ANALISA STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.CHANDRA ASRI,CILEGON AKIBAT INTEGRASI PLN

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan

Analisis Kestabilan Transien di PT. PUSRI Akibat Penambahan Pembangkit 35 MW dan Pabrik P2-B Menggunakan Sistem Synchronizing Bus 33 kv

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

Nama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati

Analisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 18 MW Menjadi STG 32 MW

Erik Tridianto, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS

Analisa Stabilitas Transien pada Sistem Kelistrikan PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pabrik KALTIM 1), Akibat Reaktivasi Pembangkit 11 MW.

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban Sistem Kelistrikan Distrik II PT. Medco E&P Indonesia, Central Sumatera

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN BERBASIS CRITICAL CLEARING TIME PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

Analisa Stabilitas Transien dan perancangan pelepasan beban pada Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang di Pomaala (Sulawesi Tenggara)

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Badak NGL

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD.

STUDI STABILTAS TRANSIEN DI PT PERTAMINA UP IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN PABRIK BARU

PERHITUNGAN CCT (CRITICAL CLEARING TIME) UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIENT PADA SISTEM KELISTRIKAN 500KV JAWA-BALI

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Ir Ontoseno Penangsang, M.Sc.Phd Dr. Ardyono Priyadi, ST.M.Eng NAMA : GEDHE ARJANA PERMANA PUTRA NRP :

Analisa Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang di Pomaala (Sulawesi Tenggara)

Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern saat ini, tenaga listrik memegang peranan penting dalam

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ), Tuban.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan frekuensi nominalnya. peningkatan kualitas sistem kelistrikannya agar didapatkan sistem yang dapat bekerja

Studi Perhitungan Critical Clearing Time Pada Beban Dinamis Berbasis Controlling Unstable Equilbrium Point

Analisa Transient Stability dan Pelepasan Beban Pengembangan Sistem Integrasi 33 KV di PT. Pertamina RU IV Cilacap

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV

Simulasi Perbaikan Transient Dengan Memanfaatkan Reclosing Circuit Breaker Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT. Asahimas Flat Glass Tbk

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Studi Kestabilan Sistem dan Pelepasan Beban (Load Shedding) Berdasarkan Standar IEEE di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN RELAYFREQUENCY PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd.NORTH BUSINESS UNIT MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA

Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory

Tugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009

Analisis Stabilitas Transien Dan Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem Kelistrikan Tabang Coal Upgrading Plant (TCUP) Kalimantan Timur

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri atas sistem

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-136


BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Komponen tersebut mempunyai fungsi

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating

PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TERHADAP PERILAKU SISTEM TENAGA LISTRIK SULAWESI SELATAN DALAM KEADAAN TRANSIEN

Analisis Stabilitas Transient Pada Sistem Tenaga Listrik dengan Mempertimbangkan Beban Non-Linear

Evaluasi Ground Fault Relay Akibat Perubahan Sistem Pentanahan di Kaltim 1 PT. Pupuk Kaltim

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas garis besar penelitian yang meliputi latar belakang,

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II

ANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON

TUGAS AKHIR - TE

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

Mesin Arus Bolak Balik

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN DI PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT INTEGRASI DENGAN PLN

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN AKIBAT PENAMBAHAN PEMBANGKIT 1x26,8 MW PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT. CHANDRA ASRI AKIBAT INTEGRASI DENGAN PT. TRI POLYTA

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

SIMULASI PENGENDALIAN PRIME MOVER KONVENSIONAL

STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK di REGION 4 PT. PLN (Jawa Timur dan Bali)

yaitu kestabilan sistem tenaga saat mengalami gangguan-gangguan yang kecil. mengganggu keserempakan dari sistem tenaga.

PENGEMBANGAN KURVA P-V UNTUK GI 500 kv DALAM RANGKA MENGANTISIPASI VOLTAGE COLLAPSE. Rusda Basofi

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

Optimisasi Kontroler PID dan Dual Input Power System Stabilizer (DIPSS) pada Single Machine Infinite Bus (SMIB) menggunakan Firefly Algorithm (FA)

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

Studi koordinasi Proteksi pada Joint Operating Pertamina-Petrochina di Tuban akibat Integrasi Sukowati Plant

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd. SKRIPSI

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF

D. Kronologis Gangguan (2)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

Perhitungan Waktu Pemutus Kritis Menggunakan Metode Simpson pada Sebuah Generator yang Terhubung pada Bus Infinite

Analisis Perbandingan Besarnya Arus Start Motor Induksi Berkapasitas Besar Terhadap Jatuh Tegangan Bus

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

PERILAKU TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR DENGAN METODA PENEMPATAN KUTUB DALAM DOMAIN WAKTU

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II

ANALISIS SETTING WAKTU RELE PENGAMAN DI PT. PUPUK SRIWIDJAJA DENGAN MEM- PERTIMBANGKAN TRANSIENT STABILITY ASSESSMENT

DESAIN RECURRENT NEURAL NETWORK - AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR PADA SISTEM SINGLE MESIN

BACK UP SISTEM KELISTRIKAN PLTGU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG DENGAN START UP DIESEL GENERATOR 6,3KV DAN 400V

Pengembangan Pemodelan Pembangkit Mini Hydro untuk Kajian Frekuensi

PENGARUH DISTRIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP IDENTIFIKASI LOKASI GANGGUAN ANTAR FASA PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

Transkripsi:

ANALISA STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.CHANDRA ASRI,CILEGON AKIBAT INTEGRASI PLN Aryawa Prasada Suroso, Margo Pujiantara, Ardyono Priyadi Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya - 6111 Abstrak-PT. Chandra Asri merupakan perusahaan penghasil bahan bahan kimia yang terletak di Cilegon, Jawa Barat. Untuk melakukan kegiatan operasional PT. Chandra Asri mendapat tambahan daya dari PLN yang diintegrasikan dengan sistem yang sebelumnya. Perubahan sistem integrasi kelistrikan di lingkungan PT. Chandra Asri, memerlukan pemodelan sistem yang dapat digunakan untuk menganalisa kinerja secara keseluruhan akibat perubahan konfigurasi tersebut. Pada operasi sistem tenaga listrik, kestabilan sistem adalah hal yang sangat penting untuk melayani beban secara kontinyu tegangan dan frekuensi yang konstan. Perubahan kondisi sistem yang seketika, biasanya terjadi akibat adanya gangguan hubung singkat pada sistem tenaga listrik, dan pelepasan atau penambahan beban yang benar secara tibatiba. Akibat adanya perubahan kondisi kerja dari sistem ini, maka keadaan sistem akan berubah dari keadaan lama ke keadaan baru. Periode singkat di antara kedua keadaan tersebut disebut periode peralihan atau transient. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis ulang sistem tenaga listrik pada PT. Chandra Asri untuk menentukan apakah sistem tersebut stabil atau tidak, jika terjadi gangguan. Stabilitas transien didasarkan pada kondisi kestabilan ayunan pertama (first swing) dengan periode waktu penyelidikan pada detik pertama terjadi gangguan. Maka akan didapatkan setting pada relay pengaman dan load shedding yang sesuai supaya kontinuitas dan keandalan sistem tetap terjaga Kata Kunci : Stabilitas transien, Load Shedding,first swing I. PENDAHULUAN S eiring berkembangnya jaman maka kebutuhan akan tenaga listrik semakin meningkat. Hal ini diimbangi dengan semakin bertambahnya komplestisitas sistem operasi tenaga listrik pada pabrik-pabrik industri. Dalam sistem tenaga listrik dibutuhkan keseimbangan antara daya mekanik dengan daya elektrik. Daya mekanik berupa penggerak awal pada generator, sedangkan besarnya daya elektrik dipengaruhi oleh besarnya beban-beban listrik.besar dari daya elektrik ini terus berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.setiap perubahan beban listrik harus diikuti dengan perubahan daya mekanik berupa perubahan daya pada penggerak daya pada penggerak awal generator.jika daya mekanik pada poros penggerak awal tidak dengan segera menyesuaikan dengan besarnya beban listrik maka frekuensi dan tegangan akan bergeser dari posisi normal. Apabila tidak segera menyesuaikan maka akan membuat sistem menjadi tidak stabil. Pada PT. Chandra Asri akan melakukan integrasi supply daya dari pembangkit lama dengan PLN. Dimana sebelumnya daya dari PLN hanya digunakan untuk melayani gedung admin. Pertimbangan selanjutnya aliran daya dari PLN juga dipergunakan untuk kelangsungan sistem operasi perusahaan tersebut. Dengan integrasi PLN ke dalam sistem operasi PT. Chandra Asri maka untuk standar keamanan harus dikaji ulang untuk kestabilan transiennya. Kestabilan transien itu sendiri merupakan dapat untuk kembali dalam keadaan yang sinkron ketika mengalami gangguan yang besar. Beberapa jenis gangguan yang sering terjadi pada saat operasi misalnya, pembangkit mengalami gangguan yang dapat mengakibatkan generator menjadi trip secara tiba-tiba, hubung singkat pada sisi beban yang menyebabkan beban harus dilepaskan dari sistem, begitu pula motor besar starting. II. TEORI PENUNJANG 2.1 Definisi Kestabilan Kestabilan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu sifat sistem tenaga listrik dimana dapat kembali pada keadaan kesetimbangan operasi dalam kondisi operasi normal dan dapat mencapai kembali suatu keadaan yang dapat diterima dari kesetimbangan setelah mendapatkan suatu gangguan. 2.2 Kestabilan Tenaga Listrik 2.2.1 Kestabilan sudut rotor Stabilitas sudut rotor mengacu pada kemampuan mesin sinkron dari sebuah sistem tenaga yang saling berhubungan/ interkoneksi untuk kembali sinkron setelah mengalami gangguan. Untuk kestabilan sudut rotor itu sendiri dibagi dalam dua subkategori, yaitu : Stabilitas sudut rotor gangguan kecil atau sinyal kecil Untuk stabilitas ini berkaitan dengan kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan sinkronisme di dalam gangguan kecil. Stabilitas ini tergantung pada operasi awal keadaan dari sistem. Ketidakstabilan yang dihasilkan bisa menjadi dua bentuk: peningkatan sudut rotor melalui modus nonoscillatory atau aperiodik karena kurangnya sinkronisasi torsi atau peningkatan amplitudo osilasi rotor karena kurangnya redaman torsi yang cukup. Stabilitas sudut rotor gangguan besar atau stabilitas transien Stabilitas ini mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan sinkronisme saat mengalami gangguan parah, seperti shortcircuit pada saluran transmisi. Respon sistem yang dihasilkan melibatkan besarnya penyimpangan sudut rotor generator dan dipengaruhi oleh ketidaklinieran hubungan sudut-daya. Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 1 dari 8

Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana kemampuan dari mesin sinkron tersebut untuk menjaga ataupun mengembalikan kesetimbangan antara torsi elektromagnetik dan torsi mekanik. 2.2.2 Stabilitas tegangan Stabilitas tegangan mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan tegangan-tegangan yang stabil pada semua bus dalam sistem setelah mengalami untuk gangguan dari kondisi operasi yang diberikan awal. Stabilitas tegangan juga dibagi dalam dua subkategori, yaitu: Stabilitas tegangan gangguan besar Stabilitas ini mengacu pada kemampuan sistem untuk mempertahankan tegangan agar tetap stabil ketika ada gangguan yang besar seperti kesalahan sistem, kehilangan pembangkit, atau segala kemungkinan darurat yang terjadi pada saluran. Stabilitas tegangan gangguan kecil Stabilitas ini mengacu pada kemampuan sistem untuk mempertahankan tegangan stabil ketika mengalami gangguan kecil seperti perubahan penambahan dalam beban sistem. 2.2.3 Stabilitas Frekuensi Stabilitas frekuensi mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan frekuensi stabil ketika sistem terjadi ketidakseimbangan yang signifikan antara pembangkit dan beban. Stabilitas frekuensi dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek dapat berupa pembentukan dari sebuah sistem wilayah dengan kondisi undergenerasi yang mempunyai pemutusan beban atau load shedding yang kurang sehingga mengakibatkan frekuensi runtuh dengan cepat dan terjadi blackout pada wilayah itu dalam beberapa detik. Untuk jangka panjang merupakan situasi yang lebih kompleks dimana ketidakstabilan dapat disebabkan oleh kontrol-kontrol overspeed turbin uap atau boiler / perlindungan dan kontrol-kontrol reaktor dengan jangka waktu dari puluhan detik hingga beberapa menit[3]. 2.3 Dinamika Rotor Dan Persamaan Ayunan Dengan mengkombinasikan inersia dari generator dan penggerak utama (prime mover) dimana ini akan diakselerasi dengan adanya ketidakseimbangan pada torsi mekanik dan torsi elektrik,maka persamaan menjadi: 2.4 Gangguan Terhadap Stabilitas 2.4.1 Gangguan Hubung Singkat Gangguan hubung singkat dapat menyebabkan tegangan di daerah gangguan menjadi bernilai nol,hal ini dapat menyebabkan Pm lebih besar dari nilai Pe yang mengakibatkan percepatan rotor generator 2.4.2 Starting Motor Arus yang besar pada saat starting motor dengan power factor yang rendah menyebabkan terjadinya drop tegangan pada sistem tenaga listrik. Besarnya arus tersebut juga menyebabkan rugi-rugi daya aktif pada saluran bertambah besar sehingga dapat menurunkan frekuensi dari generator. Start motor induksi yang besar menyebabkan penurunan atau drop tegangan yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Drop tegangan ini terjadi karena besarnya arus pada saat start motor yang melewati impedansi seperti trafo, saluran transmisi dan lain lain 2.4.3 Penambahan Beban Secara Tiba tiba Penambahan beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan timbulnya gangguan peralihan Jika beban dinaikkan sampai terjadi osilasi, sehingga menyebabkan sistem mengalami ayunan yang melebihi titik kritis yang tidak dapat kembali seperti semula III. SISTEM KELISTRIKAN DI PT. CHANDRA ASRI, CILEGON, JAWA BARAT 3.1 Single Line Diagram Sistem Kelistrikan PT. Chandra Asri STG GTG J = T = T T N-m (2.1) Persamaan di atas merupakan persamaan dari gerak mesin sinkron. Dan hal ini sering disebut dengan persamaan ayunan (swing equation) karena mewakili ayunan di sudut rotor selama gangguan. Persamaan di atas juga dengan menyertakan komponen redaman (damping) dapat diubah menjadi : Gambar 2. Single Line Diagram Sistem Kelistrikan PT. CHANDRA ASRI = T T (2.3) PT. Chandra Asri merupakan salah satu perusahaan penghasil kimia terbesar di Indonesia. PT. Chandra Asri atau memproduksi ethylene sebesar 6, ton per tahun, propylene sebesar 32, ton per tahun, Polyethylene = P P sebesar 32, ton per tahun, Polypropylene sebesar (2.4) 48, ton per tahun, crude C4 sebesar 22, ton per Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 2 dari 8

tahun dan styrenemonomer sebesar 34, ton per tahun. Untuk memenuhi kelangsungan produksinya PT. Chandra Asri mendapat pasokan daya dari PLN, dua buah pembangkit berkapasitas 2 untuk steam turbine generator (STG) dan 33 untuk gas turbine generator (GTG) dan 2 buah genset untuk kondisi darurat. Tegangan yang digunakan pada sistem ini 11 kv, 2 kv, 6 kv dan,4 kv. Jaringan distribusi di PT. Chandra Asri merupakan sistem distribusi radial yang secara sederhana dapat dilihat seperti pada gambar di atas. 3.2 Persamaan Swing Equation Multimesin Untuk pesamaan ayunan dengan kondisi multi mesin pada PT. Chandra Asri memiliki 2 pembangkit bila n= jumlah mesin maka: i= 1,2,...n dan persamaan ayunan multimesinnya adalah: (3.1) 3.3 Pemodelan Kontrol Generator Governor tipe ST: (3.2) Tc : time konstan untuk Governor reset Tsr : time konstan kecepatan relay Tt : time konstan relay turbin Exciter tipe 1: (3.9) (3.1) Gambar 5. IEEE Type 1 - Continuously Acting Regulator and Exciter (1) [2] (3.11) (3.12) (3.13) Gambar 3. Representasi sistem governor ST [2] Tc : time konstan Governor reset Tch : time konstan steam chest Trh : time konstan reheater Tsr : time konstan kecepatan relay Governor tipe GT: (3.3) (3.4) (3.5) (3.6) (3.7) KA KE KF TA TE TF TR : penguat regulator : konstanta exciter untuk medan penguatan sendiri : penguat rangkaian stabilizing regulator : time konstan amplifier regulator : time konstan exciter : time konstan rangkaian stabilizing regulator : time konstan filter input regulator IV. SIMULASI DAN ANALISA 4.1 Total pembangkitan dan beban PT. Chandra Asri, Cilegon Tabel 1 Total Pembangkitan dan beban PT Chandra Asri, Cilegon Mvar MVA PF Swing Bus(es): 15.9 8.854 18.21 87.41 Lagging Generators: 22 12 25.6 87.79 Lagging Total Demand: 37.9 2.85 43.27 87.63 Lagging Total Motor Load: 26.6 1.93 25.758 92.49 Lagging Total Static Load: 11.4 6.846 12.995 85 Lagging Gambar 4. Representasi sistem governor GT [2] (3.8) 4.2 Kasus dan Konfigurasi Dalam Analisis Stabilitas Transien terdapat beberapa parameter yang diamati dalam analisis Stabilitas Transien ini adalah : 1. Frekuensi sistem sebelum, saat dan setelah terjadi gangguan. 2. Tegangan di bus bus generator dan bus utama sebelum, saat dan setelah terjadi gangguan. Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 3 dari 8

3. Sudut rotor pada generator generator voltage control sebelum, saat dan setelah terjadi gangguan. Jika respon frekuensi dan tegangan tidak stabil maka akan dilakukan pelepasan beban sesuai dengan skema pelepasan beban yang telah direncanakan. Tabel 2 Kasus Kasus Keterangan Kasus Aksi 1 TS1 GTG off, sistem terintegrasi 2 TS2 STG off, sistem terintegrasi 3 TS3a PLN trip, sistem terintegrasi PLN trip, sistem terintegrasi Gen. GTG delete Gen. STG delete PLN Utility delete TS3b Load Shedding 1 CB PE-AF1 open Waktu (detik) Daya 8 5 5 14 5 15.9 5.9 TS3c Load Shedding 2 CB E-AF1 open 6.1 4 TS4 Motor Starting (KM-43) 5 TS5a Short Circuit (Bus 22-2) TS5b Short Circuit (Bus 22-2) CB PE-AF-1 close Bus 22-2 Fault CB PE-AF-2 open Bus 22-2 Fault CB PE-AF-2 open 5 3.8 5 5.3 5 5.2 4.3 Simulasi Sabilitas Transien 4.3.1 Studi Kasus GTG_OFF:Generator GTG delete (t= 5 detik) Pada kondisi normal dimana PLN, generator GTG, dan generator STG terintegrasi, masing-masing mensuplai beban sebesar 15.9 (PLN), 14 (STG), dan 8 (GTG). PLN merupakan bus infinite dengan mode oprasi sebagai swing, sedang generator GTG dan STG sebagai voltage control. Pada studi kasus ini dijalankan dengan skenario generator GTG trip saat detik ke 5 dan generator STG dan grid PLN dalam kondisi ON. Hasilnya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini. 1.1 1 99.9 99.8 2 time 4 (s) 6 8 1 12 14 16 18 2 22 24 26 28 3 32 Gambar 6. Respon frekuensi GTG off 15 1 95 9 Gambar 7. Respon tegangan GTG off Frekuensi Bus A-SWM-21 Tegangan Bus A-SWM-21 1 2 3 4 2 1 1 2 3 4 Gambar 8. Respon daya elektrik (STG) GTG off 6 4 2 Daya elektrik STG 1 2 3 4 Gambar 9. Respon sudut daya (STG) GTG off Gambar di atas menunjukkan bahwa baik respon tegangan dan frekuensi pada bus utama masih dalam batas aman. Meski bus utama tegangan stabil turun menjadi 98.3 dari kondisi awal namun masih dalam batas aman menurut standar dimana maksimal penurunan -1. Sudut daya atau sudut rotor tetap stabil meskipun posisi kesetimbangan barunya turun 11.73 derajat. Hal ini dikarenakan dari kondisi awal ini disebabkan oleh perilaku sudut daya relatif yang mengacu pada pembangkit swing (PLN) yang bertambah pembebananya sedang pada STG tetap. Namun untuk PLN tersebut tidak dapat diketahui inisial sudutnya karena bukan merupakan suatu pembangkit yang mempunyai gerak dinamik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kasus di bawah ini. 4.3.2 Studi Kasus GTG_OFF:Generator GTG delete (t= 5 detik) dengan grid PLN diganti generator 1 (3 ) Pada kasus ini grid PLN diganti dengan generator 1 yang mempunyai kapasitas total daya 3 dengan mode operasi droop=5. Berikut adalah hasil integrasi generator 1 dengan STG dan GTG. 2 1 Daya elektrik STG 1 2 3 4 Gambar 1. Respon daya elektrik (STG) GTG off dengan integrasi generator 1 (droop=5) 3 2 1 Daya elektrik generator 1 1 2 3 4 Gambar 11. Respon daya elektrik (generator 1) GTG off dengan droop STG=5 Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 4 dari 8

4 2 1 2 3 4 Gambar 12. Respon sudut daya (STG) GTG off dengan droop STG=5 Setelah pembangkit GTG lepas pada saat itu generator 1 mengeluarkan daya elektrik sebesar 2.67,sedang daya elektrik STG naik menjadi 17.2. Dari pembebanan awal dapat dilihat sudut daya awal STG lebih besar dari PLN. Dengan bertambahnya daya elektrik STG dari kondisi awal sebesar 3.2 maka menyebabkan bertambahnya sudut daya sebesar 1.46 derajat dari 39.3 derajat. Sudut daya tersebut menemukan sudut kesetimbangan baru yang stabil setelah 11.91 detik dari lepasnya GTG (detik ke 5). 4.3.3 Studi Kasus STG_OFF:Generator STG delete (t= 5 detik) Pada studi kasus ini dijalankan dengan skenario generator STG trip saat detik ke 5 dan generator GTG dan grid PLN dalam kondisi ON. Hasilnya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini. 1.2 1.1 1 99.9 99.8 1 2 3 4 Gambar 13. Respon frekuensi STG off Gambar 14. Respon tegangan STG off 12 1 98 96 94 1-1 -2 Gambar 15. Respon sudut daya (GTG) STG off Frekuensi bus A-SWM-21 Tegangan bus A-SWM-21 1 2 3 4 1 2 3 4 Sudut daya GTG 4.3.4 Studi Kasus PLN_OFF:Grid PLN trip (t= 5 detik) Pada studi kasus ini dijalankan dengan skenario grid PLN trip saat detik ke 5 dan generator GTG dan generator STG dalam kondisi ON. Hasilnya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini. 11 1 99 98 1 2 3 4 5 Gambar 16. Respon frekuensi PLN off 15 1 95 9 85 Gambar 17. Respon tegangan PLN off 3 Gambar 18. Respon daya elektrik (STG&GTG) PLN off 2 1 6 4 2 Gambar 19. Respon sudut daya (STG)PLN off Frekuensi bus A-SWM-21 Tegangan bus A-SWM-21 1 2 3 4 5 Daya elektrik GTG Daya elektrik STG time 5 (s) 1 15 2 25 3 1 2 3 4 5 Dengan total simulasi 4 detik, frekuensi bus turun sampai 98.5 dari kondisi nominalnya 5 Hz. Kondisi under frekuensi ini tentu tidak aman bagi operasi generator seiring dengan penambahan beban akibat hilangnya suplai dari PLN. Penurunan frekuensi ini melewati batas aman menurut standar batas nilai underfrequency yang diijinkan berdasarkan standar IEEE Std C37.16.23 yaitu.8 atau 49.6 Hz sehingga load shedding atau pelepasan beban tahap 1 harus dilakukan. Pada respon tegangan menunjukkan bahwa respon dapat kembali stabil. Meskipun sesaat setelah PLN trip pada detik ke 5, tegangan sempat turun maksimal pada 88.14, namun sesaat naik kembali secara berangsur-angsur. Sudut daya relatif dari STG dari gambar di atas turun setelah detik ke 5 dimana mode swing diambil alih oleh GTG. Saat mencari sudut kesetimbangan baru meskipun pembebanan bertambah sudut daya turun mencapai 16.27 derajat dari posisi awal. Hal ini dikarenakan Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 5 dari 8

posisi sudut awal STG di atas atau lebih besar dari GTG yang menjadi referensi yang menanggung sebagian besar beban. Sudut mendapat posisi kesetimbangan baru dengan nilai 25.93 derajat. 4.3.5 Studi Kasus LS1PLN_OFF:Grid PLN trip (t= 5 detik) Load Shedding tahap 1(t= 5.9 detik) Load shedding tahap 1 untuk menanggulangi PLN yang trip dengan besar 1 dari total beban 37.9. Pelepasan beban dilakukan dengan membuka CB PE-AF-1 pada composite network POLYETHYLENE sebesar 3.8. Berikut hasil respon setelah dilakukan load shedding pada sistem. 1.5 1 Frekuensi bus A-SWM-21 99.5 99 98.5 1 2 3 4 Gambar 2. Respon frekuensi PLN off LS1 15 1 95 9 85 1 2 3 4 Gambar 21.Respon tegangan PLN off LS1 Setelah dilakukan load shedding tahap 1 dalam wakti.2 detik dari turunnya frekuensi di luar batas aman pada 5.7 detik dengan mempertimbangkan kerja CB 1 cycle maka respon frekuensi pada bus utama (bus A-SWM-21) menunjukkan kenaikan dari kondisi sebelumnya naik stabil pada 98.88 dari kondisi nominalnya 5 Hz. Kondisi ini masih belum memenuhi standar continous operation untuk generator steam,sehingga harus dilakukan load shedding tahap 2. Pada respon tegangan sudah mengalami peningkatan dari kondisi sebelum load shedding. Sebelum load shedding tegangan stabil dengan level 96,85 dan kini menjadi 97.1. 6 4 2 Tegangan bus A-SWM-21 1 2 3 4 Gambar 22.Respon sudut daya (STG) PLN off LS1 Saat mencari sudut kesetimbangan baru meskipun pembebanan bertambah sudut daya turun mencapai 15.47 derajat dari posisi awal,tetapi sebenarnya naik.8 derajat dari penurunan sebelumnya karena beban berkurang dengan lepasnya beban sebesar 3.8. 4.3.6 Studi Kasus LS2PLN_OFF:Grid PLN trip (t= 5 detik) Load Shedding tahap 2(t= 6.1 detik) Setelah dilakukan load shedding tahap 2 dengan melepas beban motor GB-31-M sebesar 3.91 didapatkan respon frekuensi sebagai berikut. 1.5 Gambar 23.Respon frekeunsi PLN off LS2 Respon frekuensi bus utama yang mewakili frekuensi pada generator steam sudah mengalami peningkatan menjadi 99.2. Kondisi ini telah memenuhi standar aman operasi generator menurut IEEE Std C37.16.23. Untuk generator gas telah diwakili generator steam karena batasan minimal frekuensi operasi normalnya di bawah generator steam (97). 4.3.7 Studi Kasus Motor Starting: Motor KM-43_start (t=5 detik) Untuk kasus ini motor yang distarting adalah salah satu motor besar pada PT.Chandra Asri yaitu motor KM- 43 dengan kapasitas 38 kw. Motor distarting dengan direct online yaitu langsung terhubung ke sumber jala-jala tanpa menggunakan alat bantu. Setelah dilakukan simulasi maka hasil respon sistem dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini. 1.5 1 99.5 99 98.5 1 99.95 99.9 Frekuensi bus A-SWM-21 1 2 3 4 Frekuensi bus A-SWM-21 1 2 3 4 Gambar 24.Respon frekuensi Motor KM-43 start 15 1 5 Bus A SWM-21 Bus_A 1 2 3 4 Gambar 25. Respon tegangan (bus A-SWM-21 & bus_a) Motor KM-43 start Pada kasus motor starting ini respon frekuensi bus utama tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan. Penurunan terbesar yaitu 99.941 dan kenaikan terbesar Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 6 dari 8

adalah 1.43,hal ini jelas masih dalam batas aman. Tegangan pada bus utama sesaat juga mengalami penurunan ketika motor starting pada nilai 9.36 lalu kembali lagi stabil 5 detik setelah starting motor dilakukan. Tegangan pada bus yang terhubung pada motor (bus_a) mengalami penurunan lebih besar daripada bus utama. Penurunan tersebut disebabkan oleh arus yang dibutuhkan sangat besar uttuk starting. Tegangan turun sampai 81.9 selama.6 detik dan masih dalam batasan aman lalu akhirnya kembali stabil 5 detik setelah motor dijalankan. 6 Gambar 26. Respon sudut daya (STG & GTG) Motor KM-43 start Setelah motor starting pada detik ke 5, pada gambar di atas respon daya pada masing-masing generator sempat berosilasi karena adanya penambahan beban motor 38 kw. Demikian pula pada grid PLN juga akan terjadi peristiwa yang sama. Penambahan beban tersebut pada akhirnya akan ditanggung oleh PLN,sehingga pada sudut daya masing-masing generator setelah detik ke 1 dimana sudut telah mengalami posisi kestabilan baru mengalami penurunan 3.36 derajat untuk generator GTG dan 5.15 derajat untuk generator STG. Hal ini seperti dijelaskan pada kasus-kasus sebelumnya berkaitan dengan adanya penambahan beban pada PLN yang menjadi acuan untuk masing-masing sudut relatif dari dua generator tersebut. 4.3.8 Studi Kasus Hubung Singkat : Short circuit_bus 22-2 (t = 5 detik), CB PE-AF-2 open (t=5.3 detik) Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang paling sering terjadi. Gangguan hubung singkat dapat menyebabkan sistem keluar dari batas kestabilan. Simulasi akan dijalankan dengan skenario hubung singkat pada bus 22-2 yang terhubung langsung dengan motor terbesar YM- 71 dengan kapasitas 58 kw. Selanjutnya untuk menanggulangi terjadinya hubung singkat CB PE-AF-2 pada bus tersebut terbuka.3 detik setelah gangguan. Berikut adalah hasil simulasi untuk kasus tersebut. 15 4 2-2 1 5 Sudut daya GTG 1 2 3 4 Tegangan bus A-SWM-21 2 4 6 8 Gambar 27. Respon frekuensi Hubung Singkat 1.4 1.2 1 99.8 99.6 Frekuensi bus A-SWM-21 1 2 3 4 Gambar 28. Respon tegangan Hubung Singkat Setelah terjadi hubung singkat pada bus 22-2 di detik ke 5, respon frekuensi menunjukkan adanya osilasi dimana kenaikan terbesar terjadi sesaat setelah CB terbuka sebesar 1.261 dan penurunan terbesar hanya 99.718 dan kemudian berangsur stabil. Sedang pada tegangan bus utama terjadi voltage sag mencapai 5 dari nominal tegangan. Hal tersebut terjadi dalam kurun waktu.3 detik dan hal ini tidaklah aman. Menurut standar SEMI-F47 batas waktu yang diijinkan untuk voltage sag <5 adalah.2 detik,sehingga jangka waktu penurunan tegangan diatas harus diantisipasi dengan CB harus membuka kurang atau sama dengan.2 detik. 8 6 4 2-2 Sudut daya GTG 5 1 15 2 25 Gambar 29. Respon sudut daya (STG & GTG) Hubung Singkat Pada respon daya elektrik masing-masing generator menunjukkan osilasi setelah pada detik ke 5 terjadi hubung singkat pada bus 22-2. Daya elektrik baru stabil ketika mencapai detik ke 15 dengan kembali ke besaran yang sama. Pembebanan pada PLN otomatis akan berkurang dengan sendirinya akibat membukanya CB PE-AF-2 untuk mengisolir terjadinya hubung singkat pada bus 22-2. Dengan berkurangnya pembebanan pada grid PLN maka menyebabkan sudut daya pada masing-masing generator tetap stabil dan naik 6.98 derajat untuk STG dan 4.68 derajat pada GTG dari referensinya yaitu grid PLN itu sendiri. 4.3.9 Studi Kasus Hubung Singkat : Short circuit_bus 22-2 (t = 5 detik), CB PE-AF-2 open (t=5.2 detik) Pada kasus di atas kondisi CB open untuk mengamankan bus yang terjadi hubung singkat adalah 5.3 detik. Dan kondisi tegangan pada bus utama masih di bawah standar meskipun pada akhirnya stabil dengan kodisi aman.berikut hasil respon tegangan bila CB dapat membuka dalam waktu.2 detik. Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 7 dari 8

15 1 5 Tegangan bus A-SWM-21 time.5 (s) 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 Gambar 3. Respon Tegangan t=5.2 detik Dengan membukanya CB dalam waktu.2 detik setelah gangguan maka didapatkan respon tegangan yang telah memenuhi standar. Pada bus utama setelah gangguan pada detik ke 5 dan membukanya CB pada detik ke 5.2 maka penurunan tegangan sesaat atau voltage sag dengan level 5 hanya berkisar selama,2 detik dan ini telah memenuhi standar SEMI F-47, sehingga sistem dapat berjalan dengan aman. V. PENUTUP Berdasarkan hasil yang didapatkan dari simulasi dan analisis pada tugas akhir ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:. Dari 3 kasus lepasnya pembangkit 1 kasus yang dianggap paling berbahaya yaitu saat grid PLN lepas. Hal ini dapat menyebabkan kondisi underfrequency. PLN lepas baru dapat diatasi dengan menjalankan skema load shedding 2 tahap dengan total beban yang dilepas sebesar 7.7,sehingga sistem dapat berjalan dengan aman kembali. Untuk kasus salah satu pembangkit trip yaitu GTG atau STG menunjukkan respon sistem masih dalam batas aman,karena beban akan ditanggung oleh PLN yang beroperasi sebagai swing. Pada kasus hubung singkat pada bus motor terbesar dapat menyebabkan tegangan pada bus utama turun sampai 5 dari nominalnya, tetapi hal ini masih dalam batas aman karena turunnya tegangan tersebut bila CB dapat membuka selama.2 detik yang merupakan batas maksimal turunnya tegangan 5 adalah.2 detik. PT. Chandra Asri tidak ada masalah dengan motor starting. Saat menyalakan motor dengan kapasitas daya 38 KW, yang merupakan salah satu motor dengan daya besar, sistem bisa kembali stabil yaitu dengan respon frekuensi 99.99. Sudut daya dari seluruh kasus masih stabil dan dapat menemukan posisi kesetimbangan yang baru. Posisi sudut rotor untuk masing-masing generator dipengaruhi oleh referensinya yaitu pembangkit swing. Naik dan turunnya sudut ditentukan posisi atau besaran awal dari generator terhadap pembangkit swing. Karena PLN,merupakan bus infinite yang tidak dapat diketahui karakteristik sudut dayanya maka sudut relatif dari generator lain tidak dapat diketahui secara pasti untuk posisi kesetimbangan barunya. Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan setelah melakukan analisa adalah sebagai berikut : Bila PLN lepas dari sistem yang merupakan penyuplai daya terbesar maka harus dilakukan load shedding dengan 2 tahap. Dimana keseluruhan total beban yang dilepas sebesar 7.7 supaya sistem dapat kembali stabil. Untuk hubung singkat pada motor terbesar CB harus dapat membuka paling lambat.2 detik,jika melebihi batas tersebut dapat menyebabkan tegangan bus utama tidak dalam batas aman sesuai standar SEMI F-47. DAFTAR PUSTAKA 1 IEEE/CIGRE Joint Task Force on Stability Terms and Definitions, May 24 2 Help ETAP 3 P. Kundur, Power System Stability and Control, New York: McGraw-Hill, Inc.,1994 4 Pacific Gas and Electric Company, Voltage Sag Immunity Standards SEMI-F47 and F42, Power Quality Bulletin, 27. 5 IEEE.std.c37.16.23 Guide for Abnormal Frequency Protection for Power Generating Plants RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama lengkap penulis adalah Aryawa Prasada Suroso dengan nama panggilan Arda. Lahir di kota Kediri pada tanggal 5 bulan April tahun 1988 beragama Islam. Tempat tinggal penulis di Jl. Kediri no. 188, Desa Wates. Penulis pernah menjalani pendidikan di TK Dharma Wanita, SD Negeri 2 Wates, SLTP Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 2 Kediri, Program Studi Diploma 3 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Bidang Studi Elektronika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS ) Surabaya dan Selanjutnya menempuh pendidikan program studi lintas jalur S1 teknik elektro bidang studi sistem tenaga, jurusan teknik elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS ) Surabaya selama 1.5 tahun. Email penulis ardapras@gmail.com Proseding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Halaman 8 dari 8