ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI KABUPATEN KUDUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR RISIKO KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI KABUPATEN KUDUS

TUMBUH KEMBANG BAYI 0-6 BULAN MENURUT STATUS ASI DI PUSKESMAS TELAGA BIRU PONTIANAK

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

1

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama :... Umur :... Alamat :... Nama Anak :... Umur :... : Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

BAB II LANDASAN TEORI

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

3 BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN.

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-12 BULAN NASKAH PUBLIKASI

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

BAB III METODE PENELITIAN. Mojosongo, Jebres, Surakarta. Pelaksanaan penelitian bulan April 2014.

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI KABUPATEN KUDUS Kholishatul Hikmah* Kholishatulh@gmail.com ABSTRAK Data balita mengalami keterlambatan perkembangan di Kudus sebanyak 186 kasus (0,2 %). Banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan anak perlu analisis agar sumber daya manusia di Indonesia lebih berkualitas. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan faktor pranatal, perinatal dan pascanatal merupakan faktor risiko terjadinya keterlambatan perkembangan anak balita. Jenis penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Populasi semua balita usia 36-60 bulan yang mengalami keterlambatan perkembangan, Populasi kontrol semua balita usia 36-60 bulan yang perkembangannya normal, jumlah sampel 35 kasus dan35 kontrol. Faktor risiko yang diteliti riwayat status umur ibu risiko tinggi saat hamil, riwayat status gizi ibu dengan KEK saat hamil, Riwayat frekuensi kunjungan ANC yang 4x, riwayat masa gestasi 37 minggu dan 42 minggu, riwayat persalinan dengan tindakan,riwayat berat badan lahir tidak normal, riwayat status gizi balita kurang, Riwayat tidak diberikannya ASI eksklusif. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner, penilaian perkembangan balita dengan KPSP. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Faktor risiko yang bermakna adalah riwayat status umur risiko tinggi ibu saat hamil (p-value 0,05) dengan nilai OR 11,8, dan riwayat tidak diberikan ASI eksklusif dengan nilai p 0,016 dan OR= 3,3. Sedangkan analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor riwayat umur ibu risiko tinggi saat hamil dengan B 2,137 Adjusted OR 8,476, CI 0,53 dan p-value 0,969-74,177. Kesimpulan faktor risiko riwayat umur ibu risiko tinggi saat hamil dan riwayat tidak diberikannya ASI eksklusif adalah yang terbukti merupakan faktor risiko terjadinya keterlambatan perkembangan balita di Kabupaten Kudus. Saran kepada ibu perlu mempersiapkan diri dari mulai kehamilan dan memperhatikan perkembangan anaknya dengan memeriksakan ke tenaga kesehatan secara rutin, sehingga deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan balitanya dapat terpantau. Kata Kunci : Faktor risiko, keterlambatan perkembangan balita * Program studi magister epidemiologi Konsentrasi Sain Terapan pascasarjana universitas diponegoro 1

Program Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian kesehatan dibidang kesehatan anak adalah dengan Ante Natal Care (ANC), Intra Natal Care (INC) dan Pasca Natal Care (PNC) serta deteksi dini tumbuh kembang balita. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Prevalensi cacat perkembangan pada anak-anak di Amerika serikat berdasarkan data National Health Interview Surveys tahun 1997-2008 adalah 13,87 %. Survei ini juga menemukan sebanyak 15 % anak usia 3-17 tahun, atau hampir 10 juta anak pada tahun 2006-2008 mengalami cacat perkembangan. Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010, prevalensi balita mengalami gangguan tumbuh kembang sebesar 0,21%. Prevalensi tertinggi adalah di kota kudus sebesar 1,15%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten kudus tahun 2015 jumlah balita 70.845, yang menga-lami keterlambatan pertumbuhan gizi buruk 516 (0,87%), stunting 20 (0,02%) dan keterlambatan perkembangan balita 186 kasus (0,2 %). Hasil penelitian Sitaresmi tahun 2007 menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keterlambatan perkembangan anak diantaranya riwayat asfiksia, bayi berat lahir rendah, gizi kurang, dan pekerjaan ibu. Dari beberapa faktor tersebut faktor berat lahir rendah mempunyai risiko 2,6 kali lipat untuk mengalami keterlambatan keterlambatan pada salah satu atau beberapa dari aspek perkembangan (motorik halus, moto rik kasar, berbicara dan perilaku sosial). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun. Bagi tiap golongan umur terdapat 10 pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak. Untuk memudahkan, selanjutnya Kuesioner Pra Skrining Perkembangan disebut KPSP. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik, Dengandesain studi kasus kontrol (case control study). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kudus. Waktu penelitian Desember 2015 - Januari 2016. Populasi adalah semua balita yang terlambat sebagai kasus dan yang perkembangannya normal sebagai kontrol yang bersedia sebagai responden, dengan menandatangani informed concent. Tehnik pengambilan sampel dengan random sampling.data yang diperoleh kemudian diolah dan disusun dengan menggunakan program Microsoft Office Word dan SPSS (Statistical Program for Social Science). Analisis data dilakukan dengan analisis bivariate dengan uji statistic chi square test berdasarkan variabel Jenis Kelamin, Riwayat status umur ibu risiko tinggi saat hamil, Riwayat status gizi ibu dengan KEK saat hamil, Riwayat frekuensi kunjungan ANC yang 4x, Riwayat masa gestasi 37 dan 42 minggu, 2

perkembangan. Sedangkan status gizi kurang dan pekerjaaan ibu mempunyai faktor risiko 2,3 kali lipat untuk mengalami keterlambatan perkembangan. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organorgan, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002, dikutip oleh Nursalam 2005:33). Perkembangan terlambat (Developmental Delay) adalah terlambatnya perkembangan anak dibawah usia 6 tahun. Perkembangan anak dinyatakan terlambat apabila pada skrining terdapat Riwayat Persalinan dengan tindakan, Riwayat berat badan lahir tidak normal, Riwayat tidak diberikannya ASI Eksklusif. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Kudus. Sampel adalah anak balita dengan usia 3-5 tahun dan orang tua yang bersedia mengikuti penelitian, dan tercatat sebanyak 70 sampel. Dari 70 sampel tersebut, diperoleh data sebagai berikut : Tabel.1.1 Analisis bivariat faktor risiko keterlambatan perkembangan anak balita Variabel Kasus Kontrol Total p OR 95 n % n % N % % CI Jenis Kelamin Laki-laki 17 48,6 20 57,1 37 52,9 0,473 0,708 0,276- Perempuan 18 51,4 15 42,9 33 47,1 1,817 Riwayat Umur Ibu Risiko Tinggi Saat Hamil Risiko Tinggi 9 25,7 1 2,9 10 14,3 0,006* 11,8 1,401- Reproduksi Sehat 26 74,3 34 97,1 60 85,7 98,853 Riwayat Status Gizi Ibu dengan KEK saat Hamil KEK 2 5,7 2 5,7 4 5,8 1,000 1,000 0,133- Normal 33 94,3 33 94,3 66 94,2 7,527 Kunjungan ANC yang tidak rutin Tidak Rutin 2 5,7 1 2,9 3 4,3 0,555 2,061 0,178- Rutin 33 94,3 34 97,1 67 95,7 23,826 Riwayat Masa Gestasi Tidak Normal Tidak Normal 4 11,4 8 22,8 12 17,1 0,205 0,435 0,118-1,608 Normal 31 88,6 27 77,2 58 82,9 Riwayat Berat Badan Lahir Tidak Normal Tidak Normal 5 14,3 4 11,4 9 15,7 0,721 1,292 0,316-5,277 Normal 30 85,7 31 88,6 61 84,3 Riwayat Persalinan Dengan Tindakan Dengan Tindakan 4 11,4 8 22,9 12 7,2 0,205 0,435 0,118-1,608 Tanpa Tindakan 31 88,6 27 77,1 58 82,8 Riwayat Tidak Diberikan ASI Eksklusif Tidak diberikan 20 57,2 10 28,6 30 42,8 0,016* 3,333 1,235-8,997 Diberikan 15 42,8 25 71,4 40 57,2 Riwayat Status Gizi Balita Tidak Normal Tidak Normal 8 22,8 7 20 15 21,4 0,771 1,185 0,378-3,720 Normal 27 77,1 28 80 55 78,6 3

Pada tabel.1.1 dapat dilihat riwayat umur ibu risiko tinggi saat hamil menunjukkan bahwa balita dengan riwayat umur ibu hamil risiko tinggi berisiko mengalami keterlambatan perkembangan 11,8 kali lebih besar dibanding dengan balita yang ibunya hamil saat usia reproduksi sehat. (p0,006). balita yang tidak diberikan ASI eksklusif lebih berisiko mengalami keterlambatan perkembangan 3,3 kali lipat daripada balita yang mempunyai riwayat diberikan ASI eksklusif (p 0,016). Sedangkan riwayat frekuensi kunjungan ANC 4x, riwayat masa gestasi 37 dan 42 minggu, riwayat berat badan lahir bayi yang tidak normal, riwayat persalinan dengan tindakan, riwayat status gizi balita tidak normal bukan merupakan faktor risiko keterlambatan perkembangan balita di Kudus. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dengan metode Backward LR (Likelihood Ratio) pada tingkat kemaknaan 95 %. Model Akhir Analisis Multivariat dengan Metode Backward LR beberapa faktor risiko keterlambatan perkembangan balita di kabupaen kudus: Tabel 1.2. Analisis Multivariat faktor risiko keterlambatan perkembangan balita Faktor risiko B Adjusted OR P-value CI 95 % Riwayat umur ibu risiko 2,137 8,476 0,05 0,969-74,177 tinggi saat hamil riwayat tidak diberikannya 0,913 2,492 0,87 0,876-7,091 ASI eksklusif Constant -612 PEMBAHASAN Ibu hamil pada umur 20 tahun dan umur 35 tahun memiliki risiko 11,8 kali lebih besar anak yang dilahirkan mengalami keterlambatan perkembangan pada usia balita daripada ibu yang hamil pada usia 20 35 tahun (OR = 11,8; 95% CI : 1,401-98,853; p = 0,006). Dalam teori yang dikemukakan oleh Cuningham usia ibu saat hamil yang baik adalah pada umur reproduksi sehat, karena pada usia muda organorgan reproduksi dan fungsi fisiologis ibu belum optimal dan secara psikologis belum tercapai emosi dan kejiwaan yang cukup sehingga akan berpengaruh pada penerimaan kehamilannya dan akan berdampak pada pemeliharaan dan perkembangan bayi yang dikandungnya. Hal ini menye- Eksklusif berisiko 3,3 kali lipat mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan dengan balita yang mempunyai riwayat diberikan ASI eksklusif. Diharapkan Dinas kesehatan dapat mengevaluasi program ANC yang telah dilakukan agar pelaksanaannya lebih optimal sebagai media untuk melakukan pendeteksian secara dini dalam kandungan, Program Asi eksklusif juga perlu dilakukan peningkatan promosi terutama bagi bayi dengan berat badan lahir yang tidak normal dan mengoptimalkan program deteksi dini perkembangan pada balita, karena sifat perkembangan yang kontinu dan selalu berubah-ubah sesuai tahapan perkembangannya, maka deteksi perlu dilakukan secara berkala sehingga jika terjadi penyim- 4

babkan ibu rentan mengalami pre eklamsia, kelahiran premature dan kurang gizi (KEK). Sedangkan pada ibu umur 35 tahun akan menimbulkan komplikasi pada kehamilannya dan mempengaruhi perkembangan janinya dikarenakan kemunduran fungsi fisiologis dari sistem tubuhnya.hasil penelitian yang dilakukan para peneliti dari Universitas California Amerika Serikat terhadap lima juta kelahiran. Ibu hamil usia 40 tahun ke atas memiliki risiko melahirkan anak autis sebesar 50 persen dibandingkan ibu hamil usia 20-an tahun. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini sesuai dengan pene-litian yang dilakukan oleh Aliet, al (2014), bahwa anak yang diberikan ASI eksklusif memiliki perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan ASI eksklusif. Pada penelitian Kamsiah (2008), menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi perkembangan bayi usia 7-12 bulan. Penelitian Black, membuat empat kategori pola pemberian ASI pada anak, yaitu : ASI Eksklusif 0-6 bulan hanya diberikan ASI saja, ASI Predominan (0-6 bulan hanya diberikan air atau teh disamping pemberian ASI) dan tidak diberikan ASI. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa faktor risiko anak mengalami diare, pnemonia meningkat pada anak dengan pemberian ASI predominan, ASI parsial dan tidak disusui dibanding anak yang diberikan ASI eksklusif. Anak yang mengalami diare, pnemonia dan tidak segera ditangani akan meingkatkan risiko gizi kurang dan menyebabkan keterlambatan perkembangan. pangan dapat segera dilakukan stimulasi perkembangan. Diharapkan masyarakat perlu mengetahui faktorfaktor risiko keterlambatan perkembangan pada anak balita sehingga Hasil penelitian menunjukkan riwayat tidak diberikannya ASI eksklusif, dengan Adjusted OR=2,492, 95 % Confidence Interval = 0,876-7,091, yang berarti riwayat tidak diberikannya. Faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara langsung juga dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. dapat meminimalkan terjadinya kasus terse-but. Perlu dilakukan penelitian lanju-tan menggunakan rancangan pene-litian yang berbeda seperti studi kohort, dengan sampel usia 1-2 tahun, dan jumlah sampel yang lebih banyak. DAFTAR OUSTAKA Almatsier.Prinsip Dasar Gizi. Gramedia PustakA Utama. Jakarta.2005. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2003. Azwar, S. Metode penelitian. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. 2009. Behrman,R.E,Kliegman,Robert M, Jenson, Hal B,2004. Adolesence. In:Nelson Textbook of Pediatrics.Philadelpia:Saunders. Brooks,Jane.The Process of Parenting.New York.2011 Cuningham,F.G. Obstetri Williams. EGC.Jalarta.2006 Damayanti M. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Ditjen 5

Penelitian oleh Anderson memisahkan pemberian ASI eksklusif berdasarkan lima interval durasi pemberian ASI eksklusif, terdiri dari :4-7 minggu, 8-11 minggu, 12-19 minggu, 20-27 minggu, dan > 28 minggu. Hasil metaanalisis menyim-pulkan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan peningkatan 3 poin lebih tinggi terhadap perkembangan intelektual dibanding dengan pemberian susu formula. Semakin lama pemberian ASI berhubungan dengan perbedaan perkembangan kognitif yang lebih besar, antara anak yang diberikan ASI dengan anak yang diberikan susu formula. SIMPULAN Status umur ibu risiko tinggi saat hamil mempunyai risiko balita mengalami keterlambatan perkembangan 11,8 kali lebih besar dibanding dengan anak yang ibunya hamil usia reproduksi sehat, dan riwayat balita tidak diberikan ASI Binkesmas. (KPSP) Anak. Sari Pediatri. 2006. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Deteksi Dini. Depkes RI. Jakarta.1998. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar Jakarta: Depkes RI. 2010. Direktorat bina kesehatan anak, Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Bagi Petugas Kesehatan. 2010. Hidayat, A. Azis Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan Salemba Medika. Jakarta. 2008. I Dewa Nyoman Supriasa. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.2002. Kadi,FA., Garna H, Fadlyana E. Kese taraan Hasil Skrining Risiko Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Pra skrining 6