BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

Juknis Operasional SPM

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

WALIKOTA TASIKMALAYA,

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN RATU AGUNG NOMOR :800/ /PRA/I/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA PANGKALPINANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

Transkripsi:

Review RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 215 219

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sebagaimana yang diamanatkan dalam Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan upaya antar program dan antar sektor, serta tidak dapat dilepaskan juga dari hasil upayaupaya yang dilaksanakan pada periode sebelumnya. Sesuai dengan amanat UndangUndang Nomor 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, Dinas perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra). Sejalan dengan hal tersebut, di dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun rencana strategis (Renstra SKPD), yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif, sesuai dengan tugas dan fungsinya serta berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Renstra Dinas ini merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat programprogram pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Penyusunan Renstra ini berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 214 219, dengan menggunakan 4 pendekatan yaitu teknokratik, politik, partisipatif, atasbawah (topdown), dan bawahatas (bottomup). Selain itu, penyusunan Renstra ini juga berpedoman pada Review Rencana Strategis Dinas 214219 1

Renstra Kementerian dan Renstra Dinas Propinsi Jawa Timur, utamanya menyangkut programprogram prioritas yang harus dilaksanakan dan target yang harus dicapai dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan secara nasional. Renstra ini merupakan acuan bagi seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaksana kesehatan serta perwujudan komitmen dari seluruh pelaksana tugas di Dinas untuk berusaha mencapai sasaran strategis dan indikator kinerja yang telah disepakati. 2 Landasan Hukum Adapun landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Renstra SKPD ini diantaranya : Undangundang Nomor 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara; 2. Undangundang Nomor 25 tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undangundang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Undangundang Nomor 33 Tahun 24 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 5. Undangundang Nomor 17 Tahun 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 25225; 6. Undangundang Nomor 36 Tahun 29 tentang ; 7. Undangundang Nomor 44 Tahun 29 tentang Rumah Sakit; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 27 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/; 1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 28 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 1 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 27 Review Rencana Strategis Dinas 214219 2

tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 26 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 21 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 14. Peraturan Menteri Nomor 828/Menkes/Per/V/28 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang ; 15. Keputusan Menteri RI Nomor 741/Menkes/SK/V/28 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang ; 16. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 29 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 25225; 17. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 214 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 214219. 3 Maksud dan Tujuan Penyusunan Renstra ini dimaksudkan agar seluruh program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas dan jajarannya selama kurun waktu lima tahun ke depan berjalan secara berkesinambungan dan terarah. Adapun tujuan dari Renstra ini adalah : Sebagai pedoman/acuan resmi bagi Dinas dan jajarannya dalam perencanaan program dan kegiatan pembangunan; 2. Menyediakan tolok ukur kinerja untuk mengevaluasi kinerja pembangunan kesehatan di ; 4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan Renstra SKPD ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan mengenai latar belakang penyusunan Renstra yang memberikan detail dasar pemikiran dan dasar hukum penyusunannya serta hubungan dengan dokumen Review Rencana Strategis Dinas 214219 3

perencanaan lainnya. Di bab ini juga dijelaskan mengenai maksud dan tujuan, serta sistematika penulisannya. BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO Bab ini menguraikan tugas, fungsi dan struktur organisasi Dinas, sumber daya yang dimiliki, capaian kinerja periode 5 (lima) tahun sebelumnya serta tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Dinas. BAB III ISUISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bab ini dijelaskan tentang identifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan tugas dan fungsi pelayanan Dinas, juga mengenai telaahan terhadap visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bab ini berisikan tentang rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran SKPD Dinas, serta strategi dan kebijakan yang diambil dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Bab ini berisikan tentang perumusan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif. BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja SKPD yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD. BAB VII PENUTUP Review Rencana Strategis Dinas 214219 4

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO 2. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 28 tentang Organisasi DinasDinas, pada pasal 5 dijelaskan bahwa Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian urusan daerah di bidang yang meliputi perencanaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan serta pembinaan, pengendalian dan pengawasan upaya kesehatan sesuai dengan kebijakan Walikota. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas mempunyai fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis lingkup kesehatan yang meliputi Upaya, Pembiayaan, SDM, Obat dan Perbekalan, Pemberdayaan Masyarakat dan Manajemen ; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum lingkup kesehatan ; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas lingkup kesehatan ; d. Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas ; e. Pembinaan terhadap UPTD di bidang ; f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sedangkan berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 28 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas, susunan organisasi Dinas terdiri dari : a. Kepala Dinas b. Sekretariat, membawahi : 1) Sub Bagian Penyusunan Program 2) Sub Bagian Keuangan 3) Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Review Rencana Strategis Dinas 214219 5

c. Bidang Pelayanan, membawahi : 1) Seksi Pelayanan Dasar, Rujukan dan Khusus 2) Seksi Pelayanan Registrasi, Akreditasi dan Sertifikasi 3) Seksi Pelayanan Farmasi, Makanan Minuman dan Perbekalan d. Bidang Pencegahan Penyakit dan Pembinaan Lingkungan, membawahi : 1) Seksi Pencegahan dan Pengawasan Penyakit 2) Seksi Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit 3) Seksi Penyehatan Lingkungan e. Bidang Keluarga, membawahi: 1) Seksi Ibu dan Keluarga Berencana 2) Seksi Anak dan Usia Lanjut 3) Seksi Gizi f. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, membawahi : 1) Seksi Data dan Sistem Informasi kesehatan (SIK) 2) Seksi Promosi dan Upaya Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) 3) Seksi Pembiayaan g. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) h. Kelompok Jabatan Fungsional Adapun tugas dan fungsi dari Susunan Organisasi Dinas diatas dijabarkan sebagai berikut : a. Sekretariat 1) Tugas Sekretariat menyelenggarakan pengelolaan penyusunan perencanaan dan program, urusan keuangan, kepegawaian dan umum, serta mengkoordinasikan secara teknis dan administratif pelaksanaan kegiatan Dinas dan juga melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. 2) Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kegiatan dan program kerja Dinas ; Review Rencana Strategis Dinas 214219 6

b) Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan anggaran dan pelaporan pertanggung jawaban keuangan ; c) Pelaksanaan pembinaan organisasi, hukum dan tata laksana; d) Pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan dan perlengkapan; e) Pengelolaan urusan rumah tangga, surat menyurat dan kearsipan ; f) Penyiapan data informasi, kepustakaan, hubungan masyarakat dan inventarisasi ; g) Pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan yang dilaksanaan di lingkungan dinas ; h) Pengelolaan administrasi retribusi daerah kota yang diselenggarakan oleh Dinas. b. Bidang Pelayanan 1) Tugas Bidang Pelayanan melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pelayanan kesehatan dan melaksanakan tugastugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. 2) Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Pelayanan mempunyai fungsi : a) Pengelolaan pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan kesehatan khusus ; b) Pelaksanaan registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, alat kesehatan dan makanan minuman sesuai dengan pedoman yang berlaku ; c) Pelaksanaan pengelolaan perijinan dan pemberian rekomendasi di bidang kesehatan sesuai dengan pedoman yang berlaku ; d) Penyusunan rencana pembinaan, pengendalian pengelolaan pelayanan pengawasan kesehatan dan dasar, rujukan dan kesehatan khusus, farmasi serta perbekalan kesehatan ; e) Pelaksanaan pembinaan administrasi dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan ; f) Penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan ; Review Rencana Strategis Dinas 214219 7

g) Penyediaan dan pengelolaan obat, pelayanan kesehatan dasar, alat kesehatan, reagensia dan pengobatan tradisional. c. Bidang Pencegahan Penyakit dan Pembinaan Lingkungan 1) Tugas Bidang Pencegahan Penyakit dan Pembinaan Lingkungan menyiapkan rencana dan melaksanakan kegiatan pencegahan, pemberantasan, pengamatan penyakit baik penyakit menular langsung maupun penyakit yang bersumber dari binatang serta melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. 2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bidang Pencegahan Penyakit dan Pembinaan Lingkungan mempunyai fungsi : a) Penyelenggaraan pencegahan, pemberantasan, pengendalian, pengamatan dan penyelidikan kejadian luar biasa penyakit ; b) Penyelenggaraan pencegahan, pemberantasan, pengendalian, pengamatan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular tertentu serta penyakit bersumber dari binatang ; c) Penyelenggaraan operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah ; d) Perencanaan kegiatan pelaksanaan pembinaan dan monitoring serta penyebarluasan informasi pemberantasan penyakit, penyakit menular, wabah penyakit serta penyakit tidak menular dan imunisasi ; e) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji ; f) Pelaksanaan pembinaan penyehatan lingkungan, pemulihan tempattempat umum dan kualitas air serta drainase ; g) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait, masyarakat dan lembaga non pemerintah dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas. d. Bidang Keluarga 1) Tugas Bidang Keluarga melakukan pembinaan usahausaha peningkatan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, melaksanakan pelayanan keluarga berencana dan peningkatan status gizi masyarakat serta melaksanakan tugastugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya. Review Rencana Strategis Dinas 214219 8

2) Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Keluarga mempunyai fungsi : a). Penyusunan rencana penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, pelayanan keluarga berencana dan penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas ; b). Penyusunan pengembangan dan keterpaduan pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, pelayanan keluarga berencana dan penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat di puskesmas ; c). Pelaksanaan pengelolaan pemantauan, evaluasi dan pembinaan pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, pelayanan perbaikan gizi ; d). Penyusunan pedoman dan tata laksana pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, keluarga berencana dan gizi ; e). Pelaksanaan koordinasi dan konsultasi pengembangan pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, keluarga berencana dan gizi dengan institusi rujukan di maupun Propinsi ; f). Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, keluarga berencana, gizi sebagai upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan masyarakat ; g). Pelaksanaan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas pelaksana pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, keluarga berencana dan gizi sesuai dengan perkembangan medis ; h). Penyusunan jejaring kemitraan baik dengan sarana kesehatan pemerintah dan swasta dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, usia lanjut, keluarga berencana dan gizi ; i). Pelaksanaan advokasi dan koordinasi lintas program, lintas sektor terkait program ibu, anak, remaja, usia lanjut, keluarga berencana dan gizi. Review Rencana Strategis Dinas 214219 9

e. Bidang Pemberdayaan Masyarakat 1) Tugas Bidang Pemberdayaan Masyarakat melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang data dan informasi, promosi kesehatan, upaya kesehatan bersumber daya masyarakat dan sumber daya manusia kesehatan serta melaksanakan tugastugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. 2) Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi : a) Penyelenggaraan promosi kesehatan ; b) Penyelenggaraan bimbingan dan pengendalian operasionalisasi bidang kesehatan ; c) Pengelolaan Survei Daerah ( Surkesda) ; d) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan penyelenggaraan pemberdayaan Masyarakat; e) Penyusunan, persiapan petunjuk teknis dan penyediaan bahanbahan kegiatan bimbingan pelaksanaan promosi kesehatan ; f) Penyediaan sarana guna melaksanakan promosi kesehatan melalui media massa ; g) Pelaksanaan bimbingan peningkatan ketahanan keluarga dalam kemandirian penyediaan air kesehatan, bersih dan kebersihan jamban lingkungan, keluarga serta pemberdayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) h) Penyusunan petunjuk teknis dan pelaksanaan bimbingan pengembangan kelembagaan Jaminan Pelayanan Masyarakat (JPKM/Dana Sehat) ; i) Pelaksanaan pengelolaan Sistem Informasi (SIK); j) Pelaksanaan bimbingan teknis untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Posyandu dan Pos Kelurahan (Poskeskel). f. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas 1) Tugas Pusat Masyarakat yang merupakan UPTD adalah melaksanakan pelayanan, pembinaan dan Review Rencana Strategis Dinas 214219 1

pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya. 2) Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Puskesmas mempunyai fungsi : a) Pelayanan upaya kesehatan kesejahteraan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan, pemberantasan penyakit, imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan masyarakat, UKS, olah raga, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja serta usia lanjut, upaya kesehatan jiwa, khusus dan lainlainnya serta pencatatan dan pelaporan ; b) Pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi semua upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik, pemantauan sarana dan pembinaan teknis kepada Puskesmas Pembantu, unit pelayanan kesehatan swasta dan kader pembantu kesehatan; c) Pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader pembantu bidang kesehatan di wilayah dan pengembangan kegiatan swadaya masyarakat. g. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Gudang Farmasi 1) Tugas Gudang Farmasi melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan obatobatan dan peralatan kesehatan, pengadaan, pendistribusian dan penyimpanan pada Puskesmas dan Puskesmas pembantu. 2) Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Gudang Farmasi mempunyai fungsi : a) Penyusunan rencana kebutuhan obatobatan dan alatalat kesehatan pada Puskesmas dan Puskesmas Pembantu : b) Pelaksanaan pengadaan dan distribusi kebutuhan obatobatan dan alatalat kesehatan pada Puskesmas dan Puskesmas Pembantu ; Review Rencana Strategis Dinas 214219 11

c) Penyimpanan obatobatan dan peralatan kesehatan yang akan didistribusikan pada Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. h. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium 1) Tugas Laboratorium melakukan di bidang jasa pemeriksaan laboratorium kesehatan, sertifikasi dan rekomendasi atas keterangan atas hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan. 2) Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, Laboratorium mempunyai fungsi : a) Penyusunan dan perumusan rencana program, kegiatan dan prosedur tetap kinerja dalam rangka pelaksanaan kebijakan teknis bidang pemeriksaan pengolahan, kepada penerbitan masyarakat dan pelayanan terhadap strandar pelayanan melalui laboratorium kesehatan ; b) Penelitian dan analisa pengelolahan makanan, minuman dan residu pestisida termasuk sampel yang diterima dari masyarakat untuk diperiksa secara kimiawi dan bakteriologi; c) Pemberian tanda bukti atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan baik secara kimiawi maupun bakteriologi dan pemberian sertifikasi atau rekomendasi kepada setiap sampel yang dinyatakan telah memenuhi standar baku mutu kesehatan ; d) Pemungutan retribusi atas jasa pemeriksaan laboratorium ; e) Pengendalian, perawatan dan kelaikan sarana dan prasarana laboratorium kesehatan ; f) Pelaksanaan prosedur pemeriksaan pemeriksaan terhadap laboratorium berbagai spesimen kesehatan meliputi pemeriksaan laboratorium toksikologi, mikrobiologi serta pemeriksaan laboratorium klinik ; g) Pelaksanaan pengambilan, penanganan administrasi dan dan rujukan spesimen ; h) Pelaksanaan ketatausahaan Unit Pelaksanaan Teknis Laboratorium. Review Rencana Strategis Dinas 214219 12

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas KEPALA SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG PELAYANAN KESEHATAN SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM BIDANG PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PEMBINAAN LINGKUNGAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KESEHATAN KELUARGA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT SEKSI PELAYANAN DASAR, RUJUKAN DAN KHUSUS SEKSI PENCEGAHAN & PENGAWASAN PENYAKIT SEKSI KESEHATAN IBU DAN KELUARGA BERENCANA SEKSI DATA DAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN SEKSI PELAYANAN REGISTRASI, AKREDITASI DAN SERTIFIKASI SEKSI PEMBERANTASAN & PENGENDALIAN PENYAKIT SEKSI KESEHATAN ANAK & USIA LANJUT SEKSI PROMOSI KESEHATAN DAN UKBM SEKSI PELAYANAN KESEHATAN FARMASI, MAKANAN MINUMAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN SEKSI G I Z I SEKSI PEMBIAYAAN KESEHATAN (JPKM) UPTD 2. 3. 4. 5. 6. 7. PUSKESMAS KEDUNDUNG PUSKESMAS GEDONGAN PUSKESMAS WATES PUSKESMAS MENTIKAN PUSKESMAS BLOOTO LAB. KESEHATAN GUDANG FARMASI Review Rencana Strategis Dinas 214219 13

2.2. Sumber Daya SKPD 2.2. Sumber Daya Manusia (SDM) Di Dinas Secara keseluruhan jumlah personil Dinas sampai dengan semester I 214 sebanyak 454 orang, dengan komposisi pegawai sebagai berikut : a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 38 orang, yaitu : 1) Tenaga Struktural 35 orang 2) Tenaga Fungsional Umum (Staf) 84 orang 3) Tenaga Fungsional, terdiri dari : a) Dokter spesialis patologi klinik 1 orang b) Dokter umum c) Dokter gigi d) Perawat e) Perawat gigi f) Bidan g) Apoteker h) Asisten apoteker i) Sanitarian 5 orang j) Nutrisionis 1 orang k) Teknisi medis 2 orang l) Penyuluh kesehatan 16 orang 9 orang 65 orang 8 orang 34 orang 3 orang 16 orang 2 orang Sub total tenaga fungsional kesehatan 189 orang Total SDM b. Pegawai Tidak Tetap sejumlah 13 orang c. Wiyata Bakti sejumlah 18 orang d. Tenaga kontrak sejumlah 115 orang, yang terdiri dari : 38 orang Tenaga Komunikator sejumlah 2 orang Tenaga Verifikator sejumlah 5 orang Tenaga kebersihan kantor sejumlah 37 orang Tenaga penjaga gedung kantor sejumlah 53 orang Review Rencana Strategis Dinas 214219 14

2.2.2. Sarana Prasarana Sampai dengan akhir tahun 213, jumlah asset tetap Dinas yang tercatat adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Daftar Aset Tetap Dinas Tahun 213 Kode Bidang 1 2 3 4 5 6 Pembidangan Golongan Tanah Tanah Golongan Peralatan dan Mesin Alatalat Besar Alatalat Angkutan Alat Bengkel dan Alat Ukur Alat Pertanian Alat Kantor dan Rumah Tangga Alat Studio dan Alat Komunikasi Alat Kedokteran Alat Laboratorium Golongan Gedung dan Bangunan Bangunan gedung Golongan Jalan, Irigasi dan Jaringan Bangunan Air/ Irigasi Instalasi Jaringan Golongan Aset Tetap Lainnya Golongan Konstruksi Dalam Pengerjaan JUMLAH Jumlah Satuan Nilai (Rp) 24 Bidang 3.662.344.97, 13 82 95 Buah Buah Buah 249.112.2, 2.416.558.333,34 157.864.5, 7 2.547 Buah Buah 32.827.45, 4.46.35.514,72 67 Buah 186.222.381, 3.617 2.214 Buah Buah 9.486.359.253,47 2.533.427.41,48 68 Buah 16.939.495.126, 2 Buah 8.31., 2 8 Buah Buah 2565.1, 117.475., 1 Buah 829.87.2, 41.953.944,1 Kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas sampai saat ini dapat dikategorikan cukup memadai sebagai penunjang pelayanan kesehatan dari mulai bangunan gedung, perbekalan kesehatan dan penunjang lainnya, meskipun ada beberapa sarana prasarana yang memerlukan perbaikan/pemeliharaan berat. Review Rencana Strategis Dinas 214219 15

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD Kinerja Dinas dilaksanakan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang yang ditetapkan oleh Kementerian. Capaian kinerja Dinas selama tahun 29 213 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Review Rencana Strategis Dinas 214219 16

TABEL 2.2 PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN SKPD DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO NO (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 INDIKATOR KINERJA SESUAI TUGAS DAN FUNGSI SKPD (2) Angka kematian bayi Angka kematian ibu Persentase balita gizi buruk Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan pelayanan nifas Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani TARGET NASIONAL SPM (TAHUN 215) (3) TARGET IKK (4) TARGET INDIKATOR LAINNYA TARGET RENSTRA SKPD TAHUN KE29 21 211 212 213 REALISASI CAPAIAN TAHUN KE RASIO CAPAIAN PADA TAHUN KE 29 21 211 212 213 29 21 211 212 213 (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (2) 23 MDG s 23 23 23 23 23 7.7 16 12.1 12.58 15.87 166.52 149.57 147.39 145.3 13 12 MDG s 12 12 12 12 12 52.7 54.7 48.1 2. 2. 148.33 146.37 152.84 2.5 MDG s 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5.51 2.57.82.5 179.6 152. 177.2 167.2 198. 95 MDG s 85 9 91 92 93 88.33 962 93.97 77.59 92.21 13.92 18 13.26 84.33 99.15 8 MDG s 8 8 8 8 8 96.79 99.5 125 72.54 812 12.99 124.38 127 9.67 14 95 MDG s 9 9 93 94 94 98.1 99.19 97.7 8.62 93.18 18.9 11.21 14.37 85.76 99.13 95 MDG s 9 94 95 95 95 97.32 98.64 1.54 78.9 92.1 18.13 14.94 15.83 83.5 96.95 8 MDG s 8 71 73 75 77 5.36 65.57 58.15 69.86 8.94 62.95 92.35 79.65 93.15 15.12 Review Rencana Strategis Dinas 214219 17

(1) 9 1 11 12 13 14 15 16 a. b. c. (2) Cakupan kunjungan bayi Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization Cakupan pelayanan anak balita Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 624 bulan Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Cakupan peserta KB aktif Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit : Penemuan penderita AFP Penemuan dan penanganan penderita Pneumonia balita Penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA positif (3) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (2) 9 (4) MDG s 75 9 9 9 9 9.27 97.53 92.54 77.63 89.96 12.36 18.37 12.82 86.26 99.96 1 MDG s 9 95 95 95 95 1 1 1 1 1 111,11 15,26 15,26 15,26 15,26 9 MDG s 75 79 81 83 85 64 95.78 9.72 78.7 85.16 887 1225 112. 94.82 1.18 1 MDG s 1 1 1 1 1 1 73.13 48. 97.44 1 1. 73.13 48. 97.44 1. 1 MDG s 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 88.92 95 94.9 1 1 88.92 95 94.9 1. 147.13 7 67 68 7 7 7 75.28 79.27 77.12 67.45 68.76 112.37 116.57 11.17 96.36 98,23 >= 2 2 2 2 2 2 1. 3... 16.76 5.2 15...1 838.3 1 MDG s 86 6 7 8 9 1.91 1.51 46.66 39.57 7.5 12.68 17.52 66.66 49.47 73 1 MDG s 6 65 7 75 8 58.59 72.9 7.54 1 78.2 97.66 11.91 1.78 133.33 97.74 Review Rencana Strategis Dinas 214219 18

(1) d. e. 17 18 19 2 21 22 23 (2) Penemuan dan penanganan DBD Penanganan penderita diare Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/ Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam Cakupan desa siaga aktif Cakupan posyandu aktif Cakupan Rumah Tangga berphbs (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (2) 1 MDG s 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 RPJMD 9 1 1 1 1 12.96 126.61 146.41 113.46 112.11 114.4 126.61 146.41 113.46 112.11 1 RPJMD 85 9 95 1 1 83.37 579.15 13.76 17.27 142.43 98.9 644 19.23 17.27 142.43 1 RPJMD 1 1 1 1 1 19.22 393.2 5.12 52.98 39.17 19.22 393.2 5.12 52.98 39.17 1 75 8 85 9 95 1 1 743 85.71 1 133 125 84.3 95.24 15 1 RPJMD 8 85 9 95 1 1 1 1 1 1 125 117,65 111,11 15,26 1 8 RPJMD 2 3 4 5 6 1 1 1 1 1 5 333.33 25. 2. 166.67 7 RPJMD 2 3 4 5 6 56.25 58.13 77.2 9.12 9.24 2825 193.75 192.55 18.24 15.4 7 RPJMD 5 5 55 6 65 49 4. 53.3 53.9 55.16 83.8 8. 96.91 89.83 84.86 Review Rencana Strategis Dinas 214219 19

Indikator kinerja sasaran ini sebagian berasal dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang yang ditetapkan oleh Kementerian dan sebagian lainnya berasal dari target Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs). Pencapaian target kinerja atas sasaran ini adalah sebagai berikut : Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi per KH. Kematian bayi merupakan kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai dengan satu hari sebelum bayi berusia satu tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak dari suatu perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Gambar 2.2 Angka Kematian Bayi (AKB) di Tahun 29 213 25 2 23 23 23 23 23 15 15.87 1 5 7.7 12.58 12.1 16 AKB Target 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga Meskipun realisasi capaian masih jauh dibawah target, tetapi perlu ada kewaspadaan dan peningkatan upaya pencegahan dari seluruh pihak terkait, karena bila dilihat dari grafiknya terlihat adanya peningkatan dari tahun ke tahun, yang semula 7,7 per KH di tahun 29 menjadi 15,87 per KH di tahun 213. Hal ini perlu diwaspadai agar capaian di tahun berikutnya tidak melampaui target MDGs. Review Rencana Strategis Dinas 214219 2

2. Angka Kematian Ibu Kematian ibu yang dimaksudkan adalah kematian ibu karena gangguan kehamilan atau penanganannya (bukan karena kecelakaan atau kasus insidentil) selama masa kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas. Angka kematian ibu dihitung per 1. kelahiran hidup. Gambar 2.3 Angka Kematian Ibu (AKI) di Tahun 29 213 12 1 12 12 12 12 52.7 54.7 AKI Target 12 8 6 4 2 48.1 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (Laporan PWS KIA) Selama kurun waktu 29 213, jumlah kematian ibu yang terjadi setiap tahunnya tidak pernah lebih dari 1 kasus, bahkan tahun 29 21 tidak ditemukan satupun kematian. Meskipun realisasi AKB ini masih dibawah target yang ditetapkan dalam MDGs, sebesar 12 per 1. KH, namun tetap perlu diwaspadai karena 1 kematian saja rasio angka kematiannya naik cukup signifikan. Diupayakan untuk dilakukan intervensi sehingga meminimalkan kejadian kematian ibu. 3. Persentase Balita Gizi Buruk Persentase balita gizi buruk merupakan persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah seluruh sasaran balita. Gizi buruk merupakan bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak Review Rencana Strategis Dinas 214219 21

disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Untuk pengkategorian status gizi balita pada indikator ini, dipergunakan standar perhitungan BB/U. Gambar 2.4 Persentase Balita Gizi Buruk di Tahun 29 213 3 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2 5 1.5 2.51.82 Gizi Buruk.57 Target.5 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga Target kinerja yang dipergunakan oleh Dinas berdasarkan target dari Dinas Propinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 2,5%. Selama periode 5 tahun terakhir, prevalensi balita gizi buruk masih dibawah target yang ditetapkan. Meskipun demikian tetap perlu diwaspadai, karena masih ditemukannya balita dengan berat badan dibawah garis merah (BGM) yang sangat berpotensi meningkat statusnya menjadi balita gizi buruk. 4. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Indikator cakupan K4 ini dapat menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, dihitung berdasarkan jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, minimal sebanyak 4 kali. Melihat grafik dibawah ini, selama periode tahun 29 213 ada kecenderungan cakupan kunjungan ibu hamil K4 mengalami peningkatan, meskipun sempat di tahun 212 mengalami penurunan persentase yang cukup signifikan. Peningkatan ini salah satunya disebabkan karena semakin tingginya pemahaman dan kepedulian Review Rencana Strategis Dinas 214219 22

masyarakat untuk lebih rajin memeriksakan kehamilannya ke sarana kesehatan, minimal 4 kali selama masa kehamilan. Gambar 2.5 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 di Tahun 29 213 1 88.33 93.97 8 92.21 962 77.59 6 4 2 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (PWSKIA) 5. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma atau kecelakaan. Walaupun sebagian besar komplikasi kebidanan tidak dapat dicegah dan diperkirakan sebelumnya, namun bukan berarti komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Peningkatan akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan maternal menjadi salah satu cara untuk menangani komplikasi tersebut. Gambar 2.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani di Tahun 29 213 12. 99.5 125 812 8. 18.4 72.54 4. 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (PWSKIA) Review Rencana Strategis Dinas 214219 23

Ditinjau dari upaya penemuan dan penanganan kasus komplikasi kebidanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, sebagai salah satu langkah pencegahan terjadinya kematian ibu dan bayi, selama periode 5 tahun terakhir ada kecenderungan peningkatan capaian meskipun masih fluktuatif. Hal ini menandakan adanya perbaikan dan peningkatan kinerja tenaga kesehatan maupun peran aktif masyarakat sendiri untuk pendeteksian kejadian komplikasi kebidanan. 6. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Kematian ibu berkaitan erat dengan penolong persalinan dan tempat/ fasilitas persalinan. Hasil analisis kematian ibu yang dilakukan oleh Direktorat Bina Ibu pada tahun 21 membuktikan bahwa pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan berkontribusi besar terhadap turunnya risiko kematian ibu, demikian pula dengan proses persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan. Gambar 2.7 Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin di Tahun 29 213 12 97.96 99.19 97.7 93.18 1 8.62 8 6 4 2 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (PWSKIA) Bila dilihat pada grafik diatas, sama halnya dengan realisasi cakupan pada bahasan sebelumnya, ada kecenderungan mengalami peningkatan meskipun masih fluktuatif. Peningkatan ini menunjukkan semakin tingginya tingkat pengetahuan masyarakat dan kesadaran untuk mencari dan mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari Review Rencana Strategis Dinas 214219 24

tenaga kesehatan terlatih. Disamping itu peningkatan cakupan juga disebabkan karena upaya dari petugas kesehatan untuk terus memantau kesehatan ibu, sejak masa kehamilan hingga persalinan, bahkan sampai dengan masa nifas kondisi kesehatan ibu tetap terpantau dengan baik. 7. Cakupan Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi untuk kembali normal, dimulai dari 6 jam pertama sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas dimaksudkan untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu pasca melahirkan, sedikitnya kunjungan ibu nifas ke sarana pelayanan kesehatan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu : 1) 6 jam pertama setelah persalinan sampai dengan hari ke3, 2) hari ke4 sampai dengan hari ke28 setelah persalinan, dan 3) hari ke29 sampai dengan hari ke42. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian pada ibu nifas. Gambar 2.8 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Tahun 29 213 12 1.54 1 8 97.32 98.64 78.9 6 92.1 4 2 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (PWSKIA) Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, realisasi cakupan indikator ini masih fluktuatif. Cakupan pelayanan nifas ini berkorelasi positif dengan cakupan pertolongan persalinan oleh nakes terlatih, sehingga peningkatan cakupan ini disebabkan karena semakin tingginya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya memperoleh pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang terlatih, terutama Review Rencana Strategis Dinas 214219 25

bagi ibu pasca melahirkan. Peningkatan ini juga disebabkan karena adanya peningkatan upaya dari tenaga kesehatan itu sendiri untuk mendorong ibu pasca melahirkan agar rutin memeriksakan kesehatannya, mengingat selama periode 4 tahun terakhir kematian ibu justru terjadi di masa nifas. 8. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatal komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan kongenital lainnya. Cakupan ini menunjukkan progress capaian yang cukup baik selama kurun waktu tahun 29 sampai dengan tahun 213. Grafiknya cenderung menunjukkan peningkatan. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan upaya, baik dari tenaga kesehatan maupun dari masyarakat untuk mendeteksi resiko tinggi pada bayi (neonatus), sehingga kejadian komplikasi bisa ditangani lebih dini dan tidak sampai menyebabkan terjadinya kematian bayi. Gambar 2.9 Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi di Tahun 29 213 1 8 8.94 6 4 69.86 65.46 58.15 5.39 2 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (PWSKIA) 9. Cakupan Kunjungan Bayi Pelayanan kesehatan bayi ditujukan pada anak umur hari s/d 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu dan Review Rencana Strategis Dinas 214219 26

tempat lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 7 kali, yaitu 1 kali pada umur 13 hari, 37 hari, 828 hari, 29 hari3 bulan, 1 kali pada umur 36 bulan, 1 kali pada umur 69 bulan, dan 1 kali pada umur 911 bulan, meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam peningkatan akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Meskipun belum terlalu maksimal, namun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan kunjungan bayi, baik di puskesmas maupun di posyandu sudah menunjukkan progress yang cukup baik. Hal ini menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan bayi, mengingat kelompok usia bayi merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap serangan penyakit dan resiko kematian. Gambar 2.1 Cakupan Kunjungan Bayi di Tahun 29 213 12 97.53 1 8 92.54 77.63 89.96 9.27 6 4 2 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (PWSKIA) 1. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) UCI merupakan gambaran suatu desa/kelurahan dimana 8% jumlah bayi ( 11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap, yakni BCG 1 kali, DPT 3kali, HB 3 Review Rencana Strategis Dinas 214219 27

kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali. Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Selama 5 tahun terakhir, berhasil mempertahankan capaian Desa/Kelurahan UCI sebesar. 1 Cakupan Pelayanan Anak Balita Anak balita adalah setiap anak yang berusia 12 sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan diantaranya meliputi: 1) Pemantauan pertumbuhan setiap bulan minimal 8 kali dalam setahun dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrument SDIDTK, 2) Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan menggunakan Buku KIA, 3) pemberian makanan bergizi seimbang serta suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun. Keberhasilan penjangkauan pelayanan kesehatan melalui posyandu menjadi salah satu faktor pendukung peningkatan cakupan ini, disamping karena faktor peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak balitanya. Gambar 2.11 Cakupan Pelayanan Anak Balita di Tahun 29 213 12 97.53 1 8 92.54 77.63 92.5 89.96 6 4 2 29 21 211 212 213 Sumber : Bidang Keluarga (PWSKIA) 12. Cakupan Pemberian MPASI pada Anak Usia 624 bulan Pada usia bayi 6 bulan, Air Susu Ibu (ASI) merupakan asupan satusatunya yang disarankan untuk diberikan kepada bayi. Namun setelah Review Rencana Strategis Dinas 214219 28

usianya >6 bulan, pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, sehingga diperlukan adanya penambahan makanan pendamping (MPASI) dengan tetap memberikan ASI kepada bayi. Namun adakalanya karena keterbatasan ekonomi, orangtua tidak sanggup memberikan MP ASI kepada anaknya, sehingga hanya mampu memberikan ASI saja sampai dengan usia 24 bulan. Kondisi ini tentu saja dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan gizi pada anak, utamanya yang berasal dari keluarga miskin. Oleh karena itulah, Pemerintah Daerah melakukan intervensi dengan memberikan MPASI kepada anak usia 6 24 bulan dari keluarga miskin. Adapun MPASI yang diberikan berupa bubuk instan (untuk bayi usia 6 11 bulan) dan biskuit (untuk anak usia 12 24 bulan), dengan jangka waktu pemberian selama 9 hari. Selama tahun 214, terdapat 25 anak usia 6 24 bulan yang menjadi target sasaran pemberian MPASI dan keseluruhan telah mendapatkan bantuan MP ASI tersebut, sehingga realisasinya sebesar, sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Propinsi Jawa Timur. Persentase ini mempertahankan cakupan yang telah dicapai di tahuntahun sebelumnya. 13. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Penetapan status gizi balita untuk pengiukuran capaian indikator ini adalah dengan berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan (BB) menurut tinggi badan (BB/TB) dengan Zscore <3 SD (sangat kurus) dan/atau terdapat tandatanda klinis gizi buruk lainnya (marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwasiorkor). Penanganan kasus gizi buruk pada balita menjadi salah satu program prioritas yang wajib dilaksanakan. Seluruh kasus yang ditemukan harus mendapat penanganan secara menyeluruh, karena status gizi balita sangat menentukan kualitas hidup mereka selanjutnya, dan tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian indeks pembangunan manusia. Demikian juga yang terjadi di Review Rencana Strategis Dinas 214219 29

selama kurun waktu tahun 29 213, seluruh kasus gizi buruk yang ditemukan telah dilakukan penanganan. 14. Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kegiatan penjaringan ini biasanya dilakukan pada saat tahun ajaran baru dimulai, yang menjadi sasaran adalah siswa kelas 1 SD. Idealnya seluruh siswa yang baru saja masuk SD dilakukan skrening untuk mendeteksi kondisi kesehatan mereka. 15. Cakupan Peserta KB Aktif Yang dimaksud sebagai peserta KB aktif adalah peserta KB, baik yang baru maupun yang sudah lama, yang masih aktif memakai kontrasepsi terusmenerus untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Sasaran indikator ini adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 1549 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya lebih dari 49 tahun tetapi masih mendapat menstruasi, yang biasa dikenal sebagai Pasangan Usia Subur (PUS). Selama periode 214, dari target sebesar 7%, cakupan peserta aktif KB mencapai realisasi sebesar 72,59% dari jumlah sasaran sebanyak 2198 PUS. Capaian ini naik dibanding tahun 213 yang mencapai 68,76% dari 217 PUS. Keberhasilan ini tidak lepas dari upaya penyuluhan dan penyebarluasan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya membatasi jumlah anak dan jarak kelahiran, karena akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah penduduk serta kualitas hidup mereka di masa mendatang. 16. Cakupan Penemuan Penderita AFP Acute Flacid Paralysis, atau disebut juga dengan AFP, merupakan kelumpuhan pada anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) Review Rencana Strategis Dinas 214219 3

terjadi secara akut, mendadak dan bukan disebabkan ruda paksa. Penyakit AFP ini sebagai penanda awal (early warning) terhadap adanya kasus polio, namun belum tentu semua penyakit AFP akan meningkat menjadi Polio. AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas yang kemudian berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Polio merupakan penyakit menular akibat manifestasi infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan. Bila ditemukan kejadian AFP, tindakan yang harus segera dilakukan adalah melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab lumpuh layu tersebut adalah virus polio atau penyebab lainnya. Adapun target penemuan kasus ini adalah 2 kasus per 1. penduduk berusia dibawah 15 tahun. Kejadian Polio sampai dengan saat ini berhasil ditekan hingga tidak terjadi satu kasus polio pun, namun untuk AFP masih ditemukan kejadiannya hingga tahun 213. Ini menandakan bahwa petugas kesehatan masih harus waspada terhadap terjadinya kasus polio. Upaya pencegahan melalui imunisasi dasar polio perlu terus digalakkan untuk mengantisipasi terjadinya polio dan AFP. Gambar 3.15 Penemuan Kasus AFP dan Polio di Tahun 29 213 5 5 4 4 3 3 3 2 1 Polio 29 21 211 212 213 AFP Sumber : Bidang P2PL Review Rencana Strategis Dinas 214219 31

17. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita Pneumonia merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru (Alveoli). Penyebabnya bisa dikarenakan infeksi bakteri, virus maupun jamur, bisa juga disebabkan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anakanak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun serta orang dengan permasalahan kesehatan seperti malnutrisi maupun gangguan imunologi. Penanganan yang dilakukan berupa pemberian antibiotik sesuai standar tatalaksana pneumonia serta balita dengan pneumonia berat dirujuk ke RS. Untuk penetapan target sasaran jumlah penderita pneumonia adalah menggunakan perkiraan sasaran berdasarkan hitungan 1% dari jumlah balita yang ada. Tahun 214 jumlah balita yang ada sebanyak 1.269 balita, sehingga ditetapkan jumlah sasaran penemuan pneumonia sebanyak 27 balita. Dari jumlah tersebut, penemuannya hanya sebanyak 73 balita saja atau sebesar 68.45%. Capaian ini tentu saja belum mampu mencapai target yang ditetapkan sebesar. Gambar 3.8 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Tahun 21 214 12 1 9 1 8 7 8 6 6 64.15 4 46.7 38.57 2 68.45 Target 1.51 21 211 212 213 214 Adapun yang menjadi kendala diantaranya : Program MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dan MTBM (Manajemen Terpadu Balita Muda) belum berjalan efektif untuk pendeteksian adanya kasus pneumonia. Review Rencana Strategis Dinas 214219 32

2. Kurangnya kesadaran dari orang tua balita untuk segera membawa anaknya berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila mengalami gejala pneumonia, karena penyakit ini identik dengan penyakit batuk biasa. 18. Cakupan Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif Penemuan TB BTA positif yaitu penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktupagisewaktu (SPS) dengan hasil pemeriksaan mikroskopis : a. Sekurangkurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukan gambaran tuberkulosis c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Sedangkan pasien baru merupakan Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Untuk tahun 214, perkiraan jumlah kasus baru TB BTA positif sebesar 134 kasus, dihitung berdasarkan angka insiden (IR) TB nasional dikalikan jumlah penduduk. Dari jumlah sasaran tersebut, kasus baru TB yang berhasil ditemukan sebanyak 129 kasus atau sebesar 96,27%. Realisasi ini telah memenuhi target yang ditetapkan untuk tahun 214 sebesar 85%. Review Rencana Strategis Dinas 214219 33

Gambar 3.9 Perkembangan Penemuan Kasus Baru TB BTA (+) di Tahun 21 214 12 1 96.27 1 78.62 7.54 8 6 65 42.66 8 75 7 85 4 2 Realisasi Target 212 213 21 211 214 19. Cakupan Penemuan dan Penanganan DBD Tanda tanda penderita DBD diantaranya menderita demam tinggi mendadak berlangsung 27 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara lain uji tourniqet positiv, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena, dsb) ditambah trombositopenia (trombosit 1. /mm³) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 2%). Target untuk cakupan penemuan dan penanganan DBD harus, dikarenakan kasus penyakit menular ini ada kecenderungan untuk menyebabkan terjadinya KLB, dalam kondisi terparah dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada penderita sehingga bila terjadi kasus harus segera mendapatkan penanganan. Selama periode tahun 214, jumlah kasus DBD yang terjadi sebanyak 9 kasus dan seluruhnya telah mendapatkan penanganan sehingga tidak sampai menyebabkan terjadinya KLB maupun kematian. Bila dibanding dengan tahuntahun sebelumnya, jumlah kasus di tahun 214 ini merupakan yang terendah. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat yang ada di untuk menekan angka kejadian DBD melalui program Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 6 menit yang dilaksanakan setiap hari jumat di seluruh wilayah. Review Rencana Strategis Dinas 214219 34

Gambar 3.1 Perkembangan Jumlah Penderita DBD di Tahun 21 214 3 25 24 2 19 17 15 14 1 9 5 21 211 212 213 214 Sumber : Bidang P2PL 2. Cakupan Penanganan Penderita Diare Penyakit ini sangat berkaitan erat dengan kualitas kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat. Sasaran indikator ini merupakan perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader, yang dihitung sebesar 1% dari angka kesakitan dikalikan jumlah penduduk disatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 212 yaitu sebesar 214 per penduduk, sehingga untuk sasaran di pada tahun 214 sebesar 2.668 jiwa. Dari perkiraan sasaran tersebut, ditemukan kasus sebesar 4.856 atau sebesar 182,1%. Realisasi ini bila ditinjau dari sisi kinerja pelayanan kesehatan, sangat baik karena jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar. Namun bila dikaitkan dengan kualitas kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat, semakin tinggi angka kejadian diare, maka semakin buruk kualitas sanitasi dan perilaku masyarakat. Perlu ada penanganan lebih lanjut. Review Rencana Strategis Dinas 214219 35

2 Cakupan Pelayanan Dasar Masyarakat Miskin dan Cakupan Pelayanan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Semenjak tahun 213, telah menerapkan Jaminan Semesta (Total Coverage) bagi warga. Seluruh masyarakat, baik miskin maupun non miskin, bisa memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis di seluruh sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, baik untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas maupun pelayanan kesehatan rujukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Dengan pemberlakuan kebijakan pemerintah pusat melalui Jaminan Nasional (JKN) per 1 Januari 214, Pemerintah tetap meneruskan kebijakan yang telah ada di tahun sebelumnya, dengan mengalokasikan APBD untuk pembiayaan jaminan kesehatan bagi seluruh warga yang belum mempunyai jaminan kesehatan apapun, baik warga miskin maupun non miskin. Jaminan tersebut tidak hanya berlaku untuk pelayanan yang dilakukan di sarana kesehatan milik pemerintah saja, namun juga dapat dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan swasta yang telah bekerjasama dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). 22. Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam KLB, atau Kejadian Luar Biasa, adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam waktu tertentu. Sedangkan penyelidikan epidemiologi (PE) merupakan rangkaian kegiatan berdasarkan caracara epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber serta caracara penanggulangannya. Selama periode 214, terjadi 11 kasus KLB di wilayah, yaitu : Review Rencana Strategis Dinas 214219 36