PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

Muhammad Yunus*, Handi Burhanudin**, Abun** Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

Pengumpulan daun apu-apu

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

Fermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

I. PENDAHULUAN. dijumpai didaerah Indonesia terutama di daerah Sumatera Barat. Produksi kakao

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN.. Kulit pisangmerupakan limbah dari industri pengolahan pisang yang belum

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang... Devi Nurdianti Sari

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

BIOPROSES LIMBAH UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI TAHAPAN DEPROTEINASI DAN MINERALISASI UNTUK MENINGKATKAN KANDUNGAN GIZI PAKAN

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. Pakan ternak sangat dibutuhkan bagi seekor ternak, karena merupakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan April Juni 2016.

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

Media Kultur. Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

FERMENTASI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN Aspergillus niger TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING DAN ABU

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 38 No. 1 : (Januari 2018) ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

Pengaruh Dosis dan Waktu Fermentasi Kulit Kopi... Riki Saumi Nuryana

II. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung (Zea mays L) adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Mei Bertempat di

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

Transkripsi:

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR AANG. R 1, ABUN 2, dan TJITJAH. A 3 Universitas Padjadjaran Aang_the_bolank@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi buah ketapang (Ficus lyrata) oleh Bacillus licheniformis terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar telah dilakukan di laboratorium Nutrisi Ternak Non Ruminansia dan Indusrti Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang pada bulan Mei 2012. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan tersarang. Perlakuan terdiri atas tiga tingkat dosis adalah (d 1 = 1% (v/b), d 2 = 2% (v/b), dan d 3 = 3% (v/b)) dan tiga tingkat lama fermentasi adalah (w 1 = 24 jam, w 2 = 48 jam, dan w 3 = 72 jam) masing-masing diulang tiga kali. Peubah yang diamati adalah kandungan protein kasar dan serat kasar. Hasil penelitian diperoleh bahwa dosis inokulum Bacillus licheniformis dan lama fermentasi yang optimal untuk tertinggi dan serat kasar terendah diperoleh pada dosis inokulum Bacillus licheniformis 3% (v/b) dan lama fermentasi 72 jam. Kata kunci : Ficus lyrata,bacillus licheniformis, protein kasar,serat kasar. PENDAHULUAN Pakan merupakan faktor yang sangat penting bagi pemeliharaan ternak. Pemanfaatan produk yang murah dan berkualitas serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia sangat diperlukan. Hal ini menjadi acuan untuk mencari bahan pakan alternatif. Ficus lyrata adalah pohon ara asli yang tumbuh di hutan hujan tropis. Pohon ini menghasilkan buah. Produksi buah dari satu pohon dewasa adalah sebesar 3-5 kg/hari (Gilman dan Watson, 1993). Kandungan energi bruto Ficus lyrata 3934 kkal/kg, serat kasar 14,95%, dan protein kasarnya yaitu 4,89% (Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fapet Unpad, 2011). Upaya peningkatan nilai manfaat Ficus lyrata sebagai campuran bahan pakan dapat dilakukan dengan cara fermentasi. Fermentasi adalah suatu proses dimana mikroorganisme menghasilkan enzim yang dapat mengubah bahan-bahan organik komplek seperti protein, karbohidrat, lemak menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana dan mudah dicerna (Winarno, 1980). Faktor yang menentukan keberhasilan proses fermentasi adalah suhu, 1

ph, bentuk dan ukuran partikel, dosis inokulum, dan lama fermentasi (Saono, 1976). Beberapa penelitian menyebutkan, penggunaan Bacillus licheniformis pada fermentasi limbah cair tahu sebanyak 2 %, suhu 37 0 C, selama 48 jam menghasilkan produk dengan nilai gizi terbaik (Lie Wie Sian, 1992). Fermentasi probiotik ikan nila Bacillus licheniformis dosis 2 %, suhu 45 0 C selama 48 menghasilkan kandungan protein kasar dari 22,19 menjadi 31,19%; menurunkan serat kasar dari 12,82 menjadi 8,64 (Haetami dkk., 2008). Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum Bacillus licheniformis dan lama fermentasi Ficus lyrata terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar, serta mendapatkan dosis inokulum Bacillus licheniformis dan lama fermentasi yang optimal pada fermentasi Ficus lyrata untuk tertinggi dan serat kasar terendah pada produk fermentasi. Materi dan Metode Substrat yang digunakan adalah buah ketapang (Ficus lyrata) matang. Selanjutnya dipotong dan dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah kering digiling untuk dijadikan tepung. 1. Pembuatan media berbasis kaldu daging sapi agar (Nutrient brooth). Sebanyak 250 g daging sapi + 1000 ml aquadest direbus 30 menit. Selanjutnya disaring, diambil 500 ml, kemudian tambahkan NaCl 1,5% (b/v); Gula (glukosa) 0,5% (b/v); tepung Ficus lyrata 0,5% (b/v); dan Agar batang 1,5% (b/v). Disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 0 C, 15 menit, tekanan 1 atm. Media tersebut digunakan untuk perbanyakan bakteri (Abun, 2008). 2. Pembuatan larutan mineral. Dicampurkan CONH 2 0,5% (b/v); NaCl 0,5% (b/v); KH 2 PO 4 0,4% (b/v), MgCl 0,1% (b/v); dan aquadest sampai volume 1000 ml (Abun, 2008). Disterilkan dengan menggunakan autoclave. Larutan ini digunakan untuk perbanyakan bakteri. 3. Pembuatan inokulum substrat cair. Tepung buah ketapang sebanyak 1g ditambah 1g nutrient broth dan larutan mineral sampai volume 90 ml. Tambahkan 10 ml biakan Bacillus licheniformis, 2

selanjutnya inkubasikan pada water bath dengan suhu 40 0 C selama 48 jam. 4. Fermentasi Ficus lyrata substrat cair. Tepung buah ketapang disterilisasi pada autoclave suhu 121 0 C, 15 menit, tekanan 1 Hasil dan Pembahasan 1. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan protein kasar produk fermentasi Ficus lyrata. Tabel 1. Rataan kandungan protein kasar produk fermentasi Ficus lyrata dari masing-masing perlakuan. atm. Sebanyak 150 g substrat (kadar air 66%), dengan perbandingan 51 g substrat dan air 99 g dimasukan kemasing-masing stoples kemudian aduk sampai homogen. Diinokulasikan Bacillus licheniformis dengan dosis inokulum 1, 2, dan 3 % (v/b) dari substrat, diaduk sampai homogen, tutup stoples agar kondisi menjadi anaerob. Setiap perlakuan diinkubasikan dalam Auto shaker bath pada suhu 40 o C selama 24, 48, dan 72 jam, diulang sebanyak 3 kali. Setelah waktu inkubasi dicapai, produk fermentasi di panen dan ditimbang Ket: d = dosis; w = lama fermentasi jam Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis inokulum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) tetapi lama fermentasi yang tersarang dalam dosis memberi pengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan protein kasar produk. Dosis inokulum 3% (d 3 ) menghasilkan rataan beratnya. Disterilisasi pada autoclave kandungan protein kasar produk tertinggi, selama 15 menit, suhu 121 o C, tekanan 1 atm lalu dikeringkan menggunakan oven maka d 3 merupakan dosis optimal untuk pada suhu 35-45 o C selama 3 hari. produk tertinggi. Selanjutnya dilakukan pengujian kandungan protein kasar kasar dan serat kasar melalui analisis proksimat. menunjukkan kandungan protein kasar pada perlakuan d 3 w 3 nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan dengan d 3 w 2, dan d 3 w 1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa semakin 3

lama fermentasi menghasilkan rataan kandungan protein kasar produk yang semakin tinggi. Peningkatan kandungan protein kasar disebabkan oleh penambahan protein sel tunggal (PST) yang berasl dari N substrat menjadi Nmikroba (Bacillus licheniformis). Hal ini sesuai dengan pendapat Halid (1991) bahwa penambahan protein kasar terjadi akibat biomasasel bakteri yang menempel pada substrat. Bakteri mempunyai kandungan protein cukup tinggi yaitu antara 60-80%. Fermentasi Ficus lyrata oleh Bacillus licheniformis pada dosis inokulum 3% (v/b) selama 72 jam merupakan dosis yang optimal untuk menghasilkan kandungan protein kasar produk tertinggi. 2. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan serat kasar produk fermentasi Ficus lyrata. Tabel 2. Rataan kandungan serat kasar produk fermentasi Ficus lyrata dari masing-masing perlakuan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis dan lama fermentasi memberi pengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan serat kasar produk. menunjukkan bahwa kandungan serat kasar pada dosis 3% (d 3 ) nyata (P<0.05) lebih rendah dibandingkan dengan dosis 2% (d 2 ), dan dosis 1% (d 1 ). Tingkat dosis berkaitan dengan besaran populasi mikroba yang berpeluang menentukan cepat tidaknya perkembangan mikroba dalam menghasilkan enzim untuk merombak substrat. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak jumlah populasi mikroba dapat menurunkan serat kasar produk fermentasi. Menurut Laskin dan Hubert (1973) semakin tinggi jumlah populasi mikroba semakin tinggi pula enzim yang dihasilkan untuk memecah substrat. Dosis yang optimal untuk menghasilkan kandungan serat kasar terendah yaitu pada perlakuan d 3 (dosis inokulum 3%). menunjukkan bahwa kandungan serat kasar produk fermentasi pada perlakuan d 3 w 3 Ket: d = dosis; w = lama fermentasi nyata (P<0.05) lebih rendah dibandingkan 4

dengan d 3 w 1, dan d 2 w 2. Perbedaan rataan kandungan serat kasar pada produk fermentasi disebabkan oleh aktivitas Bacillus licheniformis yang memecah serat kasar menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh enzim yang dihasilkannya. Kandungan serat kasar substrat fermentasi akan mengalami perubahan akibat aktivitas enzim tertentu terhadap bahan-bahan yang tidak dapat dicerna, seperti serat kasar menjadi gula sederhana (Winarno., dkk 1980). Fermentasi Ficus lyrata oleh Bacillus licheniformis pada dosis inokulum 3% (v/b) selama 72 jam merupakan dosis optimal untuk menghasilkan kandungan serat kasar produk fermentasi terendah. Kesimpulan Hasil penelitian diperoleh bahwa dosis inokulum Bacillus licheniformis dan lama fermentasi yang optimal untuk tertinggi dan serat kasar terendah diperoleh pada dosis inokulum 3% (v/b) dan lama fermentasi 72 jam. Daftar Pustaka Abun. 2008. Biokonversi Limbah Udang Windu (Pnaeusmonodon) oleh Bacillus licheniformis dan Aspergilus niger Serta Implementasinya Terhadap Performan Broiler. Disertasi, Universitas Padjdjaran Bandung, Bandung. Gilman, E.F. dan Watson, D.G. 1993. The Environtmental Holticulture. Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida. http://edis.ifas.ufl.edu. Diakses tanggal 25 Januari 2012. Halid, I. 1991. Perubahan Nilai Nutrisi Onggok yang Diperkaya Nitrogen Bukan Protein Selama Proses Fermentasi dengan Biakan Kapang. Thesis Pasca Sarjana IPB. Haetami. K, Abun, Yuniar. M. 2008. Studi Pembuatan Probiotik BAS (Bacillus licheniformis, Aspergilus niger, dan sacharomises cereviseae) Sebagai Feed Suplemen Serta Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merahg, Laporan penelitian, UNPAD, Sumedang. Laskin, D.L and A.L Hubert. 1973. Handbook of Food Tecnology. The Avi Publishing Inc., Westport. Lie Wie Sian.1992. Mempelajari Aktivitas Protease Bacillus licheniformis Galur Gibson NCTC 10341 pada Fermentasi Terkontrol Menggunakan Limbah Cair Tahu. Skripsi, IPB, Bogor. Murray, R. K., D. K. Granner, P. A. Mayes, and V. W. Rodwell. 2000. Harper s Biochemistry. McGraw- Hill, New York. Saono, S. 1976. Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Sampingan atau Sisa-sisa Produk Pertanian. Berita IPTEK, Jakarta. Winarno, F.G. 1980. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta. 5