PROPORSI BANGSA, UMUR, BOBOT BADAN AWAL DAN SKOR KONDISI TUBUH SAPI BAKALAN PADA USAHA PENGGEMUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

JURNAL INFO ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan


KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

ESTIMASI KETERSEDIAAN BIBIT SAPI POTONG DI PULAU SUMATERA

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

PENGAMATAN PERTUMBUHAN PEDET HASIL SILANGAN PERTAMA ANTARA SAPI SIMMENTAL DENGAN PERANAKAN ONGOLE PADA KONDISI PEMELIHARAAN TRADISIONAL

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab. Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pem

PERFORMANS INDUK SAPI SILANGAN SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE DAN INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

PENGGEMUKAN SAPI LOKAL HASIL INSEMINASI BUATAN DAN SAPI BAKALAN IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PAKAN LOKAL

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

DOI: pissn eissn X

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

FAKTOR-FAKTOR DALAM PENGGEMUKAN SAPI POTONG

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

INDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

RESPONS PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN PADA KONDISI PAKAN BERBASIS LOW EXTERNAL INPUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. lebih banyak mengembangkan sapi-sapi persilangan dibandingkan sapi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol 1(2):28-32, Agustus 2017 Nandia Thara Dhita et.al

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

POLA ESTRUS INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DIBANDINGKAN DENGAN SILANGAN SIMMENTAL-PERANAKAN ONGOLE. Dosen Fakultas Peternakan UGM

PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN DAN SKOR KONDISI TUBUH PEDET SILANGAN PRA SAPIH DENGAN TEKNOLOGI CREEP FEEDING DI PETERNAKAN RAKYAT

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK TERNAK DAN KARKAS SAP1 UNTUK KEBUTUHAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR KHUSUS

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

Transkripsi:

Buletin Peternakan Vol. 36 (3): 193-198, Oktober 2012 ISSN 0126-4400 PROPORSI BANGSA, UMUR, BOBOT BADAN AWAL DAN SKOR KONDISI TUBUH SAPI BAKALAN PADA USAHA PENGGEMUKAN PROPORTION OF BREED, AGES, INITIAL BODY WEIGHT AND BODY CONDITION SCORE OF CATTLE IN FEEDLOT Frandz Rumbiak Pawere 1 *, Endang Baliarti 2, dan Sudi Nurtini 2 1 Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Papua, Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari, Propinsi Papua Barat 2 Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Fauna No. 3, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281 INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi bangsa, umur, skor kondisi tubuh sapi bakalan yang digemukkan pada usaha penggemukan. Penelitian dilaksanakan di CV. Restu Bumi, Kabupaten Bantul selama 1 tahun yakni dari bulan Mei 2011 sampai bulan Mei 2012. Materi yang digunakan adalah 500 ekor sapi meliputi bangsa sapi Limmousin Peranakan Ongole (LimPO), Peranakan Ongole (PO) dan Simmental Peranakan Ongole (SimPO). Parameter yang diamati adalah bangsa, umur, body condition score (BCS). Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bangsa sapi yang digemukkan-simpo (56%), LimPO (19%) dan PO (25%), umur sapi yang paling banyak digemukkan adalah poel 1 dan poel 2 masing-masing 36% dan 25%. Bobot badan awal sapi < 300 kg didominasi oleh bangsa sapi PO dan bobot badan awal > 300 kg didominasi oleh bangsa sapi silangan (SimPO dan LimPO). Nilai body condition score (BCS) awal penggemukan 2-3. (Kata kunci: Bangsa, LimPO, PO, SimPO, Penggemukan) ABSTRACT The purposed of this study was to identify the proportion of breed, ages, body condition score (BCS) of cattle which were fed in feedlot. This research was carried out at CV. Restu Bumi, Bantul regency from May 2011 to May 2012. Five hundreds cattle were used in this experiments, consisted of three breeds LimPO, PO and SimPO. Data collected were breeds, ages, and BCS. Method of analysis used was descriptive analyses. The result of the study showed that the proportion of SimPO breed was the biggest percentage (56%) followed by PO (25%) and LimPO (19%). The preferred ages of cattle to be fattened were cattle which had first permanent incisors (two-year old cattle). Initial body weight of cattle < 300 kg were dominated by PO breed and initial body weight of cattle > 300 kg were dominated by crossbreed (SimPO and LimPO). BCS value of cattle before feedlot was 2-3. (Keywords: Breed, LimPO, PO, SimPO, Feedlot) Pendahuluan Permintaan daging yang tinggi menyebabkan masyarakat memilih usaha penggemukan. Impor sapi ke Indonesia tahun 2012 terdiri atas 34.000 ton (40%) daging beku dan sapi bakalan 51.000 ton (60%). Tingginya permintaan akan daging mendorong CV. Restu Bumi untuk menjual ternaknya. Penjualan dan pembelian ternak di Daerah Istimewa Yogyakarta biasanya dilakukan di pasar hewan Siyonoharjo, Imogiri, Gamping (Ambarketawang) dan Prambanan. Namun ternak yang mau dijual biasanya ternak yang kurus, tua, dan tidak produktif lagi sehingga terjual dengan harga yang kurang * Korespondensi (corresponding author): Telp. +62 813 3850 8443 E-mail: frandz_pawere@yahoo.co.id pantas. Akibatnya CV. Restu Bumi yang memilih menggemukkan sapi terlebih dahulu sebelum dijual agar memperoleh harga yang pantas. Proporsi pembelian sapi bakalan di pasar hewan sampai saat ini belum pernah dikaji padahal informasi ini sangat penting bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan program peningkatan produktivitas sapi potong di Indonesia. Bangsa sapi yang baik untuk digemukkan adalah bangsa sapi campuran keturunan pertama (F1) yakni sapi hasil persilangan sapi lokal dengan sapi impor (Santosa, 2001; Trifena et al., 2011). Umumnya bangsa sapi hasil persilangan keturunan pertama (crossbreed) lebih bagus dibanding bangsa sapi lokal karena memilki performans produksi lebih baik (Musthafa, 2011) dan konsumsi bahan kering, bahan organik, protein kasar dan total 193

Frandz Rumbiak Pawere et al. Proporsi Bangsa, Umur, Bobot Badan Awal dan Skor Kondisi Tubuh Sapi Bakalan digestible nutrients pada induk sapi SimPO dengan pakan hijauan dan konsentrat lebih tinggi daripada induk sapi PO (Endrawati et al., 2010). Namun data tentang proporsi bangsa sapi crossbreed maupun sapi lokal yang digemukkan sampai sekarang belum diketahui secara kuantitatif. Secara teoritis umur sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah 1,5-2,5 tahun atau gigi seri tetap sudah 1-2 pasang (poel 1 dan 2) karena umumnya sapi bakalan yang berumur demikian memiliki laju pertumbuhan yang optimal, efisiensi pakan yang tinggi (Ngadiyono, 2007). Data riil di lapangan tentang umur sapi bakalan yang digemukkan belum pernah dikaji secara ilmiah padahal informasi ini sangat bermanfaat bagi pihak pemerintah maupun stakeholder dan CV. Restu Bumi, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut. Body condition score (BCS) atau skor kondisi tubuh sapi sangat mempengaruhi keberhasilan usaha penggemukan. Menurut OFAC (2010), sapi bakalan yang baik untuk digemukkan adalah sapi dengan nilai BCS 2,5 (kurus) 3 (sedang). Selama ini belum ada penelitian yang melihat perbedaan BCS antara bangsa sapi yang digemukkan pada usaha penggemukan, oleh karena itu perlu ada kajian ilmiah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi bangsa, umur, dan BCS sapi bakalan yang digemukkan. Informasi tentang bangsa, umur, dan BCS sapi bakalan yang paling disukai CV. Restu Bumi sangat berguna bagi pemerintah, stakeholder dan CV. Restu Bumi sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan program pengembangan produktivitas ternak sapi potong di Indonesia. Materi dan Metode Penelitian dilaksanakan di CV. Restu Bumi, Dusun Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul selama 1 tahun yakni bulan Mei 2011 sampai bulan Mei 2012. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500 ekor sapi yang dibeli dan digemukkan selama kurun waktu penelitian. Peralatan yang digunakan adalah kandang individu sebanyak 100 petak dengan ukuran masing masing 1,5 x 2,5 m yang dilengkapi tempat pakan dan air minum yang terpisah. Peralatan lain adalah timbangan ternak merek FHK kapasitas 1200 kg dengan kepekaan 1 kg, ember 100 buah, sekop, mesin cacah untuk mencacah ketela. Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung (direct observation) dengan menggunakan pedoman observasi berisi daftar kegiatan yang akan dicatat. Daftar kegiatan berupa tanggal beli, harga beli, bangsa, jenis kelamin, poel gigi, bobot badan awal, dan skor kondisi tubuh sapi bakalan. Penelitian berlangsung selama 1 tahun. Selama waktu ini setiap ada pembelian ternak dicatat tanggal beli, harga belinya, kemudian ditimbang bobot badan awal, dipasang nomor ternak yang terbuat dari plastik, dicatat bangsa, jenis kelamin, poel gigi, skor kondisi tubuh. Data yang dikumpulkan meliputi tanggal pembelian, asal ternak, jenis kelamin, bangsa sapi, poel gigi, bobot badan awal, BCS awal. Penilaian BCS dilakukan dengan berdiri di belakang, samping kanan dan kiri sapi untuk menilai tulang ekor dan pinggang dengan mengendalikan sapi secara tenang dan berhati-hati menggunakan tangan yang sama. Tulang ekor dinilai dengan perasaan untuk memprediksi jumlah lemak di sekitar tulang. Penentuan BCS berdasarkan aturan Affandhy et al. (2001). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data tentang bangsa sapi dianalisis untuk mengetahui proporsi masing-masing bangsa sapi. Data tentang umur dianalisis untuk mengetahui proporsi umur sapi yang dipilih CV. Restu Bumi untuk digemukkan. Data tentang bobot badan awal dianalisis untuk mengetahui proporsi bobot badan awal. Data tentang skor kondisi tubuh dianalisis untuk mengetahui proporsi skor kondisi tubuh. Hasil dan Pembahasan Asal ternak Hasil penelitian selama satu tahun tentang proporsi pembelian sapi bakalan di pasar hewan Imogiri, Siyonoharjo, Prambanan dan Gamping disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan CV. Restu Bumi lebih sering membeli sapi bakalan di pasar hewan Imogiri dan Siyonoharjo. Hal ini dikarenakan harga sapi di kedua pasar hewan tersebut murah dibandingkan dengan pasar hewan Gamping dan Prambanan. Selain itu ketersediaan sapi di pasar hewan Siyonoharjo dan Imogiri lebih banyak dibanding pasar hewan lainnya. Alasan lain adalah CV. Restu Bumi lebih banyak mendapatkan sapi yang sesuai keinginannya di kedua pasar hewan tersebut dan juga dapat membeli dalam jumlah yang banyak. Dibanding pasar hewan yang lain, jumlah pembelian sapi di pasar hewan Imogiri lebih banyak yakni 216 ekor (43%), Siyonoharjo 199 ekor (40%), Prambanan 45 ekor (9%), Gamping 40 ekor (8%) disebabkan oleh biaya transportasi paling murah dibanding pasar hewan lainnya karena letak pasar 194

Buletin Peternakan Vol. 36 (3): 193-198, Oktober 2012 ISSN 0126-4400 Gamping 8% Syonoharjo 40% Prambanan 9% Imogiri 43% Gambar 1. Diagram proporsi pembelian sapi di pasar hewan (diagram of purchasing cattle proportion at animal market). hewan Imogori yang berjarak lebih dekat dengan tempat usaha penggemukan CV. Restu Bumi. Bangsa sapi yang digemukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangsa sapi SimPO yang paling banyak diminati CV. Restu Bumi yaitu sekitar 56% diikuti oleh PO 25% dan LimPO 19%. Informasi mengenai proporsi bangsa sapi yang digemukkan tersaji pada Gambar 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangsa sapi SimPO yang paling banyak diminati untuk digemukkan. Hal ini diduga karena sapi SimPO paling banyak dijual di pasar hewan dan harganya yang lebih murah dibandingkan dengan harga sapi LimPO dan PO. Dugaan ini didukung oleh hasil penelitian Sumadi et al. (2008) yang melaporkan bahwa populasi sapi SimPO di pulau Jawa tertinggi sekitar 52,38% sedangkan populasi sapi PO dan LimPO masing-masing sebesar 25,75 dan 21,87%. Widianingtyas (2007) melaporkan bahwa populasi sapi hasil silangan di Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta mencapai persentase tertinggi (68,26%) dibanding sapi PO (31,74%). Widi et al. (2008) melaporkan bahwa penggunaan semen pejantan Simmental paling disukai di kalangan peternak di Kabupaten Gunungkidul. Selain itu sapi SimPO juga memiliki persentase karkas yang lebih tinggi dan memiliki feed cost per gain yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sapi PO dan sapi Limousin (Carvalho et al., 2010; Yulianto dan Cahyo, 2010). Dewi (2005) menyatakan bahwa sapi SimPO menjadi primadona karena mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan pedet yang dilahirkan memiliki bobot badan yang besar serta memiliki daya jual yang tinggi. Bobot lahir sapi persilangan SimPO adalah tertinggi (31,1 kg) disusul Charolais dengan PO (27,5 kg), Limousin dengan PO (25,6 kg) dan Brahman dengan PO (24,5 kg) (Thalib et al., 1999). Proporsi umur sapi Umur sapi yang digemukkan pada usaha penggemukan CV. Restu Bumi bervariasi dari sapi yang memiliki gigi poel 1 hingga poel 4. Hasil penelitian menunjukkan proporsi rata-rata umur sapi berdasarkan poel gigi (Gambar 3). Gambar 3 menunjukkan bahwa proporsi umur sapi bakalan dengan poel 1 tertinggi sebesar 36% diikuti berturut-turut oleh sapi dengan poel gigi 2, dan 3 masing-masing 25% dan 23%. Dapat dikatakan bahwa CV. Restu Bumi dalam pemilihan sapi bakalan berdasarkan umur, sudah sangat baik karena sapi dengan gigi poel 1 memiliki pertumbuhan yang cepat dan akan memberikan dampak yang lebih ekonomis yang berpengaruh pada pendapatan (Ngadiyono 2007; Rianto dan Purbowati, 2010). Distribusi umur sapi berdasarkan kriteria bangsa sapi disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 memperlihatkan bahwa ketiga bangsa sapi paling banyak digemukkan adalah berumur poel 1 kemudian diikuti berturut-turut poel 2, poel 3, poel 4 dan gigi susu. Secara keseluruhan pada umur poel 1 proporsi sapi SimPO dan LimPO lebih tinggi dari proporsi bangsa sapi PO. Hal ini diduga karena perbedaan bangsa. Sapi SimPO dan LimPO merupakan keturunan bangsa sapi Eropa yang umumnya mempunyai bobot badan yang lebih berat dari sapi PO dan mampu beradaptasi dengan iklim, sedangkan bangsa sapi PO merupakan bangsa sapi lokal yang secara genetik, memiliki bobot badan rendah bila dibandingkan dengan sapi SimPO dan LimPO pada umur yang sama. Pemilihan sapi bakalan pada umur yang masih mengalami pertumbuhan yang cepat akan memberikan dampak yang lebih ekonomis (Rianto dan Purbowati, 2010). 195

Frandz Rumbiak Pawere et al. Proporsi Bangsa, Umur, Bobot Badan Awal dan Skor Kondisi Tubuh Sapi Bakalan Limpo 19% Simpo 56% PO 25% Gambar 2. Diagram proporsi bangsa sapi yang digemukkan (diagram proportion of cattles traits which are fed). Gambar 3. Proporsi umur sapi yang digemukkan (the ages proportion of cattle which were fed in feedlot). 100 90 80 Jumlah Sapi (ekor) (Amount of cattle (tail)) 70 60 50 40 30 LIMPO PO SIMPO 20 10 0 GIGI SUSU Poel 1 Poel 2 Poel 3 Poel 4 Umur (Ages) Gambar 4. Umur sapi bakalan berdasarkan bangsa (the ages of cattle base on breed). Bobot badan awal sapi yang digemukkan Sapi yang digemukkan di CV. Restu Bumi memiliki bobot badan awal yang bervariasi sebagaimana disajikan pada Tabel proporsi bobot badan awal sapi bakalan. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa kategori bobot badan awal <300 didominasi oleh bangsa sapi PO, sedangkan kategori bobot badan awal >300 kg didominasi oleh bangsa sapi persilangan. Hal ini diduga karena perbedaan bangsa. Sapi PO merupakan bangsa sapi dari daerah tropis yang secara genetik bobot badan awal lebih kecil dibanding sapi SimPO dan LimPO pada umur yang sama. Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa sebanyak 391 (60%) ekor sapi yang 196

Buletin Peternakan Vol. 36 (3): 193-198, Oktober 2012 ISSN 0126-4400 Tabel proporsi bobot badan awal sapi bakalan (the proportion of initial body weight of cattle) Bangsa (breed) Jenis kelamin (sex) Bobot badan (body weight) <300 kg >300 kg Total LimPO Jantan (ekor) (male (head)) 9 66 75 Betina (ekor) (female (head)) 0 22 22 PO Jantan (ekor) (male (head)) 26 28 54 Betina (ekor) (female (head)) 25 49 74 SimPO Jantan (ekor) (male (head)) 40 159 199 Betina (ekor) (female (head)) 9 67 76 Total 109 391 500 Gambar 5. Skor kondisi tubuh sapi bakalan (body condition score of cattle). digemukkan memiliki rata-rata bobot badan lebih dari 300 kg dan 109 ekor (40%) sapi dengan bobot badan awal kurang dari 300 kg. Menurut CV. Restu Bumi, sapi dengan bobot badan awal 300 kg lebih efisien dan ekonomis dalam konsumsi pakan dibandingkan sapi dengan bobot badan kurang dari 300 kg. Skor kondisi tubuh sapi bakalan Skor kondisi tubuh sapi bakalan di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan proporsi BCS 2 sekitar 48%, BCS 3 sekitar 43%, BCS 4 sekitar 5%, BCS 1 (3%) dan BCS 5 (1%). Sapi bakalan dengan BCS 2 atau 3 yang paling banyak digemukkan. Hasil ini sesuai dengan pendapat Ngadiyono (2007) menyatakan bahwa BCS sapi yang baik untuk digemukkan adalah berkisar 2-3. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proporsi bangsa sapi SimPO tertinggi yaitu 56%. Umur sapi bakalan yang paling banyak digunakan yaitu sapi dengan gigi poel 1 dan poel 2. Bobot badan awal sapi <300 kg didominasi oleh bangsa sapi PO sedangkan untuk sapi dengan bobot badan awal >300 kg didominasi oleh bangsa sapi persilangan yakni SimPO dan LimPO. Nilai BCS sapi yang paling banyak dipilih sebagai bakalan adalah BCS 2-3. Daftar Pustaka Affandhy, L., M.A. Yusran, dan M. Winugroho. 2001. Pengaruh frekuensi pemisahan pedet pra-sapih terhadap tampilan reproduktivitas induk dan pertumbuhan pedet sapi Peranakan Ongole. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Departemen Pertanian. Bogor. Carvalho, M.C., Soeparno, dan N. Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole dan Simental Peranakan Ongole jantan yang dipelihara secara feedlot. Buletin Peternakan 34(1): 38-46. Dewi, N.W. 2005. Kinerja induk sapi silangan Simmental Peranakan Ongole pada paritas yang berbeda di tingkat peternak. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogakarta. Endrawati, E., E. Baliarti, dan S.P.S. Budhi. 2010. Performans induk sapi silangan Simmental- Peranakan Ongole dan induk sapi Peranakan Ongole dengan pakan hijauan dan konsentrat. Buletin Peternakan 34(2): 86-93. 197

Frandz Rumbiak Pawere et al. Proporsi Bangsa, Umur, Bobot Badan Awal dan Skor Kondisi Tubuh Sapi Bakalan Musthafa, N.A. 2011. Pengaruh bangsa sapi potong terhadap kinerja reproduksi induk di Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. Citra Aji Pratama. Yogyakarta. Ontario Farm Animal Council (OFAC). 2010. Body conditioning score of beef cattle. Available at http://www.ofac.org/pdf/body%20condition %20score.pdf. Accession date: 2 nd March 2012. Rianto, E. dan E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI. Jakarta. Santosa. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya Jakarta. Sumadi, T. Hartatik, N. Ngadiyono, I.G.S. Budisatria, H. Mulyadi, dan B. Aryadi. 2008. Sebaran populasi sapi potong di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kerja Sama APFINDO dengan Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Thalib, C.H., T. Sugiarti and A. R. Siregar. 1999. Frisian Holstein and their adaptability to the tropical environment in Indonesia. International Training on Strategies for Reducing Heat Stress in Dairy Cattle. Taiwan Livestock Research Institut (Tlri-Coa) August 26 31, 2002, Tainan, Taiwan. Trifena, I.G.S. Budisatria, dan T. Hartatik. 2011. Perubahan fenotip sapi Peranakan Ongole, SimPO dan LimPO pada keturunan pertama dan keturunan kedua (Backcross). Buletin Peternakan 35(1): 11-16. Widi, T.M., A. Agus, A. Pertiwiningrum, dan T. Yuwanta. 2008. Road Map Pengembangan Ternak Sapi Potong Provinsi D.I. Yogyakarta. Penerbit Ardana Media. Yogyakata. Widianingtyas, G.N. 2007. Dinamika dan peta distribusi populasi sapi potong di Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo (Studi Kasus). Skripsi Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogakarta. Yulianto, P. dan S. Cahyo. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. 198