KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

48 Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.1 No.2, Desember 2014 Ghayah N., et.al.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI NAILUL GHAYAH

KARAKTERISASI SEDIAAN DAN UJI PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM BASIS GEL HPC-M

KARAKTERISASI SEDIAAN DAN UJI PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM BASIS GEL HPC-M

PELEPASAN NA-DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 20-KOLESTEROL DALAM BASIS GEL HPMC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 20 KOLESTEROL DALAM BASIS GEL HPMC 4000

PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 20 KOLESTEROL DALAM BASIS GEL HPMC 4000

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

Efek Perbandingan Surfaktan dan Kosurfaktan Terhadap Karakteristik dan Efisiensi Penjebakan Ovalbumin Dalam Mikroemulsi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BENTUK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN SALEP TERHADAP PENETRASI AMINOFILIN SEBAGAI ANTISELULIT SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN SEL DIFUSI FRANZ

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

RONAL SIMANJUNTAK DIFUSI VITAMIN C DARI SEDIAAN GEL DAN KRIM PADA BERBAGAI ph PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BASIS HPMC 4000 TERHADAP STABILITAS FISIK GEL MIKROEMULSI NATRIUM DIKLOFENAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KETOPROFEN ETHOSOME PERCUTANEOUS PENETRATION TESTING IN IN-VITRO WITH VARIATIONS IN FORM BASE GEL PREPARATIONS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

KARAKTERISTIK SEDIAAN DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SISTEM NIOSOM DENGAN BASIS GEL CARBOMER 940

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

PENGARUH NATRIUM LAURIL SULFAT SEBAGAI SURFAKTAN PADA DISOLUSI KETOPROFEN DALAM SEDIAAN REKTAL GEL DENGAN GELLING AGENT HPMC

KARAKTERISTIK SEDIAAN DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SISTEM NIOSOM DENGAN BASIS GEL CARBOMER 940

PENGARUH KONSENTRASI ADEPS LANAE DALAM DASAR SALEP COLD CREAM TERHADAP PELEPASAN ASAM SALISILAT

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

STUDI EFEK MINYAK WIJEN, MINYAK ALMOND, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI SECARA IN VITRO DARI BASIS GEL ALGINAT

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT

LISA AYU LARASATI FORMULASI MIKROEMULSI DL-ALFA TOKOFEROL ASETAT DENGAN BASIS MINYAK KELAPA MURNI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

RIFDA AMALIA

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2

DONNY RAHMAN KHALIK FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA MURNI UNTUK SEDIAAN NUTRISI LENGKAP PARENTERAL

Karakterisasi dan Stabilitas Fisik Mikroemulsi Tipe A/M dengan Berbagai Fase Minyak

OPTIMASI KARBOKSIMETILSELULOSA NATRIUM SEBAGAI MATRIKS DAN TWEEN 60 SEBAGAI ENHANCER

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 April 2017 di

Formulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Evaluasi Efektivitasnya sebagai Antikerut

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MATRIK KOMBINASI MENGGUNAKAN POLIMER ETIL SELULOSE DAN PVP K 30

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

EFEKTIVITAS LECITHIN SEBAGAI EMULGATOR DALAM SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN

PENGARUH KADAR POLIETILEN GLIKOL (PEG) 400 TERHADAP PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DARI SEDIAAN TRANSDERMAL PATCH TYPE MATRIKS

IDA FARIDA SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

PENGARUH KOMBINASI PEG 400 DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN KECEPATAN PELEPASAN BENZOKAIN MAKALAH

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

PENGARUH PENAMBAHAN ALPHA HYDROXY ACID TERHADAP LAJU PENETRASI IN VITRO KAFEIN SEBAGAI GEL ANTISELULIT

3 Metodologi Penelitian

PENGARUH HPMC DAN PROPILEN GLIKOL TERHADAP TRANSPOR TRANSDERMAL PROPRANOLOL HCl DALAM SEDIAAN MATRIKS PATCH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

FAHMI AZMI FORMULASI DISPERSI PADAT IBUPROFEN MENGGUNAKAN HPMC 6 cps PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Formulasi Sediaan Emulgel Meloksikam Menggunakan Basis Pluronic Lecithin Organogel

EFEK PENINGKAT PENETRASI DIMETILSULFOKSIDA TERHADAP LAJU DIFUSI PADA SEDIAAN GEL KLINDAMISIN HIDROKLORIDA SECARA IN VITRO

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

Formulasi dan Evaluasi Mikroemulsi Antikerut Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

Transkripsi:

KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000 (Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80-Tween 80 : Kosurfaktan Isopropanol = 4:1) Esti Hendradi *, Tristiana Erawati, Noorma Rosita, Auditya Angga Ariftama Achmad Makka, Alrysta Yusrial Email: esti_hendradi@yaho.com Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Airlangga ABSTRACT The aim of this study was designed to determine the characteristic of dosage form, released and penetration of diclofenac sodium with w/o microemulsion system from HPMC 4000 gel. Microemulsion contained ratio surfactant Span 80-Tween 80 and cosurfactant isopropanol 4:1. The concentration of diclofenac sodium was 5% (Hendradi et al, 2012). There were two formulas in this study, a gel with w/o microemulsion system as the first formula and gel with w/o emulsion system as the second formula. The characteristic evaluation included appearance, ph, and ability to spread diameter of zero load. Formula I had a better stability than formula II and broken after 4 days formulation. Then, only formula I can be evaluated by penetration test. The data of characteristic studay was analized by statistic using independent t-test with degree of confident 95%. The released and penetration study of diclofenac sodium was carried out with Erweka Dissolution Tester Type DT 820 with apparatus 5-paddle overdisk in phosphate buffer saline 7.40±0.05, temperature 37.0±0.5 o C, 100 rpm. As membrane released study was cellophane, and Wistar rat skin was used as membrane at penetration study.the result was showed that preparation of microemulsion system was significant different on ph, consistency,

and spreadibility compared with the emulsion system with degree of Freedom 95% (α = 0,05), but it was same effect on color and odor. The result showed that drug released rate was 51.79±0.60 µg/cm 2 /min 1/2, penetration rate for formula I was 0.71 ± 0.03 µg/cm 2 /min and the membrane Wistar rat skin permeability for formula I was 7.26x10-5 ± 3.49x10-6 cm/min. Keyword (s): diclofenac sodium, microemulsion, drug penetration, HPMC 4000, Span 80, Tween 80, isopropanol. ABSTRAK Disain penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik sediaan, pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak dari system mikroemulsi w/o dalam gel HPMC. Mikroemulsi terdiri dari surfaktan (Span 80 dan Tween80) dan kosurfaktan (isopropanol) dengan perbandingan 4:1. Konsentrasi natrium diklofenak adalah 5% (Hendradi et al, 2012). Dalam penelitian ini dibuat 2 (dua) formula, formula I adalah gel natrium diklofenak dalam system mikroemulsi tipe w/o sedangkan formula II adalah natrium diklofenak dalam system emulsi. Karakterisasi sediaan meliputi organoleptis, ph dan kemampuan penyebaran dengan beban nol (0). Formula I mempunyai stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan Formula II. Sehingga hanya formula I yang dapat diuji pelepasan dan penetrasi. Uji pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak menggunakan Erweka Dissolution tester Type DT 820 dengan apparatus 5 Paddle overdisk dalam dapar fosfat ph 7,4 ±0.05 pada suhu 37.0±0.5 o C, dan kecepatan pengadukan 100 rpm. Sebagai membran untuk uji pelepasan adalah selofan, sedangkan uji penetrasi natrium diklofenak digunakan kulit tikus Wistar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan dibuat system mikroemulsi mempunyai ph, konsistensi dan penyebaran yang berbeda bermakna dengan

formula emulsi (II) pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05), tetapi warna dan bau kedua formula adalah sama. Fluks pelepasan natrium diklofenak dari formula I adalah 51,79 ± 0,60 µg/cm 2 /menit 1/2, fluks penetrasi dari formula I adalah 0,71 ± 0,03 µg/cm 2 /menit dan permeabilitas membran kulit tikus Wistar adalah 7.26x10-5 ± 3.49x10-6 cm/menit. Kata Kunci: natrium diklofenak, mikroemulsi, pelepasan obat, HPMC 4000, Span 80, Tween 80, isopropanol. PENDAHULUAN Dalam rangka meningkatkan kelarutan natrium diklofenak dan stabilitas sistem maka dibuat dalam sistem mikroemulsi (Kreilgaard, 2002). Dengan adanya sistem mikroemulsi yang dapat meningkatkan kelarutan obat maka pelepasan dan penetrasi bahan obat menembus kulit akan lebih baik. Sedangkan untuk mengatasi viskositas sistem mikroemulsi yang rendah digunakan pembawa gel HPMC 4000. Mikroemulsi adalah sistem dispersi koloid antara minyak dan air yang stabil secara termodinamika dengan stabilisator surfaktan dan kosurfaktan. Sistem ini bersifat transparan, droplet berukuran sangat kecil, dan terbentuk secara spontan. Selain stabil secara termodinamik, keunggulan mikroemulsi adalah kemudahan dalam pembuatan dan memiliki daya penglarutan yang besar (Santos et al, 2008). Salah satu faktor penting yang mempengaruhi penetrasi obat ke dalam kulit adalah konsentrasi obat yang terlarut karena laju penetrasi berbanding lurus dengan konsentrasi (Sinko and Singh, 2011). Disamping itu komponen-komponen penyusun mikroemulsi seperti fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan dapat meningkatkan permeasi kulit dengan cara merubah tatanan lipid bilayer membran kulit serta meningkatkan sifat pembasahan yang memastikan baiknya kontak permukaan antara membran kulit dan pembawa (Santos et al, 2008). Sebagai model obat dalam penelitian ini

digunakan natrium diklofenak. Natrium diklofenak adalah salah satu Nonsteroidal Anti- Inflammatory Drugs (NSAIDs) yang merupakan derivat asam fenilasetat. Obat ini menghambat cyclooxygenase (COX) relatif secara non selektif (Katzung, 2007). Natrium diklofenak digunakan sebagai analgesic dan anti inflamasi pada berbagai kondisi (Sweetman, 2009). Pada penelitian ini dibuat sediaan topikal natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi dalam suatu gel berbasis HPMC 4000. Komponen mikroemulsi terdiri dari minyak kedelai sebagai fase minyak, aquadem sebagai fase air, Tween 80 dan Span 80 sebagai surfaktan, isopropanol sebagai kosurfaktan, dan basis gel HPMC. Untuk fase air dipilih aquademineralisata. Span 80 dan Tween 80 yang digunakan dihitung sesuai HLB butuh dari soybean oil. Perbandingan surfaktan dan kosurfaktan adalah 4:1 (Hendradi et al, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik sediaan, pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak dalam sistem mikroemulsi dengan basis gel HPMC 4000 sebagai sediaan uji dibandingkan dengan kontrol sediaan topikal natrium diklofenak dalam sistem emulsi dengan basis gel HPMC 4000. Uji karakteristik fisik yang dilakukan terdiri dari organoleptis, diameter penyebaran pada beban nol, dan ph. Uji pelepasan dilakukan dengan menggunakan membran selofan. Sedangkan uji penetrasi dilakukan dengan menggunakan kulit tikus Wistar jantan dengan media disolusi dapar fosfat ph 7,4 ± 0,05 pada temperatur 37 ± 0,5 o C dan pengadukan 100 rpm. Penetapan konsentrasi natrium diklofenak dilakukan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Parameter yang diukur pada uji pelepasan adalah fluks pelepasan dan penetrasi adalah fluks penetrasi dan permeabilitas membran.

METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan adalah natrium diklofenak (PT Kimia Farma), baku standar natrium diklofenak dari PT Kimia Farma, minyak kedelai food grade (PT Same Darby Edible), Tween 80 (Croda), Span 80 cosmetical grade (Croda), isopropanol (MERCK), HPMC 4000 (Dow Chemical Company), dan propilenglikol (BASF SE). Pelarut yang digunakan adalah aquademineralisata (PT Widatra Bhakti). Larutan dapar dibuat dengan menggunakan H 2 PO 4, KCl, NaCl, dan KH 2 PO 4 (MERCK) dengan derajat kemurnian pro analyse. Bahan yang digunakan dalam penelitian apabila tidak disebutkan lain, memiliki kemurnian pharmaceutical grade. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah Double beam Spectrophotometer UV-Vis Shimadzu UV-1800, IR JASCO FT/IR-5300, rangkaian alat uji disolusi Erweka Dissolution Tester Type DT 820 dengan pengaduk bentuk Paddle, ph meter Schott Glass Mainz tipe CG 842, neraca analitik, alat sentrifugasi Sentrifus rotofix-32, magnetic stirer, Delsa Nano Submicron Particle Size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering, konduktometer Eutech instruments con 510, mikropipet Eppendorf, sel difusi, selofan, membran kulit tikus wistar jantan bagian abdomen. Pembuatan Sistem Mikroemulsi Mikroemulsi yang dibuat terdiri atas komponen pembentuk sistem tertera pada Tabel 1. Jumlah Surfaktan Span 80 dan Tween 80 untuk mikroemulsi dan emulsi dihitung sesuai untuk HLB butuh 7. Pembuatan mikroemulsi dimulai dengan menimbang minyak kedelai, Span 80, Tween

80, dan isopropanol dimasukkan gelas beker dan diaduk sampai homogen dengan kecepatan 100 rpm selama 15 menit. Kemudian ditambah aquademineralisata, diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 100 rpm selama 15 menit hingga terbentuk sistem mikroemulsi (tampilan jernih). Natrium diklofenak dilarutkan pada sistem mikroemulsi dengan menggunakan stirer dengan kecepatan 150 rpm selama 60 menit. Pembuatan Sistem Emulsi Emulsi terdiri atas komponen pembentuk sistem tertera pada Tabel 2. Dimulai dengan mencampurkan Span 80 dan minyak kedelai sebagai fase minyak. Kemudian ditambahkan 60% dari berat total natrium diklofenak aduk hingga homogen. Sebagai fase air digunakan aquademineralisata yang telah dicampurkan dengan surfaktan hidrofil yakni Tween 80. Setelah itu, ditambahkan 40% dari berat total natrium diklofenak aduk hingga homogen Fase minyak dan fase air dicampurkan, aduk sampai terbentuk corpus emulsi dengan kecepatan 500 rpm. Campur selama 30 menit. Penentuan Karakteristik Mikroemulsi dan Emulsi Pemeriksaan Organoleptis Mikroemulsi dan Emulsi dilakukan secara visual meliputi pemeriksaan warna, bau, dan konsistensi. Pemeriksaan Ukuran dan Distribusi Ukuran Droplet Mikroemulsi Pemeriksaan ukuran dan distribusi ukuran droplet mikroemulsi dilakukan dengan alat Delsa Nano Submicron Particle Size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering. Dilakukan pengamatan pada sudut 165 o dan suhu 25 o C. Penentuan Ukuran Droplet Emulsi Pengamatan ukuran droplet dilakukan untuk 300 droplet yang ditambahkan dengan pewarna metilen blue dengan perbesaran 400x.

Pengukuran Konduktivitas Mikroemulsi dan Emulsi Pengukuran sifat konduktivitas bisa dilakukan dengan menggunakan alat konduktometer. Pembuatan Sediaan Natrium Diklofenak dalam Basis Gel HPMC 4000 Pembuatan Basis Gel HPMC 4000 Formula basis gel yang digunakan tertera pada Tabel 3. Cara pembuatannya HPMC 4000 didispersikan pada aquadem bebas CO 2 sebanyak 20 kali berat HPMC 4000, didiamkan selama satu jam, dan gerus sampai terbentuk masa gel. Kemudian ditambahkan propilenglikol diaduk sampai homogen. Terakhir ditambahkan aquademineralisata bebas CO2 sampai berat yang diinginkan dan diaduk sampai homogen. Pembuatan Sediaan Gel Natrium Diklofenak Formula yang digunakan pada penelitian ini sebanyak dua formula, formula I sebagai sediaan uji yang mengandung sistem mikroemulsi dan formula II sebagai formula kontrol yang mengandung sistem emulsi. Kedua formula tersebut terdapat pada Tabel 4. Mikroemulsi dan emulsi yang digunakan telah mengandung natrium diklofenak dengan kadar 5%. Ditimbang sesuai dengan kebutuhan untuk membentuk sediaan dengan konsentrasi natrium diklofenak 1 %. Kemudian dimasukkan dalam basis gel. Penentuan Karakteristik Sediaan Penentuan Organoleptis Sediaan Pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium diklofenak dilakukan secara visual meliputi bentuk, warna dan bau.

Pengukuran ph Sediaan Penentuan ph dilakukan dengan alat ph meter. Ditimbang 1 gram sediaan lalu diencerkan dengan 9 ml aquademineralisata bebas CO 2 dan diaduk. Selanjutnya elektroda dimasukkan kedalam sediaan yang untuk ditentukan nilai ph nya. Pengukuran Diameter Penyebaran Ditimbang 1 gram sediaan, diletakkan pada kaca berskala tepat pada bagian tengah kaca, kemudian ditutup dengan kaca lain (tanpa skala). Diameter penyebaran pada beban nol dicatat setelah 1 menit. Penentuan Uji Pelepasan Natrium Diklofenak Dari Sediaan Mikroemulsi Media difusi yang digunakan adalah dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05. Membran difusi yang digunakan dalam pengujian laju pelepasan natrium diklofenak dalam sediaan gel ini adalah membran selofan. Penyiapan sel difusinya diawali dengan mengisi sediaan sampai penuh. Selanjutnya sel difusi ditutup dengan membran selofan sesuai dengan ukuran sel difusi lalu di atas membran diberi ring penyekat sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran. Sel difusi yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana pada dissolution tester yang berisi larutan dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 ml. Suhu percobaan diatur pada 37 ± 0,5 C. Paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm dan segera dicatat sebagai waktu ke nol. Pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360, 390, 420, 450, 480 diambil cuplikan sebanyak 5 ml setiap cuplikan, kemudian diganti larutan dapar fosfat salin dengan ph 7,4 ± 0,05 dengan jumlah yang sama. Cuplikan tersebut diamati absorbannya dengan Spektrofotometer UV-Vis dengan metode tiga panjang gelombang analitik.

Penentuan Uji Penetrasi Natrium Diklofenak Menembus Kulit Tikus Wistar Penentuan Fluks Penetrasi Natrium Diklofenak Dari Sediaan Mikroemulsi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan fluks pelepasan natrium diklofenak. Bedanya adalah pada pemakaian membran, pada uji pelepasan digunakan membrane selofan sedangkan pada uji penetrasi digunakan membran kulit tikus Wistar jantan. Penentuan Fluks Pelepasan Natrium Diklofenak Penentuan fluks pelepasan diawali dengan penentuan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas per satuan luas membran setiap waktu (µg/cm 2 ) dihitung dari konsentrasi yang diperoleh setiap waktu (µg/ml) kemudian dikoreksi Wurster selanjutnya kosentrasi dikalikan dengan jumlah media (500 ml) serta dibagi dengan luas permukaan membran. Hasil yang diperoleh merupakan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas per satuan waktu/cm 2 (µg/cm 2 ). Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas (µg/cm 2 ) terhadap akar waktu. Dari kurva yang dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan regresi. Berdasarkan hukum difusi Higuchi, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan pelepasan (fluks) natrium diklofenak dari basis. Penentuan Fluks Penetrasi Natrium Diklofenak Menembus Kulit Tikus Wistar Penentuan fluks penetrasi dilakukan tahapannya seperti penentuan pelepasan. Yaitu dihitung jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi per satuan luas membran setiap waktu (µg/cm 2 ). Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi (µg/cm 2 ) terhadap waktu. Dari kurva yang dihasilkan dapat dibuat suatu persamaan regresi. Berdasarkan hukum difusi Fick, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan penetrasi (fluks) natrium diklofenak menembus kulit tikus Wistar. Berdasarkan hukum difusi Higuchi Fick, slope dari persamaan regresi merupakan kecepatan penetrasi (fluks) natrium

diklofenak yang menembus membran. Permeabilitas membran merupakan hasil bagi antara fluks dengan konsentrasi awal bahan aktif dalam sampel. Analisis Data Organoleptis Pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium diklofenak dilakukan secara visual meliputi bentuk, warna, dan bau. Hasil yang didapat dibandingkan dengan literatur. Pengukuran ph dan Diameter Penyebaran Sediaan Gel Natrium diklofenak Nilai ph dan diameter penyebaran diperoleh dengan menghitung rata-rata dan harga SD antar cuplikan dalam satu sediaan gel natrium diklofenak. Hasil pengukuran kemudian diuji statistik dengan metode independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)untuk melihat ada tidaknya perbedaan nilai ph dan diameter penyebaran yang bermakna antar sediaan dengan membandingkan nilai t hitung terhadap t tabel. Jika nilai t hitung > t tabel, berarti ada perbedaan bermakna nilai ph dan/atau diameter penyebaran antar sediaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi dan emulsi hasil pemeriksaan mikroemulsi tanpa dan dengan natrium diklofenak dapat dilihat pada Tabel 5. Ukuran droplet mikroemulsi tanpa natrium diklofenak telah sesuai dengan pustaka. Namun, ukuran droplet mikroemulsi dengan natrium diklofenak jauh lebih besar dari rentang pustaka. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya penambahan natrium diklofenak yang dapat merubah struktur dari mikroemulsi (Lawrence, 2000). Sedangkan hasil uji ukuran droplet emulsi sesuai dengan yang disebutkan pada pustaka (Santos et al, 2008), yaitu emulsi memiliki rentang ukuran 0,2 10 µm.hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan uji konduktivitas pada mikroemulsi dan emulsi, dapat dikatakan bahwa sistem yang

dibuat termasuk dalam tipe w/o karena nilai konduktivitas kedua sistem kecil atau mendekati nilai konduktivitas minyak kedelai (0,01) dan sangat jauh dari nilai konduktivitas air (32,00). Berdasarkan ketiga uji tersebut, dapat disimpulkan emulsi yang didapat sesuai dengan pustaka. Namun sistem emulsi yang mengandung bahan obat natrium diklofenak ternyata tidak stabil yaitu terjadi pemisahan fase minyak dan fase air yang dapat terlihat jelas setelah 20 menit sistem dibuat. Sedangkan untuk emulsi tanpa natrium diklofenak yang kami buat dapat stabil dalam waktu yang lebih lama yaitu selama 7 hari. Uji karakteristik sediaan mikroemulsi dan emulsi dalam gel HPMC 4000 pada penelitian ini meliputi uji organoleptis, ph dan daya sebar pada beban nol. Pada pemeriksaan organoleptis diperoleh hasil bahwa pada formula I dan formula II menunjukan adanya perbedaan pada konsistensi. Formula I, memiliki konsistensi agak kental dibandingkan dengan formula II. Pada pengukuran ph sediaan dapat dilihat pada Gambar 1. Setelah dilakukan analisis statistik independent sampe t-test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) diketahui bahwa terdapat perbedaan ph yang bermakna antar kedua formula, dilihat dari nilai t hitung -6.500 < t tabel 2,776. sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan sistem berpengaruh pada ph sediaan. Hal ini dapat disebabkan perbedaan komponen antar kedua formula. Pengukuran ph berkaitan dengan bentuk terion dan tak terionkan dari obat sesuai dengan persamaan Handerson- Hasselbalch. Hal ini berkaitan dengan efektifitas sediaan karena obat yang dapat berpenetrasi menembus kulit harus dalam bentuk tak terionkan (Sinko and Singh,2011). Pengukuran diameter penyebaran dilakukan untuk mengetahui seberapa mudah suatu sediaan tersebut menyebar. Pada pengukuran diameter penyebaran pada beban nol dapat dilihat pada Gambar 2. Setelah dilakukan analisis statistik independent sample t test pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05), menunjukan bahwa ada perbedaan bermakna pada beban nol antara kedua formula. Pengukuran

daya sebar pada beban nol dapat menunjukan fluiditas dari sediaan. Fluiditas merupakaan kebalikan dari viskositas (Sinko and Singh,2011). Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, (Sinko and Singh, 2011). Semakin besar diameter pada beban nol, menunjukkan semakin kecil viskositasnya. Diameter beban nol formula I lebih kecil dari pada formula II, sehingga bisa dikatakan viskositas formula I lebih tinggi daripada formula II. Hal ini kemungkinan disebabkan karena formula I mengandung surfaktan yang sangat banyak (±60%) yang dapat berinteraksi dengan polimer pada basis gel. Viskositas sediaan berkaitan dengan kemudahan obat lepas dari sediaan untuk selanjutnya berpenetrasi. Semakin kental viskositas sediaan semakin sulit obat untuk lepas dari sediaan. Dari penentuan karakteristik sediaan didapatkan bahwa formula I memiliki konsistensi lebih kental, ph lebih besar, dan daya sebar lebih kecil secara bermakna dibandingkan dengan formula II, selain itu stabilitas formula II lebih rendah (30 menit)setelah pencampuran dengan basis dibandingkan dengan formula I yang bisa bertahan hingga 4 hari. Mekanisme obat untuk memberikan efek pertama adalah obat tersebut harus mampu terlepas dari basis atau pembawanya. Semakin besar jumlah obat yang terlepas, berarti ketersediaan obat tersebut untuk berpenetrasi juga semakin besar. Pada formula II tidak dilakukan uji penetrasi dikarenakan pada formula II stabilitasnya hanya 30 menit setelah dimasukkan dalam gel HPMC 4000. Profil uji pelepasan dapat dilihat pada Gambar 3. Natrium diklofenak yang terlepas dari sediaan dihitung menggunakan kurva baku dengan metode tiga panjang gelombang (panjang gelombang analitik 261 nm, 276 nm, dan 291 nm), regresi linear kurva baku adalah y = 9.2395. 10-3 x + 1.3174.10-4 dan koefisien korelasi (r) = 0,9999. Fluks pelepasan natrium diklofenak dari sediaan formula I dapat dilihat pada Tabel 7 dan rerata nilai fluks pelepasan natrium diklofenak adalah 51,79 ± 0,60µg/cm 2 /menit 1/2.

Profil uji penetrasi dapat dilihat pada Gambar 4. Pada formula II juga tidak dilakukan uji penetrasi dikarenakan pada formula II stabilitasnya hanya 30 menit setelah dimasukkan kedalam gel HPMC 4000. Pada penelitian ini didapatkan stabilitas dari formula I yang rendah (selama 4 hari), namun masih lebih baik daripada formula II. Stabilitas dari formula I yang rendah tersebut kemungkinan disebabkan mikroemulsi w/o yang bersifat hidrofobik ketika dicampurkan dengan gel HPMC 4000 yang bersifat hidrofilik sehingga terjadi perubahan mikroemulsi. Untuk itu sebaiknya digunakan mikroemulsi saja sebagai sediaan tanpa dimasukkan ke dalam gel karena stabilitasnya lebih tinggi (selama 4 minggu). Fenomena ini juga terjadi pada pemakaian basis gel HPC-M (Hendradi dkk, 2012) yaitu sediaan hanya stabil selama 4 hari. Selain itu pada sistem mikroemulsi setelah penambahan natrium diklofenak, ukuran droplet yang dihasilkan menjadi sangat besar. Namun fenomena tersebut (stabilitas sediaan dan ukuran droplet yang besar) tidak diamati sehingga belum diketahui penyebabnya. Sehingga, untuk melihat fenomena tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penentuan fluks penetrasi dapat dilihat pada Tabel 8. Sedangkan hasil penentuan permeabilitas kulit tikus Wistar terhadap natrium diklofenak yang dari sediaan mikroemulsi dapat dilihat pada Tabel 9. Hal ini menunjukkan bahwa natrium diklofenak dalam mikroemulsi bisa terlepas dan selanjutnya berpenetrasi menembus kulit tikus. Kesimpulan 1. Sediaan sistem mikroemulsi dalam basis gel HPMC 4000 (formula I) mempunyai ph yang besar dari pada sediaan gel emulsi dan daya sebar yang lebih kecil. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara dua formula pada ph dan daya sebarnya. 2. Sediaan natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi mampu terlepas dan berpenetrasi menembus kulit tikus Wistar dengan nilai fluks pelepasan sebesar 51,79±0,60 µg/cm 2 /menit 1/2 dan fluks penetrasi sebesar 0.71 ± 0.03 µg/cm 2 /menit serta permeabilitas membran kulit tikus

Wistar terhadap natrium diklofenak dari sediaan gel mikroemulsi adalah 7.26x10-5 ± 3.49x10-6 cm/menit DAFTAR PUSTAKA Harwansh, R.K., Rahman, M.A., Dangi, J.S., 2010. Microemulsion System for Transdermal Delivery of Diclofenac Sodium for Bioavailability Enhancement, Journal of Pharmacy Research 2010, 3(9),2182-2185. Hendradi,E., Purwanti,T.,Suryanto,A.A., 2012. Karakterisasi Sediaan dan Uji Pelepasan Natrium Diklofenak Dengan Sistem Mikroemulsi Dalam Basis Gel HPC-M. PharmaScientia, Vol.1, No.2, 2012. Hendradi,E., Tristiana, E., Rosita,N., Nisa,K., Kurniawati,E. Effect of Surfactant-Cosurfactant Mixture on the Physical Characterization of Water in Oil Microemulsion System of Diclofenac Sodium. The 24th Federation of Asian Pharmaceutical Associations Congress (FAPA) on September 13-16, 2012 in Bali, Indonesia. Katzung, B.G. Eds. 2007. Basic & Clinical Pharmacology. 10 th ed. New York: McGraw-Hill Medical., p. 819. Krielgaard, M., 2002. Influence of Microemulsions on Cutaneous Drug Delivery. Advanced Drug Reviews 54, Supplement 2, p.578. Lawrence, M.J., Rees, G.D., 2000. Microemulsion based media as novel drug delivery system. Advance Drug Delivery Reviews 45 Santos, P., Watkinson, A.C., Hadgraft, J., & Lane, M. E.. 2008. Application of Microemulsions in Dermal. Skin Pharmacology Physiology 21, p. 245-259. Sinko and Singh (Editor), 2011. Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Sixth Edition, Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore, MD, USA, pp.223-257. Sweetman, S.C. Eds. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. 36th Ed. London: Pharmaceutical Press. p. 44, 96.

Tabel 1. Komposisi mikroemulsi Bahan Konsentrasi (%b/b) Natrium Diklofenak 5,0 Minyak kedelai 32,27 Span 80 36,34 Tween 80 12,25 Isopropanol 12,16 Aquadem 1,98 Tabel 2. Komposisi emulsi Bahan Konsentrasi (%) Natrium Diklofenak 5,0 Minyak Kedelai 64,41 Span 80 7,69 Tween 80 2,86 Aquadem 20,04 Tabel 3. Formula basis gel HPMC 4000 Bahan Konsentrasi (%b/b) HPMC 4000 1,5 % Propilenglikol 5 % Aquademineralisata bebas CO 2 sampai100 % Tabel 4. Formula sediaan dalam basis gel HPMC 4000 Formula I Formula II Mikroemulsi 20 % - Emulsi - 20 % Basis gel HPMC 4000 80 % 80 %

Tabel 5. Hasil pemeriksaan kualitatif mikroemulsi Pemeriksaan Organoleptis : - Bentuk - Warna - Bau Evaluasi ukuran droplet Tanpa natrium diklofenak Cairan jernih kental Kuning Tidak berbau 2,5 3784 nm Rerata diameter: 40,6 nm Hasil Pengamatan Dengan natrium diklofenak Cairan jernih kental Kuning Tidak berbau 2480,7-138386 nm Rerata diameter: 32235,53 nm. Zeta Potensial -0,34 mv 2,08 mv Konduktivitas Rerata konduktivitas: 0,05 ± 0,02 µs/cm Rerata konduktivitas: 0,42 ± 0,09 µs/cm Data Pustaka Transparan/ jernih, dan konsistensinya seperti larutan (Santos et al., 2008) 0.1-1.0μm (Harwansh et al., 2010) Tabel 6. Hasil pemeriksaan kualitatif emulsi Pemeriksaan Organoleptis : - Bentuk - Warna - Bau Tanpa natrium diklofenak Cairan kental Putih keruh Tidak berbau Evaluasi ukuran droplet 0,24-1,93 µm Rerata diameter panjang : 0,7 µm Konduktivitas Hasil Pengamatan Dengan natrium diklofenak Cairan kental Putih keruh Tidak berbau 0,48-2,99 µm Rerata diameter panjang: 1,04 µm Rerata konduktivitas: 0,92 ± 0,01 µs/cm Data Pustaka Keruh (Santos et al., 2008) 0,2-10 µm (Santos,2008)

Tabel 7. Nilai fluks pelepasan natrium diklofenak dari sediaan gel mikroemulsi tipe w/o dengan membran selofan, media dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05, suhu 37 ± 0,5 o C, kecepatan pengadukan 100 rpm Fluks Pelepasan(µg/cm 2 /menit Replikasi 1/2 ) Mikroemulsi 1 52,15 2 51,10 3 52,13 Rerata ± SD 51,79±0,60 Tabel 8.Nilai Fluks penetrasi natrium diklofenak menembus kulit tikus Wistar dari sediaan gel mikroemulsi dengan media dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05 suhu 37 ± 0,5 o C, kecepatan pengadukan 100 rpm Replikasi Fluks Penetrasi (µg/cm 2 /menit) Mikroemulsi 1 0,75 2 0,70 3 0,69 Rerata ± SD 0,71 ± 0,03 Tabel 9. Harga permeabilitas membran (cm/menit) pada formula I Replikasi Permeabilitas (cm/menit) 1 7,66x10-5 2 7,08x10-5 3 7,03.10-5 Rerata ± SD 7,26x10-5 ± 3,49x10-6

Diameter penyebaran (cm) ph 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Formula I II Gambar 1.Histogram rerata ph sediaan gel natrium diklofenak. I adalah sediaan gel mikroemulsi; II adalah sediaan gel emulsi. Data merupakan rerata 3 kali replikasi± SD. Formula I berbeda bermakna dengan Formula II dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Formula I II Gambar 2.Histogram rerata diameter penyebaran sediaan gel natrium diklofenak. I adalah sediaan gel mikroemulsi; II adalah sediaan gel emulsi. Data merupakan rerata 3 kali replikasi± SD. Formula I berbeda bermakna dengan Formula II dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)

Jumlah kumulatif natrium diklofenak Jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas (µg/cm 2 ) 1200 1000 800 600 400 200 0 0 5 10 15 20 25 Akar Waktu (menit 1/2 ) Gambar 3. Profil kurva hubungan antara jumlah natrium diklofenak pada formula I yang terlepas dari sediaan gel mikroemulsi melalui membran selofan (µg/cm 2 ) vs akar waktu dalam larutan dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05 pada suhu 37±0,5 0 C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm. Data merupakan rerata 3 kali replikasi±sd. yang berpenetrasi (µg/cm 2) 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0 100 200 300 400 500 600 Waktu (menit) Gambar 4. Profil kurva hubungan antara jumlah natrium diklofenak pada formula I yang berpenetrasi melalui membran kulit tikus (µg/cm 2 ) vs waktu dalam larutan dapar fosfat salin dengan ph 7,4 ± 0,05 pada suhu 37±0,5 0 C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm. Data merupakan rerata 3 kali replikasi±sd.