susunan yang seringkali mengalami perubahan antara lain dapat dilihat dari derajat keasaman (ph), kandungan elektrolit dan protein didalam susunannya. Menurut Amerogen (1991) dinyatakan bahwa susunan kualitatif dan kuantitatif elektrolit di dalam ludah menentukan ph dan kapasitas bufer saliva. Efek bufer adalah sifat saliva yang cenderung untuk selalu menjaga susanan dalam mulut agar tetap netral, dengan cara cairan saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula. Hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa menyikat gigi sebelum makan dan menyikat gigi setelah makan dapat membuat perubahan ph saliva baik yang basa, netral dan asam. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai gerakan mekanis yang dilakukan yaitu kecuali gerakan menyikat gigi juga gerakan mengunyah dan berkumur dimana hal ini adalah salah satu rangsang sekresi yang dapat mempengaruhi viskositas saliva. Untuk keterangan ph yang didapat dari hasil analisa deskriptif kelompok menyikat gigi sebelum makan, pada 5 menit setelah makan terjadi kenaikan jumlah responden yang ber ph asam, hal ini dikarenakan adanya konsumsi karbohidrat yang manis mempengaruhi sifat elektrolit saliva sehingga dapat mempengaruhi nilai ph, dan perubahan derajat keasaman cenderung bertambah pada 15 menit setelah makan kemudian akan berkurang nilai

7 keasamannya. Hal ini dapat terjadi karena setiap asupan konsumsi dapat merubah keadaan keasambasaan di dalam rongga mulut, terutama pada penelitian ini dipakai asupan yang mengandung gula (manis). Untuk melihat uji kemaknaan perubahan ph pada 5 menit, 15 menit dan 30 menit pada metode menyikat gigi sebelum makan dipakai uji Wilcoxon Signed Ranks test dan didapat bahwa pada antara ph awal dibanding ph 15 menit setelah makan didapat nilai signifikansi sebesar 0,11 karena lebih kecil dari 0,01 makan Ho ditolak yaitu artinya ada perbedaan bermakna antara ph Awal dengan ph 15 menit setelah makan. Demikan juga antara 5 menit dan 15 menit setelah makan pada metode menyikat sebelum makan didapat nilai signifikansi sebesar 0,11 karena lebih kecil dari 0,01 makan Ho ditolak yaitu artinya ada perbedaan bermakna antara ph 5 menit dengan ph 15 menit setelah makan yang dilakukan. Hal ini dimungkinkan karena pada 15 menit terjadi adanya fermentasi karbohidrat oleh bakteri sebagai hasil digesti minuman atau makanan yang bersifat asam yaitu dari roti yang manis. Untuk keberadaan bakteri yang dilihat pada kedua metode menyikat gigi tersebut diperiksa dari sediaan saliva dimana sampel mengalami perlakuan penelitian kemudian dilihat secara laboratoris dan ternyata masih didapat adanya sejumlah koloni bakteri pada kedua metode tersebut. Dan secara analisa hasil uji t test keberadaan kuantitas bakteri ternyata didapat nilai signifikansi sebesar 0,141; karena lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan kuantitas koloni bakteri pada metode menyikat gigi tersebut sebelum makan dengan menyikat gigi setelah makan. Hal ini dimungkinkan karena meskipun permukaan gigi telah terlebih dahulu dibersihkan sebelum makan tetapi produksi saliva yang tetap ada sehingga masih menungkinkan keberadaan bakteri bakteri lainnya, namun hanya keseimbangan jumlah bakteri yang berubah. Untuk keterangan ph yang didapat dari hasil analisa deskriptif kelompok menyikat gigi setelah makan, pada 5 menit setelah makan terjadi kenaikan jumlah responden yang ber ph netral tetapi ada penurunan jumlah responden yang mempunyai ph asam tetapi pada 15 menit setelah makan jmlah responden yang mempunyai ph asam naik (dari 6,7 % menjadi 20 %). Hal ini dapat terjadi karena setelah adanya asupan makanan kemudian ada stimulus gerakan mekanis yaitu menyikat gigi dan berkumur dimana dinyatakan oleh Houwing (1993) menyatakan bahwa sifat rangsang menentukan konsistensi produk saliva. Jadi efek bufer dari saliva membuat 5 menit pertama berubah tetapi kemudian karena tidak ada rangsang maka sifat saliva kembali semula (kepada ph awal). Dan secara analisa deskriptif pula dari hasil uji kuantitas bakteri ternyata masih dapat terlihat koloni bakteri pada saliva tersebut. Hal ini dimungkinkan karena meskipun ada asupan konsumsi gula dan setelah itu dibersihkan tetapi produksi saliva tetap ada dan masih menungkinkan keberadaan bakteri bakteri lainnya. KESIMPULAN 1. Tidak ada perbedaan pengaruh menyikat gigi sebelum makan dengan menyikat gigi setelah makan terhadap ph saliva 2. Tidak ada beda kuantitas bakteri di permukaan gigi pada tindakan menyikat gigi sebelum makan dan setelah makan 3. ph saliva 5 menit setelah makan belum banyak terjadi perubahan dibanding ph awal sebelum sikat gigi pada metode menyikat gigi sebelum makan

8 4. ph saliva 15 menit dan 30 menit setelah makan menunjukkan perubahan ph lebih menurun (asam) dibandingkan ph awal sebelum menyikat gigi pada metode menyikat gigi sebelum makan 5. ph saliva 5 menit setelah makan belum banyak terjadi perubahan dibanding ph awal sebelum sikat gigi pada metode menyikat gigi setelah makan 6. ph saliva 15 menit setelah makan menunjukkan perubahan ph lebih menurun (asam) dibandingkan ph awal sebelum menyikat gigi pada metode menyikat gigi setelah makan 7. ph saliva 15 menit setelah makan hampir serupa dengan ph awal sebelum menyikat gigi pada metode menyikat gigi setelah makan SARAN 1. Dianjurkan untuk menyikat gigi pada waktu suasana rongga mulut tidak dalam keadaan asam. 2. Dianjurkan menyikat gigi segera setelah makan,yaitu kurang dari 5 menit atau menunggu setelah 15 menit setelah makan 3. Dapat diperhatikan sebagai penelitian lanjutan terhadap ph plak yang ada di permukaan gigi DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta Depkes Republik Indonesia 1995. Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Depkes RI Febyanti, P.A, 2007. Perbedaan perubahan derajat Keasaman (ph) Plak sebelum dan seduah mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan makanan yang tidak mengandung gula pada penghuni asrama JKG Poltekkes. KTI JKG. Semarang: JKG Poltekkes Semarang Houwink, B. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Ircham, dkk. 1993. Penyakit Penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan Perawatannya. Yogyakarta : Liberty. Johnson AGJ, Ziegler R, Fitzgerald TJ, Lucasewiyes O, Hawley L, Mikrobiologi dan Imunologi, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994 Passiga. B, 2005, Kumpulan Naskah Simposium dan Temu Ilmiah, Jurnal PDGI, Jakarta Featherstone JBB, 1999, Prevention and Reverseal of Dental Caries role of Low Level Fluoride, Community Dentistry and Oral Epidemiology, 27,31-40