BAB I PENDAHULUAN. diubah dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. UU) dan kekuasaan yudikatif (menyelenggarakan keadilan guna menegakkan

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

BADAN LEGISLASI DAERAH BAHAN CERAMAH OLEH PROF. DR. SADU WASISTIONO,MSI

BAB I PENDAHULUAN. Peran strategis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebagai lembaga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 09 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, berikut. disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2012

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV ANALISIS YURIDIS 12 TAHUN 2008 TERKAIT KEWENANGAN DPRD DALAM PEMBAHASAN PERDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 11 TAHUN 2009 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Optimalisasi Fungsi Legislasi DPRD Melalui Pembentukan Peraturan Daerah Yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.04,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, pembentukan, produk hukum, daerah

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2012

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu wadah bagi masyarakatnya untuk turut serta dalam proses. daerah demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membuat undang undang ditingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota. 1 DPRD menurut Undang-

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LD NO.2 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2

BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH. A. Mekanisme Program Legislasi Dalam Pembentukan Produk Hukum

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2012

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

ANGGOTA DPRD. Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2010 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2014

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Proses Penyusunan APBD Di Eksekutif. eksekutif muncul temuan-temuan tentang alokasi anggaran dengan

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PROSES PEMBUATAN PERATURAN DAERAH. Oleh : Biro Hukum SETDA Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DATA PROSES PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2016 PERKEMBANGAN PROPEMPERDA 2016 RAPERDA YANG SUDAH DALAM PEMBAHASAN DPRD

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Legislasi berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 sebagai mana diubah dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, disebutkan sebagai salah satu fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada tingkat daerah. Pada hakekatnya, fungsi legislasi adalah fungsi membentuk peraturan daerah. Secara ideal pelaksanaan fungsi legislasi diharapkan dapat menciptakan peraturan daerah yang aspiratif dan responsif sebagai kewajiban sekaligus kewenangan yang dimiliki oleh pembuat undang-undang karena pemberian kewenangan dalam menetapkan peraturan daerah terutama dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan keleluasaan kepada daerah sesuai dengan kondisi lokalistiknya. Dalam menjalankan fungsinya, DPRD wajib bermitra dengan eksekutif yang ditetapkan oleh DPRD dan disetujui oleh eksekutif melalui sidang paripurna. Keterkaitan antara kedua lembaga ini terlihat pada pelaksanaan fungsi dan tugas eksekutif yang bersandar pada peraturan hukum dan perundang-undangan hasil fungsi legislasi DPRD. Hal ini menunjukan posisi penting legislasi sebagai sumber dan landasan utama pelaksanaan pemerintahan, termasuk fungsi-fungsi DPRD. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004 mengatur tentang tata cara pembahasan Raperda melalui Prolegda atas prakarsa eksekutif maupun legislatif. Eksekutif membuat Prolegda sebagai konsekuensi penyusunan Rencana

2 Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang diterjemahkan dalam bentuk Perda, sedangkan DPRD membuat Prolegda karena selain sebagai lembaga legislatif yang berwenang membuat Perda, juga karena DPRD melalui Perda menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah, sebagai dasar perumusan kebijakan publik di daerah, serta sebagai pendukung pembentukan perangkat daerah dan susunan organisasi perangkat daerah. Salah satu alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menentukan skala prioritas dalam membentuk Perda adalah Badan Legislasi Daerah (Balegda). Balegda merencanakan dan mengatur Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang menurut Permendagri No. 16 Tahun 2006 tentang Prolegda menyebutkan bahwa Prolegda adalah instrumen perencanaan pembentukan produk hukum daerah yang disusun secara terencana, terpadu dan sistematis baik yang berasal dari inisiatif DPRD maupun yang berasal dari eksekutif. Fenomena kinerja legislasi DPRD secara umum jika dilihat dengan cermat, belum memenuhi harapan seperti yang digambarkan di atas. Indonesia Governance Index (IGI) sebagai salah satu organisasi kemitraan yang melakukan pemeringkatan pada tahun 2012-2014 pernah mencatat bahwa saat ini DPRD Kabupaten/Kota sangat tergantung pada input Raperda yang disampaikan oleh pemerintah daerah (eksekutif).

3 Diagram 1.1. Kinerja legislasi Nasional (DPRD) menurut IGI Sumber Legislasi Daerah Secara Nasional Inisiatif DPRD 2.50% (2,5%) 97.50% Usulan Eksekutif (97,5%) Sumber: www.kemitraan.or.id/igi/ Diagram diatas merupakan hasil studi di 10 kabupaten/kota pada lima provinsi yang menunjukan bahwa sumber Perda dari inisiatif DPRD sangat rendah atau hanya berkisar 2,5% sedangkan usulan eksekutif mendominasi hingga 97,5%. IGI juga pernah pernah mencatat bahwa pejabat politik di DPRD mempunyai kinerja terendah dan kalah bila dibandingkan dengan birokrat dan masyarakat. Diagram 1.2. Capaian indeks kinerja yang dibuat IGI Capaian Indeks Kinerja 8 6 4 2 0 3.7 6.38 DPRD Birokrasi Masy. Sipil 5.17 4.23 Masy. Ekonomi Sumber: www.kemitraan.or.id/igi/ Pada skala nol sampai sepuluh seperti diagram diatas, menunjukan bahwa capaian indeks pejabat politik (DPRD/Pemimpin daerah) hanya mendapat skor 3,70, sementara tiga komponen lainnya ialah birokrasi (6,38), masyarakat sipil (5,17), dan masyarakat ekonomi (4,23). Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin tinggi juga

4 kinerjanya. Artinya, penelitian tersebut menunjukan bahwa kinerja pemimpin daerah yang juga berkaitan dengan produk legislasi daerah di 34 provinsi (yang terdiri dari Kabupaten/Kota) se-indonesia masih cukup rendah, termasuk di Kabupaten Tolitoli. Dalam kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh LIPI dan LAN, menyatakan bahawa dalam era reformasi ini pada umumnya pelaksanaan fungsi DPRD Kabupaten/kota masih mempunyai kelemahan-kelemahan, secara khusus pada fungsi legislasi; (a) Sebagian besar inisiatif peraturan daerah (Perda) datang dari ekesekutif; (b) Kualitas Perda masih belum optimal, karena kurang mempertimbangkan dampak ekonomis, sosial dan politis secara mendalam; dan (c) Kurangnya pemahaman terhadap permasalahan daerah (Kabul, 2004). Sejalan dengan data IGI serta penelitian LIPI dan LAN diatas, pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kabupaten Tolitoli masa periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 yang lalu jika disimak dengan cermat, juga belum dapat melaksanakan fungsinya secara optimal, terutama dalam menyusun Raperda yang memuat daftar urut dan prioritas Raperda untuk masa keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran dengan mempertimbangkan masukan dari Pemda serta memberikan pertimbangan terhadap Raperda yang diajukan oleh anggota DPRD dalam tahun berjalan atau di luar Raperda yang terdaftar dalam program legislasi daerah yang bukan hanya duplikasi dari program pusat tetapi juga inovasi daerah untuk menyelesaikan masalah lokal. Kelemahan kinerja legislasi DPRD Kabupaten Tolitoli terlihat dari minimnya inovasi Perda yang dihasilkan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif, rata-rata Perda yang dihasilkan DPRD Kabupaten Tolitoli setiap

5 Tahun hanya sekitar tujuh sampai 20 Perda, dan hampir seluruhnya Perda yang dihasilkan tersebut berkaitan dengan retribusi, keorganisasian serta nomenklatur saja. Jumlah tersebut sangat sedikit jika dibandingkan dengan rata-rata Prolegda di daerah se-indonesia yang mencapai 30 sampai 50 Raperda untuk disahkan menjadi Perda setiap tahunnya. Secara kualitatif, beberapa Perda Kabupaten Tolitoli telah dibatalkan oleh Mendagri, diantaranya adalah Perda No. 25 tahun 2001 tentang Pajak komiditi, Perda No. 15 tahun 2003 tentang Pajak Reklame dan Perda No. 20 tahun 2003 tentang retribusi izin penggunaan TV Kabel. Pembatalan ini dilakukan karena bertentangan dengan undang-undang diatasnya (www.kemendagri.go.id). Hal tersebut sangat disayangkan, karena Kabupaten Tolitoli (Kabupaten induk) yang telah melakukan pemekarkan menjadi Kabupaten baru yaitu Kabupaten Buol, seharusnya mampu menghasilkan produk legislasi yang lebih baik dari pada daerah lain terkait dengan pengelolaan pemerintahan dan daerah. Untuk dapat mengetahui fenomena kelemahan kinerja legislasi DPRD Kabupaten Tolitoli seperti yang telah digambarkan sebelumnya, terkait secara logis dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, diperlukan suatu studi analisis yang komprehensif terhadap kinerja lembaga legislatif (DPRD) dalam melaksanakan fungsi legislasi, dan yang dapat mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut guna memberikan rekomendasi pemecahan permasalahan. Studi analisis seperti ini bersifat mendesak karena jika dibiarkan berlarut-larut akan menjadi sumber dari berbagai ketidakefektifan pemerintahan daerah secara menyeluruh.

6 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang usulan penelitian diatas, penulis merumuskan permasalahan penelitian tentang bagaimana kinerja legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tolitoli Periode Tahun 2009-2014? 1.3.Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah terbatas pada kinerja legislasi DPRD Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah periode Tahun 2009-2014. 1.4.Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tolitoli. 1.5.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.5.1. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi DPRD Kabupaten Tolitoli dalam mendesain dan mengimplementasikan program perbaikan kinerja dalam rangka penguatan kapasitas lembaga legislatif daerah dalam kerangka tata pemerintahan yang terdesentralisasi, secara khusus dalam menjalankan fungsi legislasi.

7 1.5.2. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan analisis dan evaluasi kinerja instansi pemerintahan di daerah. 1.6.Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan Ini merupakan bab pendahulu dimana penulis akan menyajikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini menjadi dasar untuk mengetahui signifikansi penelitian yang akan dibahas penulis. Bab II: Tinjauan Pustaka Bab ini berisi kajian pustaka, kerangka konseptual, dan kerangka pemikiran. Penulis menggunakan 4 (empat) karya ilmiah yang terkait dengan tema yang ingin dibahas oleh penulis untuk kajian pustaka, dan tiga kerangka konseptual yang relevan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. Konsep-konsep dalam kerangka konseptual ini yang akan digunakan oleh penulis untuk menganalisis rumusan masalah penulis. Bab III: Metodologi Penelitian Bab ini memuat beberapa hal seperti jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

8 dan teknik penyajian data. Bab ini akan menjelaskan metodologi yang dipakai penulis sebagai alat untuk melakukan penelitian. Bab IV: Pembahasan Dalam bab pembahasan, penulis akan membaginya kedalam 2 (dua) bagian. Bagian pertama yaitu mengenai gambaran umum penelitian yang menjelaskan tentang 2 (dua) hal. Pertama, yaitu gambaran umum kabupaten Tolitoli. Kedua, yaitu gambaran umum DPRD Kabupaten Tolitoli. Bagian kedua akan mengupas tentang hasil temuan dan analisa yang terbagi menjadi 8 (delapan) hal. Pertama, mejelaskan tentang susunan alat kelengkapan DPRD Kabupaten Tolitoli. Kedua, menjelaskan tentang penentuan Program Legislasi Daerah Kabupaten Tolitoli. Ketiga, yaitu kemitraan DPRD Kabupaten Tolitoli bersama Bupati Kabupaten Tolitoli dalam pembentukan Perda. Keempat, menganalisa kinerja legislasi DPRD Kabupaten Tolitoli. Kelima, merupakan analisis faktor pendidikan. Keenam, analisis faktor struktural organisasi. Ketujuh, merupakan analisis faktor kultur organisasi. Serta kedelapan adalah analisis faktor lingkungan. Bab V: Penutup Dalam bab penutup, penulis akan menyimpulkan keseluruhan pembahasan dalam penelitian. Kesimpulan ini berupa jawaban singkat dari rumusan masalah penelitian. Selain itu, penulis juga akan memberikan saran yang dapat berguna untuk penelitianpenelitian selanjutnya.