Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 3

dokumen-dokumen yang mirip
Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 2

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 4

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 6

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 10

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 9

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 5

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 12

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 14

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 1

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 11

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam upaya

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 8

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI BANDUNG BARAT

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

DISASTER PLAN. Oleh : dr. Iryani R ambarwati

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

KUESIONER PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 13

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN BELITUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Empowerment in disaster risk reduction

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB II LANDASAN TEORI. jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul

RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS PENGISIAN REKAM MEDIS

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

Powered by TCPDF (

PENATAAN REKAM MEDIS. LILY WIDJAJA, Amd.PK., SKM., MM.

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT

BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DIPLOMA REKAM MEDIS Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 3 DESAIN FORMULIR REKAM MEDIS Ganjil/III/VMR 2103 oleh Savitri Citra Budi, SKM.M.P.H Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM Tahun Anggaran 2013

PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Pertemuan ke-3 masih melanjutkan materi tentang Struktur data rekam medis. Pada pertemuan ini membahas khusus tentang Struktur dan isi data rekam medis gawat darurat dan rekam medis pada pasien bencana. Manfaat Pemahaman materi yang baik pada subbahasan ini, dapat meningkatkan kemampuan mendesain formuliryang dimiliki mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan profesionalisme dalam mendesain formulir sebagai modal untuk memasuki dunia kerja, khususnya pengetahuan tentang Struktur data rekam medis gawat darurat dan pasien bencana. Relevansi Materi Struktur data rekam medis merupakan materi pokok yang harus dipahami oleh mahasiswa D3 Rekam Medis, karena materi ini merupakan salah satu kompetensi lulusan yaitu kompetensi ke 5 (statistik kesehatan) dengan judul unit kompetensi mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Mengidentifikasi kebutuhan data, khususnya di pelayanan gawat darurat dan rekam medis pasien bencana. untuk dapat membuat desain formulir yang sesuai dengan kebutuhan data. Kompetensi tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 377 tahun 2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Learning Outcomes Outcome pembelajaran materi ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan standar isi rekam medis gawat darurat dan pasien bencana. Keluaran pembelajaran ini sebagai LO-1 dari matakuliah Desain Formulir Rekam Medis.

PENYAJIAN STRUKTUR DATA PASIEN GAWAT DARURAT Berdasarkan National Center for Injury Prevention and Control (1997) elemen data untuk departemen gawat darurat terdapat pada Data Element for Emergency Department Systems (DEEDS). DEEDS mengembangkan spesifikasi elemen data yang seragam untuk menggambarkan elemen data tunggal pasien gawat darurat. Tujuan struktur data rekam medis DEEDS ini adalah untuk menyokong pengumpulan data yang seragam di bagian-bagian pelayanan gawat darurat. Elemen data dari DEEDS terdiri dari: Tabel Item Data Pasien Gawat Darurat Pada DEEDS No Item 1. Identitas pasien 2. Identitas pelayanan kesehatan dan dokter 3. Pembayaran bagian gawat darurat 4. Kedatangan dan penilaian pertama di bagian gawat darurat 5. Riwayat dan pemeriksaan fisik 6. Prosedur dan hasil pemeriksaan 7. Pemberian obat-obatan 8. Data disposisi dan diagnosis Struktur data DEEDS dikembangkan menjadi Essensial Medical Data Set (EMDS). EMDS digunakan untuk menyeragamkan data riwayat individu pasien gawat darurat. EMDS ini dikembangkan untuk memfasilitasi pertukaran informasi riwayat medis kritis antara penyedia layanan kesehatan. Tujuan EMDS adalah untuk menciptakan riwayat kesehatan untuk individu pasien pada rekam medis elektronik.

ISI REKAM MEDIS GAWAT DARURAT Menurut Permenkes 269/Menkes/Per/III/2008 bab II (jenis & isi) pasal 3 isi rekam medis pasien gawat darurat pada saryankes sekurangkurangnya memuat: Tabel Item Data Pasien Gawat Darurat (Permenkes 269 tahun 2008) No Item 1. Identitas pasien 2. Kondisi saat pasien tiba di saryankes 3. Identitas pengantar pasien 4. Tanggal dan waktu 5. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya riwayat penyakit 6. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik 7. Diagnosis 8. Pengobatan &/ tindakan 9. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan ugd & rencana tindak lanjut 10. Nama & ttd dokter pemberi pelayanan 11. Sarana transportasi yg digunakan u/ pasien pindah ke sarana pelkes lain 12. Pelayanan lain yg diberikan pd pasien Menurut Hanafiah dan Amir (1999) item data pelayanan rawat jalan membutuhkan informasi pasien antara lain: Tabel Item Data Rawat Jalan (Hanafiah dan Amir, 1999) No Item 1. Identitas dan formulir perijinan (lembar hak kuasa) 2. Riwayat penyakit (anamnesa) tentang keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat penyakit yang diderita, riwayat keluarga tentang

penyakit yang mungkin yang diturunkan. 3. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, scanning, MRI, dan lain-lain 4. Diagnosis 5. Instruksi diagnostik dan teraupatik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang Contoh isi rekam medis (atau rekam kesehatan) gawat darurat terdiri dari berbagai informasi yang setidaknya meliputi unsur data sebagai berikut (McCain, 2002 dalam Hatta, 2008) : a. Informasi demografi pasien (ringkasan riwayat klinik) termasuk identitas pasien (nama sendiri dan nama ayah/suami/marga) b. Kondisi saat pasien tiba di rumah sakit. c. Saat tiba di rumah sakit menggunakan sarana transportasi apa (misalnya ambulans, kendaraan pribadi, bejak, ojek, taxi, kendaraan polisi dan lainnya) d. Nama orang atau pihak tertentu (seperti kantor, sekolah, fakultas dan lainnya) e. Riwayat yang berhubungan, termasuk keluhan utama dan munculnya injuri atau penyakit. f. Temuan fisik yang bermakna g. Hasil laboratorium, radiologi dan EKG h. Pelayanan yang diberikan i. Ringkasan sebelum meninggalkan pelayanan UGD (terminasi pelayanan) j. Disposisi pasien, termasuk pulang ke rumah, dirujuk atau diteruskan ke rawat inap k. Kondisi pasien saat pulang atau dirujuk l. Diagnosis saat meninggalkan UGD m. Instruksi kepala pasien/wali tentang pelayanan selanjutnya dan tindak lanjut

n. Tanda tangan dan gelar yang memberikan pelayanan kepada pasien ISI REKAM MEDIS PASIEN BENCANA Isi rekam medis pasien bencana sama dengan isi rekam medis gawat darurat dengan ditambah beberapa item di bawah ini: Tabel Item Data Pasien Bencana (Permenkes 269 tahun 2008) No Item 1. Jenis bencana 2. Lokasi ditemukan pasien 3. Kategori kegawatan 4. Nomor pasien bencana masal 5. Identitas yang menemukan pasien Menurut Hatta (2008) data kasus bencana memiliki informasi tambahan yang setidaknya menerangkan: a. Nama (bila ada identitas penunjuk seperti KTP, melalui keluarga/kawan, pasien dapat berbicara sendiri). b. Lokasi wilayah pengambilan korban dan waktu kejadian bencana. c. Kondisi korban saat tiba dan waktu tiba di sarana pelayanan kesehatan. d. Mencatat nomor pasien korban bencana yang diberikan dari tempat bencana (triage tag number) dan menghubungkannya dengan nomor rekam medis atau identitas lainnya, baik yang lama atau yang baru diperoleh dari tempat penerimaan pasien (TPP) gawat darurat sarana pelayanan kesehatan. e. Sebagai tambahan, disarankan agar dilengkapi dengan rekam medis gigi (dental chart) yang sesuai dengan standar internasional. Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007 Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Sedangkan tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Menurut Undang-undang No 24 Tahun 2007 jenis bencana ada 3 macam, yaitu : a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. b. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Tujuan dari triage ini yaitu menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada. Prinsip-prinsip triage adalah Time saving is life saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The Right Patient, to the right place at the right time serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak. Dengan seleksi korban berdasarkan: a. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit b. Dapat mati dalam hitungan jam

c. Trauma ringan d. Sudah meninggal Macam-macam korban: a. Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan bencana. b. Korban bencana : korban lebih besar dari korban masal. Menurut Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FKU UGM tentang Draft SOP IGD, Prioritas Kegawatan adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul. Tingkat Prioritas: a. Prioritas I (prioritas tertinggi) Warna merah untuk berat dan biru untuk sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya : sumbatan jalan nafas, tension pneumathorak, syok hemoragik, luka terpotong pada bagian tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III >25 %. b. Prioritas II (medium) Warna kuning potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh : patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III. c. Prioritas III (rendah) Warna hijau perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh : luka super ficial, luka-luka ringan. d. Prioritas 0

Warna hitam kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh : henti jantung kritis, trauma kepala kritis. DISKUSI ANALISIS ISI LEMBAR RAWAT GAWAT DARURAT DI BEBERAPA RUMAH SAKIT Lakukan analisis isi dari item rekam medis gawat darurat di bawah ini dengan standar data rekam medis gawat darurat atau dengan dasar hukum yang telah ditetapkan: Contoh formulir gawat darurat halaman 1:

Contoh formulir gawat darurat halaman 2: **vi**