1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB 1 PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan ada tujuan jangka pendek dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perusahaaan-perusahaan sejenis yang bermunculan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan hubungan antara struktur modal dan nilai

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan peluang bisnis maupun pengaturan pola investasi. cakupan yang lebih luas dibandingkan tanpa peramalan.

BAB I PENDAHULUAN. dari penurunan sektor industri di Bursa Efek Indonesia yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan jenis perusahaan manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya yang penting dimiliki perusahaan adalah sumber

BAB I PENDAHULUAN. 2013). Aset lancar yang dimaksudkan seperti kas, persediaan, dan piutang. Ini

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, pada tahun 2012 yang lalu berdasarkan riset yang dilaoprkan oleh.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mendorong keberlangsungan globalisasi dunia dengan cepat dan dinamis. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi kepada negara berupa pemasukan pajak dan dividen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. organisatoris dengan bertambah dewasanya perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. obligasi untuk mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk bebrbagai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan teori Bird in the hand theory menyatakan bahwa investor lebih

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai operasional perusahan maupun untuk membiayai investasi jangka UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. berbentuk saham biasa, saham preferen serta bukti right dan waran.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Disamping itu, kondisi ekonomi Indonesia yang belum stabil

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dewasa ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. data Organisasi Pembangunan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO),

Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum melakukan penilaian yang baik terhadap emiten. Pada umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. dana yang sangat besar untuk mampu bersaing di pasar global.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh perusahaan karena kondisi keuangan akan berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan memperoleh laba menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. produksi mobil yang dirakit di Indonesia berada pada kira-kira dua juta unit. per tahun (

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Semua kegiatan investasi adalah mencari keuntungan atau dalam rangka untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatkan keunggulan produk yang dimiliki perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif dan efisien untuk kelangsungan perusahaan, pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi perusahaan tersebut. Dengan melihat persaingan yang ada maka

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi acuan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan dirinya (going

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya, selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. maka tujuan pokok perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang maksimal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pasar modal mirip dengan pasar-pasar lainnya, dimana terjadi transaksi

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia usaha dewasa ini sangat dituntut untuk lebih bersikap tanggap dan jeli dalam menghadapi era globalisasi sehingga perusahaan dapat tetap bertahan serta berkembang di tengah persaingan usaha yang semakin ketat dan dapat mencapai tujuan utama perusahaan dalam memperoleh laba. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya dengan baik yang dilakukan oleh pihak manajemen. Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana dan kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, gaji pegawai, membayar hutang, dan pembayaran lainnya. Oleh karena itu, tugas para manajer suatu perusahaan adalah merencanakan masa depan dan memperlancar operasi perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan yaitu pencapaian laba maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu ukuran yang sering dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajer keuangan dalam menjalankan tugasnya adalah dalam hal pengelolaan manajemen modal kerja karena pengelolaan modal kerja sangat erat hubungannya dengan kegiatan usaha sehari-hari dan kelangsungan hidup usaha. Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk membelanjai operasi sehari-hari disebut modal kerja. Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk kas, piutang, persediaan dan lainnya yang termasuk aktiva lancar. Modal kerja adalah salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan, karena tanpa modal kerja maka perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang seringkali dihadapi oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan modal kerja dan aktiva lancar merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva, sehingga perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerja sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal. Modal kerja sangat berpengaruh terhadap suatu perusahaan. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang mungkin akan timbul. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak di pergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat

2 akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan, sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifat dinamis sehingga harus disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan modal kerja yang baik akan lebih memperlancar aktivitas perusahaan dalam meningkatkan usaha untuk mencapai keuntungan yang diharapkan. Pengelolaan modal kerja yang baik dapat dilihat dari ketepatan penggunaannya, adapun penggunaan modal kerja tersebut biasanya digunakan untuk pembelian aktiva tetap, pembayaran utang atau pembelian saham, pembayaran deviden dan pembayaran beban atau biaya. Selain itu, perusahaan juga harus dapat memilih sumber-sumber dana yang baik dan dapat mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Sumber-sumber dana dapat diperoleh perusahaan melalui modal sendiri, keuntungan yang diperoleh (laba), hutang jangka pendek, dan hutang jangka panjang. Setiap perusahaan atau badan usaha yang berorientasi pada laba selalu mempunyai tujuan akhir yaitu pencapaian laba yang sebesar-besarnya dan menekan pengeluaran seminimal mungkin. Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh maka perusahan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang serta tangguh menghadapi persaingan. Perusahaan dituntut untuk seefisien mungkin dalam arti bahwa dengan pengorbanan tertentu yang diberikan maka akan dicapai hasil yang sebesar mungkin. Dalam hal ini, pengorbanan atau input ini adalah modal usaha sedangkan outputnya laba usaha. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu disebut rentabilitas atau profitabilitas. Masalah profitabilitas ini penting bagi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan, profitabilitas dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi penanam modal dapat digunakan sebagai tolak ukur prospek modal yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan rendabel apabila perusahaan tersebut dapat beroperasi secara stabil dalam jangka waktu yang panjang. Profitabilitas bagi perusahaan adalah kemampuan menggunakan modal kerja secara efisien dan memperoleh laba yang besar sehingga perusahaan tidak akan mengalami kesulitan mengembalikan hutang-hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Menurut Departemen Riset IFT (Indonesia Finance Today), industri logam dasar besi dan baja merupakan industri strategis karena sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi suatu negara dan sebagai bahan baku vital bagi industriindustri secara keseluruhan. Permasalahan yang paling utama terjadi pada industri besi baja Indonesia yaitu industri ini memiliki ketergantungan impor bahan baku yang sangat tinggi. Hal ini karena industri besi baja nasional belum mampu menciptakan atau mengembangkan teknologi untuk pengolahan bijih besi lokal menjadi bahan mentah yang digunakan sebagai bahan baku untuk industri besi baja tersebut. Industri besi baja nasional ini pun masih menggunakan sumber energi gas yang harganya semakin meningkat dalam proses produksinya menyebabkan teknik pengolahannya pun menjadi kurang efisien. Berdasarkan permasalahan ini mencerminkan bahwa industri besi baja Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar baja internasional sehingga sedikit saja terjadi

3 guncangan perekonomian yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga bahan baku baja. Kondisi ini berpengaruh buruk terhadap kinerja industri besi baja Indonesia. Guncangan perekonomian seperti yang terjadi di pertengahan tahun 1997 yaitu adanya krisis ekonomi yang melanda beberapa negara Asia termasuk juga Indonesia yang menyebabkan kenaikan harga-harga yang tajam, termasuk kenaikan harga bahan baku baja. Hal ini tentu berdampak pada kinerja industrinya. Pertumbuhan produksi sektor logam dasar yang mencakup besi dan baja pada 2012 turun 8,48%, jauh di bawah kinerja 2011 yang tumbuh 16,26%. Hal itu disebabkan oleh pembatasan impor bahan baku besi bekas (scrap) karena isu lingkungan. Padahal industri dalam negeri memiliki ketergantungan yang tinggi dengan presentase ketergantungan mencapai 70% sehingga beberapa jenis produk baja tidak bisa diproduksi, utilisasi dan output produksi pun turun hingga 40%. Akibatnya, pertumbuhan sektor industri logam di tahun 2013 diprediksi turun di kisaran 4-5%. Hal itu disebabkan pengetatan aturan masalah impor scrap. 1 Seharusnya, adanya pengetatan itu harus mempunyai kepastian hukum yang tetap. Pertumbuhan industri logam dasar besi dan baja selama beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pertumbuhan industri pengolahan non-migas menurut cabang-cabang industri (persen) No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Makanan, Minuman, dan Tembakau 5,05 2,34 11,22 2,78 9,14 7,74 2 Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki -3,68-3,64 0,60 1,77 7,52 4,19 3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -1,74 3,45-1,38-3,47 0,35-2,78 4 Kertas dan Barang Cetakan 5,79-1,48 6,34 1,67 1,40-5,26 5 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 5,69 4,46 1,64 4,70 3,95 10,25 6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3,40-1,49-0,51 2,18 7,19 7,85 7 Logam Dasar Besi dan Baja 1,69-2,05-4,26 2,38 13,06 6,45 8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 9,73 9,79-2,87 10,38 6,81 6,94 9 Barang Lainnya -2,82-0,96 3,19 3,00 1,82-1,00 Industri Non Migas 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,40 Produk Domestik Bruto (PDB) 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,23 Sumber : BPS diolah Kementerian Perindustrian (Tahun 2013) Impor besi baja Indonesia saat ini mencapai angka US$ 1,5 miliar yang terdiri dari semua produk seperti slab, scrap, billet, hingga cold rolled coild (CRC). Jika masalah scrap bisa teratasi, maka permintaan baja masih sangat tinggi dan pertumbuhan sektor industri logam dasar tahun ini bisa lebih bagus dibandingkan tahun 2012. Pertumbuhan sektor industri besi dan baja ini menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi kumulatif sektor industri manufaktur di Indonesia yang terealisasi sebesar 6,8% pada tahun 2011. Tahun 2013 ini, seiring dengan penurunan industri baja maka pertumbuhan industri diproyeksi melambat menjadi 6,75%. 2 1 http://www.indonesiafinancetoday.com/read/39885/kendala-importasi-scrap-tekan-produksi- Sektor-Logam-Dasar (Diakses tanggal 8 Juli 2013) 2 http://www.imq21.com/news/read/123943/20130205/105935/2012-pertumbuhan-industri- Logam-Baja-Turun-8-48-.html (Diakses tanggal 23 Juni 2013)

4 Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia memproyeksikan profitabilitas industri besi dan baja tahun 2013 berpotensi capai 5% dibanding tahun 2012 lalu yang negatif. Hal ini bisa dicapai apabila tidak ada kendala bahan baku dan utilisasi industri bisa dioptimalkan. 3 Penopang peningkatan kebutuhan produk baja adalah proyek-proyek infrastruktur, pembangunan pabrik baru di kawasankawasan industri, dan termasuk pula perkembangan di bidang properti. Saat ini ada 16 emiten logam yang sudah tercatat di BEI. Di antara emiten tersebut terdiri dari 3 perusahaan aluminium, 2 perusahaan besi beton, 8 perusahaan baja, 1 perusahaan timah, 1 perusahaan logam, dan 1 perusahaan tembaga. 4 Kapitalisasi pasar di industri logam per 28 Juni 2013 mencapai Rp 16,26 triliun dengan kontribusi sebesar 0,34 persen terhadap kapitalisasi pasar BEI. KRAS (Krakatau Steel Tbk) tercatat sebagai emiten industri logam dengan kapitalisasi terbesar, yakni Rp 7,5 triliun. 5 Semakin tinggi kapitalisasi maka semakin besar skala bisnis dan juga kepercayaan investor. Tabel 2. Kapitalisasi pasar industri logam di BEI Tahun 2011-2013 (Juta Rp) No Kode Kapitalisasi Pasar Tanggal IPO Emiten Per 30 Des 2011 Per 28 Des 2012 Per 28 Jun 2013 1 ALKA 12 Jul 1990 55.843 55.843 60.919 2 ALMI 02 Jan 1997 280.280 200.200 234.080 3 BAJA 21 Des 2011 486.000 918.000 711.000 4 BTON 18 Jul 2001 60.300 126.000 95.400 5 CTBN 28 Nov 1989 3.400.000 3.520.000 3.620.000 6 GDST 23 Des 2009 1.057.800 885.600 836.400 7 INAI 05 Des 1994 85.536 71.280 102.960 8 ISSP 22 Feb 2013 0 0 1.343.781 9 JKSW 06 Agt 1997 13.950 13.200 12.000 10 JPRS 04 Agt 1989 363.750 247.500 232.500 11 KRAS 10 Nov 2010 13.251.000 10.096.000 7.493.125 12 LION 20 Agt 1993 273.084 540.966 676.208 13 LMSH 04 Juni 1990 48.000 100.800 96.000 14 NIKL 14 Des 2009 656.071 555.137 469.343 15 PICO 23 Sept 1996 109.696 147.778 127.884 16 TBMS 23 Mei 1990 108.365 123.977 146.936 Total 20.249.675 17.602.281 16.258.537 Total Nilai Kapitalisasi Pasar Saham di BEI 3.537.294.213 4.126.994.933 4.734.418.233 Kontribusi terhadap kapitalisasi pasar BEI (persen) 0,57 0,43 0,34 Sumber : www.britama.com (diolah) Dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari membutuhkan modal kerja. Untuk menunjang kelancaran aktivitas dalam perusahaan, maka diperlukan suatu kebijakan dan pengelolaan modal kerja 3 http://www.indonesiafinancetoday.com/read/39969/profitabilitas-industri-baja-berpotensi- Capai-5 (Diakses tanggal 8 Juli 2013) 4 http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-dasar-dan-kimia/sub-sektor-logam-sejenisnya/ (Diakses tanggal 28 Maret 2013) 5 http://www.britama.com/index.php/category/pasar/kapitalisasi-pasar/ (Diakses tanggal 9 Juli 2013)

dengan baik. Pengelolaan modal kerja adalah suatu hal yang penting untuk dianalisis, yaitu mengenai bagaimana perusahaan berperilaku terhadap pemenuhan modal kerja tersebut. Manajemen modal kerja adalah pengaturan total dan jumlah masing-masing komponen modal kerja dan pembelanjaan yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar. Manajemen modal kerja penting karena beberapa alasan. Pertama, sebagian waktu manajer keuangan banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah modal kerja. Kedua, keputusan-keputusan modal kerja dapat berpengaruh secara berarti terhadap risiko, return, dan harga saham perusahaan. Dalam mengelola modal kerja, manajemen harus memahami siklus konversi kas (cash conversion cycle) di perusahaannya, yaitu siklus mulai dari pembelian bahan baku, menjual barang jadi secara kredit sampai dengan penerimaan piutang usaha. Siklus konversi kas ini terdiri dari 3 komponen yaitu : (1) Periode konversi persediaan (inventory conversion period), (2) Periode penerimaan piutang usaha (receivables collection period), dan (3) Periode penundaan utang usaha (payable deferral period). Semakin pendek siklus konversi kas, maka semakin baik bagi perusahaan. Profitabilitas akan bertambah saat waktu siklus konversi kas berkurang. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki waktu siklus konversi kas yang pendek mampu mengumpulkan kas yang diperlukan untuk operasional sehari-hari perusahaan, sehingga tidak perlu menggunakan sumber dana dari luar yang berarti tidak ada biaya untuk pinjaman dana dan selanjutnya keuntungan perusahaan akan meningkat (Brigham dan Joel, 2011). Semakin besar tingkat profitabilitas maka semakin baik bagi perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar tingkat kemakmuran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Semakin besar tingkat kemakmuran yang diberikan oleh perusahaan akan menarik minat investor untuk memiliki perusahaan tersebut dan akan memberikan pengaruh positif terhadap harga saham di pasar. Ini berarti akan menaikkan nilai perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk melakukan analisis variabel modal kerja yang terdiri dari siklus konversi kas serta komponennya (umur persediaan, umur piutang usaha, umur hutang usaha), kemudian rasio lancar, rasio hutang dan tingkat pengembalian aktiva periode sebelumnya, serta ukuran perusahaan diambil sebagai variabel independen, nilai perusahaan yang dinilai dengan market value ratio diambil sebagai variabel dependen, dan profitability ratio digunakan sebagai variabel mediating. Beberapa variabel modal kerja yang akan dianalisis dan diduga memiliki pengaruh terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan. Dalam menjaga keberlangsungan usaha, setiap perusahaan membutuhkan profit atau keuntungan untuk membayar semua kewajibannya. Profit ini juga berguna sebagai sumber modal dalam pengembangan perusahaan di masa yang akan datang serta sebagai sumber pengembalian investasi kepada investor yang menanamkan modal. Terkait dengan hal ini, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Analisis Manajemen Modal Kerja dan Dampaknya Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Industri Logam di BEI). 5

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB