dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf

PROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

Klasifikasi penyakit kusta

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

-Faktor penyebab penyakit kusta. -Tanda dan gejala penyakit kusta. -Cara penularan penyakit kusta. -Cara mengobati penyakit kusta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang

Profil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara

FLORA NORMAL TUBUH MANUSIA Kuliah Blok 6 (Imunitas dan Infeksi) drg. Sartika Puspita, MDSc

Tingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: YUVENSIUS USBOKO NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

Mikroorganisme Penyebab Infeksi Pada Mata. Pendahuluan

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI RSUP Prof. dr. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

Enterobacter sakazakii dan Meningitis

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang promotif, pencegahan, dan pengobatan seharusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah suatu. infeksi kronis pada telinga tengah yang diikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kronis pada manusia yang disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae) yang

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih menghadapi dengan serius terhadap bebarapa penyakit menular. Salah satu penyakit menular yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan adalah penyakit kusta. Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan, pengertian yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. (Kandum.I.N., 2006) Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium leprae. Syaraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan syaraf pusat. Tanda - tanda utama penderita kusta yaitu kelainan kulit atau lesi dapat berbentuk bercak keputihan atau kemerahan, penebalan syaraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi syaraf. Bakteri kusta mempunyai masa inkubasi selama

2 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun tahun. Penularan terjadi apabila M.leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk kedalam tubuh orang lain melalui kelenjar keringat, dan ulkus pada penderita lepromatus. M.leprae merupakan bakteri gram positif karena struktur sitoplasma bakteri sama dengan bakteri gram positif yang lain. M.leprae mengandung DNA dan RNA kemudian berkembang biak membutuhkan waktu 11-13 hari. Pertumbuhan yang sangat lambat ini sebagai faktor utama menyebabkan masa inkubasi kusta yang bertahun tahun dan menyebabkan kliniknya menjadi kronik. Pasien dianggap suspek apabila diagnosa masih ragu dan diperiksa lagi 3 bulan sampai diagnosa dapat ditegakkan kusta atau penyakit lain. (Harahap.M., 2000) Kecepatan dan ketetapan diagnosis sangat penting untuk pengobatan yang akan berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis pasien. Pemeriksaan laboratorium pada pasien klinis kusta tidak ditemukan bakteri M.leprae, hal ini disebabkan karena bakteri kusta telah dihancurkan oleh daya tahan tubuh (sel sel raksasa dalam badan mereka). Bercak keputihan pada penyakit kusta kering terdapat pada satu atau beberapa tempat di badan. Penderita semacam ini tidak menimbulkan penularan kepada orang lain karena tidak terdapat bakteri kusta. Faktor lamanya hidup bakteri kusta diluar badan manusia memegang peranan pula dalam hal penularan. Bakteri kusta keluar dari badan penderita dapat bertahan antara 24 jam 48 jam atau 1-2 hari, tergantung dari suhu atau cuaca di luar badan penderita.

3 Cuaca semakin panas semakin cepat kuman kusta akan mati. (Harahap.M., 2000) Penyakit kusta merupakan bagian dari penyakit kulit yang mempunyai dampak bagi pasien baik secara fisik maupun psikologik. Kulit yang terus menerus berhubungan dan kontak dengan lingkungan sekitarnya, cenderung mengandung organisme. Kulit terdapat flora normal, diberbagai daerah anatomik dipengaruhi oleh sekresi kelenjar keringat. Sebagian besar yang menetap pada kulit adalah bakteri difteroid aerob dan aerob misalnya Corynebacterium, Propionibacterium. Staphylococcus non hemolitik aerob dan aerob seperti: Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan spesies Peptostreptococcus. Bakteri gram positif, aerob, pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air, dan tanah seperti Streptococcus alfa hemolyticus dan Streptococcus faecalis serta bakteri koliform gram negatif dan Acinobacter. Bakteri anaerob dan aerob seringkali bersama sama menimbulkan infeksi yang sinergis pada kulit. Biasanya menimbulkan lesi dan melibatkan berbagai mikroorganisme lain. (Morse.A.S.dkk., 1996) Bakteri gram negatif dapat pula menyebabkan infeksi kulit misalnya: Pseudomonas aeroginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Eischerichia coli, dan Kleibsella. (Djuanda.A., 2007) Rumah Sakit Kusta Donorojo adalah Rumah Sakit yang khusus melayani kusta dan sebagai Rumah Sakit rujukan pasien kusta di Jawa Tengah. Sebagai Rumah Sakit rujukan pasien kusta petugas medis dan paramedis harus mendapat pelatihan tentang penyakit kusta. Laboratorium Rumah Sakit Kusta donorojo adalah pelayanan penunjang yang berperan sebagai pendukung diagnosa. Dianggap positif sebagai penderita kusta apabila pemeriksaan laboratorium mikroskopik (skin Smear) dan pengecatan Ziehl Nelson ditemukan bakteri M.leprae. Di Rumah Sakit Kusta Donorojo

4 sering dijumpai pasien yang mempunyai klinis menyerupai kusta yaitu kulit bercak putih, adanya penebalan syaraf pada kulit sehingga tidak terasa, hasil skin smear negatif (-) atau tidak ditemukan bakteri M.leprae. Berdasarkan data kunjungan Rumah Sakit Kusta Donorojo pasien klinis kusta dan hasil laboratnya tidak ditemukan bakteri M.leprae pada tahun 2011 sebanyak 98 sehingga perlu dilakukan penelitian bakteri yang menyebabkan infeksi kulit. 2. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan "Jenis bakteri apa saja yang berasal swab kulit pasien dengan gejala klinis kusta BTA negatif di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara bulan Februari 2012 yang berdomisili sekitar Jepara, Kudus, Pati" I.3.Tujuan Penelitian. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bakteri asal swab kulit pada pasien gejala klinis kusta BTA negatif di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara pada bulan Februari 2012.

5 1.3.2 Tuujuan Khusus Tujuan penelitian adalah untuk identifikasi jenis bakteri asal swab kulit pada pasien gejala klinis kusta BTA negatif di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara pada bulan Februari 2012. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi klinisi Menambah pengetahuan dalam meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara. 1.4.2. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi tentang bakteri penyakit kulit pada pasien gejala klinis kusta BTA negatif dan supaya pasien tidak dikucilkan oleh masyarakat.