PERTEMUAN 2 & 3 KONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
SUPERVISI PENDIDIKAN. Pendekatan humanistik. Profesionalisasi. guru 2/12/2012. Bimbingan Bantuan Pembinaan Pengarahan Petunjuk Kemitraan

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

MENINGKATKAN PERAN GURU MELALUI SUPERVISI

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. sangat dominan. Hal ini tampak pada sebagian rincian tugas dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini, akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008

KODE ETIK PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan ketentuan umum penjelasan Undang Undang nomor 20

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran sangat dominan. Hal ini tampak pada sebagian

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Tujuan pendidikan berdasarkan di dalam tujuan pendidikan

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik penilaian yang sesuai. Desain organisasi PAUD didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

Oleh: Dr. En d a n g Poer w a n t i, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

Transkripsi:

PERTEMUAN 2 & 3 KONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKAN Pengertian Supervisi menunjukkan kepada sebuah aktivitas akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh orang yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan yang tajam.

Lanjutan Supervisi adalah pengawasan professional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa. Supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar mengajar, memberdayakan guru dan mempertinggi kualitas mengajar.

lanjutan Seorang supervisor adalah seorang yang professional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Tugas Supervisor Memberi petunjuk dan saran untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran ke arah yang lebih baik. Misi Utama: Memberikan pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu proses dan hasil pembelajaran & memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan baik

Sasaran Supervisi Pend 1. Supervisi akademik (mutu proses dan hasil pembelajaran) 2. Supervisi administrasi (pendukung dan kelancaran terlaksnanya pembelajaran) 3. Supervisi lembaga (meningkatkan kinerja dan nama baik sekolah secara total)

Fungsi Supervisor 1. The Administratif function 2. The Evaluation process function 3. The Teaching function 4. The Role of consultant

Program Supervisi 1. Kemampuan menjabarkan kurikulum ke dalam program cawu 2. Kemampuan menyusun perencanaan mengajar (satpel) 3. Kemampuan dalam melaksanakan KBM dengan baik 4. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar 5. Kemampuan untuk memberi umpan balik secara teratur dan terus menerus 6. Kemampuan membuat dan menggunakan alat bantu mengajar secara sederhana

lanjutan 7. Kemampuan dalam menggunakan/ memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar 8. Kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan dalam belajar 9. Kemampuan mengatur waktu dan menggunakannya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan programprogram belajar murid 10. Kemampuan memberikan pelajaran dengan memperhatikan perbedaan individual diantara para siswa 11. Kemampuan mengelola KBM ko dan ekstra kurikuler serta kegiatan lainnya yang berkaitan dg belajar siswa

Supervisi di Era Otda 1. Jaminan Mutu (QA) 2. Pendorong Mutu Sekolah 3. Transparansi bagi siswa dan OT/masy 4. Indikator sekolah di daerah telah berjalan efektif 5. Akuntabilitas pendidikan kepada masyarakat 6. Mendorong terjadinya proses perbaikan mutu internal secara berkelanjutan

Pertemuan 4 Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan 1. Prinsip Fundamental berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan Agama 2. Prinsip Praktis: a. Prinsip Negatif yang harus dihindari: - supervisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter) - supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan - supervisi tidak boleh lepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran - supervisi hendaknya tidak hanya menilai hal-hal yang nampak terlihat

lanjutan - Supervisi tidak mencari kelemahan/kekurangan/ kesalahan - Supervisi jangan terlalu berharap cepat mengharapkan hasil atau perubahan B. Prinsip-Prinsip Positif: - Supervisi bersifat konstruktif dan kreatif - Supervisi didasarkan kepada sumber-sumber kolektif dari kelompok tidak hanya dari supervisor sendiri Supervisor yang baik: 1. Mempergunakan sumber-sumber dan usaha-usaha dari kelompok

lanjutan 1. 2. Bekerja di dalam dan bersama-sama dengan kelompoknya 2. 3. Membina guru-guru dan siswa menjadi orang-orang yang terdidik 3. 4. Bekerja dengan (within) dan bersama-sama dengan kelompok rekannya, membina diri sendiri dan rekannya untuk bekerja dengan baik. 4. Supervisi dilandasi oleh hubungan profesional bukan hubungan pribadi 5. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan kesanggupan para guru dan karyawan sehingga menjadi kekuatan sekolah

lanjutan 6. Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan para guru, karyawan dan hubungan baik diantara mereka 7. Supervisi hendaklah progresif, dilaksanakan bertahap tapi penuh ketekunan 8. Supervisi hendaklah dimulai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya 9. Supervisi hendaklah selalu memperhitungkan kesanggupan dan sikap-sikap orang yang disupervisi, bahkan juga prasangkaprasangka mereka 10. Supervisi hendaklah sederhana dan informal dalam pelaksanaannya 11. Supervisi hendaklah obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri

Pertemuan 5 Tujuan dan Fungsi Suspen A.Tujuan Umum : Membina, membimbing, membantu, mendorong warga sekolah yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain.

Tujuan umum: Untuk meningkatkan, memajukan, & mengembangkan mutu sekolah secara terus menerus dengan melibatkan seluruh kekuatan warga sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.

B. Tujuan Pend Nasional Mencerdaskan kehidupan bangsa Beriman dan Bertaqwa Berakhlak Mulia Mandiri Kreatif Memiliki keterampilan dan pengetahuan Berperan di masa depan

C. Tujuan Khusus 1. Membantu guru agar lebih mengerti dan mendalami tujuan pendidikan dan fungsi sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan; 2. Membantu guru agar lebih mengerti dan memahami kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswanya dengan berupaya memberikan masukan dan solusinya; 3. Membantu menemukan kekuatan dan kelemahan yang ada pada guru sehingga guru tersebut lebih produktif; 4. Membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan sesama guru, pimpinan sekolah, siswa dan masyarakat;

Lanjutan: 5. Membantu guru agar dapat meningkatkan keterampilan mengajarnya di depan kelas; 6. Membantu guru agar dapat meningkatkan kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi akademik dan kompetensi sosial; 7. Membantu guru baru agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya secara profesional;

Pertemuan ke 6 Gaya Kepemimpinan Supervisor Pendidikan 1. Supervisor yang Otokratis: seorang supervisor yang menentukan sendiri segala sesuatunya untuk dan harus dilaksanakan oleh warga sekolah melalui proses pengawasan yang seksama. 2. Supervisor yang Demokratis: seorang supervisor yang menyadari fungsinya untuk membina warga sekolah melalui proses pengambilan keputusan bersama melalui musyawarah dengan warga sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.

Lanjutan: 3. Supervisor yang Laissez faire : seorang supervisor yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada orang-orang yang disupervisi untuk melakukan apa yang dianggapnya baik. Ditandai dengan sikapnya yang apatis, masabodoh, acuh tak acuh dan mempercayakan segala sesuatunya kepada warga sekolah untuk melakukannya. 4. Supervisor yang Psedo-demokratis: seorang supervisor yang melakukan proses dengan cara demokratis tetapi pada kenyataannya ditentukan segala sesuatunya oleh sendiri. Sehingga hasil musyawarah diabaikan atau tidak berarti apa-apa pada warga sekolah.

Pertemuan ke 7 Proses Supervisi Pendidikan Model Supervisi Pendidikan: 1. Supervisi yang Korektif: Dalam proses supervisinya lebih bersifat mencari kelemahan atau kesalahan yang mungkin diperbuat oleh warga sekolah yang disupervisi. 2. Supervisi yang preventif: Dalam proses supervisinya lebih bersifat pencegahan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Supervisor proaktif memberikan kritik atau saran agar warga sekolah tidak melakukan kesalahan-kesalahan.

Lanjutan: 3. Suvervisi yang Konstruktif: Dalam proses supervisinya lebih bersifat membangun agar warga sekolah dapat mengembangkan potensi, fasilitas, dan dana yang ada untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan bersama. 4. Supervisi yang Kretif: Dalam proses supervisinya lebih menekankan pada inisiatif dan kebebasan mencipta, serta memanfaatkan segala potensi, tenaga, sumber dana yang ada untuk mewujudkan tujuan supervisi sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masingmasing sekolah. Supervisi yang kreatif akan melahirkan motivasi untuk berkreasi, inovasi, kemandirian, dan kepercayaan diri bagi warga sekolah.

Lanjutan: 5. Supervisi yang Koperatif: dalam proses supervisinya lebih mengedepankan kebersamaan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran agar ditemukan suatu solusi terbaik bagi pembelajaran selanjutnya.

STANDAR KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH KEPRIBADIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN SOSIAL KOMPETENSI PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN EVALUASI PENDIDIKAN SUPERVISI MANAJERIAL SUPERVISI AKADEMIK 24

KONDISI SAAT INI Kualifikasi Pengawas SD : 18 % <S1 Kualifikasi Pengawas Dikmen : 65% <S2 Rekruitmen : tidak didasarkan pada kompetensi Belum ada Induction Program Jabatan dan karir Pengawas tidak menarik Kurang menguasai supervisi akademis Kompetensi masih belum memadai Remunerasi belum ditetapkan dengan baik Belum ada CPD yang terprogram Citra dan wibawa akademik masih rendah Program kepengawasan belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan sekolah Laporan kepengawasan belum digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambil keputusan MENUJU PENGAWAS MASA DEPAN PENGAWAS SEKOLAH PROFESIONAL DAN BERMARTABAT

Tugas Pokok TUGAS POKOK DAN FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH Fungsi Memantau Menilai Mensupervisi Membina Melaporkan Kinerja guru Dalam Pembelajaran PENGAWAS SEKOLAH YANG PROFESIONAL Kinerja Kep.Sek Dalam Mengelola Pendidikan Mitra Guru Inovator Konselor Motivator Kolaborator Asesor Evaluator Konsultan

TANTANGAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN PENGAWAS SEKOLAH Jumlah Pengawas Sekolah Berdasarkan Ijazah Terakhir N = 21.627 D I D III S2

TUNJANGAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH (RPP GURU pasal 15 ayat 5) Guru yang diberi tugas sebagai pengawas satuan pendidikan diberi tunjangan profesi guru apabila yang bersangkutan : Berpengalaman sebagai guru sekurangkurangnya 8 tahun atau kepala sekolah sekurangkurangnya 4 tahun Memenuhi persyaratan akademik sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan Memiliki sertifikat pendidik Melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas pengawasan

Skor Hasil Tes Kompetensi Pengawas Sekolah Propinsi Riau, Kab. Wonogiri dan Beberapa Wilayah

Pendidikan Terakhir dan Kompetensi Pengawas Sekolah Kab. Wonogiri Prop. Riau 30

Usia dan Kompetensi Pengawas Sekolah Kab. Wonogiri N = 161 31

Pengalaman sebagai Kepala Sekolah dan Kompetensi Pengawas Sekolah Kab. Wonogiri N = 161 32

PROSENTASE JUMLAH SEKOLAH DALAM KEPENGAWASAN 60 50 50.20 40 30 28.10 20 14.90 10 6.80 0 kurang dari 10 sekolah 10-20 sekolah 21-40 sekolah lebih dari 40 sekolah 6 SAMPEL KABUPATEN/KOTA : Kota Padang, Kab. Tanah Datar, Kota Surabaya, Kab. Probolinggo, Kota Makasar, Kab. Maros

PROSENTASE LAMA BERKUNJUNG PENGAWAS 50 45 40 39.70 45.70 35 30 25 20 15 10 6.90 5 0 kurang dari 30 Menit kira-kira 1 jam kira-kira 2 jam lebih dari 2 jam 1.70 6 SAMPEL KABUPATEN/KOTA : Kota Padang, Kab. Tanah Datar, Kota Surabaya, Kab. Probolinggo, Kota Makasar, Kab. Maros

Jumlah KENDALA UTAMA PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENJALANKAN TUGAS 70 64 60 50 40 45 36 30 20 10 20 10 0 TRANSPORTASI INSTRUMEN KEPENGAWASAN Kurangnya Pelatihan Jarak antar sekolah LAIN-LAIN 6 SAMPEL KABUPATEN/KOTA : Kota Padang, Kab. Tanah Datar, Kota Surabaya, Kab. Probolinggo, Kota Makasar, Kab. Maros

PERBANDINGAN JMLH PERPUSTAKAAN, TENAGA PERPUSTAKAAN DAN SEKOLAH SD 2006/2007 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 135819 146813 6684 10994 9333 2649 Negeri Swasta Jumlah Perpustakaan Tenaga Perpustakaan Sekolah