PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARAN PEKERJA TERHADAP KEBISINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mana program tersebut tercakup dalam kegiatan Kesehatan Kerja dan Higiene

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

Profil Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pemeriksaan Kesehatan Pekerja

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

METODE PENELITIAN III.

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAMPAK INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB II LANDASAN TEORI. Transmigrasi Republik Indonesia No. 13 tahun 2011 tentang Nilai. maupun suara secara fisik sama (Budiono, 2003).

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. gelombang suara (Hadinoto, 2014). Alat ini biasanya digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

Erman, D., Sukendi., Suyanto 2014:8 (2)

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. bunyi. Indera pendengaran merupakan indera yang sangat penting bagi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Transkripsi:

PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARAN PEKERJA TERHADAP KEBISINGAN HALINDA SARI LUBIS Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Bising umumnya didefinsikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. (1,2,3,4,5,6) Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Bunyi dapat juga ditangkap melalui kontak langsung sedang bergetar. Telinga manusia mampu menangkap bunyi dalam batas 16 20.000 Hz. Gangguan pendengaran dapat terjadi pada manusia diakibatkan oleh bising yang umumnya mengacu pada tingkat pendengaran dimana individu tersebut mengalami kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. (5) Pencegahan dari kehilangan pendengaran akibat bising merupakan tanggung jawab pekerja dan pimpinan perusahaan bersama-sama. Kebisingan lingkungan industri maupun non industri sebagai kontrol terhadap terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL)dilakukan terutama melalui pencegahan dengan menitik beratkan pada penurunan pemcetus bising, penurunan pajanan level bising atau merupakan gabungan keduanya. (1) Tidak ada pengobatan yang dapat memperbaiki perubahan memetap pada telinga bagian dalam ( kerusakan pendengaran sensorik ) yang diakibatkan pajanan bising berlebihan. Pada masa kini, dengan dorongan dan arahan pemerintah banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi bising yang berlebihan dan melindungi pendengaran pekerja dari ketulian.(2) Metode yang paling efektif untuk mngontrol bising adalah mengurangi kebisingan dengan menghasilkan disain mesin yang baik, yang merupakan tanggu jawab pabrik Dalam setiap instansi kerja dapat melakukan modifikasi, misalnya perubahan bentuk stiur, pemasangan saringan atau memberikan bahan tambahan sebagai penyaring kebisingan. Syarat- syarat dasar upaya perlindungan pendengaran adalah sederhan yaitu pajanan kebisingan diketahui dan diawasi, dan idealnya setiap pendengaran pekerja dinilai sebelum dipekerjakan dan diperiksa secara berkala.(7) Menentukan level pajanan yang akan menimbulkan efek pada individu tidak dapat dilakukan hanya dengan membuat suatu rentang batasan yang pasti dengan mengambil nilai rata-rata karena kekurang pendengaran bersifat individual. (7) Prosedur praktis yang perlu dilakukan dalam upaya perlindungan pendengaran yaitu : 1. penentuan pajanan kebisingan sebagai suatu sarat fisik 2. penilaian pajanan sebagai risiko terhadap pendengaran 3. membatasi pajanan bila ditemukan kebisingan 4. pengukuran pendengaran sebelum dan selama bekerja pada pekerjaan bising. 2002 digitized by USU digital library 1

Pekerjaan yang melibatkan pajanan terhadap bising Dalam industri, peningkatan mekanisme mengakibatkan meningkatnya tingakt bising. Pekerjaan yang terutama membawa risiko kehilangan pendengaran antara lain : penambangan, pembuatan terowongan, penggalian (peledakan, pengeboran), mesin-mesin berat ( pencetakan besi, proses penempaan, dll), pekerjaan mengemudikan mesin dengan mesin pembakaran yang kuat ( truk, kenderaan konstruksi, dll), pekerjaan mesin tekstil dan uji coba mesin-mesin jet. (1,5) Pada umumnya gangguan pendengaran yang disebabkan bising timbul setelah bertahun-tahun pajanan. Kecepatan kemunduran tergantung pada tingkat bising, komponen impulsif dan lamanya pajanan, serta juga pada kepekaan individual yang sifat-sifatnya tetap tidak diketahui. Beberapa kondisi patologis lain ikut berperan pada gangguan pendengaran seperti intoksikasi, trauma, dan pada usia 55 tahun ke atas, juga presbiakusis. Pengaruh telinga tengah pada kerentanan terhadap bising masih diperdebatkan, dengan pengecualian stadium labirintitis yang cukup lanjut. (5) Nilai standar kebisingan (1,2,3,4,5,6,7) Banyak penelitian kebisingan yang dilakukan sebagai suatu kriteria risiko kerusakan pendengaran dari pajanan kebisingan pada manusia. Meskipun belum pasti nilai perubahan ambang pendengaran yang merupakan awal dari kehilangan atau kurangnya pendengaran tetap dilakukan sebagai patokan upaya pendekatan melindungi pendengaran pekerja, dengan perkataan lain tidak ada korelasi yang pasti antara risiko ketulian dan pergeseran ambang pendengaran. Telah lama digunakan batasan pajanan antara 85 db dan 90 db selama 8 jam setiap hari kerja sebagai kriteria yang dapat ditolerir. OSHA mengusulkan batas pajanan yang diperkenankan adalah 90 db, sedangkan Environmental Protection Agency (EPA) mengusulkan pengurangan pada 85 db. Kriteria EPA ini lebih memperhatikan efek kebisingan terhadap kesehatan dan keselamatan manusia tetapi kurang mempertimbangkan kemampuan ekonomi industri. OSHA enggan mengikuti kriteria yang dikeluarkan EPA, sesuai dengan kenyataan hanya 2 % dari populasi yang berisiko menjadi NIHL pada nilai di bawah 90 db (standar). Sekarang, menurut OSHA program perlindungan pendengaran disesuaikan dengan Time Weighted Average (TWA) batasan 85 db jika pajanan terhadap faktor risiko lebih dari 8 jam periode kerja dalam sehari. Sebagai tambahan, pekerja harus diberi alat-alat perlindungan pendengaran bila : 1. pekerja-pekerja terpajan selama 8 jam TWA pada 90 db 2. pekerja yang berpengalaman pada batas ambang 10 db atau lebih dari batas dasar audiogram pada frekuensi 2.000, 3.000, dan 4.000 Hz; jika terpajan 8 jam TWA atau 85 db. Program upaya perlindungan pendengaran Telah diterima secara luas, bahwa kebisingan mempunyai efek merugikan kepada daya kerja. Pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkannya yaitu : 2002 digitized by USU digital library 2

a. Gangguan Menurut perbatasan, kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering-sering mengganggu, walaupun terdapat variasi di antara penerangan dalam besarnya gangguan atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya, kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan tak terduga. Pengaruhnya sangat terasa apabila sumber kebisingan tersebut tidak diketahui. b. Komunikasi dengan pembicaraan Sebagai pegangan, risiko potensiil kepada pendengaran terjadi, apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan terutama pada peristiwa penggunaan tenaga baru. c. Kriteria kantor Kebutuhan pembicaraan, baik langsung ataupun melalui telefon, adalah sangat penting di kantor dan ruang sidang, dalam hal ini telah ditemukan bahwa Tingkat Gangguan Pembicaraan (T.G.P ) saja tidak selalu memadai sebagai pedoman untuk menentukan tepat tidaknya tingkat kegaduhan. Harus diperhatikan pula faktor tingkat kekerasan dari frekuensi frekuensi yang kuat untuk penentuan T. G. P. d. Efek pada pekerjaan Kebisingan mengganggu perhatian yang terus menerus dicurahkan. Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasil dapat membuat membuat kesalahan-kesalahan, akibat dari terganggunya konsentrasi. Ada tenaga kerja yang sangat peka terhadap kebisingan, terutama pada nada tinggi, salah satu sebabnya mungkin reaksi psikologis. Juga kebisingan berakibat meningkatnya kelelahan. Pada pekerjaan yang lebih banyak memikir, kebisingan sebaiknya ditekan serendah-rendahnya. e. Reaksi masyarakat Pengaruhnya akan besar, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitar protes agar kegiatan tersebut dihentikan. Intensitas kebisingan dari perusahaan ke masyarakat harus ditinjau dari berbagai faktor, yaitu perbandingan kebisingan akibat perusahaan terhadap kebisingan yang semula ada di masyarakat bersangkutan, dengan penyesuaian penyesuaian atas dasar jenis instalasi penyebab kebisingan, keadaan masyarakat (kota atau desa), waktunya terjadi kebisingan (siang atau malam), dan musimnya. Hal-hal yang efektif dilakukan pada program perlindungan pendengaran meliputi : survei kebisingan, upaya mengurangi pajanan kebisingan melalui kontrol kebisingan melalui kontrol kebisingan (kontrol pada sumbernya/mesin) atau kontrol administrasi dan perlindungan pendengaran perorangan bila tidak pengawasan tersebut tidak cukup untuk mengurangi pajanan, pemeriksaan kesehatan termasuk uji PTA, pendidikan dan penyuluhan pekerja, dan pemeliharaan catatan yang tepat. 1. Survei kebisingan Program perlindungan pendengaran sebaiknya dimulai dengan survei dasar kebisingan. Survei awal kebisingan diidentifikasi pada daerah lingkungan kerja 2002 digitized by USU digital library 3

dengan pekerja yang terpapar kebisingan. Survei ini hendaknya dapat memberikan informasi bila problem kebisingan muncul dan besarnya masalah, dan untuk menentukan daerah yang memerlukan survei kebisingan lebih rinci. Informasi yang diperoleh selama survei dapat memberikan informasi pekerja yang terpajan di atas action level dan permissible exposure levels (PELs). Batasan-batasan terhadap gangguan pendengaran telah disebutkan sebelumnya. 2. Pengawasan mesin Pengawasan kebisingan melalui pengawasan mesin yang paling penting sebagai ukuran pengawasan dalam program perlindungan pendengaran. Pengurangan kebisingan pada sumbernya (mesin) dapat dilakukan, misalnya dengan menempatkan peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu dilakukan dengan penelitian dan perencanaan mesin baru. Hal ini sangat tergantung pada permintaan para usahawan sebagai pembeli mesin kepada pabrik pembuatnya dengan mengajukan persyaratan kebisingan dari mesin sebelumnya. Bukan saja tingkat bahaya yang diperhatikan, tapi juga intensitas yang dapat diterima sebagai tidak mengganggu daya kerja dan nikmat kerja. Pengalaman menekankan bahwa modifikasi mesin atau bangunan untuk maksud pengurangan kebisingan adalah sangat mahal dan kurang efektif, maka dari perencanaan sejak semula adalah paling utama. Penempatan jalan penghalang pada jalan transmisi juga dapat dilakukan dengan isolasi tenaga kerja atau mesin sebagai upaya mengurangi kebisingan. Dalam perencanaan ini harus sempurna dan bahan-bahan yang digunakan harus mampu menyerap suara. Bahan bahan penutup harus dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat. 3. Pengawasan administrasi Jika pengawasan mesin-mesi tidak mungkin, pengawasan administrasi dapat ditambahkan untuk mengurangi pajanan pekerja secara individual. Waktu pajanan yang diperkenankan tergantung permissible exposure level atau dosis sehari. Jika level pajanan berubah dalam sehari, dosis kebisingan sehari dikalkulasi untuk memastikan dosis kebisingan sehari tidak lebih dari yang telah diperkenankan. Pengawasan adminintrasi dapat dilaksanakan melalui penggantian pekerja pada daerah kebisingan tinggi dengan daerah yang kebisingannya rendah sesudah periode waktu tertentu yang dilalui. Ini dapat juga meliputi penjadualan waktu pelaksanaan sehingga meminimalisasi pajanan pekerja terhadap bats kebisingan yang tinggi.(2,3,6,) 4. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga. Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat demikian harus diseleksi, sehingga dipilih yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Sumbat telinga plastik yang terkadang tidak mudah diterima pemakai, dan sumbat telinga dari lilin, dapat mengurangi tingkat kebisingan antara 8 30 db. Pelindung telinga tipe gumpalan kapas dan headphone lebih efektif (pengurangan 20 40 db).(5) Pada umumnya alat-alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 db. (4) Harus diusahakan perbaikan komunikasi, sebagai akibat pemakaian alat-alat ini. Problematik utama pemakaian alat proteksi pendengaran adalah mendidik tenaga kerja, agar kontinu menggunakannya. 2002 digitized by USU digital library 4

Setiap sumbat telinga selalu menyebabkan pemakainya merasakan adanya suatu benda asing dalam telinganya. Perasaan demikian akan tetap ada, walaupun sekarang dapat diusahakan sumbat telinga yang halus dan tak begitu terasa. Maka dari itu, sumbat telinga baru dipakai bila : 1. sumbat telinga benar-benar diperlukan, yaitu adanya kebisingan lebih dari 100 db 2. tenaga kerja dapat membiasakan diri untuk memakainya, yang biasanya dicoba dalam 3 4 minggu. Adalah menyulitkan bila kebisingan tidak kontinu, karena si pemakai selalu mencabut dan memakainya kembali menurut keperluan. Dalam hal demikian, tenaga kerja jarang menjadi biasa untuk menggunakannya. 5. Program uji audiometri Audiometri bukan pengganti pada pengawasan terhadap kebisingan. Meskipun audiometri merupakan program dasar, periodik dan akhir dalam pemempatan tenaga kerja dalam upaya perlindungan pendengaran. Diagnosa NIHL dibuat jika pajanan kebisingan telah ditentukan dan penyebab lain ketulian telah dileluarkan. Kriteria NIHL umumnya termasuk penyakit akibat kerja yang akan mendapat kompensasi, nilai kompensasi bervariasi tergantung dari keterbatasan pajanan. 6. Pemeliharaan catatan Pencatatan sebaiknya memberi informasi pajanan dan status pendengaran yang penting dalam upaya pemantauan dan aspek medikolegal. 7. Pendidikan dan latihan Bising merupakan suatu masalah lama pada negara-negara industri dan pekerja sadar berisiko terhadap pendengaran. Hal ini tidak demikian pada negara yang berkembang. Pengetahuan pekerja terhadap kerusakan pendengaran yang dapat terjadi akibat bising merupakan petunjuk keberhasilan program perlindungan pendengaran. 8. Program uji audiometri Audiometri bukan pengganti pada pengawasan terhadap kebisingan. Meskipun audiometri merupakan program dasar, periodik dan akhir dalam pemempatan tenaga kerja dalam upaya perlindungan pendengaran. Diagnosa NIHL dibuat jika pajanan kebisingan telah ditentukan dan penyebab lain ketulian telah dileluarkan. Kriteria NIHL umumnya termasuk penyakit akibat kerja yang akan mendapat kompensasi, nilai kompensasi bervariasi tergantung dari keterbatasan pajanan. 9. Pemeliharaan catatan Pencatatan sebaiknya memberi informasi pajanan dan status pendengaran yang penting dalam upaya pemantauan dan aspek medikolegal. 10. Pendidikan dan latihan Bising merupakan suatu masalah lama pada negara-negara industri dan pekerja sadar berisiko terhadap pendengaran. Hal ini tidak demikian pada negara yang berkembang. Pengetahuan pekerja terhadap kerusakan pendengaran yang dapat terjadi akibat bising merupakan petunjuk keberhasilan program perlindungan pendengaran. 2002 digitized by USU digital library 5

DAFTAR PUSTAKA 1. B.S.Levy, D.H. Wegman. Occupational Health Recognizing ang Preventing Work Related Disease. Third Ed. USA. 1995 : 321 2. C. Zens, O.B. Dickerson, E.P. Horvath. Occupational Medicine. Third Ed. Mosby. USA. 1994 : 258 3. J. Jeyaratnam, David Koh. Textbook of Occupational Medicine Practise. World Scientific. Singapore. 1996 : 272 4. Suma mur P.K. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta. 1986 : 57 5. WHO. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. EGC. 1986 : 169 6. Joseph La Dou. Occupational Medicine. Prentice Hall International Inc. USA. 1990 : 95 7. William Burns. Noice and Man. Second Ed. London. 1973 : 252 2002 digitized by USU digital library 6