DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh)

dokumen-dokumen yang mirip
Dinamika Suhu pada Sistem Tangki-Seri-Tak-Berinteraksi dengan Arus Recycle

Studi Aplikasi Decoupling Control untuk Pengendalian Komposisi Kolom Distilasi

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Supervisory Control and Data Acquisition. Karakteristik Dasar Sensor

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

BAB 3 SISTEM DINAMIK ORDE SATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SCADA dalam Sistem Tenaga Listrik


Pengenalan SCADA. Karakteristik Dasar Sensor

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

Telemetri dan Pengaturan Remote

Pengembangan Sistem Kontrol

METODE OPTIMASI PADA SISTEM PENGENDALIAN PROSES TANGKI PEMANAS BERPENGADUK

Dinamika Level Cairan pada Sistem Tangki-Seri-Tak-Berinteraksi dengan Arus Recycle

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Instrumentasi Sistem Pengaturan

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

Pengendalian Proses CHS SKS. Departemen Teknik Kimia FTUI

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

BAB III DINAMIKA PROSES

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DINAMIKA PROSES TANGKI [DPT]

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL

Respons Sistem dalam Domain Waktu. Dasar Sistem Kontrol, Kuliah 4

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

Studi Pemodelan Bond Graph dan Perancangan Pengontrol Proportional + Integral untuk Level Boiler dan Temperatur Penukar Kalor pada Sistem Miniplant

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

Kalor dan Hukum Termodinamika

Simulasi Komputer untuk Analisis Karakteristik Model Sistem Pegas- Peredam Kejut- Massa

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

ANALISA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N DENGAN RETENSI PELANGGAN YANG MEMBATALKAN ANTRIAN

Pemodelan Difusi Oksigen di Jaringan Tubuh dengan Konsumsi Oksigen Linier Terhadap Konsentrasi

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati

KAJI EKSPERIMENTAL POLA PENDINGINAN IKAN DENGAN ES PADA COLD BOX. Rikhard Ufie *), Stevy Titaley **), Jaconias Nanlohy ***) Abstract

Analisa Response Waktu Sistem Kendali

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

SISTEM KENDALI OTOMATIS Analisa Respon Sistem

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Tujuan Pembelajaran. Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut.

B T A CH C H R EAC EA T C OR

METODOLOGI PENELITIAN

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport

ANALISIS DOMAIN WAKTU SISTEM KENDALI

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGEFISIENSIKAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK : STUDI KASUS PADA MODEL ALIRAN PANAS PADA WATER COOKER (PEMANAS AIR ELEKTRIK)

Dinamika Proses pada Sistem Pemanas Tangki Berpengaduk dengan Arus Bypass

BAB 7 SUHU DAN KALOR

4/16/2017. Start-up CSTR A, B Q A, B A, B. I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh. (Levenspiel, 1999, page 84)

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

Moh. Khairudin, PhD. Lab. Kendali T. Elektro UNY. Bab 8 1

J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 5 (2), 2013 ISSN :

BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

MODIFIKASI SEBUAH PROTOTIPE KALORIMETER BAHAN BAKAR (BOMB CALORIMETRY) UNTUK MENINGKATKAN AKURASI PENGUKURAN NILAI KALOR BAHAN BAKAR CAIR

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Peningkatan Repeatability Sistem Metering dengan Pengendalian Aliran Menggunakan PID

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Materi 9: Fuzzy Controller

Department of Mathematics FMIPAUNS

PENGANTAR PINDAH PANAS

9/17/ KALOR 1

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Heat and the Second Law of Thermodynamics

UJI ALAT DINAMIKA PROSES ORDE DUA INTERACTING CAPACITIES BUKAAN VALVE 1/3 (33,33%), 1/6 (16,67%) DAN 1/9 (11,11%)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Transkripsi:

DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh) ABSTRACT Process dynamics is variation of process performance along time after any disturbances are given into the process. Temperature measurement process system can be categorized as a first or second-order system. The former is built in case measuring by a thermometer system alone, whereas the latter use a thermowell-equipped thermometer system. This second-order system is classified into multicapacity process that consists of two capacities (first-order systems) in series, through which heat energy flow inside it. Data simulation resulted in first-order system whose time constant (τ) was greater at from-hotto-cold experimental data than from-cold-to-hot one. This simulation also showed that the secondorder system could be categorized as a critically damped response system which was characterized by a damping factor (ζ) value of 1. Key words: Process dynamics, first-order system, second-order system, time constant, damping factor PENDAHULUAN Sebuah sistem proses dapat digambarkan sebagai sebuah model input-output. Sistem proses dikatakan berperilaku dinamik apabila proses tersebut mempunyai unjuk kerja (performance) yang bervariasi dari waktu ke waktu. Perubahan unjuk kerja tersebut pada dasarnya merupakan respons (output) terhadap gangguan-gangguan dan perubahan-perubahan (input) yang dikenakan terhadapnya. Pada umumnya dinamika sebuah proses dapat digambarkan melalui sebuah persamaan diferensial linier (atau persamaan diferensial tak-linier yang dilinierisasi) berorde-n: n n 1 d y( t ) d y( t ) dy( t ) an + a... a1 a y( t ) b f ( t ) n n 1 + + + =... (1) n 1 dengan f(t) dan y(t) masing-masing adalah input dan output proses. Analisis dan penanganan proses yang berubah terhadap waktu, dalam kaitannya dengan keilmuan Teknik Kimia, sangat berguna dalam usaha pengendalian proses. Dinamika proses pengukuran temperatur dapat ditinjau sebagai sistem berorde-satu (yaitu jika hanya menggunakan termometer) atau sistem berorde-dua (yaitu jika menggunakan sistem termometer yang dilengkapi dengan sebuah thermowell). Sistem berorde-dua ini termasuk dalam kategori multicapacity process yang merupakan gabungan (secara seri) dari dua buah kapasitas penyimpanan energi panas (yaitu sistem pengukuran temperatur) berorde satu. PENGUKURAN TEMPERATUR SEBAGAI SISTEM BERORDE SATU Pengukuran temperatur cairan dengan termometer merupakan sistem berorde-satu, karena respons-nya dapat digambarkan melalui sebuah persamaan diferensial linier berorde-satu. Proses tersebut dideskripsikan dalam uraian berikut. Dua bejana gelas yang berisi cairan (misalnya air) mempunyai temperatur yang dipertahankan konstan pada harga yang berbeda (T L ). Cairan di bejana A bertemperatur rendah (misalnya T L = T R, yaitu temperatur pelelehan es (± o C)), sedangkan cairan di bejana B bertemperatur tinggi (misalnya T L = T T, yaitu temperatur pendidihan air (±1 o C)). Sebuah sistem termometer (yaitu termometer gelas/kaca yang berisi air raksa) yang digambarkan dalam bentuk irisan penampang lintang disajikan pada Gambar 1. bejana gelas (T L ) air raksa (T) gelas/kaca (dinding termometer) Gambar 1. Penampang lintang sistem termometer air raksa Proses pengukuran dilakukan dengan mengamati perubahan temperatur yang ditunjukkan oleh skala termometer ketika termometer mendapatkan input yang berupa fungsi tahap (step function). Termometer yang bertemperatur awal T secara tibatiba dimasukkan ke dalam media yang bertemperatur T L. Termometer akan memberikan respons terhadap perubahan temperatur. Adanya perbedaan antara temperatur air raksa (T) dan temperatur lingkungannya (T L ) akan mengakibatkan terjadinya perpindahan panas dari lingkungan (air) ke kaca (melalui film antara air-kaca) secara konveksi, di dalam kaca itu sendiri secara konduksi, dan dari kaca ke air raksa (melalui film antara kaca-air raksa) secara konveksi. Dua variasi tempuhan yang dilakukan meliputi pengukuran temperatur ketika termometer mendapatkan input fungsi tahap dari panas (T = T T ) ke dingin (T L = T R ), serta pengukuran temperatur ketika termometer mendapatkan input fungsi tahap dari dingin (T = T R ) ke panas (T L = T T ). Pengambilan data dilakukan pada waktu-waktu tertentu sedemikian sehingga pengukuran telah mendekati kondisi tunak (steady state). Pemodelan Matematika Sistem Proses Berdasarkan fenomena tersebut di atas, dapat disusun neraca energi (panas) yang berlangsung pada sistem sebagai berikut: Laju akumulasi panas = laju panas masuk laju panas keluar... () d( ρ V Cp T ) U A (TL T ) =... (3)

Asumsi-asumsi yang digunakan: 1. Dinding gelas sangat tipis dan koefisien perpindahan panas air raksa relatif besar.. Temperatur air raksa di sembarang titik sama. 3. Gelas tidak mengalami ekspansi dan/atau kontraksi selama terjadi perubahan temperatur. Jika ρ, V, dan Cp dianggap konstan, maka: ρ V Cp + T = T L U A... (4) atau: τ + T = TL... (5) dengan: ρ V Cp τ = U A... (6) τ biasanya disebut sebagai konstanta waktu (time constant). Dengan dua syarat batas yaitu T = T pada t = dan T = T pada t = t, serta pendefinisian dua buah besaran baru: Y = T T... (7) = T L T... (8) maka persamaan (5) dapat disusun ulang dalam bentuk: dy τ + Y =... (9) Dengan syarat batasnya yang berubah menjadi Y = pada t =, maka penyelesaian persamaan (9) adalah: Y ( t / τ ) = 1 e... (1) Persamaan diferensial (5) dan (9) memperlihatkan bahwa sistem proses pengukuran temperatur pada kasus ini mengikuti sistem berorde-satu yang mempunyai bentuk umum: d y( t ) τ + y( t ) = Kp f ( t )... (11) dengan y(t) adalah fungsi output atau respons terhadap waktu, f(t) adalah fungsi input terhadap waktu, τ adalah konstanta waktu proses, dan Kp adalah static gain atau steady state gain proses. Pada kasus ini, fungsi input berupa fungsi tahap dan Kp berharga satu. Suatu percobaan pengukuran temperatur sesuai dengan deskripsi di atas menghasilkan data-data seperti yang tersaji pada Tabel 1 dan Gambar a. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar a terlihat bahwa pemberian input (gangguan) pada proses mengakibatkan terjadinya dinamika perubahan respons temperatur (output) terhadap waktu. Pada saat-saat awal setelah dikenakannya gangguan terhadap proses, perubahan temperatur berlangsung secara cepat. Namun, perubahan tersebut terus berkurang hingga akhirnya respons temperatur tidak mengalami perubahan yang relatif signifikan lagi terhadap waktu. Tabel 1. Data pengukuran temperatur terhadap waktu, untuk sistem proses pengukuran temperatur menggunakan termometer (tanpa thermowell) (sistem berorde-satu) Panas dingin Dingin panas T [ o C] T [ o C], 1,,, 6, 87,7 4, 11,6 1, 76,8 9, 1,4 17,3 68,4 1,3 7,9 5,6 57,4,6 41, 3,6 49,4 8,6 51,8 41,6 4,9 38,6 6,3 49,4 34,7 41,4 65, 6,7 7,5 55,7 75,5 79,8 18,8 75,8 85, 93,8 14, 89,8 89,6 1,4 8,9 11,4 93,7 133,7 7, 13,7 96,1 155,5 5, 145,5 97,1 18,8 3,7 17,8 98,9,,9, 99,4 Konstanta Waktu Proses (τ) Berdasarkan penerapan teknik linierisasi persamaan model (1) terhadap data percobaan, diperoleh harga-harga konstanta waktu proses masing-masing sebesar 44,4 detik untuk percobaan dari panas ke dingin dan 39,8 detik untuk percobaan dari dingin ke panas. Gambar b merupakan representasi visual persamaan (1) yang dilakukan terhadap data-data percobaan. Berdasarkan persamaan (1) dapat dihitung bahwa harga τ sebenarnya merupakan harga t (waktu pengukuran) pada Y saat harga =, 63 (atau 63,%). Dengan kata lain, Gambar b sekaligus memperlihatkan bahwa harga τ pada kasus ini masing-masing adalah sebesar 46,8 detik untuk percobaan dari panas ke dingin dan 4, detik untuk percobaan dari dingin ke panas.

3 1 1 8 1, 1,8 T [ o C] 6 4 5 5 75 1 15 15 175 Y/,6,4, 5 5 75 1 15 15 175 (a) (b) Gambar. Profil respons temperatur terhadap waktu (sistem berorde-satu) Harga τ menyatakan kecepatan respons yang ditunjukkan oleh output akibat adanya perubahan input. Semakin besar harga τ berarti respons semakin lambat, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil perkiraan harga τ di atas, jelaslah bahwa respons termometer terhadap perubahan temperatur dari dingin ke panas lebih cepat dari pada perubahan dari panas ke dingin. Hal ini disebabkan karena molekul-molekul zat akan cenderung lebih mudah berada pada keadaan diam (kondisi dingin) dan kemudian bergerak cepat (kondisi panas) dibandingkan dengan berada pada keadaan bergerak cepat (kondisi panas) dan kemudian berkurang kecepatannya (kondisi dingin). PENGUKURAN TEMPERATUR SEBAGAI SISTEM BERORDE DUA Sebuah proses pengukuran temperatur yang mirip dengan deskripsi sistem berorde-satu dilakukan, tetapi menggunakan termometer yang dilindungi oleh sebuah thermowell. Tabung thermowell diisi dengan cairan tertentu dan termometer diletakkan pada posisi sedemikian sehingga dinding-luar termometer tidak bersentuhan dengan dinding-dalam tabung thermowell, seperti tersaji pada Gambar 3. bejana gelas (T L ) air raksa (T) gelas/kaca (dinding termometer) dinding thermowell thermowell (T th ) Gambar 3. Penampang lintang sistem termometer air raksa dengan thermowell Pemodelan Matematika Sistem Proses Tinjauan penurunan neraca panas di dalam termometer: ρ 1 V1 Cp1 = U1 ( Tth T )... (1) ρ1 V1 Cp1 = Tth T U1... (13) τ 1 + T = T th... (14) Tinjauan penurunan neraca panas di dalam thermowell : ρ V Cp th = U A ( TL Tth ) U1 ( Tth T )... (15) ρ V Cp th U1 U1 A + 1 T 1 th T TL U A + = + U A U A... (16) U1 Jika U 1 << U A sedemikian sehingga U A, maka: th τ + Tth = TL... (17) Substitusi persamaan (14) ke dalam persamaan (17) menghasilkan: d τ τ1 + T + τ1 + T = TL... (18)

d T τ 1 τ + ( τ1 + τ ) + T = T L... (19) Persamaan diferensial (19) memperlihatkan bahwa sistem proses pengukuran temperatur pada kasus ini mengikuti sistem berorde-dua yang mempunyai bentuk umum: d y( t ) d y( t ) τ + ζ τ + y( t ) = Kp f ( t )... () dengan y(t) adalah fungsi output atau respons terhadap waktu, f(t) adalah fungsi input terhadap waktu, ζ adalah damping factor (faktor peredam), τ adalah periode osilasi sistem, dan Kp adalah static gain atau steady state gain proses. Pada kasus ini, fungsi input berupa fungsi tahap dan harga Kp = 1, serta: τ = τ 1 τ... (1) τ dan 1 + τ ζ =... () τ1 τ Penyelesaian persamaan (19) secara analitik dengan dua syarat batas, yaitu T = T pada t = dan T = T pada t = t, τ menghasilkan: 1 t τ t T = T + (T TL ) exp exp... (3) τ τ 1 τ 1 τ τ 1 τ Melalui pendefinisian besaran baru seperti yang tersaji pada persamaan (7) dan (8), maka persamaan (3) dapat disusun ulang Y menjadi: τ = 1 t τ t exp exp... (4) τ τ1 τ1 τ τ1 τ Sistem proses pengukuran temperatur (penghantaran panas) pada kasus ini berlangsung melalui dua tahap, yaitu dari lingkungan ke tabung thermowell dan kemudian dari thermowell ke termometer (air raksa). Dengan demikian, sistem dapat dikatakan sebagai sistem berorde-dua yang termasuk dalam kategori multicapacity process (gabungan dua buah kapasitas penyimpanan energi panas (sistem pengukuran temperatur) berorde-satu secara seri). Hal ini secara eksplisit juga diperlihatkan oleh persamaan (14) dan (17) yang masing-masing merupakan persamaan diferensial linier berorde-satu. Tabel dan Gambar 4a menyajikan data-data pengukuran temperatur melalui prosedur yang telah dideskripsikan di atas. Representasi visual persamaan (4) yang dilakukan terhadap data diperlihatkan pada Gambar 4b. Tabel. Data pengukuran temperatur terhadap waktu, untuk sistem proses pengukuran temperatur menggunakan termometer (dengan thermowell) (sistem berorde-dua) Panas dingin Dingin panas T [ o C] T [ o C], 1,,, 9, 97,7 5,,6 17,3 95, 1,3 5,3 5,6 9,8,6 9,1 3,6 85,5 8,6 15,4 41,6 8,4 38,6 5,1 49,4 73,6 41,4 6,3 6,7 65,4 55,7 38, 79,8 53,8 75,8 53,7 93,8 45,4 89,8 6,9 1,4 33,4 11,4 7,7 133,7 8,5 13,7 81,3 155,5 1,3 145,5 84,7 18,8 15,6 17,8 9,5, 1,1, 95,1 345, 1,5 35, 99,9 4 1 1, 1 1 8,8 T [ o C] 6 4 Y/,6,4, 5 1 15 5 3 35 5 1 15 5 3 35 (a) (b) Gambar 4. Profil respons temperatur terhadap waktu (sistem berorde-dua)

Karakteristik Sistem Berorde-Dua dan Perbandingannya dengan Sistem Berorde-Satu Harga τ 1 dan τ dapat diperkirakan melalui teknik regresi tak-linier persamaan model (3) dan (4) terhadap data percobaan. Dengan mengetahui harga τ 1 dan τ, maka besarnya periode osilasi sistem (τ) dan faktor peredam (ζ) yang merupakan karakteristik sistem berorde-dua dapat ditentukan (hasil-hasilnya tersaji pada Tabel 3). Berdasarkan harga ζ yang tersaji pada Tabel 3 (ζ = 1), maka sistem berorde-dua ini termasuk dalam kategori critically damped response. Hal ini sesuai dengan karakteristik sistem berorde-dua yang dibentuk dari rangkaian dua buah sistem berorde-satu secara seri yang pada umumnya merupakan sistem overdamped response (ζ > 1) atau critically damped response (ζ = 1). Tabel 3. Hasil simulasi perhitungan sistem pengukuran temperatur berorde-dua Percobaan τ 1 [detik] τ [detik] τ [detik] ζ Dari panas ke dingin 68,6 39,1 51,8 1, Dari dingin ke panas 4,4 4 41, 1, Kecepatan respons yang ditunjukkan oleh output akibat adanya perubahan input pada sistem berorde-dua dinyatakan oleh harga τ. Jika harga τ semakin kecil, maka respons perubahan output akan berlangsung semakin cepat. Hal ini identik dengan pengaruh parameter konstanta waktu (τ) pada sistem berorde-satu. Berdasarkan Tabel 3, percobaan dari dingin ke panas mempunyai harga τ yang lebih kecil atau singkat (41, detik) dari pada percobaan dari panas ke dingin (51,8 detik). Perbedaan kecepatan respons ini ditunjukkan secara lebih jelas pada Gambar 4b. Dengan membandingkan Gambar b dan Gambar 4b, terlihat bahwa sistem berorde-satu menunjukkan karakteristik dinamika proses yang berbeda dari sistem berorde-dua. Pada sistem berorde-satu, kecepatan respons paling tinggi berlangsung di saat-saat awal setelah diberikannya input pada sistem, dan selanjutnya melambat seiring dengan bertambahnya waktu hingga Y tercapainya kondisi tunak (yaitu pada saat 1 ). Di sisi lain, sistem berorde-dua dengan kategori critically damped response memperlihatkan kecepatan respons yang relatif rendah di saat-saat awal, namun selanjutnya bertambah cepat, dan kemudian melambat kembali hingga tercapainya kondisi tunak. Respons ini akan semakin lambat dengan kenaikan harga ζ, yaitu pada sistem berorde-dua dengan kategori overdamped response. Namun demikian, secara keseluruhan sistem berordesatu mempunyai kecepatan respons yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem berorde-dua (dengan kategori critically damped response). Hal ini dapat dijelaskan melalui fenomena keberadaan thermowell pada sistem termometer yang berperan meningkatkan hambatan (tahanan) perpindahan (penghantaran) panas dari lingkungan (T L ) ke air raksa (T). PENUTUP Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran temperatur menggunakan termometer, dengan input proses yang berupa fungsi tahap, merupakan sistem proses berorde-satu (jika hanya menggunakan termometer) atau sistem berorde-dua (jika menggunakan termometer yang dilengkapi dengan sebuah thermowell). Sistem berorde-satu dikarakterisasi oleh parameter konstanta waktu (τ), sedangkan sistem berorde-dua dikarakterisasi oleh parameter faktor peredam (ζ) dan periode osilasi sistem (τ). Respons termometer terhadap perubahan temperatur input dari dingin ke panas berlangsung lebih cepat dari pada perubahan dari panas ke dingin. Penambahan thermowell pada sistem termometer mengakibatkan respons termometer berlangsung lebih lambat. DAFTAR ARTI LAMBANG A luas perpindahan panas [m ] Cp kapasitas panas air raksa dalam termometer [J/kg. o C] T temperatur cairan [ o C] t waktu proses [detik] U koefisien perpindahan panas keseluruhan [W/m. o C] V volume air raksa dalam termometer [m 3 ] temperatur lingkungan relatif terhadap temperatur mula-mula [ o C] Y temperatur respons relatif terhadap temperatur mula-mula [ o C] ρ densitas air raksa dalam termometer [kg/m 3 ] τ konstanta waktu proses atau periode osilasi sistem [detik] ζ faktor peredam (damping factor) [tak berdimensi] Subscript: kondisi mula-mula 1 termometer thermowell L lingkungan R rendah T tinggi thermowell th DAFTAR PUSTAKA Dale E. Seborg, Thomas F. Edgar, and Duncan A. Mellichamp, 1989, Process Dynamics and Control, New York: John Wiley & Sons, Inc. George Stephanopoulos, 1984, Chemical Process Control: An Introduction to Theory and Practice, New Jersey: Prentice- Hall, Inc. IGBN Makertihartha, 1998, Petunjuk Praktikum Dinamika Proses, Bandung: Laboratorium Instruksional Departemen Teknik Kimia ITB. Peter Harriott, 199, Process Control, New York: McGraw-Hill Book, Inc. Tri Partono Adhi, 1, Analisis Proses dalam Teknik Kimia: Tugas Mata Kuliah, Bandung: Departemen Teknik Kimia ITB. 5