BAB I. PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata Yunani kuno yang berarti upaya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BERITA RESMI STATISTIK

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sulawesi Selatan. September 2017

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian saat ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Analisis Perkembangan Industri

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu

BPS PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BPS PROVINSI JAWA BARAT

A. PERKEMBANGAN EKSPOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2011

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI JULI 2009

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata Yunani kuno yang berarti upaya untuk memperindah tubuh manusii secara keseluruhan. Tujuan akhir dmi upaya tersebut adalah tercapainya bentuk proporsi, warna, dan kehalusan bagianbagian tubuh secara ideal Seiring dengan semakin menggemanya semangat "back to nature" semakin banyak pula masyarakat internasional yang menginpkan produkproduk yang terbuat dari bahan alami dan proses produksinya tidak merusak lingkungan. Produk-produk yang diionsumsi tersebut tidak terbatas hanya pada produk-produk makanan dan minuman, akan tetapi juga termasuk dalam penggunaan kosmetika. Fenomena tersebut menyebabkan perusahaan- perusahaan kosmetika tradisional Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan produk dan meraih pangsa pasar yang lebih besar, khususnya untuk memasuki pasar intemasional. Industri kosmetika merupakan salah satu industri yang telah lama ditekuni di Indonesia, yaitu diiulai sejak tahun 1910. Perkembangan industri kosmetika secara bertahap mengalami kemajuan. Menurut data terakhir yang dikumpulkan oleh CIC (1995), sampai tahun 1995 terdapat 544 perusahaan yang bergerak dalam industri kosmetika yang tersebar di 15 propinsi di seluruh Indonesia. Jumlah industri tersebut diharapkan akan terus berkembang sejalan dengan peningkatan konsumsi kosmetika.

Saat ini industri produk kosmetika di Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat, baik dikaji dari jenis produknya maupun kontribusinya terhadap penerimaan ekspor non migas yang terus meningkat. Beberapa contoh produsen kosmetika Indonesia yang telah berhasil mengekspor produknya ke manca negara adalah PT. Mustika Ratu, PT. Martina Berto, PT. Ristra Indolab, dan PT. Vita Pharmasi. Pada Tabei 1 ditunjukkan perkembangan produksi nasional sektor industri kosmetika Indonesia. Tabel 1. Perkembangan Produksi Nasional Sektor Industri Kosmetika Tahun 1 Produksi Nasional (ton) I Persentase pemmbuban (%) iaan~laai I PI 7na I.>,",.>>L UL.JV7 199111992 89.332 199211993 97.050 199311994 129.804 199411995 145.006 199511996 159.097 Sumber : Pusat Data Depperindag (1996) 9.3 8.64 33.75 11.71 9.72 Produk kosmetika merupakan salah satu produk yang memiliki potensi pasar yang cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun pasar intemasional. Kondisi perekonomian dunia yang membaik telah mendorong peningkatan ekspor kosmetika Indonesia. Peningkatan ekspor kosmetika yang cukup pesat merupakan dampak dari pengembangan produk (diversitikasi produk) dan perkembangan negara tujuan ekspor. Perkembangan ekspor kosmetika Indonesia dapat diiat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan - Ekspor Nasional Sektor Industri Kosmetika (ribu ton). Komoditi Kosmetika ( 1993 1 1994 1 1995 1 1996 1 1997 ( Trend(%) 1. Produkkecanlikan 1 12.44 1 20.39 1 23.74 1 19.97 1 26.20 1 15.81 (bedak, lip- deodorant, dll) I http://www.mb.ipb.ac.id 2. Produkwangi-wangianuntuk 1 12.76 1 8.57 1 9.16 1 8.38 1 5.41 1 (15.95) kecan!ikan I I I 1 I I 3. Pasta gigi 1 4.13 1 7.18 1 40.29 1 15.67 1 7.61 1 22.17 Total 1 29.33 1 36.15 1 43.19 1 44.03 1 39.22 1 8.09 Sumber : Pusat Data Depperindag (1999). Pengembangan produk kosmetika dapat dilihat dari banyaknya jenis produk yang diekspor dan jumlah negara tujuan ekspor. Pada tahun 1988 jenis produk kosmetika yang diekspor bejumlah 28 dm berkembang menjadi 34 jenis produk pada tahun 1992. Negara tujuan ekspor produk kosmetika berjumlah 17 negara pada tahun 1988 dan berkembang menjadi 60 negara pada tahun 1992. Negara-negara tujuan tersebut antara lain adalah Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Jerman, UAE, Taiwan, Nigeria dan Rusia. Menurut BPEN (1993), kawasan Asia masih merupakan negara tujuan ekspor utama, diia nilai ekspor ke Asia pada tahun 1992 mencakup 92 % dari total ekspor. Selama periode 1994-1998 ekspor kosmetika ke Malaysia untuk preparat dekoratif mencakup 40 % dari total ekspor preparat tersebut. Hal ini merupakan indiior bahwa produk kosmetika Indonesia memiliki keunggulan bersaing dm semakin mampu menembus pasar internasional. Kuala Lumpur sebagai ibu kota negara Malaysia merupakan pangsa pasar yang potensial untuk diiembangkan mengingat struktur kultural yang tidak jauh berbeda dari Indonesia. Hal lain yang juga mendukung adalah banyaknya masyarakat Indonesia yang menetap di Kuala Lumpur. Penerimaan produk kosmetika Indonesia (product acceptance) di Kuala Lumpur dapat dilihat

dengan semakin banyaknya produk yang beredar serta penayangan iklan di berbagai media promosi. Promosi yang gencar dilakukan oleh produsen kosmetika melalui berbagai media telah mendorong peningkatan pasar kosmetika Indonesia di Malaysia. Besarnya potensi pasar Kuala Lumpur untuk produk kosmetika dapat dikaji dari nilai ekspor Malaysia bagi produk kosmetika. Berdasarkan data yang diieluarkan oleh Jabatan Perangkaan Malaysia (1992), diketahui bahwa total impor produk kosmetika adalah RM 497.902.627 atau setara dengan Rp 995.805.254.000. Khusus untuk produk dekoratif wajah adalah RM 170.514.622 atau setara dengan Rp 341.029.244.000 dan mencakup 34 % dari total impor kosmetika. Selain Indonesia, Malaysia juga mengimpor kosmetika dari berbagai negara lain, yaitu Perancis, Jepang, Amerika Serikat, Singapura dan Korea Selatan. B. Perurnusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka diimuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana citra kosmetika Indonesia di mata konsumen Kuala Lumpur?. 2. Bagaimana peluang pasar kosmetika Indonesia di Kuala Lumpur?. 3. Bagaimana karakteristik konsumen kosmetika Indonesia di Kuala Lumpur?. 4. Bagaimana intensitas persaingan dan daya tarik industri kosmetika di Kuala Lumpur?. 5. Bagaimana strategi STP dan bauran pemasaran untuk produk kosmetika Indonesia di Kuala Lumpur di masa yang akan datang?.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan pennasalahan di atas, maka peneiitian ini bertujuan untuk : 1. lvienganaiisa peiuang pasar kosmetika Indonesia di Kuaia Lumpur. 2. Mengidentifikasi karaiaeristik konsumen kosmetika Indonesia di Kuala Lumpur 3. Mengkaji iaktor-iaktor penting yang mempengmhi konsumen dalam pemilihan produk kosmetika. 4. Menganalisa intensitas persaingan dan daya tarik industri kosmetika di Kuala Lumpur. 5. Merumuskan altematii strategi STP dan bauran pemasaran kosmetika Indonesia, khususnya untuk wilayah Kuala Lumpur. Dengan demikian laporan penelitian ini diiarapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pemerintah, dalam perencanaan kebijakan pengembangan bisnis kosmetika. 2. Pengusaha, untuk memberikan gambaran terhadap karakteristik konsumen dan potensi pasar kosmetika Indonesia di Kuala Lumpur. 3. Perguruan tinggi, sebagai bahan pustaka dan bahan mjukan studi. D. Ruang Lingkup Penelitian Untuk mempertajam analisa dan pembahasan pennasalahan, maka ruang lingkup penelitian ini mencakup : I. Kosmetika Indonesia, khususnya preparat dekoratif dan perawatan wajah. 2. Penetapan pasar sasaran adalah di wiiayah Kuala Lumpur.

3. Fcaciitizn ini hanya sampai pa& tahap hian penentuan segmentasi pasar, target pasar, posiliorring produk dan rekomendasi strategi bauran pemasaran kosmetika Indonesia, sedangkan penerapannya diserahkan pada pihak-pihak yang terkait.