Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

dokumen-dokumen yang mirip
Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No 1, (2013) 1-6

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Presentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS. Nama : Rizky Haryogi ( )

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

Hendra Rahman, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Pemodelan dan Simulasi Sistem Proteksi Microgrid

Studi Koordinasi Proteksi di PT. Ajinomoto, Mojokerto Oleh : Arif Andia K

Studi Koordinasi Proteksi Pada Pabrik PT.Chandra Asri Petrochemical Plant Butadiene

Studi Koordinasi Pengaman Rele Arus Lebih Akibat Adanya Proses Integrasi Sistem Kelistrikan Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java

EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Analisa Rele Proteksi pada Sistem Kelistrikan Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang Operasi Pomaala ( Sulawesi Tenggara )

Analisis Implementasi Saturated Iron Core Superconducting Fault Current Limiter pada Jaring Distribusi PT. PERTAMINA RU V BALIKPAPAN

Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober

JURNAL TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

Evaluasi Ground Fault Relay Akibat Perubahan Sistem Pentanahan di Kaltim 1 PT. Pupuk Kaltim

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

Studi Koordinasi Proteksi Pada PT. Citic Seram Energy Ltd. Pulau Seram Maluku Tengah

Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada Pemakaian Distribusi Daya Sendiri dari PLTU Rembang

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT PERTAMINA JOB MEDCO ENERGI TOMORI FIELD SENORO

Studi koordinasi Proteksi pada Joint Operating Pertamina-Petrochina di Tuban akibat Integrasi Sukowati Plant

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

KOORDINASI PROTEKSI RELE ARUS LEBIH DENGAN METODE FUZZY LOGIC MENGGUNAKAN PLANT PT.KPI (KALTIM PARNA INDUSTRI)

Perancangan Sistem Proteksi (Over Current dan Ground Fault Relay) Untuk Koordinasi Pengaman Sistem Kelistrikan PT. Semen Gresik Pabrik Tuban IV

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN EKSPOR- IMPOR DAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

Rimawan Asri/ Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Dimas Fajar Uman Putra ST., MT.

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada pemakaian distribusi daya sendiri dari PLTU Rembang

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT. CHANDRA ASRI AKIBAT INTEGRASI DENGAN PT. TRI POLYTA

F40. JURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print)

Studi Skema Proteksi Adaptive Over Current Pada Jaringan Distribusi Dengan Pembangkit Tersebar Menggunakan Genetic Algorithm

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT.

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

EVALUASI GROUND FAULT RELAY AKIBAT PERUBAHAN SISTEM PENTANAHAN DI KALTIM 1 PT. PUPUK KALTIM

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Koordinasi Proteksi Directional Overcurrent Relay dengan Mempertimbangkan Gangguan Arah Arus di Pabrik PT. Petrokimia Gresik

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

Oleh : Thomas Lugianto Nurdin ( ) : Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.

2. TEORI PENUNJANG 1. PENDAHULUAN. Martinus Tri Wibowo, Ir. R. Wahyudi, Dedet Candra Riawan, S.T, M.Eng Jurusan Teknik Elektro FTI ITS

Studi Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Tonasa.

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

EVALUASI KOORDINASI SETTING RELAY PROTEKSI OCR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv PT APAC INTI CORPORA SEMARANG DENGAN ETAP 12.6.

Studi Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Bandara Internasional Juanda Surabaya

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT. PETROKIMIA GRESIK AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PABRIK DAN GENERATOR 1 X 26.8 MW

Evaluasi Koordinasi Proteksi pada Pabrik III PT. Petrokimia Gresik Akibat Penambahan Current Limiter

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1

Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada pemakaian distribusi daya sendiri dari PLTU Rembang

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

Studi Koordinasi Proteksi Arus Lebih Fasa dan Ground Sistem Pembangkit UP PLTU Pacitan

ANALISIS DAN EVALUASI SISTEM KOORDINASI PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) PAITON 1 DAN 2

Optimasi Time Dial Setting (TDS) Relay Arus Lebih Menggunakan Adaptive Modified Firefly Algorithm Pada Sistem Kelistrikan PT. Pupuk Kalimantan Timur

PERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE

Fajar Akhmad Fauzi, Ontoseno Penangsang, I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda Jurusan Teknik Elektro FTI ITS

PENGARUH PENGETANAHAN SISTEM PADA KOORDINASI RELE PENGAMAN PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

Analisis Kestabilan Transien di PT. PUSRI Akibat Penambahan Pembangkit 35 MW dan Pabrik P2-B Menggunakan Sistem Synchronizing Bus 33 kv

ANALISIS PERENCANAAN KOORDINASI SISTEM PROTEKSI RELAY ARUS LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK DI PUSDIKLAT MIGAS CEPU

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

II. SISTEM PENGAMAN TENAGA LISTRIK DAN ENERGI BUSUR API

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

RANCANG BANGUN SIMULASI PENGAMAN BEBAN LEBIH TRANSFORMATOR GARDU INDUK MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Evaluasi Koordinasi Proteksi pada Pabrik III PT. Petrokimia Gresik Akibat Penambahan Current Limiter

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Pembangkit UP GRESIK (PLTG dan PLTU)

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

Pertemuan ke :2 Bab. II

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban

EVALUASI SETTING PROTEKSI ARUS LEBIH DI JENE STATION PT. MEDCO E&P INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN ETAP

Transkripsi:

1 Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri Margo Pujiantara 1), Heri Suryoatmojo 2), Hendri Triwidodo 3), Fifi Hesty Sholihah 4) 1), 2), 3), 4) Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 1) margo@ee.its.ac.id, 2) suryomgt@ee.its.ac.id, 3) hendri3w@gmail.com, 4) email.baru.fifi@gmail.com Abstrak Keandalan dan kontinuitas pelayanan daya pada sebuah kelistrikan industri merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam sebuah sistem kelistrikan. Keandalan suatu kelistrikan dapat direpresentasikan dengan seringnya terjadi pemadaman saat terjadi gangguan dalam suatu wilayah, sehingga dapat menyebabkan terhentinya proses produksi dalam sebuah industri. Selain itu, keandalan juga dapat direpresentikan dengan luasnya wilayah yang terkena pemadaman. Semakin kecil wilayah pemadaman maka keandalan pelayanan akan semakin baik. Untuk meningkatkan keandalan dan kontinuitas pelayanan, dapat dilakukan dengan mengaplikasikan koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen. Koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen pada tugas akhir ini diterapkan Sistem Kelistrikan Industri. Dengan menggunakan pendekatan multi agen, maka koordinasi antar rele proteksi akan dibuat berurutan dengan setting waktu tertentu sehingga wilayah yang terkena pemadaman akan dapat diminimalisir. Tugas akhir ini akan difokuskan pada koordinasi rele arus lebih yang ditambahkan piranti interlocking. Dengan mengganti beberapa setting rele dan penerapan pendekatan multi agen pada Sistem Kelistrikan Industri, maka keandalan dan kontinuitas pelayanan daya akan lebih baik. Kata Kunci koordinasi, proteksi, multi agen, interlocking. I. PENDAHULUAN ada sebuah industri, keberlangsungan proses produksi Pharus tetap dijaga dalam keadaan baik agar mampu menghasilkan produk dengan optimal. Sistem kelistrikan yang menunjang proses produksi sebuah industri menjadi komponen utama dalam keberlangsungan sebuah produksi. Keandalaan sebuah sistem kelistrikan industri tercermin dari sering padam ata tidaknya sustem industri ketika terjadi gangguan. Semakin kecil wilayah yang terkena pemadaman saat terjadi gangguan, maka keandalahnya akan semakin bagus. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses industri. untuk mendapatkan keandalan yang baik, maka diperlukan koordinasi proteksi yang tepat. Sebagian besar sistem kelistrikan industri untuk saat ini menggunakan sistem proteksi dengan metode koordinasi bertingkat dari rele satu ke rele berikutnya. Umumnya lebih dikenal dengan metode koordinasi proteksi konvensional. Metode yang memiliki grading time tertentu dalam pengamanannya. Terdapat beberapa kelemahan dalam metode konvensional, salah satunya adalah belum dapatnya pengamanan gangguan secara cepat dengan memperhitungkan wilayah pemadaman yang sekecil mungkin. Dalam artikel ilmiah ini, akan dibahas tentang sebuah kelistrikan industri yang sudah tidak mampu lagi dilindungi dengan koordinasi proteksi dengan metode konvesional. Koordinasi proteksi yang akan diterapkan adalah koordinasi menggunakan pendekatan multi agen. Koordinasi proteksi menggunakan multi agen akan memungkinkan sebuah sistem kelistrikan industri ketika terjadi gangguan maka dalam pengamanannya dapat lebih cepat dan wilayah yang terjadi pemadaman akan bisa diminimalisisr sekecil mungkin. Dengan ini maka keandalan sistem kelistrikan akan menjadi tinggi. Secara tidak langsung hal ini akan berdampak ke proses industri yang akan tetap berjalan normal dan keruguian yang ditimbulkan dari adanya gangguan akan dapat diminimalisir sekecil mungkin. II. PENDEKATAN MULTI AGEN DAN PENGAMAN ARUS LEBIH A. Pendekatan Multi Agen Dalam sebuah kelistrikan industri, masing-masing perangkat proteksi memiliki fungsi utama untuk mengamankan gangguan baik yang terjadi pada zona yang khusus maupun yang terjadi pada zona yang jauh dari lokasi gangguan. Ketika terjadi gangguan, perangkat proteksi seharusnya dapat mengamankan gangguan tersebut dengan zona yang sekecil mungkin. Hal ini akan menunjukkan sebuah keefisiensi dan kehandalan suatu sistem proteksi dalam pengamanannya. Dalam proses pengamanannya perlu diperhatikan juga tentang kemungkinan kerusakan dari peralatan proteksi sehingga dalam pembuatan sebuah koordinasi proteksi diperlukan cadangan pengamanan tiaptiap zonanya. Untuk mendapatkan pengamanan dengan zona yang sekecil mungkin dapat digunakan pengamanan dengan menggunakan pendekatan Multi Agen[1]. Multi agen merupakan gabungan dari bermacam-macam

2 agen yang saling berkomunikasi dan berkoordinasi satu sama lain. Komunikasi antar agen dilakukan sesuai setting membuat sistem menjadi satu kesatuan dengan kinerja yang lebih unggul dan dapat memecahkan masalah yang sulit diselesaikan oleh agen tunggal tanpa adanya komunikasi dan koordinasi [2]. Dalam kelistrikan industri, multi agen terdiri dari agen rele dan agen peralatan (equipment agents). Antar agen akan saling berkomunikasi dan berkoordinasi dalam proses pengamanan sistem kelistrikan. Pada Gambar 1 ditunjukkan tentang proses komunikasi antara agen rele dengan agen peralatan. Gambar 1. Komunikasi antara agen rele dengan agen peralatan Berikut ini adalah komponen-komponen dan fungsi dari tiap-tiap agen yang saling terkomunikasi [2]: 1) Agen Rele (relay agent) Setiap rele yang terpasang dalam sebuah sistem kelistrikan industri merupakan agen rele. Agen rele terdiri dari beberapa rele yang saling berkomunikasi dan berkoordinasi. Masing-masing agen rele akan mencari informasi yang relevan untuk bahan komunikasi antar agen rele. Tujuannya adalah untuk mendeteksi rele yang gagal bekerja, kegagalan pemutusan, dan penyediaan cadangan perlindungan untuk kinerja sistem kelistrikan yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode terdahulu. Sekelompok agen yang mempunyai fungsi yang sama akan membentuk kelompok agen. Dalam hal ini bisa dicontohkan dengan kelompok agen rele arus lebih (over current). Setiap agen mempunyai logika masing-masing sehinggal dalam satu kelompok agen dapat bekerja dengan logika tiap agen tersebut. 2) Agen peralatan (equipment agent) Agen peralatan dalam sistem kelistrikan terdiri dari agen CT, agen pemutus, dan agen yang lainnya. Peralatan-peralatan tersebut mengumpulkan informasi, mengoperasikan peralatan, dan mengkomunikasikan informasi ke agen rele untuk memberikan perlindungan dan koordinasi fungsi. Kinerja dari sistem kelistrikan industri dapat ditunjukkan pada gambar 2 dibawah ini: CB akan dimonitor oleh agen rele. Jika CB gagal mengamankan, maka sinyal proteksi cadangan akan dikirimkan dari agen rele R1 ke agen rele R2. Dengan metode ini, waktu pemutusan akan terjadi lebih singkat. hal ini akan berlaku seterusnya hungga ke agen rele R3 dan seterusnya[2]. B. Penyetelan Arus Lebih Menurut Standart British BS 142-1983 batas penyetelan antara nominal 1,05 1,3 Inominal[3]. Mengacu pada standart tersebut, pada tugas akhir ini amannya menggunakan konstanta 1,1 Inominal. Jadi untuk setingnya dapat dilihat sebagai berikut: I set 1,1 x I nominal (1) I Tap= set (2) Primary CT Pada penyetelan rele arus lebih juga harus memperhatikan batas maksimum seting, untuk alasan keamanan dan back-up hingga ke sisi muara estimasi seting ditetapkan: I set 0,8 I sc 2, min (3) Mengacu pada konsep diatas persyaratan setelan arus dapat dirumuskan sebagai berikut: 1,1 I FLA < Is < 0,8 I sc2 min (4) III. SISTEM KELISTRIKAN Sistem kelistrikan yang akan dipakai sebagai media dalam koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen memiliki level tegangan sebagai berikut : 1) Tegangan 33 kv Tegangan ini merupakan tegangan pada sistem kelistrikan industri utama yang menyalurkan daya ke sistem yang akan diterapkan koordinasi proteksi pendekatan multi agen. 2) Tegangan 11 kv Tegangan ini merupakan tegangan keluaran dari trafo yang terdapat dalam sistem kelistrikan industri yang akan diterapkan pendekatan multi agen. 3) Tegangan 6,9 kv Tegangan ini merupakan tegangan untuk menyuplai beban-beban pada sistem multi agen. 4) Tegangan 0,4 kv Tegangan ini berasal dari tegangan keluaran trafo yang akan mensuplai beban lumped. Pada sistem kelistrikan yang akan diterapkan koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen memiliki trafo sebagai berikut: Tabel 1. Transformator Daya Penyuplai Beban No Trafo Tegangan (kv) Kapasitas Gambar 2. Sistem Kelistrikan[2] Apabila terjadi hubung singkat di bus 1, maka agen rele R1 akan mengirimkan sinyal trip ke agen pemutus(cb), dalam waktu yang sama agen rele tersebut mengirimkan sinyal koordinasi ke agen rele R2. Dalam waktu beberapa saat, status 1 TU-TR-06 33/0,4 100 kva 2 T43 33/6,9 8 MVA 3 TR NPK 5&6 33/6,9 8 MVA 4 TR NPK 3&4 33/6,9 8 MVA

3 5 T6 33/6,9 7,5 MVA 6 TU-TR-01 33/11 30 MVA 7 TR BLACK BEAR 8 TURSINA TIMUR 33/6,9 20 MVA 33/6,9 20 MVA Beban yang ditopang oleh sistem kelsitrikan industri adalah sebagai berikut: Tabel 2. Data Beban Sistem Kelistrikan No Beban Bus Tegangan Kapasitas 1 TU-LVMDP Bus 26 0,4 kv 10,4 kva 2 NPK 7&8 Bus 101 6,9 kv 8,3 MVA 3 NPK 5&6 Bus NPK 6,9 kv 8,3 MVA 5,6 4 NPK 3&4 Bus NPK 6,9 kv 8,3 MVA 3,4 5 PELABUHAN Bus 64 6,9 kv 3 MVA 6 PERGUDANGAN Bus 64 6,9 kv 3 MVA 7 NPK BLENDING Bus 64 6,9 kv 6 MVA 8 KNI Bus KNI 11 kv 6 MVA 9 BLACK BEAR Bus Black Bear 10 TURSINA TIMUR Bus Tursina Timur 6,9 kv 6 MVA 6,9 kv 14,5 MVA koordinasi proteksi menggunakan multi agen terdapat beberapa rele, tetapi yang akan dibahas dalam tugas akhir hanyalah 3 rele. Hal ini dikarenakan pada ketiga rele tersebut akan dilakukan pendekatan multi agen. Rele 3 berfungsi untuk mengamankan trafo TU-TR-01, rele 5 untuk mengamankan sistem dibawahnya, sedangkan rele SP51 untuk mengamankan sistem industri pupuk secara keseluruhan. Rele SP1 memiliki setting delay 0,1 s karena berfungsi untuk mengamankan sistem ring utama pada pabrik pupuk ini. Oleh karena itu, pada kelistrikan industri yang akan diterapkan multi agen ini memiliki setting delay 0,1 s. Pada Gambar 3 dibawah ini ditunjukkan tipikal yang akan dianalisa. IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA A. Analisa Pengaturan Rele Arus Lebih Gangguan Phasa Untuk pengaman hubung singkat harus memperhitungkan arus hubung singkat minimum dan maksimum yang disebabkan konfigurasi sistem. Arus hubung singkat minimum digunakan untuk setting arus lowset sedangkan arus hubung singkat maksimum digunakan untuk setting arus highset. Arus hubung singkat dapat diketahui dengan menghitung impedansi pada sistem yang mengalami gangguan hubung singkat. Dengan menggunakan simulasi hubung singkat pada bus-bus yang telah ditentukan maka arus hubung singkat dapat diketahui. Adapun arus hubung singkat pada keluaran sistem kelistrikan industri untuk pengaplikasian koordinasi proteksi menggunakan pendektatan multi agen dapat ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Data arus hubung singkat di sistem Kelistrikan Bus I sc max 0,5 cycle Isc min 30 cycle ID kv A A Inc Tursina 33 24855 13894 TUS-SG-01 33 17073 13894 Bus 33 33 24738 13848 Bus 41 11 17115 8642 B. Analisa Setting Pengaman Pada Sistem Tursina Pada sistem kelistrikan industri pupuk yang akan diterapkan Gambar 3. Setting Rele Tipikal Koordinasi Sistem Langkah pertama yang dilakukan sebelum dilakukan koordinasi rele dalam bentuk kurva dan pendekatan multi agen adalah menentukan setting dari masing-masing rele mulai dari rele 3, rele 5 dan rele incoming dari ring sistem utama industri pabrik yaitu rele SP51. Data arus hubung singkat untuk menentukan setting rele terdapat pada poin diatas. Tujuan dari proses pengkoordinasian awal disini untuk melihat pengamanan terhadap sistem sebelum terjadinya perbaikan menggunakan pendekatan multi agen. Pendekatan multi agen memungkinkan urutan kerja rele dan trip CB akan berurutan sehingga tidak akan terjadi lompatan yang tidak sesuai setting yang telah ditentukan. Hal ini dapat mengurangi jumlah area yang diputus oleh CB yang bersangkutan sehingga dapat lebih efektif dan efisien. Berikut ini adalah setting rele sistem dari hasil perhitungan menggunakan rumus(1), (2), (3), dan (4): Tabel 4. Data Setting Rele pada Kelistrikan pabrik Komponen Rele 3 Rele 5 Rele SP51 Manufacturer Merlin Gerin Merlin Gerin Merlin Gerin Model Sepam 1000+ Sepam 1000+ Sepam 1000+ Curve Type Extremely Extremely Extremely Inverse Inverse Inverse CT 1000/5 1200/5 1000/5 I> Ilowset 580 A 1200 A 1200 A

4 tap 0,58 In 1 In 1,2 In I>> Ihighset 8500 A 10000 A 10000 A tap 8,5 In 9 In 10 In TDM 0,3 0,56 0,19 I> : Time Overcurrent Pick Up I>> : Instantaneous Pickup Dengan menggunakan nilai setting diatas, kemudian disimulasikan menggunakan perangkat simulasi. Adapun kurva hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kurva Tipikal Koordinasi Sebelum Dilakukan Pendekatan Multi Agen Kemudian didapatkan hasil waktu CB bekerja seperti yang terlihat pada Tabel 5. Tabel 5 Data Urutan CB bekerja (Trip) Waktu (ms) ID Kondisi 84,4 OUT62 Trip 110 SP51 Trip 120 INC61 Trip Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketika terjadi hubung singkat di bus 33, koordinasi hasil setting mengalami overlaping. Rele 3 bekerja diikuti dengan rele SP51, sehingga kerja rele 5 terlewati. Hal ini terjadi karena rele SP51 disetting dengan nilai Time Delay Setting (TDS) = 0,1 s. Dipilih nilai TDS tersebut karena rele SP51 berfungsi untuk mengamankan trafo TU-TR-06 dari adanya gangguan hubung singkat. Overlaping kerja rele ini akan mengakibatkan terjadinya pelayanan daya yang kurang efektif, artinya adalah ketika terjadi Hubung singkat di bus 33, maka secara otomatis di sisi beban bus TUS-SG-01 akan mengalami pemadaman. C. Perbaikan Setting Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Berikut ini adalah perbaikan setting rele dan pengaplikasian pendekatan multi agen untuk koordinasi proteksi sistem Tursina: Rele 3 Pada rele 3 akan diterapkan koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen. Setting rele yang digunakan sama seperti setting awal, hanya saja ditambahkan setting interlocking yang merupakan bagian pendekatan multi agen. Untuk mengaplikasikan koordinasi proteksi menggunakan pendekataan multi agen adalah dengan menggunakan pilihan output interlock pada relay editor. Interlock diaplikasikan untuk rele 3 (CB OUT62) dan rele 5 (CB INC61). Rele 5 Pada rele 5 akan diterapkan koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen. Setting rele yang digunakan sama seperti setting awal, hanya saja ditambahkan setting interlocking yang merupakan bagian pendekatan multi agen. Untuk mengaplikasikan koordinasi proteksi menggunakan pendekataan multi agen adalah dengan menggunakan pilihan output interlock pada relay editor. Interlock diaplikasikan untuk rele 5 (CB INC61) dan rele 5 (CB SP51). Rele SP51 Pada rele SP51 akan diterapkan koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen. Setting rele yang digunakan sama seperti setting awal, hanya saja ditambahkan setting interlocking yang merupakan bagian pendekatan multi agen. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat perbaikan sistem koordinasi proteksi sehingga hubungan kerja antar rele sudah beruturan dan tidak terjadi overlap dalam pengamanan sistem Adapun urutan dan waktu kerja CB ketika terjadi hubung singkat di bus 33 setelah dilakukan perbaikan terlihat pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Data Urutan CB bekerja (Trip) setelah perbaikan Waktu (ms) ID Kondisi 84,4 OUT62 Trip 94,4 INC61 Trip 110 SP51 Trip D. Pemodelan Multi Agen Menggunakan Gerbang Logika Rele 3 Rele 3 akan merasakan gangguan hubung singkat yang terdapat di bus 33 dan memerintahkan CB OUT 62 trip dengan waktu 0,1 s.

5 Gambar 5. Pemodelan koordinasi proteksi yang terjadi pada rele 3 Pada Gambar 6 dibawah ini ditunjukkan logika dari rele. Gambar 9. Pemodelan koordinasi proteksi yang terjadi pada rele SP51 Pada Gambar 10 dibawah ini ditunjukkan logika dari rele. Gambar 6 Logika rele 3 Rele 5 Rele 3 akan mengirimkan sinyal interlock ke rele 5, sehingga Δt pada rele 5 = 0,1 s. Pemodelan dilakukan menurut kondisi ini adalah sesuai pada Gambar 7. Gambar 7. Pemodelan koordinasi proteksi yang terjadi pada rele 5 Gambar 10. Logika rele SP51 Gerbang logika diatas merupakan gambaran komunikasi yang terdapat pada rele-rele sistem kelistrikan industri yang menerapkan pendekatan multi agen ini. Rele yang digunakan adalah rele Merlin Gerin Sepam 1000+ dengan karakteristik komunikasi yang mendukung untuk pendekatan multi agen seperti yang digambarkan pada Gambar 11. Pada Gambar 8 dibawah ini ditunjukkan logika dari rele. Gambar 8. Logika rele 5 Rele SP51 Pemodelan dilakukan menurut kondisi ini adalah sesuai pada Gambar 9. Gambar 11 Hubungan Kerja Rele di Sistem Dengan beberapa perbaikan yang dilakukan pada koordinasi proteksi sitem Tursina. Maka didapatkan hasil yang lebih efektif dan efisien dalam pengkoordinasian menggunakan pendekatan multi agen. Perbandingan hasil perbaikan dari sistem koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen dan koordinasi proteksi sebelumnya seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Waktu trip pada sistem sebelum dan sesudah perbaikan CB Sebelum perbaikan Setelah perbaikan Urutan CB Waktu Urutan Waktu trip trip trip CB trip OUT 62 1 84,4 ms 1 0,1 s

6 INC61 3 178 ms 2 0,1 s SP51 2 110 ms 3 0,1 s V. KESIMPULAN/RINGKASAN 1. Terdapat beberapa setting yang kurang tepat pada sistem kelistrikan, masih terjadi overlaping kerja CB salama mengamankan gangguan. Hal ini disebabkan karena koordinasi proteksi menggunakan metode konvensional sudah tidak dapat lagi diterapkan di sistem ini 2. Dengan menggunakan pendekatan multi agen dalam koordinasi proteksi sistem pabrik pupuk ini akan membuat kinerja CB berurutan dan cepat dalam pengamanannya. Waktu pengamanan sistem pabrik setelah diterapkan multi agen adalah 0,1s. 3. Penggunaan piranti tambahan berupa pemodelan gerbang rele pada koordinasi proteksi menggunakan pendekatan multi agen sistem pabrik akan membuat waktu tunda rele menjadi tepat sesuai kondisi rele pada sistem. DAFTAR PUSTAKA [1]. I.H. Lim., Multi-Agent System-based Protection Coordination of Distribution Feeders, International Conference on Intelligent System Applications to Power Systems, Taiwan, Nopember, 2007 [2]. Hui Wan dan Wong K.P., An Adaptive Multiagent Approach to Protection Relay Coordination With Distributed Generators in Industrial Power Distribution System, IEEE, vol 46, September/Oktober, 2010 [3]. Hewitson, L.G. Brown, Mark. Balakrisnan, Ramesh., Practical Power System Protection Elsevier, 2004