Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ARTIKEL ILMIAH

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stransburgers (1964) sistematika tanaman karet adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I. PENDAHULUAN. mempunyai nilai gizi cukup tinggi (Simatupang et al., 2005). Di antara jenis

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PENDAHULUAN. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini. dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

Keywords: Cost analysis, control, dry tapping grooves.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENYAKIT BIDANG SADAP

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

V. GAMBARAN UMUM KARET ALAM. dikenal dengan nama botani Hevea Brasiliensis berasal dari daerah Amazone di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

KARAKTER FISIOLOGI, ANATOMI, PERTUMBUHAN DAN HASIL LATEKS KLON IRR SERI 300

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Charloq 1) Hot Setiado 2)

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

AKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) DAN FISIOLOGI LATEKS PADA TANAMAN KARET

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan. Robianto, Supijatno *

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks ini. Karet tak hanya diusahakan oleh perkebunanperkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat (Anonim, 2008). Karet merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai peran cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Luas areal perkebunan karet Indonesia merupakan yang terluas di dunia, yaitu 3,4 juta ha, diikuti Thailand dan Malaysia (BPS, 2010). Luasan tersebut terbagi dalam perkebunan karet rakyat seluas 2,93 juta ha (85%) dan perkebunan besar negara (PBN) 240.000 ha (7%) dan perkebunan swasta (PBS) 284.000 ha (8%) (Towaha dan Daras, 2013). Khususnya di Sumatera Utara luas lahan komoditi karet adalah 431.073 ha dengan hasil produksi yang diperoleh 346.024 ton. luasan lahan tersebut terbagi atas perkebunan rakyat 391.430,10 ha dan perkebunan PTPN seluas 39.642,64 ha (BPS, 2014). Produksi karet alam dunia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,5 juta ton. Sebagai negara produsen karet alam terbesar kedua setelah Thailand, Indonesia ditargetkan dapat memasok 3,3 juta ton (29%) untuk mengisi pangsa pasar tersebut. Untuk mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menerapkan kebijakan peningkatan produksi karet melalui perluasan dan peremajaan kebun maupun rehabilitasi tanaman dengan menggunakan bibit unggul. Pembangunan perkebunan karet juga berperan penting dalam pelestari lingkungan dan mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru diwilayah pengembangan (Island dan Dwi, 2013). 1

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet. Penyadapan merupakan salah satu langkah penting dalam budidaya karet. Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks sehingga lateks menetes keluar dari pembuluh lateks ke tempat penampung yang dipasang pada batang karet. Secara fisiologis lateks dibentuk dalam pembuluh lateks yang merupakan sel-sel hidup berdinding elastis mengandung gula, protein dan garam mineral yang dapat menyimpan air dari jaringan yang berada disekitarnya. Pengaliran lateks disebabkan karena adanya tekanan dalam pembuluh lateks dan pergerakan cairan lateks akibat perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap. Tingginya tuntutan akan produksi memicu para pekerja lapangan melakukan penyadapan yang terlalu berlebihan. Penyadapan yang terlalu berlebihan serta pemberian stimulan yang berlebihan akan menimbulkan over eksploitasi (Balitri, 2015). Sehingga produksi lateks sangat dipengaruhi oleh keadaan kulit batang, terutama jaringan kulit lateks atau pembuluh lateks. Kerusakan kulit batang karet menyebabkan jalur untuk memperoleh lateks menjadi lebih sulit dan memperpanjang waktu yang diperlukan oleh penyadap untuk menyadap. Dampak lain dari over eksploitasi adalah terbentuknya radikal bebas berupa O -, OH -, dan AOS (Active Oksidative Spesies) yang bersifat merusak membran lutoid. Kerusakan membran lutoid tersebut menyebabkan keluarnya serum dalam lutoid yang yang bersifat asam ke dalam pembuluh lateks sehingga partikel karet mengumpal. Gumpalan lateks tersebut akan direspon sel tanaman lain untuk membentuk jaringan tilosoid dan akan menyumbat seluruh aliran lateks (Tistama et al., 2006). Kondisi tanaman tersebut disebut sebagai kelelahan fisiologis yang merupakan menjadi suatu gejala awal terjadinya cekaman Kering Alur Sadap (KAS). Kering Alur Sadap (KAS) adalah salah satu ancaman paling serius terhadap produksi karet alam yang diperkirakan memberikan kontribusi 15% - 20% hilangnya produksi. Sementara pada tanaman produktif, kehilangan 2

mencapai 20% - 25%, di hampir semua wilayah perkebunan karet. KAS merupakan isu yang sangat spesifik pada pohon karet, yang dicirikan berhentinya aliran lateks (kulit kering) dan pengurangan bidang penyadapan (Jacob dan Krishnakumar, 2006). Kering Alur Sadap terjadi akibat ketidakseimbangan dari penyadapan yang berlebihan melebihi kemampuan tanaman dalam meregenerasi lateks hingga menimbulkan gangguan fisiologis pada pembuluh lateks sehingga membentuk senyawa radikal bebas. Senyawa tersebut dapat mengganggu enzimenzim yang terlibat dalam biosintesis lateks. Gangguan aktivitas enzim mengakibatkan penumpukan sukrosa. Senyawa radikal bebas dapat merusak membran yang ada pada inti sel dan lutoid. Kerusakan membran merangsang pecahnya lutoid, sehingga senyawa yang masam didalamnya menyebar dalam sitosol sel. Penurunan ph oleh asam-asam organik mengakibatkan terjadinya koagulasi didalam sel pembuluh lateks melalui pembentukan matriks-matriks partikel karet. Dengan demikian reaksi biokimia dan metabolisme tersebut terganggu sehingga pembentukan partikel karet juga terhenti (Tistama et al., 2006). Adapun gejala KAS tersebut ditandai dengan terdapatnya bagian-bagian alur sadap yang tidak mengeluarkan lateks. Bagian-bagian tersebut kemudian meluas dan akhirnya seluruh pohon tidak mengeluarkan lateks sama sekali. Kulit sebelah dalam bagian yang terserang cekaman kering alur sadap berubah warna menjadi cokelat (Semangun, 2000). Akibat dari perubahan hormon di sekitar kulit yang mati, adakalanya terbentuk kambium sekunder sehingga menjadi pecahpecah atau terbentuk tonjolan-tonjolan yang tidak teratur, sehingga penyadapan sulit dilakukan (Fairuzah, 2011). Selanjutnya penelitian mengenai KAS telah dipublikasikan selama 90 tahun terakhir, seperti dilaporkan oleh Jacob dan Krishnakumar (2006) yaitu sebanyak 35 artikel tentang KAS dipublikasikan hingga tahun 1930 kemudian bertambah menjadi 327 artikel dari tahun 1940 sampai tahun 2004. Klon-klon unggulan baru yang memiliki potensi produktivitas tinggi memiliki kecenderungan lebih rentan terhadap KAS. Salah satu klon 3

diantaranya yaitu klon IRR (Indonesia Rubber Research) 42 dan IRR 118. Kedua klon tersebut berasal dari kelompok klon slow starter dan quick starter. Baik perkebunan besar maupun perkebunan rakyat mengalami permasalahan KAS. Persentase serangan KAS pada tanaman karet di perkebunan besar dilaporkan dapat mencapai 7,5-15% dan perkebunan rakyat lebih tinggi yaitu 15-22% (Siswanto et al., 2004), bahkan dilaporkan hingga mencapai 30,01% (Sumarmadji dan Andriyanto, 2014). Besarnya persentase tersebut mengakibatkan kerugian baik dari produksi maupun siklus ekonomi dalam usaha perkebunan karet. Secara nasional kerugian akibat terjadinya serangan KAS dilaporkan mencapai Rp 1,7 triliun per tahun (Sumarmadji, 2005). Sistem eksploitasi dapat memberikan cekaman fisiologis terhadap tanaman karet, sehingga perlu dilakukan pengamatan parameter fisiologis melalui diagnosis kulit yang bertujuan ungtuk mengetahui pengaruh sistem eksploitasi terhadap kondisi kesehatan tanaman (Sumarmadji et al., 2006). Karakter fisiologi pada tanaman karet erat hubungannya dengan kemampuan tanaman dalam mensintesis assimilat menjadi bahan pembentuk lateks. Karakter fisiologis yang sangat penting dalam pembentukan lateks di antaranya adalah kandungan sukrosa, fosfat anorganik, dan kadar thiol. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan serta kerugian yang akan ditanggung oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat akibat dari serangan kering alur sadap ini, maka peneliti akan meneliti mengenai bagaimana karakter fisiologis dan anatomi kulit tanaman karet yang terserang cekaman kering alur sadap tersebut. Setelah dilakukannya penelitian ini maka akan menjadi awal dalam menanggulangi penyakit KAS tersebut. Maka dari itu peneliti mengangkat judul Kajian Fisiologis dan Anatomi Kulit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) pada klon IRR 42 dan IRR 118 yang terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS). 4

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah: 1. Cekaman Kering Alur Sadap merupakan suatu masalah yang sangat serius bagi perkebunan karet, dimana nantinya dapat mengurangi produksi dari lateks yang akan dihasilkan. 2. Kering Alur Sadap disebabkan oleh adanya over eksploitasi atau penyadapan yang dilakukan secara terus menerus hingga melebihi kemampuan tanaman dalam meregenerasi lateks sehingga menyebabkan kelelahan fisiologis pada tanaman karet tersebut. 3. Kering Alur Sadap juga mempengaruhi keadaan daripada pembuluh latisifer yang akan menghasilkan lateks. 4. Pembuluh latisifer merupakan penghasil lateks pada tanaman karet. Keadaan pembuluh lateks dan jumlah pembuluh latisifer dapat berpengaruh terhadap lateks yang diproduksi 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakter fisiologis yang dilihat berupa sukrosa, fosfat anorganik, thiol serta enzim peroksidase) kulit dan anatomi kulit berupa jumlah pembuluh lateks serta diameter pembuluh lateks kulit pada klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS) pada tiap kategori KAS 25%, KAS 50% serta KAS 75%?. 1.4 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kandungan thiol pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS)? 2. Bagaimana kandungan sukrosa pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS)? 5

3. Bagaimana kandungan fosfat anorganik kulit pada tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap? 4. Bagaimana kandungan total enzim peroksidase kulit tanaman karet pada klon Sadap? 5. Bagaimana jumlah dari pembuluh lateks kulit tanaman karet pada klon Sadap? 6. Bagaimana diameter dari pembuluh lateks kulit tanaman karet pada klon Sadap? 1.5 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kandungan thiol pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS). 2. Untuk mengetahui kandungan sukrosa pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS). 3. Untuk mengetahui kandungan fosfat anorganik pada kulit tanaman karet klon Sadap (KAS). 4. Untuk mengetahui kandungan total enzim peroksidase pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS). 5. Untuk mengetahui jumlah pembuluh lateks pada kulit tanaman karet klon Sadap (KAS) pada masing-masing tingkatan KAS. 6. Untuk mengetahui diameter pembuluh latek pada kulit tanaman karet klon Sadap (KAS) pada masing-masing tingkatan KAS. 6

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi mengenai keadaan fisiologis kulit serta pembuluh lateks tanaman karet yang sehat dan tanaman yang terserang cekaman Kering Alur Sadap. 7