2 i. This equation was valid for ratio weight of seed to solvent volume range 40gr/300ml to 80gr/300ml and speed of agitation was rpm.

dokumen-dokumen yang mirip
E K U I L I B R I U M ISSN : Vol. 11. No. 2. Halaman : Juli 2012

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

PENGARUH RASIO BERAT RUMPUT LAUT-PELARUT TERHADAP EKSTRAKSI AGAR-AGAR

KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA PADA EKSTRAKSI MINYAK IKAN GATUL DENGAN PELARUT N-HEXANE

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUK DAN WAKTU OPERASI PADA EKSTRAKSI TANNIN DARI MAHKOTA DEWA. Banjarbaru ABSTRAK

Ekstraksi Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan Pelarut Etanol

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PUTARAN OPTIK TERHADAP KONSENTRASI MINYAK KULIT BIJI METE DENGAN PENAMBAHAN PELARUT NON- POLAR MENGGUNAKAN POLARIMETER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS (Kca) PADA EKSTRAKSI GLUKOMANAN DARI UMBI ILES-ILES

KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAMI DARI RIMPANG KUNYIT (KURKUMINOID) DI DALAM TANGKI BERPENGADUK

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS)

MODEL PERPINDAHAN MASSA SISTEM CAIR-CAIR DALAM TANGKI BERPENGADUK DENGAN PENDEKATAN TEORI LAPISAN FILM

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

PEMODELAN PENGERINGAN SLAB CABAI SECARA FLUIDISASI

a. Pengertian leaching

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

EKSTRAKSI SENYAWA BRAZILIN DARI KAYU SECANG (CAESALPINIA SAPPAN LINN) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF UNTUK ZAT WARNA ALAMI

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Kata kunci : biji alpukat; ekstraksi; rendemen; solven

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, Hal Bambang Pramudono *), Septian Ardi Widioko dan Wawan Rustyawan

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN DAN SUHU OPERASI PADA EKSTRAKSI TANIN DARI JAMBU METE DENGAN PELARUT ASETON

METODOLOGI PENELITIAN

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PEMBUATAN RESIN PHENOL FORMALDEHYDE SEBAGAI PREKURSOR UNTUK PREPARASI KARBON BERPORI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman mete atau Anacardium occidentale.l sangat cocok untuk

Ekstraksi Biji Karet

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI

PENENTUAN KONDISI KESEIMBANGAN UNIT LEACHING PADA PRODUKSI EUGENOL DARI DAUN CENGKEH

SKRIPSI PENGARUH JUMLAH PELARUT, SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU CAIRAN KULIT BIJI METE (CASHEW NUT SHELL LIQUID) Oleh

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA MINYAK KELAPA

EKSTRAKSI TANIN DARI KULIT KAYU SOGA TINGI UNTUK PEWARNA BATIK

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KOEFISIEN TRANSFER MASSA PADA PROES EKSTRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNI )

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

PEMANFAATAN BIJI MANGGA MADU SEBAGAI MINYAK DENGAN METODE EKSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Percobaan

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia.

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

PEMODELAN SISTEM EKSTRAKSI PADAT CAIR TIPE UNGGUN TETAP

UJI EFEKTIFITAS CANGKANG TELUR DALAM MENGADSORBSI ION Fe DENGAN PROSES BATCH. Faisol Asip, Ridha Mardhiah, Husna

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

Pemanfaatan Biji Mangga Madu sebagai Minyak dengan Metode Ekstraksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

ADI SETIYONO FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR. Oleh F

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

Transkripsi:

EKSTRAKSI CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL) DARI KULIT BIJI METE Andriyanti Cahyaningrum *), Titik Setyowati *), Adrian Nur **) *) Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fak. Teknik UNS **) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS Abstract : Extraction of cashew nut shell liquid (CNSL) using n-hexane as solvent in batch extractor has been performed. The objective of this research was to evaluate parameter that came up in a mathematical model. The parameter that would be evaluated was transfer mass coefficient (K ca ). The experiments were carried out in a three necks glass as an extractor equipped with thermometer, mercury mixer, heater, and water cooler. The extraction processes temperature was 67 O C. Samples withdrawn at every 30 menit interval. The evaluation of CNSL in the samples were measured with gravimetry method. The evaluation of experimental data shows that the mathematical model proposed can describe the CNSL extraction. The transfer mass coefficient was related with affected variables by kca di S ρ Nd i = 0,3019 DL ρ VL µ This equation was valid for ratio weight of seed to solvent volume range 40gr/300ml to 80gr/300ml and speed of agitation was 400 800 rpm. 0,6700,0604 Keywords : extraction, cashew nut shell liquid, Anacardum occidentale Linn Pendahuluan Negara Indonesia sangat kaya sumber daya alam, salah satunya adalah jambu mete. Tanaman jambu mete telah lama dikenal dan diusahakan, namun pemanfaatannya belum maksimal. Dalam pengolahan gelondong jambu mete akan dihasilkan biji mete dan hasil samping berupa kulit biji mete gelondong. Produksi mete secara nasional mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 88.658 ton ( tahun 1999 ) menjadi 94.439 ton ( tahun 00 ) dalam bentuk mete gelondong. Berdasarkan data di atas kulit mete yang dihasilkan sebagai hasil samping pengolahan mete gelondong cukup melimpah serta murah karena dijual dengan harga rata-rata Rp.50/kg. Dan biasanya hanya dipakai sebagai kayu bakar. Kulit mete mengandung minyak laka atau Cashew Nut Shell Liquid ( CNSL), yang tidak dapat digunakan sebagai bahan pangan tetapi digunakan untuk berbagai macam keperluan industri. Adapun manfaat minyak laka ( CNSL ) di bidang industri antara lain : 1. Sebagai bahan baku oli rem mobil dan pesawat terbang. Perekat kayu pada industri kayu lapis nasional. Pemanfaatan minyak kulit mete atau CNSL sebagai perekat kayu lebih memberikan jaminan keamanan karena tidak menimbulkan penyakit kulit dan infeksi saluran nafas sebagaimana dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh fenol formaldehide. 3. Bahan pestisida nabati. Berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah-Rempah dan Obatobatan Bogor, pemanfaatan CNSL untuk perekat kayu dapat menghemat devisa negara pada industri kayu lapis nasional karena negara tidak perlu mengimpor fenol formaldehyde sebagai perekat kayu. Selama tahun 1998 00 Indonesia mengimpor fenol formaldehyde rata rata 3.090 ton / tahun atau senilai 4.55.971 dolar AS dan resin fenolik rata-rata 0.570 ton/tahun atau senilai 16.707.03 dolar AS. Sektor industri kayu juga mengimpor 14.865 ton fenol/tahun. (Suara Merdeka, 4 Januari 005 ). 40 E K U I L I B R I U M Vol. 5. No. 1. Juni 006 : 40 45

Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan koefisien transfer massa (k c a) pada proses ekstraksi kulit biji mete dengan variabel kecepatan pengadukan dan berat padatan kulit biji mete per volum pelarut yang konstan. Tinjauan Pustaka Kulit biji mete sebagai hasil samping pengolahan biji mete sangat potensial sebagai bahan baku CNSL Adapun hasil CNSL baik secara kualitas dan kuantitas tergantung pada perlakuan perlakuan yang telah diberikan dalam proses pengolahan biji mete sebelumnya. Ada beberapa perlakuan terhadap kulit biji mete selama pengolahannya yaitu : 1. Kulit mete gelondong yang telah mendapat perlakuan pemanasan atau penggorengan sehingga kadar minyak laka berkurang. Kulit mete gelondong yang masih segar adalah kulit mete yang belum mendapat perlakuan apa-apa sehingga kadar minyak laka pada kulit mete gelondong segar sangat tinggi. CNSL sebenarnya merupakan senyawa fenolat kompleks yang mengandung rantai cabang yang panjang dan sifatnya tidak jenuh. Minyak ini sangat korosif sehingga mampu melepuhkan kulit tangan. Sifat korosif ini dapat hilang jika mengalami perlakuan pemanasan karena akan terjadi dekarboksilasi yang mengubah asam anakardat yang sifatnya racun menjadi kardanol yang sifatnya lunak. Ditinjau dari komposisi kimianya CNSL berbeda beda tergantung pada cara memperolehnya atau cara ekstraksi yang digunakan dan pemberian panas yang telah dilakukan dalam proses penggorengan (roasting ). CNSL alami (cold solvent extracted) terdiri dari 70% asam anakardat, 18 % kardol dan 5 % kardanol. Senyawa tersebut terdiri dari campuran unsur yang mempunyai berbagai rantai gugus alkil tidak jenuh. Adapun komposisi dari CNSL teknis (heat extracted process) yaitu 5% kardanol,10% kardol dan 30 % senyawa polimer. COOH C 15 H 31 Asam Anakardat Kardanol Kardol C 15 H 31 C 15 H 31 Gambar 1. Struktur Bangun CNSL Dasar Teori Neraca massa minyak CNSL dalam larutan di dalam tangki berpengaduk yaitu : = k C a ( C * A - C A ) (1) * subtitusi dengan persamaan Henry C A = H. X A menjadi : = k C a ( H.X A - C A ) () Neraca massa total minyak CNSL dalam tangki adalah : X A0 S + C A0 V = X A S + C A V L (3) Kadar minyak CNSL dalam cairan mula mula ( C A0 ) = 0, maka dari persamaan (3) dapat disusun persamaan sebagai berikut ini : X A0S C AVL X A = S (4) Jika persamaan (4) disubtitusikan ke persamaan (), akan menjadi : = k C a H X A0 + kc ahvl kca C A S (5) Misal :A = k C a H X A0 dan kc ahvl B = kca S Persamaan (5) menjadi : = A + B.C A (6) Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete (Andriyanti C., Titik S., dan Adrian Nur) 41

Dengan kondisi batas saat t = 0, C A = 0 dan saat t = t, C A =C persamaan (6) dapat diselesaikan secara analitis sehingga diperoleh : 1 C A = B A [ exp ( Bt ) 1 ] HX A0 C A = HVL 1 S kcahvl [ exp kca t 1 S ] (7) Persamaan (7) menunjukkan hubungan konsentrasi minyak CNSL dalam cairan pada berbagai waktu ekstraksi. Difusivitas solute dalam cairan (D L ) dapat diperkirakan dengan menggunakan korelasi empiris, Wilke dan Chang mengajukan korelasi untuk menentukan difusivitas solid dalam cairan sebagai berikut (Geankoplis, 1993) : D L = 1,173. 10-16 V ( ω B 0.6 Μ B ) 0.5 T µ (8) METODOLOGI PENELITIAN Kulit biji mete diperoleh dari Jatisrono, Wonogiri. Kulit biji mete tersebut telah dihancurkan hingga berbentuk butiran kemudian diayak untuk mendapat ukuran lolos 50 mesh. Susunan alat yang digunakan dalam ekstraksi CNSL ditunjukkan pada gambar. Konsentrasi zat warna dalam biji buah mete mula-mula (Xo) ditentukan dengan menggunakan alat ekstraksi soxlet. Ekstraksi dilakukan pada temperatur 67 O C dengan solvent n- heksan. Hasil ekstraksi diperoleh kadar minyak CNSL awal sebanyak 0,388 gr minyak /gr padatan. Konstanta Henry ditentukan dengan cara mengekstraksi kulit biji mete pada labu leher tiga berpengaduk yang diset pada kecepatan putar 400, 500, dan 600 rpm pada suhu 67ºC. Dalam waktu tersebut, diasumsikan larutan telah jenuh. 3 7 6 Keterangan : 1. Motor pengaduk. Pendingin bola 3. Klem + statif 4. Pengaduk merkuri 5. Termometer 6. Labu leher tiga 7. Waterbath Gambar. Rangkaian Alat Dengan persamaan Henry akan didapatkan X A pada berbagai variasi. Selanjutnya dibuat grafik C A * vs X A. Slope grafik tersebut adalah besarnya konstanta Henry, Proses Ekstraksi dilakukan pada tangki berpengaduk dengan mengeset suhu operasi pada 67ºC. Sebanyak 40, 60, 80 gram berat kulit biji mete dimasukkan ke dalam tangki (labu leher tiga) yang telah berisi 300 ml n-heksan. Sampel larutan diambil setiap 30 menit sebanyak masing-masing ± 10 ml. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan penentuan kadar minyak awal dalam butiran kulit biji mete diperoleh kadar minyak CNSL awal sebanyak 0,388 gr minyak / gr padatan. 4 5 4 E K U I L I B R I U M Vol. 5. No. 1. Juni 006 : 40 45

Hubungan Ca*terhadap Xa diperoleh persamaan Ca* = 0,0458Xa. Slope pada persamaan tersebut merupakan konstanta Henry yaitu sebesar 0,0458. Ca (gr/ml) 0,016 0,014 0,01 0,01 0,008 0,006 0,004 0,00 0 40gr/300ml data 40gr/300ml hitung 60gt/300ml data 60gr/300ml hitung 80gr/300ml data 80gr/300ml hitung 0 30 60 90 10 150 180 10 40 waktu (menit) Gambar 3. Hubungan Ca pada 400 rpm Gambar 3 menunjukkan bahwa pada kecepatan pengadukan yang konstan maka semakin lama waktu ekstraksi, CNSL yang didapat akan semakin banyak sampai pada waktu tertentu hingga berat minyak konstan (pada waktu kesetimbangan). Berdasarkan data percobaan, semakin besar berat bahan per volume konstan yaitu pada 80gr/300ml maka kandungan CNSL (Ca ) yang didapat akan semakin besar pada waktu ekstraksi yang sama. Gambar 4 menunjukkan bahwa pada perbandingan berat per volum konstan ( 40 gr / 300 ml ) maka semakin lama waktu ekstraksi, CNSL yang didapat akan semakin banyak sampai pada waktu tertentu hingga didapat berat minyak konstan (pada waktu kesetimbangan). Dari data hasil percobaan didapat bahwa semakin besar kecepatan pengadukan yaitu pada 600 rpm maka CNSL yang didapat (Ca) akan semakin besar pada waktu ekstraksi yang sama. Nilai k ca didapat dari hasil simulasi Program Utama Minimasi SSE Matlab, dengan trial-error nilai Kca yang memberikan nilai SSE (Sum of Square of Error) minimum. Hasil simulasi pada berbagai berat bahan dan kecepatan pengadukan tercantum pada tabel. Ca 0,016 0,014 0,01 0,01 0,008 0,006 0,004 0,00 400rpm data 400rpm hitung 500rpm data 500rpm hitung 600rpm data 600rpm hitung 0 0 30 60 90 10 150 180 10 40 waktu (menit) Gambar 4. Hubungan Ca pada S/V 40gr/300ml Tabel 1. Nilai K ca optimum hasil minimasi SSE No S / V N K ( gr / ml ca ( rpm ) ( menit -1 ) solvent ) 1 400 40/300 0.003875 60/300 0.00715 3 80/300 0.009500 4 500 40/300 0.010000 5 60/300 0.011000 6 80/300 0.01687 7 600 40/300 0.01350 8 60/300 0.014000 9 80/300 0.01750 Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan pengadukan dan berat padatan maka nilai k ca akan semakin besar pula. Dalam penelitian ekstraksi CNSL ini digunakan sistem geometri baik jenis, ukuran alat dan bahan tetap serta sifat fluida dijaga tetap (suhu dijaga tetap). Oleh karena itu, harga K ca dipengaruhi oleh perbandingan berat padatan dengan volume pelarut ( S/V ) yaitu semakin besar S/V maka nilai koefisien transfer massa volumetric ( k ca ) akan semakin besar. Hal ini disebabkan semakin besar Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete (Andriyanti C., Titik S., dan Adrian Nur) 43

S/V maka luas permukaan padatan semakin besar sehingga kontak antara padatan dengan pelarut semakin sering akibatnya difusi minyak CNSL dari permukaan padatan ke pelarut semakin besar sehingga k ca semakin besar. Demikian halnya dengan kecepatan pengadukan bahwa semakin besar kecepatan pengadukan (N) maka nilai koefisien transfer massa volumetric (k ca ) akan semakin besar. Hal ini disebabkan semakin besar kecepatan pengadukan (N ) akan terjadi turbulensi sehingga akan memperluas kontak permukaan antara padatan dan pelarut maka difusi minyak CNSL semakin besar akibatnya nilai k ca semakin besar. Hubungan variabel variabel yang berpengaruh pada proses ekstraksi CNSL dari kulit biji mete pada persamaan dalam bentuk Bilangan Tak Berdimensi seperti berikut ini : 0,6700,0604 kca di S ρ Nd i = 0,3019 DL ρ VL µ Harga D L dicari secara empiris dengan persamaan yaitu persamaan Wilke dan Chang. Diperoleh D L = 1,517 x 10-13 cm /menit. Tabel. Hasil Analisa CNSL No Parameter sat Standar Hasil Mutu Analisa 1 Warna Coklat gelap Coklat gelap Spesifik 0,9 0,9459 grafity (30 0 C) 0,96 3 Viskositas cp 50 00 54,38 ( 30 0 C) 4 Kandungan abu 5 Kandungan air 6 Bilangan asam 7 Bilangan Penyabunan 8 Ketidaklarut an dalam toluen 9 Index bias (0 0 C) % bera t 7 1,0 (max) 0,74 %,0 (max) 1,76 mg KOH/ gr < 0 1,04 18 30 3,94 % 1 ( max ) 1 1,5050-1,5080 1,5067 Hasil analisa CNSL yang diperoleh dan perbandingan dengan santrar mutu ditunjukkan pada tabel. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa CNSL hasil ekstraksi dari kulit biji mete dengan pelarut n-hexana telah memenuhi standar mutu. KESIMPULAN Dari hasil penelitian, perhitungan serta pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai koefisien transfer massa volumetris ( k ca ) semakin besar dengan meningkatnya perbandingan berat padatan per volume pelarut( S / V ).. Nilai koefisien transfer massa volumetris ( k ca ) semakin besar dengan meningkatnya kecepatan pengadukan ( N ). 3. Hubungan antara nilai koefisien transfer massa vulumetris ( k ca ) dengan variabel-variabel peubah yang mempengaruhi untuk kulit biji mete berbentuk butir halus dalam bentuk persamaan kelompok bilangan tak berdimensi (KTD) adalah sebagai berikut : 0,6700 k ca d i S ρ N d i = 0,3019 D L ρ V L µ Dengan ralat rata-rata sebesar 1 %. DAFTAR LAMBANG X A : konsentrasi minyak dalam padatan (gr minyak / gr padatan ) X AO : konsentrasi minyak dalam padatan mula-mula (gr minyak/gr C A padatan ) : konsentrasi minyak di larutan pada waktu t (gr minyak / cm 3 pelarut) C A * : konsentrasi minyak dalam larutan yang setimbang dengan kadar minyak pada permukaan padatan (gr minyak / cm 3 ) C AO : konsentrasi minyak pada larutan mula-mula (gr / cm 3 ) D L di d b H : diffusifitas solute dalam solvent (cm / menit) : diameter impeler (cm) : diameter butir (cm) : tetapan kesetimbangan Henry (gr padatan / cm 3 larutan ) K ca : koefisien transfer massa volumetris (1 / menit),0604 44 E K U I L I B R I U M Vol. 5. No. 1. Juni 006 : 40 45

N A : fluks massa minyak (gr / cm menit ) N AV : fluks massa minyak tiap satuan waktu tiap satuan volume pelarut (gr /cm 3.menit) S : berat padatan (gram ) ρ : berat jenis pelarut (gr / cm 3 ) µ : viskositas pelarut ( cp ) V L : volume molar solut (cm 3 / gmol) T : suhu mutlak (K) N : kecepatan pengadukan (1 /menit) t : waktu (menit) ϕ : parameter solven M B : berat molekul pelarut (gr / grmol) v : volume atom (cm 3 / grmol) DAFTAR PUSTAKA Barker, J.J and Treyball, R.E., 1969, Mass Transfer Coefficients for Solids in Suspended Agitated Liquids, AIChE Journal Vol.6 No pp.89-95 Geankoplis,C,J.,1993,, Transport Processes and Unit Operations, third edition, Prentice Hall,Inc,USA HTTP://Goldenproducts.org /html/cashew.html Cashew Nut Shell Liquid Suara Merdeka, 4 Januari 005, Pemanfaatan Pengolahan Minyak dari Kulit Biji Mete Treyball,R.E.,1981, Mass Transfer Operation, third edition, Mc Graw Hill, Singapore www.cardolite.com Test Plan For Cashew Nut Shell Liquid Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete (Andriyanti C., Titik S., dan Adrian Nur) 45