a kepadaku?" "Engkau..." Lie Cong Peng memperhatikannya. "Engkau siapa?" "Aku Han Liong. Apakah Paman sudah lupa?"

dokumen-dokumen yang mirip
CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.


Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03

2. Gadis yang Dijodohkan

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

PERANCANGAN FILM KARTUN SINOPSIS DAN NASKAH FILM PENDEK (POLA C.VOLGER) Ujian MID Perancangan film kartun

Sang Pangeran. Kinanti 1

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pemilik jiwa yang sepi

berada di halaman, dia segera bersem-bunyi di tempat yang gelap, dan mengintip orang-orang Pek Tho San Cung yang berjalan ke sana ke mari.

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung)

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

ANTARA DENDAM DAN CINTA. Oleh: Sri Rahmadani Siregar

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

RINGKASAN CERITA DALAM FILM BUSHI NO ICHIBUN 武士の一分. Mimura Shinnojo adalah seorang bushi yang bekerja sebagai dokumi yaku

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita Sebuku Roti Penebus Dosa

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri.

Si Racun Dari Barat (See Tok Ouw Yang Hong Tay Toan) Karya Jin Yong (Chin Yung). Bab 1 Orang selalu berlalu lalang dari Selatan ke Utara, buku

Alifia atau Alisa (2)

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.8 Nabi Syu aib AS.

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Rut 2 Rut bertemu dengan Boas

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

MENGAMPUNI ORANG LAIN

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.6 Nabi Ibrahim AS., Nabi Ismail AS., Nabi Luth AS., dan Nabi Ishaq AS.

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

AKU AKAN MATI HARI INI

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

Level 1 Pelajaran 6 PERTOBATAN

Level 2 Pelajaran 12

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

ngan tulus dia berkata: Bocah, jika engkau dapat mengingat-ingat kembali rangkaian gerakanku, maka engkau akan menemukan pelengkap ilmumu yang luar

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

Cermin. Luklukul Maknun

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

ayahku selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu menghormati orang yang lebih tua. Ambillah sendiri. Kau kenapa nak? Sepertinya ada masalah?

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

LESTARI KARYA TITIS ALYCIA MILDA

Chapter 01: What will you do to protect me?

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Belajar Memahami Drama

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

[CERITA DARI FASCHEL-SECANGKIR RINDU] August 27, Secangkir Rindu

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

Behind the sea there s a kingdom where I could see your sweet smile.

2

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

Bodoh Sekali. Oleh: Ga Hyun

KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan Anak Yang Hilang

Kisah Dari Negeri Anggrek

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia"

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS.

Transkripsi:

a kepadaku?" "Engkau..." Lie Cong Peng memperhatikannya. "Engkau siapa?" "Aku Han Liong. Apakah Paman sudah lupa?" Thio Han Liong memberitahukan sambil tertawa kecil. Lie Cong Peng terbelalak. "Engkau Thio Han Liong? Cuma berpisah beberapa tahun, engkau sudah sedemikian besar?" "Paman, di mana Kakak Hiang?" "Ada di dalam. Mari kita ke dalam" Lie Cong Peng mengaiak Thio Han Liong ke dalam rumah. berpapasan dengan seorang wanita muda menggandeng seorang gadis kecil berusia tiga tahunan. Wanita muda itu adalah Lie Goat Hiang. "Kakak Hiang" seru Thio Han Liong girang. Lie Goat Hiang terbelalak- "Engkau adalah Adik Liong?" "Betul-" Thio Han Liong mengangguk. "Kakak Hiang masih ingat kepadaku." "Adik Liong..." Lie Goat Hiang langsung menggenggam tangannya erat-erat. "Adik Liong, kini engkau sudah besar dan bertambah tampan lho" "Kakak Hiang" Thio Han Liong tersenyum. "Eh? siapa gadis kecil ini?" "Ini adalah putriku" Lie Goat Hiang memberitahukan. "Namanya Un Hui suan, ayahnya bernama un Kong Liang." "Ternyata Kakak Hiang sudah punya suami dan anak. syukurlah" Thio Han Liong tersenyum. "Hui suan, cepat panggil paman kecil" ujar Lie Goat Hiang kepada putrinya- "Paman kecil" Gadis kecil itu langsung memanggilnya- "Anak manis" Thio Han Liong membelainya- "Engkau sungguh cantik manis, kelak pasti menjadi gadis rupawan." "Paman kecil sayang Hut suan?" tanya gadis kecil itu mendadak- "sayang. sayang sekali-" Thio Han Liong membelainya lagu "Han Liong, mari kita duduk" ujar Lie Cong Peng. Mereka duduk, dan pembantu segera menyuguhkan teh- Tak lama muncullah seorang lelaki berusia tiga puluhan yang ternyata un Kong Liang. "Suamiku" Lie Goat Hiang memperkenalkan. "Dia adalah Thio Han Liong yang pernah kuceritakan kepadamu." "oooh" un Kong Liang manggut-manggut sambil tersenyum. Thio Han Liong segera bangkit berdiri, lalu memberi hormat seraya berkata dengan sopan. "Kakak ipar, terimalah hormatku" "Sama-sama" sahut un Kong Liang sekaligus balas memberi hormat- kemudian mereka duduk. "Adik Liong" Lie Goat Hiang menatapnya dengan wajah berseri-seri. "Kini engkau sudah besar, kepandaianmu pasti bertambah tinggi, ya. kan?" "Biasa-biasa saja."jawab Thio Han Liong merendah. "Han Liong" un Kong Liang tersenyum. "Terus terang, aku pun pernah belajar ilmu silat.

Bagaimana kalau kita main-main beberapa jurus?" "Itu..." Thio Han Liong tampak ragu. "Adik Liong" Lie Goat Hiang tersenyum. "Engkau harus tahu, kepandaian suamiku cukup tinggi lho" "Kalau begitu, aku mengaku kalah saja" ujar Thio Han Liong sungguh-sungguhtiraikasih WEBSITE http://kangzusi.com/ "Jadi tidak usah main-main beberapa jurus-" "Han Liong" desak un Kong Liang. "Aku mohon petunjuk." "Kakak ipar..." Thio Han Liong menggeleng-telengkan kepala. "Han Liong," desak un Kong Liang lagi. "Jangan mengecewakan aku, sebab aku hobi sekali akan ilmu silat-" "Han Liong" Lie Cong Peng tersenyum. "Temanilah dia main-main beberapa jurus. Itu tidak apaapa-" "Baiklah-" Thio Han Liong mengangguk. Waiah un Kong Liang langsung berseri- la memang berkepandaian tinggi. Lantaran Lie Goat Hiang sering menceritakan tentang kepandaian Thio Han Liong, membuatnya penasaran. Kebetulan Thio Han Liong dalang, maka ia ingin mencoba kepandaian anak muda itu Mereka berdiri berhadapan, setelah ke duanya saling memberi hormat un Kong Liang mulai menyerangnya. Thio Han Liong melayaninya dengan gesit, la berkelit ke sana ke mari menghindari serangan uang bertubi-tubi itu Un Kong Liang bertambah penasaran, maka mulailah ia mengeluarkan jurus-jurus simpanannya. serangan-serangan yang makin dahsyat itu membuat Thio Han Liong harus mengeluarkan Thau Kek Kun. sepasang tangannya berderak lemas menangkis serangan-serangan itu, kemudian ia pun balas menyerang. Betapa terkejutnya un Kong Liang, karena ia mulai terdesak- Mendadak ia bersiul panjang sambil menyerang. Ternyata ia mengeluarkan jurus simpanannya. Tampak badannya berputar-putar mengelilingi Thio Han Liong, itulah gerakan song Hong soh Te (Angin Puyuh Menyapu Bumi). Thio Han Liong terperanjat juga menyaksikan serangan itu Maka cepat-cepat ia menggerakkan sepasang tangannya membentuk beberapa lingkaran, lalu menangkis serangan itu dengan Kiu Yang stn Kang. Buuuuk un Kong Liang terpental beberapa depa- Untung Thio Han Liong hanya menggunakan lima bagian Iweekangnya, maka un Kong Liang tidak terluka- Betapa cemasnya Lie Goat Hiang ketika melihat suaminya terpental, dan ia langsung melesat ke arahnya, "suamiku," tanyanya cepat. "Engkau terluka?" "Tidak-" un Kong Liang menggelengkan kepala. "Kepandaian Han Liong memang tinggi sekali-" "Kakak ipar" Thio Han Liong mendekatinya- "Maafkan aku" "Tidak apa-apa-" un Kong Liang tersenyum- "Kepandatanmu memang tinggi sekali. Aku mengaku kalah- " "Aku -" Thio Han Liong menundukkan kepala karena hatinya merasa tidak enak- "Ha ha ha" Lie Cong Peng tertawa o elaki "Kong Liang, kini engkau tidak penasaran lagi kan?" "Ya." un Kong Liang mengangguk. kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya.

"Han Liong, bolehkah aku tahu siapa gurumu?" "Aku belajar dari Ayah dan ibu." Thio Han Liong memberitahukan, "siapa Ayah dan ibumu?" "Ayahku bernama Thio Bu Ki." "Haaah?"Betapa terkejutnya un Kong Liang, begitu pula Lie Cong Peng danputrinya. Mereka memandang Thio Han Liong dengan mata terbelalak dan mendadak un Kong Liang memberi hormat seraya berkata. "Ternyata engkau adalah putra Thio Kauwcu, sungguh menggembirakan" "Kakak ipar kenal ayah?" "Aku pernah melihat ayahmu, pada wakiu itu aku masih kecil." un Kong Liang memberitahukan. "Ayahku adalah anggota Beng Kauw, namun gugur di medan perang." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "Han Liong," tanya un Kong Liang penuh perhatian. "Ayah dan ibumu baik-baik saja?" "Kedua orangtuaku baik-baik saja,"jawab Thio Han Liong. "Hidup tenang di Pulau Hong Hoang to-" "Padahal sesungguhnya, ayahmu yang harus menjadi kaisar. Tapi-..." un Kong Liang menggeleng-gelengkan kepala- "secara licik Cu Goan Ciang merebut kekuasaan Beng Kauw, akhirnya dia yang menjadi kaisar-" "sebetulnya ayahku tidak berniat menjadi kaisar. Ayahku menghimpun kekuatan Beng Kauw hanya semata-mata berjuang demi rakyat. Kini rakyat sudah hidup makmur, maka ayahku sudah merasa puas." "Ayahmu memang berjiwa besar. Padahal beliau masih bisa memberontak terhadap Cu Goan Ciang, namun justru tidak mau." "Ayahku lebih senang hidup tenang dan damai di Pulau Hong Hoang TO, tidak mau pusing akan urusan rimba persilatan lagi-" "Yaah" un Kong Liang menggeleng-telengkan kepala. "Han Liong" Lie Cong Peng tertawa gembira. "Tak disangka engkau adalah putra Thio Bu Ki yang amat terkenal. Kenapa tidak dari dulu engkau memberitahukan kepadaku?" "Sebab aku tidak mau menyusahkan Paman" ujar Thio Han Liong, «pada wakiu itu aku termasuk buronan kerajaan." "Pikiranmu sungguh panjang wakiu itu" Lie Cong Peng manggut-manggut. "Padahal usiamu masih kecil sekali-" "Paman" ujar Thio Han Liong mendadak- "Aku... aku mau mohon diri-" "Apa?" Lie Cong Peng tertegun. Begitu pula un Kong Liang dan Lie Goat Hiang. "Kok begitu buru-buru?" "Karena aku harus pergi ke gunung Bu Tong." "Han Liong" bujuk Lie Goat Hiang. "Telah enam tahun lebih kita berpisah- Hari ini engkau ke mari, maka kami harus menjamumu-" "Tidak usah-" "Han Liong" desak Lie Cong Peng. "Biar bagaimana pun kami harus mengajakmu makanmakan malam ini- Besok pagi saja engkau berangkat." "Baiklah-" Thio Han Liong mengangguk. la merasa tidak enak kalau menolak- Malam harinya, mereka bersantap dan bersulang sambil

tertawa gembira- Keesokan harinya, berangkatlah Thio Han Liong ke gunung Bu TOng. Bab 12 Meninggalkan Kuburan Tua Panorama di gunung Bu TOng sungguh indah menak,ubkan. Terdengar kicauan burung dan suara aiherjun, hawa udara di situ pun sejuk menyegarkan. Pagi ini tampak seorang pemuda sedang mendaki gunung itu melalui jalan yang sempit. Pemuda itu adalahthiohan Liong, telah tiba di gunung tersebut. Tiba-tiba muncul belasan orang, dan mereka menatap Thio Han Liong dengan tajam sekali- "Anak muda" tanya salah seorang dari mereka. "Mau apa engkau ke mari? Ini adalah tempat Bu TOng Pay" "Maaf" ucap Thio Han Liong- "Apakah aku berhadapan dengan murid-murid Bu Tong Pay?" "Betul" sahut orang itu- "Cepat katakan siapa engkau dan mau apa ke mari?" "Namaku Thio Han Liong- Aku kemari ingin menemui guruguru kalian." sahut Thio Han Liong. "Thio Han Liong? Kami tidak pernah mendengar namamu. AYoh cepat pergi" bentak salah seorang yang lain dengan sikap kasar pula. "Aku ingin menemui Kakek song. Kakek In dan lainnya" ujar Thio Han Liong dengan sabar. "saudara-saudara sekalian, aku harap kalian sudi mengantarku ke sam Cing Koan (Kuil Bu Tong Pay) menemui beliau-beliau itu" "Engkau punya hubungan apa dengan guru-guru kami?" tanya orang itu dengan kening berkerut. "Hubungan kami erat sekali" sahut Thio Han liong. "saudara-saudara sekalian, percayalah" "suheng" ujar yang lainnya lagi. "Lebih baik kita antar dia menemui guru." "Bagaimana kalau dia bohong?" tanya orang yang dipanggil suheng itu. "Engkau mau bertanggung-jawab?" "Aku..." orang itu menundukkan kepala. "Saudara, percayalah kepadaku" ujar Thio Han Liong, dan kemudian mendadak bergerak memperlihatkan beberapa jurus Thay Kek Kun. "Tentunya kalian tahu ilmu silat apa yang kuperlihatkan barusan, bukan?" "Dari mana engkau mencuri belajar Thay Kek Kun?" bentak orang uang dipanggil suheng itu. "sudah kukatakan tadi, bahwa aku punya hubungan erat dengan Bu TOng Pay. Aku harap kalian sudi mengantarku ke sam Ctng Koan menemui guru-guru kalian" "TOa suheng, kelihatannya dia tidak bohong, lagi pula dia bisa Thay Kek Kun pertanda dia punya hubungan dengan partai kita." TOa suheng itu berpikir lama sekali, setelah itu barulah mengangguk- "Baiklah- Mari ikut kami ke atas" "Terima kasih," ucap Thio Han Liong, lalu mengikuti mereka ke atas, menuju sam Cing Koan. sampai di depan kuil tersebut. Toa suheng menyuruh Thio Han Liong menunggu di situ, lalu ke dalam untuk melapor kepada gurunya. Berselang beberapa saat. si Toa suheng itu sudah kembali ke situ dan berkata kepada Thio Han Liong. "Guru sudah menunggu, mari ikut aku ke dalam"

"Terima kasih." ucan Thio Han Liong, la mengikuti orang itu ke dalam dengan wajah berseri, sebab akan bertemu sucouw Thio sam Hong dan lainnya. Di ruang depan tampak duduk beberapa orangtua. yakni song Wan Kiauw, jie Thay Giam, Thio song Kee dan jie Lian Cu. "Guru" orang itu memberi hormat dan melapor. "Pemuda ini yang ingin menemui Guru. Dia pun bisa Thay Kek Kun." song Wan Kiauw menatap Thio Han Liong dengan tajam sekali- "Anak muda, siapa engkau dan dari mana engkau belajar Thay Kek Kun?" "Kakek" panggil Thio Han Liong sekaligus bersujud di hadapan mereka dan memberitahukan. "Ayah yang mengajarku Thay Kek Kun. Namaku Thio Han Liong" "Thio Han Liong?" song Wan Kiauw menatapnya dengan penuh perhatian, "siapa ayahmu?" "Ayahku bernama Thio Bu Ki." "Apa?" song Wan Kiauw terbelalak, begitu pula yang lain. "Engkau... engkau adalah anak Thio Bu Ki?" "Betul." Thio Han Liong mengangguk. "ibuku adalah Tio Beng." "Tidak salah-" song Wan Kiauw tertawa gembira. "Nak, bangun dan duduklah Mari kita bercakap-cakap" "Ya, Kakek-" Thio Han Liong seaera bangun dan duduk, sedangkan song Wan Kiauw segera memperkenalkan dirinya dan yang lain. "Han Liong, aku adalah song Wan Kiauw, mereka adalah jie Lian ciu, Thio song Kee dan Jie Thay Glam" "Kakek song, bukankah masih ada Kakek In?" tanya Thio Han Liong. "Di mana beliau?" "Dia sedang pergi ke Siauw Lim Sie karena ada urusan," sahut song wan Kiauw dan bertanya. "Han Liong, bagaimana kabar ke dua orang tuamu dan tinggal di mana mereka sekarang?" "Ke dua orangtuaku baik-baik saja-" Thio Han Liong memberitahukan. Tinggal di Pulau Hong Hoang To, di Pak Hai- " "Pulau Hong Hoang to?" song Wan Kiauw mengerutkan kening. "Di Pak Hai terdapat pulau itu?" "Karena di pulau itu terdapat burung Hong Hoang, maka ayah menamai pulau itu Hong Hoang TO," ujar Thio Han Liong, "oooh" song Wan Kiauw manggut-manggut. "Kakek song, bagaimana keadaan sucouw?" tanya Thio Han Liong. "Apakah sucouw baik-baik saja?" "sucouwmu baik-baik saja," sahut song wan Kiauw. "Mari ke ruang meditasi menemui beliau" Mereka semua menuju ruang meditasi. Guru Besar Thio sam Hong sedang duduk bersila di dalam ruang itu dengan mata terpejam. "Ada urusan apa kalian ke mari?" tanya Thio sam Hong.

"Apakah In Lie Heng sudah pulang dari Siauw Lim sie?" "In Lie Heng belum pulang. Guru,"jawab song Wan Kiauw. "Tapi ada seorang tamu istimewa ke mari." "Tamu istimewa yang masih muda?" tanya Thio sam Hong tanpa membuka matanya, itu sungguh membuat Thio Han Liong kagum. "Ya." song Wan Kiauw mengangguk- "Kalian, duduklah" ujar Thio sam Hong. Mereka segera duduk, namun Thio Han Liong justru bersujud di hadapan guru besar itu. "Anak muda, kenapa engkau bersujud di hadapanku?" tanya Thio sam Hong. "sucouw, terimalah sujud Han Liong" ucap Thio Han Liong. "Engkau memanggilku sucouw?" Thio sam Hong heran dan perlahan-lahan membuka matanya, lalu menatap Thio Han Liong dengan tajam. "Anak muda, siapa engkau dan dari mana asalmu?" "sucouw, namaku Thio Han Liong. Aku datang dari Pulau Hong Hoang to, di Laut Utara, ayah Han Liong adalah Thio Bu Ki." "Apa?" Thio sam Hong terbelalak, "Engkau adalah anak Thio Bu Ki? Betulkah itu?" "Betul, sucouw," jawab Thio Han Liong. "Ha ha ha" Thio sam Hong tertawa gembira. "Thio Bu Ki sudah punya anak Thio Bu Ki sudah punya anak Ha ha ha..." Menyaksikan Thio sam Hong gembira, song Wan Kiauw dan lainnya juga turut gembira. "Han Liong, duduklah" ujar Thio sam Hong dengan wajah berseri. "Ya, sucouw." Thio Han Liong seaera duduk- "Han Liong," tanya Thio sam Hong penuh perhatian. "Bagaimana keadaan ke dua orang tuamu?" "Ayah dan ibu baik-baik saja. Namun..." Thio Han Liong menggeleng-telengkan kepala. "Wajah ke dua orangtua Han Liong telah rusak" "Kenapa wajah ke dua orangtua mu bisa rusak?" tanya song Wan Kiauw terkejut- "Apakah telah terjadi sesuatu atas diri ke dua orangtua mu?" Thio Han Liong mengangguk. lalu menutur tentang kejadian penyerbuan para Dhalai Lhama dan pasukan pilihan Cu Goan Ciang, kematian Ciu Ci Jiak dan ke dua orangtuanya terluka... wajah ke dua orangtua Han Liong rusak terbakar oleh Liak Hwee Tan. "sungguh keterlaluan Cu Goan Ciang" jie Lian ciu mengepal tinju. "Dia sudah menjadi kaisar, namun masih tetap ingin membunuh Bu Ki Padahal Bu Ki sudah menyingkir ke pulau itu" "Hm" dengus song Wan Kiauw dingin. "Kita harus ke Kota raja membunuh Cu Goan Ciang yang tak kenal budi itu" "song Wan Kiauw. engkau bukan anak kecil lagi-" tegur Thio sam Hong sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kok masih gampang emosi?" "Maafkan aku. Guru" ucap song Wan Kiauw. "Aku..." "Guru tahu perasaanmu, namun semua itu telah berlalu," ujar Thio sam Hong lalu memandang Thio Han Liong seraya berkata. "Jelaskan tentang luka ayahmu"

"Tergempur oleh Iweekang gabungan para Dhalai Lhama..." Thio Han Liong menjelaskan. "Ayah tidak sanggup melawan mereka, maka menyuruh Han Liong mohon petunjuk sucouw." "Luar biasa sekali- ujar Thio Sam Hong sambil menggeleng- Gelengkan kepala, "itu adalah Ie Kang Tai Tik (Memindahkan Lweekang Menggempur Musuh)- ilmu tersebut sudah lama lenyap ini rimba persilatan, tak disangka para Dhalai Lhama Tibet memiliki ilmu itu" "Guru," tanya jie Lian Ciu. "Adakah cara memecahkan ilmu itu?" "Tidak ada-" Thio sam Hong menghela nafas panjang, kemudian bertanya kepada Thio Han Liong. "apa Dhalai Lhama itu berjumlah sembilan orang?" "Ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk. "Kalau begitu, mereka pasti mengerti formasi Kiu Kiong, Pat Kwa dan Ngo Heng." Thio sam Hong menggeleng-telengkan kepala. "Pantas Bu Ki tidak sanggup melawan mereka. Kalau begitu, tiada seorang jagoan pun di Tionggoan sanggup melawan para Dhalai Lhama itu" "Guru," tanya Jie Lian ciu. "Apakah tiada cara sama sekali untuk memecahkan ilmu istimewa itu?" "Tentu ada. Hanya saja guru belum memikirkannya."jawab Thio sam Hong dengan kening berkerut-kerut. "Coba kalian bayangkan, betapa dahsyatnya Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu. siapa yang sanggup menyambut pukulannya?" "Guru..."Jie Lian Ciu ingin menanyakan sesuatu,. tapi kemudian dibatalkannya dan dia hanya menggelenggelengkan kepala. "Han Liong" Thio sam Hong menatapnya seraya bertanya. "Apakah engkau sudah menguasai semua ilmu ayahmu?" "sudah, sucouw," Thio Han Liong mengangguk- "Hanya saia Iweekangku masih dangkal." "Hmmmm" Thio sam Hong manggut-mangguh " Kalau begitu, engkau masih harus berlatih di sini, sucouw akan memberi petunjuk kepadamu." "Terima kasih, sucouw," ucap Thio Han Liong girang. "sekarang kalian boleh keluar dulu," ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya.lie Lian Ciu dan lainnya segera keluar, lalu kembali ke ruang depan. "Han Liong, mungkin tidak lama lagi engkau akan berkecimpung ke dalam rimba persilatan. Maka aku harus menceritakan tentang situasi rimba persilatan sekarang" kata Jie Lian ciu. "Kakek Jie" Thio Han Liong memberitahukan. "Aku pernah berkelana..." Thio Han Liong menutur tentang dirinya ditangkap oleh para Dhalai Lhama, cara bagaimana meloloskan diri dan lain sebadainya. Jie Lian Ciu manggut-manggut sambil tersenyum. "Han Liong, itu merupakan pengalaman yang amat berharga bagimu-" lalu ia menceritakan tentang situasi kondisi persilatan sekarang, juga mengenai kemunculan empat jago dan pembunuh misterius lalu menambahkan dengan wajah serius "-- belum lama ini justru muncul lagi sebuah perkumpulan misterius-" "oh?" Thio Han Liong tertegun,

"perkumpulan apa itu?" tanyanya- "Hek liong pang (Perkumpulan Naga Hitam)." Jie Lian ciu memberitahukan. "Kemunculan Hek liong pang telah menggemparkan rimba persilatan, sebab ketuanya berkepandaian sangat tinggi sekali- Tiada seorang pun tahu siapa ketua Hek liong pang itu, bahkan belum lama ini ketua Hek liong pang itu telah mengalahkan beberapa ketua partai besar, sasaran berikutnya mungkin Partai Siauw Lim, maka guru mengutus In Lie Heng ke Siauw lim sie-" "KakekJie, ketua Hek liong pang itu lelaki atau wanita?" tanya Thio Han Liong. "Wanita," sahut jie Lian Ciu. "Berusia lima puluhan, tapi masih tampak cantik. Hek liong pang itu sudah berkembang pesat dan sering membunuh kaum rimba persilatan goiongan putih." song Wan Kiauw menghela nafas panjang. "Tak disangka kini rimba persilatan berubah kacau tidak karuan" "Han Liong." pesan jie Lian ciu. "Kalau engkau sudah berkecimpung dalam rimba persilatan, harus ber-hati-hati-" "Ya, Kakek Jie." Thio Han Liong mengangguk. Keesokan harinya, Thio sam Hong mulai memberi petunjuk kepada Thio Han Liong mengenai ilmu silat dan lain sebagainya, terutama mengenai ilmu Iweekang. Di dalam sebuah kuburan tua yang amat besar, tampak Tan Giok Cu dan Yo Sian Sian duduk berhadapan. Kini gadis itu telah remaja, berusia lima belasan. Parasnya cantik luar biasa dan putih bagaikan salju. "Giok Cu" Yo sian sian menatapnya sambil tersenyum lembut, "sudah lima tahun lebih engkau berada di sini dan kini engkau sudah berhasil menguasai ilmuku." "semua itu adalah atas gemblengan Guru," ujar Tan Giok Cu sambil tersenyum-senyum. "selama ini. Guru sangat baik sekali padaku." "Giok Cu" Yo Sian Sian tersenyum lembut. "Engkau adalah muridku, tentunya aku harus baik dan menyayangimu." "Guru..." Tan Giok Cu menatapnya, kemudian menundukkan kepala. "Aku tahu." Yo Sian Sian manggut-manggut. "Engkau rindu sekali kepada Thio Han Liong kan?" "Ya." Tan Giok Cu mengangguk. "Giok Cu" Yo Sian Sian menatapnya dalam-dalam seraya berkata. "Hari ini engkau boleh pulang ke rumahmu, tapi sebelumnya aku harus menceritakan tentang rimba persilatan kepadamu, itu agar engkau tahu." "Guru..." Tan Giok Cu tertegun, "hari ini aku boleh pulang?" "ya-" Yo sian Sian mengangguk. kemudian menceritakan tentang rimba persilatan dan lain sebagainya. "... si Mo (iblis DariBarat) amat jahat dan licik, maka kalau bertemu dia, engkau harus berhati hati" "Ya, Guru." "Giok Cu..." Mendadak Yo sian sian menghela nafas panjang, "sebetulnya peraturan KouwBok Pay (Partai Kuburan Tua) sangat ketat sekali. Anak maupun murid dilarang meninggalkan kuburan tua ini, kecuali ada urusan penting." "oh?"

"Tapi sejak murid ayahku diusir, maka ayahku menghapus peraturan tersebut." "Kalau begitu, aku masih punya seorang bibi guru?" "Betul." Yo sian Sian mengangguk- "Bibi gurumu bernama Kwee In Loan, kini sudah berusia lima puluhan." "Guru, kenapa bibi guru diusir?" "Karena dia sangat jahat, lagtpula sering meninggalkan kuburan tua ini secara diam-diam maka ayahku mengusirnya, sebetulnya ayahku sangat menyayanginya, namun kelakuannya..." Yo Sian sian menggeleng-gelengkan kepala. "Ketika dia diusir, dia pun mencuri sebuah kitab salinan Kiu Im Cin Keng." "Kitab salinan Kiu Im Cin Keng?" "ya- Itu adalah kitab salinan peninggalan kakek moyangku, sin Tiauw Tayhiap Yo Ko-" "Kalau begitu kepandaian bibi guru..." "Aku yakin kepandaiannya sudah tinggi sekali- sebab hingga kini sudah dua puluh lima tahun tiada kabar beritanya, mungkin dia bersembunyi di suatu tempat untuk mempelajari Kiu Im Cin Keng itu" "Guru-..." Tan Giok Cu menatapnya seraya bertanya- "Kenapa Guru tidak mau menikah?" "Kini usiaku sudah empat puluh lebih, tentunya tidak akan menikah lagi-" sahut Yo Sian Sian sambil tersenyum getir, "sudah tua, lagi pula aku tidak pernah mencintai lelaki yang mana pun." "Dari muda hingga sekarang Guru tidak pernah mencintai kaum lelaki?" tanya Tan Giok Cu heran. Yo sian sian menghela nafas panjang. "Belasan tahun lalu, aku pernah jatuh cinta. Tapi pemuda itu sudah punya pacar, karena itu aku harus menjauhinya." "siapa dia?" "Dia adalah Thio Bu Ki-" "Apa?" Tan Giok Cu terbelalak. "Ayah Thio Han Liong?" Yo Sian Sian mengangguk. "Pada wakiu itu aku menyelamatkan putri ketua Kay Pang bernama su Hong se ki kemudian bertemu Thio Bu Ki. Namun dia sudah punya kekasih bernama Tio Beng. setelah itu kami bertemu lagi di kuil Siauw Lim sie." Tan Giok Cu manggut-manggut. "Guru, apakah Han Liong akan setia terhadapku?" "Anak itu memang tampan dan baik hati- tentunya banyak anak gadis yang akan jatuh cinta kepadanya," sahut Yo Sian Sian. "Kalau dia mencintaimu dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati- tentunya dia akan setia terhadapmu. Akan tetapi- engkau harus ingat satu hal" "Hal apa?" "Engkau tidak boleh cemburu buta. seandainya dia berjalan bersama gadis lain, janganlah engkau langsung cemburu atau curiga, tanyakan dulu sejelas-jelasnya- Engkau harus ingat itu" "Ya, Guru-" "oh ya" Yo Sian Sian tersenyum- "Aku akan menghadiahkan kepadamu sebilah pedang pusaka yakni Pek Kong Kiam (Pedang ca\f\ai^r Putih)-" "Terima kasih. Guru-" "Giok Cu" Yo Sian sian menatapnya lembut- "Engkau boleh berkemas sekarang, dan meninggalkan kuburan tua ini-"

"Guru- " Mata Tan Giok Cu mulai berkaca-kaca. "Bolehkah aku ke mari menengok Guru kelak?" Yo Sian sian menggelengkan kepala. "Tidak usah- Apabila perlu, aku akan mencarimu dalam rimba persilatan." "Guru..." "Cepatlah engkau berkemas" Mata Yo Sian Sian juga sudah basah- "Sudah lima tahun lebih, engkau harus pulang." Tan Giok Cu sudah meninggalkan kuburan tua itu dan langsung menuju desa Hok An. la merupakan gadis remaja yang cantik jelita, maka sangat menarik perhatian kaum lelaki- Namun ada sebilah pedang bergantung di punggungnya, maka kaum lelaki tidak berani sembarang menggodanya, karena tahu gadis remaja itu mengerti ilmu silat. Ketika melewati sebuah rimba, mendadak muncul belasan orang yang bertampang seram dan bersenjata tajam. Mereka itu ternyata para perampok- "Ha ha ha" Kepala perampok itu tertawa gelak- "Tak disangka sama sekali- hari ini kedatangan seorang gaudis remaja uang cantik jelita Kita sungguh beruntung lho" Para perampok itu langsung mengepung Tan Giok Cu. Gagis itu mengerutkan kening, ia sudah tahu bahwa mereka adalah para penjahat. "Kalian mau apa?" bentak Tan Giok Cu- "He he he" Kepala perampok tertawa terkekeh- "Gadis cantik, kenapa engkau galak?" Kepala perampok itu menjulurkan tangannya untuk menowel pipi Tan Giok Cu, namun gadis itu cepat menghindar. "Jangan kurang ajar" bentak Tan Giok Cu lagi- "Kalau kalian berani kurang ajar, aku tidak akan memberi ampun kepada kalian." "He he he" Kepala perampok itu tertawa terkekeh-kekeh lagi. "Gadis cantik yang galak lebih baik engkau menemani aku bersenang-senang. Kalau tidak, engkau akan kami cincang" "Hm" dengus Tan Giok Cu sambil menghunus pedang pusakanya. Kepala perampok itu terkejut ketika melihat pedang yang memancarkan cahaya putih. Namun Tan Giok Cu baru berusia belasan, maka perampok itu meremehkannya. "Gadis cantiki lebih baik engkau menemani aku bersenangsenang," ujar kepala perampok itu sambil menatapnya dengan penuh nafsu btrahi-"diam" bentak Tan Giok Cu. "Cepatlah kalian pergi- kalau tidak." "Hm" dengus kepala perampok itu, kemudian berseru kepada anak buahnya, "tangkap dia" Para anak buah kepala perampok itu langsung menyerang Tan Giok Cu dengan senjata masing-masing. Gadis itu menangkis dengan pedang pusakanya, kemudian balas menyerang dengan Giok Li Kiam Hoat (Ilmu Pedang Gadis Murni). Belasan jurus kemudian, sudah ada empat di antara para penjahat itu terluka. Menyaksikan kejadian itu, kepala perampok tampak tersentak kaget akan kelihayan Tan Giok Cu. "Berhenti- bentaknya mendadak, lalu mendekati gadis itu dengan golok di tangan. "Gadis cantik, ternyata kepandatanmu cukup tinggisekarang aku yang turun tangan. Maka daripada engkau

terluka, lebih baik menyerah sekarang saja" "Hai- perampok Aku harus membasmi" sahut Tan Giok Cu sengit. "He he he" Kepala perampok itu tertawa terkekeh-kekeh, kemudian mendadak menyerang Tan Giok Cu. Gadis itu memang sudah siap, maka langsung berkelit dengan gesit sekali- sehingga golok kepala perampok itu menyerang tempat kosong. Di saat itulah Tan Giok Cu mengayunkan pedangnya menyerang kepala perampok itu. Kepala perampok itu terkejut sekali- tapi secepat kilat ta meioncat ke belakang kemudian menyabetkan goloknya. Tan Giok Cu tersenyum dingin, dan mendadak badannya mencelat ke atas, lalu menggerakkan pedangnya untuk menangkis golok itu. Ternyata Tan Giok Cu mengeluarkan jurus Giok Li Kiam Hoa (Gadis Murni MenaburBunga). Trang Terdengar suara benturan pedang dengan golok. Golok di tangan kepala perampok itu tinggal sepotong, telah kutung oleh pedang pusaka Tan Giok Cu. "Haaah?" Wajah kepala perampok itu berubah pucat pias. "Lihiap, ampunilah aku" "Hm" Tan Giok Cu mendengus dingin dan mendadak menggerakkan pedangnya-crasss "Aduuuh..."Jerit kepala perampok itu kesakitan. Lengan kanannya telah kutung sebatas bahu, dan darah segarnya langsung mengucur deras. Tan Giok Cu menatapnya dingin sejenak, kemudian melesat pergi- sedangkan para anak buah kepala perampok itu masih berdiri di tempat dengan tubuh menggigil. Ketika hari mulai gelap, Tan Ek seng dan Lim soat Hong duduk di ruang depan dengan wajah murung, bahkan nyonya itu pun sering menghela nafas panjang. "Isteriku..." Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala, "sudahlah jangan terus menerus menghela nafas panjang, itu tidak baik-" Lim soat Hong menghela nafas panjang lagi seraya berkata- "Aku tidak habis pikir, kenapa Giok Cu masih belum pulang?" "Mungkin..." sahut Tan Ek Seng menghibur. "Giok Cu sedang berada dalam perjalanan ke mari-" "suamiku..." Lim soat Hong menggeleng-gelengkan kepalatiraikasih WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku mulai mencemaskannya-" "Tidak usah mencemaskannya, dia pasti pulang." "sudah lima tahun lebih, seharusnya dia sudah pulang. Tapi- " Ketika itu, mendadak berkelebat sesosok bayangan ke dalam- Betapa terkejutnya Tan Ek seng dan Lim soat Hong, sehingga mereka berdua serentak membentak- "siapa?" "Ayah, ibu" terdengar suara sahutan dari seorang gadis remaja yang berdiri di hadapan mereka dengan wajah berseriseri- "Giok Cu" Lim soat Hong dan Tan Ek seng terbelalak- "Nak- " Lim soat Hong langsung bangkit berdiri, dan Tan Giok Cu menghampirinya dengan mata bersimbah air. "ibu..." "Nak-..." Lim soat Hong membelainya. "Engkau... engkau sudah pulang" "ibu..." Tan Ek seng juga mendekati putrinya, kemudian membelainya dengan penuh kasih sayang. "Nak-..." Wajah Tan Ek seng tampak berseri-seri. "Engkau sudah besar, ayah nyaris tidak mengenalimu lagu" "Ayah-..." Tan Giok Cu tersenyumtiraikasih

WEBSITE http://kangzusi.com/ "oh ya, di mana Bibi Ah Hiang?" "Ada, ada di dalam" sahut Lim soat Hong dan menambahkan. "AYoh, mari kita duduk saja" Mereka bertiga lalu duduk, dandisaat itulah muncul Ah Hiang. Begitu melihat Tan Giok Cu, Ah Hiang pun terbelalak- "Bibi Ah Hiang" panggil Tan Giok Cu. "Engkau... engkau adalah nona kecil?" tanya Ah Hiang seakan tidak percaya sebab kini Tan Giok Cu sudah besar. "Betul, Bibi Ah Hiang" sahut Tan Giok Cu. "sekarang aku sudah besar." "Nona..." Ah Hiang menghampirinya, kemudian membelainya dengan gembira sekali. "Engkau... engkau sudah kembali." setelah mencurahkan rasa rindunya, barulah Ah Hiang ke belakang untuk mengambil minuman. "Nak,"ujar Tan Ek Seng sambil menatap putrinya d eng a n penuh perhatian. "Ayah Gembira sekali- karena kini engkau sudah kembali." "Ayah-" tanya Tan Giok Cu mendadak- "Apakah Han Liong sudah ke mari?" "Dia sudah ke mari, tapi ketika itu engkau belum pulang" sahut Tan Ek seng. "Maka dia berangkat ke gunung Bu TOng. Dia berpesan agar engkau tunggu di rumah. sebab dia akan ke mari lagi" "oh?" Wajah Tan Giok Cu ceria. "Dia juga sudah besar?" "Dia pun sudah besar, bahkan..." Lim soat Hong tersenyum, "...bertambah tampan lho" "oh ya?" Wajah Tan Giok Cu agak merah- "Dia bilang apa saja?" "Nak," Tan Ek seng tersenyum- "Kami sudah bertanya kepadanya-" "Ayah dan ibu bertanya apa kepadanya?" "Kami bertanya kepadanya cinta atau tidak terhadapmu, dia jawab..." Tan Ek Seng sengaja tidak melanjutkan ucapannya karena ingin membuat putrinya tegang. "Dia menjawab apa?" tanya Tan Giok Cu dengan hati berdebar-debar tegang. "Dia menjawab-..." Tan Ek seng tersenyum. "Cinta kepadamu. Namun dia..." "oh?" Tan Giok Cu girang bukan main. "Kenapa dia?" "Dia bilang engkau cinta atau tidak kepadanya. Kami memberitahukan bahwa engkau mencintainya, namun dia kelihatan kurang percaya." "Aku, aku sangat cinta kepadanya. Dia, dia kok tidak tahu?" Tan Giok Cu menggeleng-telengkan kepala. "Bagaimana mungkin dia tahu?" Lim soat Hong tertawa. "Kalian belum bertemu untuk mencurahkan perasaan masing-masing, tentunya dia tidak tahu engkau mencintainya." "Ketika kami masih kecil, aku... aku sudah menyukainya," ujar Tan Giok Cu dengan wajah agak kemerah-merahan. "Itu adalah urusan ketika kalian masih kecil. Tapi kini kalian sudah besar, tentunya tidak seperti dulu lagi." Tan Ek seng tersenyum dan menambahkan, "syukurlah kalau engkau pun mencintainya" "Nak," Lim soat Hong menatapnya seraya berkata.

"TUturkanlah keadaanmu sejak ikut gurumu itu" "Aku langsung dibawa ke belakang gunung Ciong Lam san. Ternyata di situ terdapat sebuah kuburan tua yang amat besar, itulah tempat tinggal guruku dan para pengiringnya." "Dalam kurun waktu lima tahun lebih, engkau terus berdiam di dalam kuburan tua itu?" tanya Lim soat Hong. "Ya-" Tan Giok Cu mengangguk. "Pantas wajahmu menjadi seputih salju" Lim soat Hong manggut-manggut- "oh ya, engkau sudah menguasai seluruh ilmu gurumu?" "Ya. Aku tidak menyangka sama sekali- ternyata guruku adalah keturunan sin Tiauw Tay hiap Yo Ko dan Siauw Liong Li-" Tan Giok Cu memberitahukan. "Ayah sudah menduga itu," ujar Tan Ek seng sambil tersenyum. "Giok Cu," tanya Lim soat Hong mendadak- "Guru tidak punya suami?" "Guru tidak mau menikah, sebab tidak bertemu lelaki idaman hatinya," jawab Tan Giok Cu memberitahukan. "Belasan tahun lalu, guruku pernah jatuh cinta kepada seorang pemuda, namun pemuda itu sudah punya kekasih, maka guruku terpaksa menjauhinya." "siapa pemuda itu?" tanya Lim soat Hong. "Ternyata adalah Thio Bu Ki, ayah Thio Han Liong," jawab Tan Giok Cu. "Itu sungguh di luar dugaan" Tan Ek seng menggeleng- Gelengkan kepala. "Kini gurumu tetap tinggal di dalam kuburan tua itu?" "ya." Tan Giok Cu mengangguk dan menambahkan. "Guru sangat baik dan amat menyayangiku. " "syukurlah" ucap Lim soat Hong. "oh ya" Tan Giok Cu teringat sesuatu. "Ketika dalam perjalanan kesini, aku dihadang para perampok-" "oh?" Lim soat Hong tersentak- "Lalu baguimana?" "Kepala perampok itu berniat tidak baik terhadap diriku. Dia menyuruh pada anak buahnya menangkapku tapi aku berhasil melukai mereka dengan pedang pusaka Pek Kong Kiam." "setelah itu bagaimana kepala perampok itu?" tanya Tan Giok Cu tertarik- "Kepala perampok itu langsung menyerangku dengan golok, namun aku berhasil mengutungkan goloknya, kemudian aku pun mengutungkan sebuah lengannya." "Ngmmm" Tan Ek seng manggut-manggut. "Kepala perampok itu memang harus dihukum" "Ayah, ibu." ujar Tan Giok Cu mendadak bernada dengan serius. "Aku akan menunggu Han Liong di rumah sebulan. Kalau dia belum ke mari, aku akan menyusulnya ke gunung Bu TOng." "Nak," Lim soat Hong menggelengkan kepala. "Itu mana boleh?" "ibu, jangan melarangku," sahut Tan Giok Cu. "Kini aku sudah besar, lagi pula kepandaianku sudah tinggidan aku sudah bisa menjaga diri." "Nak," Tan Ek seng menatapnya. "Kini engkau memang sudah besar dan berkepandaian tinggi- tapi tidak baik engkau berkecimpung dalam rimba persilatan."

"Ayah" Tan Giok Cu memberitahukan. "Guruku telah berpesan, aku harus menjadi pendekar wanita yang membela kebenaran dalam rimba persilatan." "Hmmm" Tan Ek seng mangmit-manggut. "Baiklah. Namun engkau harus berhati-hati sebab dalam rimba persilatan penuh diliputi berbagai kejahatan dan kelicikan" "Ya- Ayah-" Tan Giok Cu mengangguk- "Nak," pesan Lim soat Hong. "setelah bertemu Han Liong, engkau harus pulang bersamanya" "Ya, ibu." Tan Giok Cu tersenyum. "Giok Cu" Tan Giok Cu menatap putrinya sambil tersenyum. "Engkau dan Han Liong memang merupakan pasangan yang serasi- Engkau cantik jelita, dan dia tampan, gagah serta baik hati- Ha ha ha..." Bab 13 Berangkat Ke Kuil siauw Lim sie Thio Han Liong dan Thio sam Hong duduk di ruang meditasi. Kini kepandaian pemuda itu bertambah tinggikarena mendapat petunjuk dari Thio sam Hong. "Han Liong" Thio sam Hong tersenyum. "Kepandatanmu sudah tinggi- hanya saja Iweekangmu belum mencapai tingkat kesempurnaan." "sucouw, kalau begitu aku harus terus berlatih Iwee-kang?" tanya Thio Han Liong. "Itu tergantung dari keberuntunganmu," sahut Thio sam Hong memberitahukan. "Ketika kecil, ayahmu terpukul oleh ilmu Hian Bong Sian ciang yang amat beracun. Pukulan itu membuat ayahmu kedinginan..." Thio sam Hong menutur tentang kejadian tersebut, kemudian mena mbahkan. "Namun sungguh di luar dugaan, di dalam sebuah lembah, ayahmu makan kodok api yang mengandung hawa panas, setelah itu ayahmu pun menemukan kitab Kiu yang Cin Keng." "Karena makan kodok api itu, maka ayahku berhasil melatih Iweekangnya hingga mencapai tingkat yang begitu tinggi?" "ya. Tapi- " Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Masih tidak sanggup menahan ilmu pukulan para Dhalai Lhama itu." "sucouw," tanya Thio Han Liong. "Apakah tiada cara untuk memecahkan ilmu pukulan itu?" "Memang tidak ada." Thio sam Hong menghela nafas panjang, "sebab Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu amat dahsyat. Di koiong langit ini tiada seorang jago pun yang sanggup menahan ilmu pukulan itu" "Kalau begitu..." "Hanya ada satu jalan." Thio sam Hong memberitahukan. "Jangan menyambut pukulannya. Hadapi para Dhalai Lhama itu dengan menggunakan kegesitan untuk menghindari pukulan Dhalai Lhama yang paling depan, dan serang yang paling belakang." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut mengerti. "Ternyata begitu cara memecahkan ilmu pukulan itu" "Tapi engkau masih harus ingat satu hal" ujar Thio sam Hong mengingatkannya, "Para Dhalai Lhama itu memiliki Liak Hwee Tan. Kalau menghadapi mereka, engkau harus menghindari Liak Hwee Tan itu." "Terima kasih atas petunjuk sucouw" ucap Thio Han Liong.

"Aaaah "" Mendadak Thio sam Hong menghela nafas panjang, "setelah ayahmu hidup mengasingkan diri di Pulau Hong Hoang to, rimba persilatan mulai dilanda bencana. Perlu engkau ketahui- ayahmu adalah Bu Lim Beng Cu (Ketua "Rimba Persilatan). Kini banyak jago yang berhati jahat ingin merebut kedudukan Bu Lim Beng Cu, otomatis menimbulkan berbagai macam badai dalam rimba persilatan." "sucouw..." Thio Han Liong ingin menghiburnya, namun merasa tidak enak, "In Lie Heng sudah sekian lama pergi ke siauw Lim sie, tapi hingga kini belum juga pulang. Apakah telah terjadi sesuatu atas dirinya?" "sucouw tidak usah cemas," ujar Thio Han Liong menghiburnya. "Kakek In tidak akan menemui suatu apa pun." "Aaaah " Thio sam Hong menghela nafas lagi. "Engkau tidak tahu, In Lie Heng hidup menderita belasan tahun." "oh?" Thio Han Liong tersentak. "Kenapa Kakek In hidup menderita belasan tahun?" "Belasan tahun lalu, isierinya yang bernama Yo Put Hwi mati karena melahirkan." Thio sam Hong memberitahukan. "Beberapa bulan kemudian, anaknya pun mati karena sakit." "Haaah...?" Thio Han Liong terkejut, la tidak menyangka nasib In Lie Heng begitu malang. "sudah lama dia pergi ke siauw Lim sie, namun masih belum pulang. Aku khawatir telah terjadi sesuatu atas dirinya." Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Han Liong..." "ya, sucouw." "Ayahmu pernah menceritakan tentang Kim Mo say ong-cia sun?" "Pernah-" Thio Han Liong mengangguk. "Kim Mo sau ong-cia sun adalah ayah angkat orangtua ku-" "Tidak salah" Thio sam Hong manggut-manggut- "Cia sun tinggul bersama Tiga Tetua siauw Lim di belakang kuil Siauw Lim sie- Engkau harus ke sana menemuinya-" "ya, sucouw-" Thio Han Liong mengangguk. "Engkau boleh berangkat esok pagi-" ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya, "ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk lagi- lalu meninggalkan ruang meditasi menuju ruang depan. Kebetulan song wan Kiauw dan lainnya sedang berkumpul di situ Mereka menyuruh Thio Han Liong duduk- "Han Liong," ujar song Wan Kiauw kemudian. "Kepandaianmu semakin tinggi- kini kami sudah bukan tandinganmu lagi" "Kakek song" Thio Han Liong tersenyum dan memberitahukan, "sucouw menyuruhku berangkat ke kuil siauw Lim sie esok pagi-" "oh?" song Wan Kiauw menatapnya. "Untuk menjenguk Cia sun?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Itu memang ada baiknya juga" ujar Jie Lian ciu. "sebab Cia sun adalah ayah angkat orangtua mu, lagipula engkau akan bertemu In Lie Heng di sana." "Kakek Jie," ujar Thio Han Liong, "sucouw sangat mencemaskan Kakek In."

"oh?" Jie Lian ciu mengerutkan kening. "Apakah disebabkan In Lie Heng belum pulang?" "Ya. Maka sucouw khawatir telah terjadi sesuatu atas diri Kakek In." "Itu..." Jie Lian ciu tersenyum. "Itu tidak mungkin. Aku yakin In Lie Heng masih berada di kuil siauw Lim sie." "Kakek Jie," kata Han Liong. "Kenapa Kakek In pergi ke kuil siauw Lim sie?" "Kong Bun Hong Tio mengutus Goan Liang ke mari untuk mengundang guru ke sana guna merundingkan sesuatu. Namun guru menolak karena sudah tua sekali maka mengutus In Lie Heng ke sana." "Kenapa Kong Bun Hong Tio siauw Lim Pay mengutus Goan Liang ke mari mengundang sucouw?" tanya Thio Han Liong heran. "Apakah di Kuil siauw Lim sie telah terjadi sesuatu?" "Itu memang merupakan kejadian yang sungguh di luar dugaan," jawab Jie Lian ciu dan menutur tentang kejadian beberapa tahun lalu. "... ternyata si pembunuh misterius itu bernama seng Hwianak Hun Goan Pek Lek Chiu-seng Kun. Kong Bun Hong Tio bertanding sepuluh jurus dengannya dapat bertahan, maka seng Hwi pergi- Tapi dia masih sempat mencetuskan janjibahwa lima tahun kemudian dia akan kembali lagi memusnahkan siauw lim pay." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "Kong Bun Hong Tio siauw Lim Pay ingin berunding dengan sucouw?" "Betul." lie Lian Ciu mengangguk- "seng Kun begitu jahat dan licik, maka anaknya itu pasti sama-" "Han Liong," pesan song Wan Kiauw- "Engkau harus membantu siauw lim pay, sebab sucouwmu masih terhitung murid siauw Lim Pay lho" "oh?" Thio Han Liong tertegun- "Guru sucouwmu adalah Kak Wan Taysu dari siauw Lim sie " song wan Kiauw menceritakan tentang itu- "oleh karena itu, engkau harus membantu mereka." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "Kakek song, aku pasti membantu pihak siauw Lim Pay." -ooo00000ooo- Keesokan harinya, Thio Han Liong berpamit kepada Thio sam Hong dan lainnya, setelah itu, barulah ia meninggalkan Bu TOng san menuju kuil siauw Lim sie- Dalam perjalanan, ia terus memikirkan Tan Giok Cu, apakah gadis itu sudah pulang ke rumah atau belum? Enam tujuh hari kemudian, Thio Han Liong sudah memasuki propinsi Holam- Karena merasa haus, ia lalu mampir di sebuah kedai araki Begitu duduk, pelayan langsung menghampirinya sambil tersenyum-senyum. "Tuan Muda mau pesan arak apa? Kedai kami menyediakan berbagai macam arak wangi-" "Maaf," sahut Thio Han Liong. "Aku mau minum teh saja-" "Baik," Pelayan segera menyuguh minuman tersebut, kemudian pergi melayani tamu lain. Di saat itu, masuk ke dalam seorang tamu lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun, dan langsung duduk di sebelah Thio Han Liong. "Maaf, saudara kecil" ucap lelaki itu sambil tersenyum. "Karena tiada meja kosong, maka aku terpaksa duduk di

sini. Engkau tidak berkeberatan kan?" "Tentu tidak," sahut Thio Han Liong. "Terima kasih," ucap lelaki itu, lalu memesan arak wangipelayan segera menyajikannya. Lelaki itu mulai meneguk minumannya lalu memandang Thio Han Liong seraya bertanya. "Engkau tidak minum arak?" "Aku tidak pernah minum arak." sahut Thio Han Liong. "saudara kecil" Lelaki itu tertawa aelaki "Engkau harus tahu, lelaki harus minum arak, Kalau tidak, seperti banci lho" Thio Han Liong tersenyum. "Aku masih kecil, tidak pantas minum arak- Aku minum teh saja." "Ha ha ha" Letaki itu tertawa lagi- "Berapa usiamu sekarang?" "Enam belas." "saudara kecil, tahukah engkau? Aku mulai minum arak sejak berusia sepuluh tahun." "Paman tergoiong setan arak.-" Thio Han Liong tersenyum. "Kalau begitu, Paman pasti tidak akan mabuk" "Tentu." Lelaki itu manggut-manggut- "saudara kecil, kita bertemu di sini, maka kita harus bersulang-" "Paman, aku -" "Engkau maujadt banci?" "Baiklah- Tapi aku minum seteguk saja-" "Ha ha ha" Letaki itu tertawa, lalu menuang arak wangi ke dalam cangkir Thio Han Liong- "saudara kecil, mari kita bersulang" Thio Han Liong mengangkat cangkirnya, lalu bersulang dengan lelaki itu "Ha ha ha" Lelaki itu terus tertawa, kelihatannya gembira sekali- "Aku tidak punya teman, namun hari ini aku bertemu denganmu- Bagaimana kalau kita berteman? Engkau tidak akan menolak kan?" "Baik, Aku senang berteman dengan Paman" sahut Thio Han Liong- "saudara kecil, engkau jangan memanggilku Paman, panggil saja saudara tua" "ya, saudara tua-" "Ha ha ha" Lelaki itu tertawa oembiratiraikasih WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hari ini aku gembira sekali. Ha ha ha" Lelaki itu bangkit berdiri seraya berkata, "saudara kecil, toiong bayar minumanku sampai jumpa lagibiar aku yang traktir" "Terima kasih Lain kali saja" sahut lelaki itu sambil berjalan pergi dengan agak sempoyongan. Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. Namun ia yakin bahwa lelaki itu bukan orang jahat, setelah membayar semua minuman itu, ia meninggalkan kedai arak tersebut, (bersambung kebagian 7) Jilid 7 Sore harinya, Thio Han Liong memasuki sebuah lembah. Mendadak terdengar suara jeritan yang menyayat hati. Betapa terkejutnya Thio Han Liong, ia langsung melesat ke tempat suara jeritan itu. Dilihatnya, seorang tua sedang menyiksa beberapa orang yang terikat di sebuah pohon. Thio Han Liong terbelalak, karena orang tua itu berwajah seram, yang tidak

lain adalah Si Mo (iblis Dari Barat) Bu yung Hok yang pernah menyiksanya. "Berhenti" bentak Thio Han Liong sambil melesat ke hadapannya. "Eeeh?" Si Mo tersentak ketika melihat seorang pemuda muncul di hadapannya. "Anak muda, siapa engkau?" "Si Mo" sahut Thio Han Liong dengan kening berkerut. "Cepatlah melepaskan mereka" "He he he He he he..." Si mo tertawa terkekeh-kekeh. "Anak muda, berdasarkan apa engkau menyuruhku melepaskan orang-orang ini?" "Berdasarkan kebenaran-" sahut Thio Han Liong. "Anak muda" Si Mo menatapnya tajam. "Engkau berdasarkan kebenaran, aku berdasarkan hukum rimba persilatan, siapa kuat dan berkepandaian tinggi, dialah yang berkuasa" "Si Mo" sahut Thio Han Liong dingin. "Cepatlah engkau melepaskan mereka" "Anak muda" Si Mo tertawa. "Kelihatannya engkau berbakat dalam hal ilmu silat Walau aku sudah punya seorang murid, tapi aku masih bersedia menerimamu sebagai murid" "Aku tidak sudi meniadi muridmu" "Kenapa?" "Karena hatimu jahat sekali siapa sudi menjadi muridmu?" "Anak muda" sepasang mata si Mo membara- la mendadak memekik keras sambil menyerang Thio Han Liong. Thio Han Liong memang sudah siap dari tadi, maka begitu si Mo menverang, ia berkelit menghindari serangan itu sekaligus mengerahkan Kiu yang sin Kang, "He he he" si mo tertawa terkekeh-kekeh. "Anak muda Tak disangka engkau berisi juga Nah, sambutlah serangan berikutnya" si Mo mulai menyerangnya lagi. Thio Han Liong berkelit dan kini mulai balas menyerang dengan ilmu Thay Kek Kun yang lemas itu. "Ternyata engkau murid Bu Tong Pay" ujar si Mo dingin- "Bagus sudah lama aku ingin mencoba kepandaian Bu Tong Pay, dan hari ini adalah kesempatanku" si Mo mulai mengeluarkan ilmu andalannya, sedangkan Thio Han Liong mengeluarkan ilmu Thay Kek Kun bercampur dengan ilmu Kian Kun Taylo Ie- oleh karena itu, ia dapat bertahan dan menyerang pula. Itu membuat si Mo penasaran sekali- sekonyong-konyong ia memekik keras sambil menjongkokkan badannya, ternyata ia ingin mengeluarkan ilmu simpanannya yang paling lihay dan hebat, yaitu Ha Mo Kang (Ilmu Kodok). Krok Krok Krok si Mo mengeluarkan suara kodok- Itu membuat Thio Han Liong tercengang. Di saat itu si Mo meloncat menyerang Thio Han Liong. Tiada pilihan lain bagi pemuda itu, karena sudah tidak sempat berkelit, maka terpaksa menangkis ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw. Blaaam Thio Han Liong terpental beberapa depa, sedangkan si Mo termundur-mundur beberapa langkah. "He he he" si mo tertawa terkekeh-kekeh. "Pantas engkau bertingkah di hadapanku, ternyata engkau memiliki kepandaian tinggi Bagus Bagus" si Mo mulai menyerangnya lagi- Thio Han Liong melawannya dengan ilmu Thay Kek Kun, Kian Kun Taylo Ie dan Kiu Im Pek Kut Jiaw- Akan tetapi, Thio Han Liong kurang

berpengalaman dan Iweekangnya masih betum begitu tinggi, sehingga terdesak sesudah puluhan jurus kemudian. "He he he Anak muda, aku harus membunuhmu" seru si Mo sambil mempergencar serangannya. Kini Thio Han Liong cuma mampu menangkis dan mengelak, sama sekali tidak mampu balas menyerang. Pada saat bersamaan, terdengarlah suara tawa yang amat keras. "Ha ha ha si Mo yang amat terkenal hanya berani menghina anak muda, itu sungguh membuat aku kagum dan salut" terdengar pula ucapan yang menyindir, dan tak lama muncullah seorang tua berpakaian sastrawan. Ketika melihat kehadiran sastrawan itu, si Mo berhenti menyerang Thio Han Liong. Maka pemuda itu langsung menarik nafas lega. "Lam Khie (orang Aneh Dari selatan)" si Mo menatapnya tidak senang. "Engkau ingin mencampuri urusanku?" "Hua ha ha ha" Ternyata sastrawan tua itu adalah Lam Khie. "Kita memang ada perjanjian, selama sepuluh tahun ini dilarang saling mengganggu Akan tetapi, saat ini tanganku gatal karena melihat engkau menghina anak muda itu Kalau engkau melepaskannya, tentunya aku pun tidak akan turut campur lagi" "Hm" dengus si Mo dingin. "Itu sama saja engkau ingin cari gara-gara denganku" "Baik." Lam Khie tertawa. "Katakanlah aku memang ingin cari gara-gara dengan engkau, lalu engkau mau apa?" "Engkau..." si Mo melotot. "Sudahlah" ujar Lam Khie- "Lebih baik melepaskan anak muda itu Kalau tidak, kita terpaksa bertarung" si Mo berpikir sejenak, kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata dengan dingin sekali. "Anak muda Aku melepaskanmu sekarang, tapi kalau bertemu kelak, engkau pasti kubunuh" "Terima kasih atas kemurahan hatimu" sahut Thio Han Liong sambil memberi hormat. "Tapi aku harap Locianpwee sudi melepaskan mereka juga" "Anak muda" si Mo melotot. "Maksudmu mereka yang terikat di pohon itu?" "Ya" Thio Han Liong mengangguk. "Tidak" si Mo menggelengkan kepala. "Aku tidak akan melepaskan orang-orang itu" "Kalau Locianpwee tidak melepaskan mereka, aku pun tidak mau pergi" ujar Thio Han Liong. "Itu adalah urusanmu, anak muda" sahut si mo "Eeeeh?" Lam Khie menggaruk-garuk kepala. "Aku pun tidak bisa pergi" "Lam Khie" Mata si Mo berapi-api. "Engkau..." "Matamu berapi-api, marah ya? Kalau begitu, mari kita bertarung saja" ujar Lam Khie sambil tertawa. "Tanganku memang sudah gatal, ingin sekali bertarung denganmu" "Kita sudah ada janji, lima tahun lagi kita akan bertanding" sahut si Mo sambil tertawa dingin. "Baik Kalau kalian tidak mau pergi, aku yang pergi" si Mo langsung melesat pergi. Thio Han Liong segera melepaskan tali yang mengikat beberapa orang di pohon itu.

"Terima kasih, siauwhiap," ucap mereka. "Paman-paman, cepatlah kalian tinggalkan tempat ini" ujar Thio Han Liong. Mereka mengangguk, segera memberi hormat kepada Lam Khie, lalu pergi tanpa menoleh lagi. "Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelak, kemudian menatap Thio Han Liong dengan penuh perhatian seraya berkata, "Anak muda, kepandalanmu cukup tinggi- Bolehkah aku tahu siapa dirimu?" "Locianpwee, namaku Thio Han Liong," jawab pemuda itu. "Terima kasih atas pertolongan Locianpwee-" "Ha ha" Lam Khie tertawa- "Han Liong, mari kita duduk untuk mengobrol sebentar Engkau tidak berkeberatan kan?" "Ya, Locianpwee" Thio Han Liong mengangguk. Mereka berdua lalu duduk di bawah pohon. Lam Khie terus menatapnya, lama sekali barulah membuka mulut. "Engkau mahir ilmu silat Thay Kek Kun, apakah engkau adalah murid Bu Tong Pay?" "secara tidak langsung aku memang murid Bu Tong Pay-" Thio Han Liong menjelaskan. "sebab kakekku adalah murid Bu Tong Pay." "Siapa Kakekmu?" "Thio cui san." "Ternyata kakekmu adalah salah seorang Bu Tong cit Hiap. Ayahmu pasti Thio Bu Ki yang amat kesohor itu." "ya." "Han Liong" Lam Khie tersenyum. "Aku tinggal di Tayli, julukanku adalah Lam Khie-Baru beberapa tahun aku berkecimpung di rimba persilatan Tionggoan, dan disaat itu pula muncul Tong Koay-Oey su Bin, si Mo-Buyung Hok dan Pak Hong-wan Bun Kim. Kepandaian kami terempat boleh dikatakan seimbang." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "Tapi si Mo kelihatan agak segan pada Locianpwee." "Bukan segan," sahut Lam Khie. "Melainkan enggan bertarung denganku, sebab ia tidak mau ambil risiko bertarung denganku. Dia sangat licik, akal busuknya pun banyak-" "Locianpwee," tanya Thio Han Liong mendadak- "Bagaimana sifat Tong Koay dan pak Hong?" "Mereka berdua tidak bersifat licik maupun jahat, namun Tong Koay agak sesat. sedangkan Pak Hong agak kegilagilaan." LamKhie memberitahukan, "oh ya, belum lama ini dalam rimba persilatan telah muncul sebuah perkumpulan misterius." "Hek Liong Pang?" "Betul." Lam Khie manggut-manggut. " Ketua Hek Liong Pang berkepandaian sangat tinggi sekali. Dia adalah seorang wanita berusia lima puluhan. Wajahnya dingin dan hatinya jahat, siapa berani menyinggung perasaannya pasti dibunuhnya, sebulan yang lalu, ketua Hek Liong Pang itu mengundang kami bertemu di Pek Hoa Kek (Lembah Bunga Putib). Ternyata ketua Hek Liong Pang itu menghendaki kami bergabung. Aku dan Tong Koay serta Pak Hong langsung menolak, sedangkan si Mo bilang akan pikirpikir dulu. Kelihatannya si Mo berniat bergabung dengan ketua Hek Liong Pang, kalau itu terjadi, Hek Liong Pang pasti tumbuh sayap, sebab si Mo adalah ketua golongan hitam, rimba persilatan pasti akan dilanda banjir darah-" "Kalau begitu " ujar Thio Han Liong setelah berpikir sejenak-