PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

TENTANG. dan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

._-" 'x'- '\~ ~ -.'\:.:,;.'.".;,~p,.. ",:,..;...:t;1l. -91.:'l;1. !JI~ f!i'~plj~ ~ wkkta~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2004 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

PERATURAN BUPATI LEBAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 169 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 2 LANDASAN TEORI. KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 176 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 70 TAHUN 2011

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

PERATURAN BUPATI LEBAK

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

PERATURAN BUPATI BERAU

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

Transkripsi:

- PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 162 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa dalam rangka optimalisasi program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera terutamadalam hal pelayanan kontrasepsi, perlu dilakukan percepatan untuk meningkatkan akses dan jaminan pelayanan bagi seluruh Pasangan Usia Subur; b. bahwa untuk mendukung pelaksanaan akses dan jaminan pelayanan bagi seluruh Pasangan Usia Subur sebagaimana tersebut pada huruf a, telah dialokasikan anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mulai tahun 2010 dan tahun berikutnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, serta dalam rangka tertib administrasi pemberian pelayanan Keluarga Berencana, perlu menetapkan Peraturan Gubemur tentang Pelayanan Keluarga Berencana (KB); Mengingat 1. Undang-Undang Nemer 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 2. Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nemer 12 Tahun 2008; 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial; 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 6. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/MENKES/SKNIIi/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten Sehat; 12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/MENKES/SKlIl/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 13. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 143/HK-010/B5/2009 tentang Pedoman Jaminan dan Pelayanan Keluarga Berencana; 14. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 146/HK-010/B5/2009 tentang Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pascapersalinan dan Pascakeguguran Untuk Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak; 15. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah; 16. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2007-2012; 17. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 18. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah; 19. Peraturan Gubernur Nomor 130 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 174 Tahun 2009; 20. Peraturan Gubemur Nomor 120 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana;

3 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB). BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Asisten Kesejahteraan. Masyarakat adalah Asisten Kesejahteraan Masyarakat Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana yang selanjutnya disingkat BPMPKB adalah Badan Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. "- 7. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Walikota adalah Walikota di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 9. Bupati adalah Bupati Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 10. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah di Lingkungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 11. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat pada tingkat Kecamatan dan tingkat Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 12. Keluarga Berencana yang selanjutnya disingkat KB adalah Upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. 13. Pasangan Usia Subur yang selanjutnya disingkat PUS adalah Pasangan Suami Istri yang Istrinya berumur 14 tahun sampai dengan 49 tahun atau masih menstruasi.

,, 4 14. Peserta KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang suami atau istrinya menggunakan salah satu jenis alat dan obat kontrasepsi modern. 15. Pelayanan KB adalah Pelayanan KB yang memungkinkan peserta KB untuk secara sadar dan bebas memilih cara pengendalian kelahiran yang diinginkan, aman, terjangkau serta memuaskan kebutuhan pria dan wanita dengan informasi yang rasional, terbuka, yang diikuti dengan pelayanan oleh tenaga yang profesional dengan jaringan pelayanan dan sistem rujukan yang dapat diandalkan. 16. Suntik KB adalah Obat KB yang disuntikan 1 (satu) bulan sekali atau 3 (tiga) bulansekali kepada wanita. 17, Pil KB adalah Obat kontrasepsi yang diminum setiap hari selama 21 hari atau 28 hari oleh istri dan pasangan usia subur untuk mengatur dan mencegah kehamilan. 18. Intra Uterine Device yang selanjutnya disingkat IUD adalah Alat Kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim terbuat dari plastik f1eksibel untuk mencegah terjadinya kehamilan. 19. Implant adalah Alat kontrasepsi/susuk KB yang berbentuk batang terbuat dari silastik yang berisi hormon golongan progresteron yang dimasukkan di bawah kulit lengan kiri atas bagian dalam. 20. Medis Operasi Pria yang selanjutnya disingkat MOP atau Vasektomi adalah Metode kontrasepsi mantap bagi pria yang dilakukan melalui tindakan operasi kecil dengan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar. 21. Medis Operasi Wanita yang selanjutnya disingkat MOW atau Tubektomi adalah Metode kontrasepsi mantap bagi wanita yang dilakukan melalui operasi kecil dengan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi sperma. 22. Biaya Pelayanan KB adalah Biaya dan/atau Retribusi yang timbul akibat pelayanan KB di Puskesmas, RSUD dan/atau fasilitas kesehatan lain yang ditunjuk oleh BPMPKB Provinsi DKI Jakarta, yang terdiri dari komponen biaya pendaftaran, biaya alat kesehatan, biaya obat-obatan, jasa tindakan medis dan/atau ruang perawatan. 23. Pelayanan Komplikasi adalah Pelayanan yang diberikan kepada peserta KB karena mengalami faktor penyulit akibat pemakaian kontrasepsi. Bagian Kedua Maksud Dan Tujuan Pasal2 Penyusunan Peraturan Gubernur ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi aparat pelaksana dalam memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB), sehingga optimalisasi program KB dalam rangka pengendalian angka kelahiran total dapat terwujud.

'. 5 Pasal 3 Tujuan penyusunan Peraturan Gubernur ini adalah untuk : a. kelancaran pelaksanaan kegiatan pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang didukung baik dari aspek yuridis, anggaran maupun teknis pelaksanaan; b. memformulasikan prosedur dan besaran biaya klaim yang akan diajukan oleh pemberi pelayanan KB; dan c. menetapkan satuan biaya pelayanan KB untuk mendukung pelayanan kontrasepsi dan komplikasi di Rumah Sakit Umum Daerah dan rumah sakit yang ditunjuk serta Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan. BAB II SASARAN Pasal 4 Sasaran pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah : a. Penduduk yang berdomisili dan memiliki KTP Daerah dan tidak memiliki kartu keluarga miskin (Gakin), berstatus PUS dan berkeinginan mendapatkan pelayanan KB; atau b. Penduduk yang berdomisili dan tidak memiliki KTP Daerah, berstatus PUS dan berkeinginan mendapatkan pelayanan KB. BAB III PENETAPAN BESARAN BIAYA KLAIM Pasal 5 (1) Dalam rangka pemberian pelayanan KB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, pembebanan biaya pelayanan KB menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. (2) Pembebanan biaya pelayanan KB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan cara mengajukan klaim. (3) Besaran satuan biaya pelayanan KB yang diklaim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai berikut : a. IUD Rp 69.000,00 b. Pasang Implant Rp 59.750,00 c. Cabut Implant Rp 80.750,00 d. MOW Rp 2.342.000,00 e. MOP Rp 766.250,00 f. Suntik KB Rp 11.250,00 g. PilKB Rp 7.000,00 h. Pelayanan Komplikasi Rp 1.722.000,00

6 Pasal 6 (1) Untuk pengajuan klaim biaya pelayanan KB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), diajukan klaim kepada BPMPKB. (2) Pengajuan klaim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah dan rumah sakit yang ditunjuk serta Puskesmas Kecamatan/Kelurahan. (3) Khusus rumah sakit yang ditunjuk, dalam hal pengajuan klaim terlebih dahulu harus dibuat Perjanjian Kerja Sarna antara pimpinan rumah sakit yang bersangkutan dengan BPMPKB. (4) Terhadap tagihan yang akan diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu dilakukan verifikasi oleh Tim Verifikasi. (5) Ketentuan lebih lanjut yang bersifat teknis mengenai tata cara pengajuan klaim dan pembentukan Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4), ditetapkan oleh Kepala BPMPKB. BAB IV PENGENDALIAN Pasal 7 (1) Pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh Kepala BPMPKB. (2) Kegiatan pengendalian yang dilakukan dapat dilakukan melalui : a. monitoring di lapangan; b. meminta laporan dari masing-masing Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu; dan c. rapat koordinasi dengan mengikutsertakan SKPD/UKPD terkait. (3) Hasil pelaksanaan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaporkan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 8 Biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) BPMPKB.

.,. 7 BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 9 Peraturan Gubernur ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta padatanggal 8 September 2010 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 September 2010 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA HAYAT NIP 195104271973031003 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 167