Laporan Program (Periode Juni 2012)

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Program (Periode Juli 2012)

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

Bakrieland Jalankan Program Konservasi Mangrove Seluas 30 Ha di Krakatoa Nirwana Resort, Lampung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

I. PENDAHULUAN. dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut (Mulyadi dan Fitriani,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan

ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN. Kondisi ini perlu di jaga betul agar masyarakat Juminag semakin sejahtera.

BAB III ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

PENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET. Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah ( )

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

membangun imej positif di Desa Muara?

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

BAB VI KESIMPULAN & REKOMENDASI Kesimpulan. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

DAFTAR ISI. ii iii iv v vi vii

Transkripsi:

Laporan Program (Periode Juni 2012) I. Pendahuluan Banyak hal telah kami capai pada bulan ke-7 di tahun ini terkait pada program konservasi mangrove di Krakatoa Nirwana Resort (KNR), Merak Belantung, Lampung Selatan. Program Pohon untuk Negeri, Mangrove for Life merupakan perpaduan kerja sama yang dilakukan oleh Bakrieland Hotels & Resorts (BHR) dan Miyara Sumatera Foundation (MSF) terhadap upaya konservasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat pesisir dan sekitarnya di kawasan wisata KNR. Sebelumnya, telah kami kirimkan Laporan Program dan Acara Peresmian Program Konservasi dan Penanaman Perdana Pohon Mangrove (dikirim pada Kamis, 21 Juni 2012) yang memuat update kegiatan program sebelum acara peresmian program serta laporan mengenai penyelenggaraan peresmian itu sendiri. Laporan deskripsi ini akan memuat mengenai rencana aktivitas kegiatan program pada bulan lalu (Juni 2012) hingga awal Juli 2012 ini, serta pelaksanaan/implementasi, hambatan/tantangan, capaian, serta rekomendasi. Versi lain dari laporan ini, yaitu berupa logframe laporan program, telah kami buat dan kami kirimkan kepada pihak BHR (juga kami lampirkan) melalui Divisi Development, sementara laporan deskripsi ini dibuat guna menunjang Divisi CSR. II. Rencana Kegiatan Program Untuk bulan Juni 2012, selain aktivitas peresmian program dan penanaman perdana pohon mangrove (untuk detil kegiatan sebelum peresmian program dan penanaman perdana mangrove serta informasi acara tersebut, bisa dilihat pada laporan sebelumnya), aktivitas lain yang kami lakukan, meliputi: a. Pembersihan Lahan Pembersihan lahan merupakan kegiatan membersihkan lahan yang akan ditanami mangrove dari berbagai hal yang menghambat aktivitas penanaman maupun mengganggu pertumbuhan mangrove setelah ditanam. Pembersihan dilakukan bukan hanya karena kerusakan dan ketidaksiapan lahan untuk ditanam, tetapi juga memisahkan/menyingkirkan alang-alang, ranting, tanaman perdu, dan tanaman lainnya yang mengganggu serta berbagai macam sampah (organik, plastik, kertas, kaleng, beling, dll.) di kawasan yang akan ditanami mangrove. 1

Tujuan dari pembersihan lahan adalah sebagai proses awal bagi tahapan penenaman mangrove selanjutnya dan menjaga keberlangsungan tanaman mangrove itu sendiri setelah ditanam. Pada tahap ini, pembersihan lahan dilakukan pada 3 lokasi, yaitu kawasan Batu Perahu (sekitar 2,2 hektar), di samping jembatan Pantai Embe/Sungai Merak (sekitar 500 meter), dan di area Serdang dekat tempat penyimpanan bibit (seluas 200 meter). Total area pembersihan adalah sekitar 2,5 hektar. b. Pembuatan Saluran Drainase Pembuatan saluran drainase adalah kegiatan membuat saluran irigasi air bagi area/lahan mangrove. Karena lahan yang hendak ditanam berada pada kondisi kritis bukan hanya karena kotor oleh tanaman pengganggu dan sampah di mana juga terjadi kekeringan disebabkan oleh terputusnya aliran air, maka perlu dilakukan pembuatan saluran drainase yang akan menyediakan air pasang-surut bagi keberlangsungan mangrove. Pembuatan drainase dilakukan di area sekitar Pantai Tanjung Beo dan dekat tambak. Pembuatan drainase secara konsisten, memerlukan waktu yang tidak sebentar (sekitar 1 tahun), aktivitas pembuatan drainase ini dilakukan secara sementara sekaligus menjadi awal bagi pembuatan drainase secara tetap dan berkelanjutan. c. Pemasangan Ajir dan Penanaman Pemasangan ajir (batang bambu penyangga mangrove) diperlukan sebagai penahan bibit mangrove yang baru tanam agar bisa berdiri tegak dan tidak rusak (hanyut) ketika terkena aliran pasang-surut air laut. Penyiapan terhadap ajir dan pemasangan ajir dilakukan sebelum bibit-bibit mangrove ditanam. Setelah ajir dipasang, bibit akan segera ditanam. Ajir yang dipersiapkan sekitar lebih dari 8 ribu batang bambu. d. Pendataan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas Kami telah mulai melakukan pendataan potensi lokal secara bertahap. Proses ini memerlukan waktu beberapa bulan mengingat banyaknya data yang akan dihimpun, serta luasnya cakupan area dan keterbatasan sumber daya. Selain pendataan, kami terus melakukan upaya pemberdayaan komunitas setiap bulan. Pemberdayaan pada periode ini telah mencakup pada keterlibatan aktif masyarakat lokal dan pendampingan. Saat ini telah berhasil dibentuk sebuah kelompok pelestari mangrove bernama Bangkit Lestari. Pendampingan dan keterlibatan mereka, baik secara sukarelawan maupun sebagai pekerja bagi beberapa aktivitas kerja program. Kami telah berkontribusi pada peningkatan pemahaman, partisipasi, dan juga pendapatan keluarga. III. Implementasi Aktivitas Untuk setiap aktivitas program yang direncanakan (kecuali acara peresmian program dan penanaman perdana mangrove yang sudah dilaporkan secara rinci), berikut ini adalah implementasinya: a. Pembersihan Lahan Pembersihan lahan dilakukan oleh MSF bersama dengan para staf KNR di lapangan dan masyarakat lokal yang tergabung dalam Kelompok Bangkit Lestari. Saat ini, kondisi lahan telah bersih dan telah dilakukan perataan tanah (karena banyak lahan memiliki kontur yang bergelombang dan berantakan). Luas lahan yang telah dibersihkan adalah sekitar 2,5 hektar di 2

kawasan yang akan diprioritaskan sebagai kawasan potensi eco-tourism. Lahan yang telah dibersihkan akan siap ditanam oleh bibit mangrove. Aktivitas ini dilakukan pada 18-22 Juni 2012. b. Pembuatan Drainase Karena lahan yang terlampau kritis, maka pembuatan drainase secara permanen memerlukan waktu yang cukup lama hingga mencapai satu tahun ke depan. Pembuatan drainase ini merupakan awal bagi keberlanjutan drainase secara permanen bagi lahan mangrove (dilakukan pada akhir bulan Juni ini). Selain membuat drainase, juga dilakukan pembuatan penahan sementara yang terbuat dari karung berisi pasir untuk menahan longsor yang diakibatkan oleh derasnya aliran pasang-surut di sekitar Pantai Tanjung Beo dan area tambak di sana. Untuk aktivitas ini, kami bekerja bersama anggota Bangkit Lestari di mana anggota kelompok kami libatkan sebagai pekerja lapangan karena pengerjaan aktivitas ini dilakukan pada jam kerja mereka sehari-hari sebagai petani, nelayan, dan buruh lepas. Pada aktivitas ini, partisipasi masyarakat lokal (anggota kelompok) tidak hanya menjadi meningkat, tetapi pula program ini kemudian memberikan kontribusi pendapatan bagi mereka. Pembuatan penahan karung pasir dilakukan (24-28 Juni 2012) setelah sebelumnya dilakukan pengerukan kanal dengan eskavator. Saat ini telah ada sistem irigasi bagi area mangrove berupa 3

saluran-saluran air yang berasal dari pantai. Saluran tersebut membelah dan menyebar area mangrove agar lahan diharapkan tidak kering dan kembali sehat. c. Pemasangan Ajir dan Penanaman Pemasangan ajir telah dilakukan di wilayah Batu Perahu sebanyak 8 ribu ajir. Kami membeli ajir dari masyarakat sekitar dan penanamannya pun menggunakan pekerja dari desa sekitar. Saat ini, karena masih terdapat kendala terkait keberadaan tambak yang menyebabkan lahan yang sudah dibersihkan dan dibuat drainase, kembali kotor dan tidak berair (aktivitas pengurasan tambak), maka penanaman di daerah ini ditunda terlebih dulu. Sementara, penanaman bibit mangrove telah dilakukan di sepanjang Sungai Merak (bersamaan dengan acara peresmian program), serta di wilayah Serdang telah ditanam sebanyak lebih dari 2 ribu bibit dan tak jauh dari Serdang kami tanam sekitar 1.800 bibit di wilayah (yang kami namakan) Lumpur Dalam. Saat ini, kondisi bibit yang telah ditanam masih berada dalam kondisi baik dan terus dipantau oleh tim lapangan MSF dan anggota kelompok secara berkala. Penanaman telah dilakukan pada tanggal 13-14 Juni dan dilanjutkan pada 22-23 Juni 2012. d. Pendataan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas Kami telah mulai melakukan pendataan potensi lokal secara menyeluruh. Saat ini, hasil pendataan masih belum dicapai secara lengkap dan sempurna dan masih terus kami lakukan dengan target capaian beberapa bulan ke depan. Pemberdayaan komunitas, masih kami fokuskan pada penguatan kelompok Bangkit Lestari di mana partisipasi dan keterlibatan mereka, kami prioritaskan sebagai agent of change serta motor penggerak bagi keberlangsungan program serta strategi pendekatan kepada masyarakat sekitar. Untuk mekanisme keterlibatan mereka sebagai pekerja, kami menggunakan sistem shift di mana mereka secara bergantian (baik waktu maupun SDM) bagi aktivitas kami, sehingga setiap anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dan mendapatkan insentif, baik berupa pemahaman maupun upah. 4

Anggota kelompok Pelestari Mangrove dan pekerja (masyarakat lokal). IV. Hambatan & Tantangan (Pembelajaran) Tentu saja, untuk setiap aktivitas yang kami lakukan, kami menemukan berbagai hambatan dan tantangan. Hambatan dan tantangan tersebut adalah hal yang tak dapat kami hindari dan merupakan hal yang penting bagi kami sebagai pembelajaran untuk memperbaiki strategi, rencana, maupun implementasi aktivitas di lapangan. Pembelajaran yang kami hadapi untuk aktivitas di atas, adalah: a. Karena kondisi lahan yang kritis (banyaknya tanaman pengganggu dan sampah) dan cakupannya yang cukup besar, maka pembelajaran yang kami dapatkan terkait pada sumber daya baik sumber daya manusia/sdm maupun sumber daya lainnya adalah perihal efektivitas dan efisiensi. Untuk proses ini, diperlukan pendekatan khusus terhadap masyarakat lokal (anggota kelompok). b. Untuk pembuatan saluran drainase, kendala yang dihadapi adalah hambatan fisik (kondisi lahan). Dengan kondisi yang kritis dan banyaknya sampah, maka setelah dibersihkan, saluran-saluran yang dibuat menghadapi kendala fisik. Sehingga, dibutuhkan penahan (berupa karung pasir) untuk menahan tepian pasir pada kanal-kanal. Selain masalah fisik, masalah yang dihadapi adalah tambak. Persinggungan lahan yang berada bersebelahan dengan tambak, menyebabkan lahan terdampak pada pembuangan limbah tambak. Setelah dibersihkan dan dibuat drainase, tambak melakukan pengurasan dan menyebabkan air yang seharusnya mengalir ke kawasan mangrove terserap habis untuk tambak. Inilah yang menyebabkan untuk sementara, penanaman mangrove di area sekitar Pantai Tanjung Beo dan Tambak ini, ditunda. 5

c. Untuk pengadaan ajir, kami menggunakan sumber daya lokal. Pemesanan dan pembuatan ajir dibantu dengan masyarakat lokal. Kami membeli dari masyarakat lokal, sehingga berdampak pada pendapatan ekonomi sekitar. Sedangkan untuk penanaman bibit mangrove, hampir tidak terdapat kendala dan bibit mangrove dapat tumbuh dengan baik. d. Untuk pendataan, pembelajaran yang kami dapatkan adalah mengenai metode terkait luasnya cakupan area yang akan kami data. Selain itu, karena yang hendak dicapai tidak hanya data kuantitatif, melainkan juga kualitatif, maka dibutuhkan pendekatan (terkait waktu) yang cukup intensif untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Sehingga proses pendataan, memerlukan waktu yang tidak sebentar. Upaya pemberdayaan komunitas, masih terus kami lakukan melalui pendampingan kelompok. Karena sebagian besar kelompok ada yang belum pernah terlibat dalam organisasi dan sebagian lagi adalah mereka yang memiliki pengalaman buruk terhadap keikutsertaan dalam organisasi, maka dibutuhkan pendampingan secara terus-menerus, baik terkait pada pemahaman keorganisasian maupun pengetahuan tentang mangrove. V. Capaian Capaian yang telah diraih oleh program, meliputi: a. Kawasan yang akan diperuntukkan untuk penanaman (area wisata), telah bersih dan kini masih dalam proses penanaman. Luas kawasan yang telah dibersihkan adalah 2,5 hektar. b. Pembuatan sistem irigasi mangrove di lahan kritis di sekitar depan Batu Perahu. Proses ini telah meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat lokal terkait mangrove serta berdampak pada peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat lokal. c. Peningkatan pemahaman dan pendapatan wilayah lokal juga dicapai ketika kami memasuki tahapan aktivitas pemasangan ajir dan penanaman. Ajir telah dipasang sebanyak 8 ribu batang, dan sekitar 4 ribu bibit sudah ditanam dan tumbuh dengan baik. d. Telah terbentuknya sebuah kelompok pelestari mangrove bernama Bangkit Lestari yang keanggotaannya terdiri dari warga beberapa dusun di Merak Belantung, baik usia dewasa dan anak muda (masih fokus pada kelompok laki-laki). Pendataan potensi lokal masih terus dilakukan. 6

VI. Rekomendasi Rekomendasi bagi kegiatan bulan lalu hingga awal bulan ini, meliputi: a. Untuk pembelajaran yang dihadapi ketika melakukan tahapan pembuatan saluran drainase, yaitu tambak, ke depannya akan melakukan komunikasi dan koordinasi khusus kepada pemilik tambak. Sebelumnya, sudah pernah berkomunikasi dengan pekerja tambak. Komunikasi dan koordinasi diperlukan sebagai dukungan dari pemilik tambak terkait keberlangsungan program konservasi mangrove, sekaligus perhatian terhadap isu ekologi bagi keberlangsungan tambak itu sendiri yang memiliki ketergantungan pada ketersediaan air bersih dan pembuangan limbah. b. Pada beberapa lokasi lahan kritis serta pinggiran saluran dan tepian jalan, akan dilakukan inovasi penanaman vetiver atau biasa disebut akar wangi (Vetiver System, yaitu metode konservasi tanah dan air, perangkap sedimen, serta stabilisator tanah menggunakan tanaman jenis rumputrumputan bernama vetiver). Penerapan bersama secara terpadu tanaman vetiver pada area mangrove memiliki banyak fungsi terkait peremajaan dan konservasi tanah, air, unsur hara, dan hal-hal lainnya terkait ekologi bagi keberlangsungan kesehatan tanaman mangrove dan ekologi mangrove. Tanaman vetiver dan akarnya. c. Untuk aktivitas pemberdayaan masyarakat lokal, ke depannya masih akan terus melakukan pendampingan melalui FGD (focus group discussion) serta pelatihan-pelatihan terkait, baik mengenai keorganisasian, mangrove, pertanian, dan hal lainnya yang mendukung upaya keterlibatan aktif mereka serta berdampak pada perbaikan/peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan sekitarnya. VII. Penutup Laporan ini akan terus kami buat secara berkala setiap bulannya guna menunjang kerja-kerja kami serta mendukung mekanisme yang baik terhadap pengawasan, pelaporan, dan pembelajaran bagi MSF maupun pihak BHR. Untuk aktivitas penanaman bibit mangrove, masih akan terus dilakukan ke depannya. Selain penanaman, aktivitas inovatif lainnya adalah untuk mencapai kemandirian bibit dengan mencoba melakukan pembibitan secara mandiri dari mangrove yang berada dalam kondisi siap panen. dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan, diharapkan masyarakat lokal tidak hanya bisa menanen dan 7

menyemai bibit, tetapi bisa membentuk sebuah kelompok yang bisa melakukan aktivitas penyemaian dan pendistribusian bibit bagi pihak lain. Inovasi lain, adalah berupa penerapan vetiver bagi kawasan mangrove. Penerapan vetiver pada program konservasi ini akan menjadi pionir di Indonesia. Ke depannya, vetiver juga akan dikembangkan. Selain untuk kepentingan mangrove, kelak vetiver dapat dibudi-daya dan dijual kepada pihak lain. Pemanfaatan secara internal bisa diaplikasikan untuk optimalisasi pertanian dan perkebunan serta pakan ternak maupun produksi kerajinan tangan dan minyak akar wangi dari akar vetiver. 8