BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu

dokumen-dokumen yang mirip
Situasi Global dan Nasional

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm., 1

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2.

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

A. LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak dan perlindungannya tidak akan pernah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

IMAM MUCHTAROM C

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Pemerintah Harus Berhenti Mengabaikan atau Menyangkal Adanya Eksploitasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Usia Pekerja Jumlah Pekerja Tahun Survei Tahun Tahun ±

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI KOTA DENPASAR

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Risdalina ISSN Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

BAB IV UPAYA DAN HAMBATAN ILO DALAM MENANGGULANGI KASUS PEKERJA ANAK DI THAILAND

LEMAHNYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BURUH WANITA Oleh: Annida Addiniaty *

BAB II DATA & ANALISA. Konvensi PBB tahun 1989 tentang Hak-hak Anak dan Konvensi ILO no 182 tahun 1999

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Oleh karena itu Pemerintah harus memberikan perlindungan kepada para calon Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. atau tidak dapat hidup sendiri, ada orang yang dapat melakukan usaha sendiri,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Mempromosikan Kontrak Kerja Tertulis bagi Pekerja Rumah Tangga untuk Memperbaiki Kondisi Kerja

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu-membantu memberikan

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

BAB III METODE PENELITIAN. Baru Kota Medan, dengan demikian penelitian akan mengarah pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

di segala bidang.banyak sektor yang dibuka untuk para pekerja, salah satunya bidang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu rumah tangga sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai pekerja rumah tangga (PRT). Keberadaan PRT sendiri diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah masalah kemiskinan. Keadaan ekonomi yang semakin terpuruk belakangan ini menjadi salah satu alasan seseorang bekerja menjadi pekerja rumah tangga, termasuk di dalamnya pekerja rumah tangga anak. Secara objektif, harus diakui bahwa krisis ekonomi telah menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat dari tahun ke tahun menurun drastis. Hal tersebut menyebabkan menurunya daya beli masyarakat yang sangat tajam, hal ini ditunjukan oleh meningkatnya penduduk miskin yang ada di Indonesia. Namun lebih dari itu dampak lanjutan yang kemudian timbul adalah semakin banyaknya jumlah pekerja rumah tangga, termasuk di dalamnya pekerja rumah tangga anak. Menurut Direktur Eksekutif Saudara Sejiwa Foundation, Nandang Noor, R.H. sesuai hasil survei dari International Labour Organization (ILO) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010 ( Komisi Kepolisian Indonesia, Kamis 27 Januari 2011), di Indonesia saat ini dari 58,8 juta anak usia 5-17 tahun, 1,76 juta merupakan pekerja anak. Bahkan, 20,7% di antara mereka atau 364.320 pekerja anak berada pada kondisi yang berbahaya. Berdasarkan data BPS dan ILO pula, katanya, dari 58,8 juta anak hanya 81,8% (48,1 juta) yang bersekolah. Sisanya, 1

2 11,4% atau 6,7 juta anak, masuk dalam golongan yang tidak bersekolah, tidak membantu dan tidak bekerja. Sementara 24,3 juta atau 41,2% dari 48,1 juta anak, terlibat dalam pekerjaan rumah. Untuk di daerah Bandung sendiri, belum ada data mengenai jumlah pekerja rumah tangga di bawah umur, hak ini dikarenakan keberadaan mereka yang tersembunyi di dalam wilayah rumah tangga. Survei yang dilakukan LPA di Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Margahayu Bandung baru mencatat 460 orang yang menjadi PRTA, dan hampir semuanya merupakan anak putus sekolah. Kecamatan Sukasari,Kelurahan Sukarasa menjadi daerah yang paling banyak memiliki PRTA yaitu 158anak,disusulKelurahanSarijadi 98 anak, Kelurahan Gegerkalong 50 anak,kelurahan Dago 27 anak,kelurahan Cipamokolan 18 anak,kelurahan Manjahlega 17 anak, dan Kelurahan Isola 16 anak. Secara umum ada dua tipe PRT yang bisa diklasifikasikan. Pertama adalah pembantu rumah tangga yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, mulai dari memasak, membersihkan lantai, menyapu dan mengurus anak. Sedangkan tipe kedua, pembantu rumah tangga yang mengerjakan satu jenis pekerjaan saja. Pembantu rumah tangga ini sudah mengklasifikasikan diri pada jenis pekerjaannya dan biasanya dipekerjakan di rumah-rumah orang kaya. Termasuk di dalamnya pembantu rumah tangga di bawah umur. Pekerja Rumah Tangga Anak adalah potret buram dunia anak. Hampir semua studi tentang pekerja anak membuktikan adanya tindakan-tindakan yang merugikan anak, karena di dalamnya rentan terhadap eksploitasi ekonomi,

3 kekerasan fisik dan psikis, seksual, bahkan pelanggaran hak asasi manusia. Begitupula terhadap para pembantu rumah tangga di bawah umur. PRTA umumnya dipekerjakan sendirian di rumah tangga, juga tinggal bersama keluarga yang memberi kerja, situasinya sangat beragam baik tempat tinggal maupun jenis pekerjaan PRTA yang satu dengan PRTA yang lain. Seorang pembantu tentunya diharapkan siap melakukan sesuatu dan cepat tanggap terhadap segala hal yang diperlukan oleh majikannya. PRT melaksanakan tugastugas rumah tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak majikan dan berbagai tugas lain yang diberikan oleh majikan. Dengan perkataan lain, pekerjaan yang harus dilakukan oleh PRT sangatlah banyak dan bervariasi tergantung dari kehidupan rumah tangga majikan. Begitu juga tugas yang harus dilakukan oleh PRTA, sama halnya dengan tugas yang dilakukan oleh PRT pada umumnya. Sebagai imbalan atas pekerjaannya PRT menerima upah dari majikan. Besarnya upah tergantung dari perjanjian antara PRT dengan majikan yang seringkali didasarkan pada harga pasaran di suatu wilayah tertentu. Kemudian menyangkut upah, berapa upah yang harus dibayar kepada pembantu rumah tangga tentu akan sulit untuk dijawab. Hal itu dikarenakan setiap pembantu rumah tangga mendapatkan upah dengan jumlah yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti luasnya rumah majikan, banyaknya pekerjaan, dan lain-lain. Dalam konteks ini, ILO mendefinisikan PRTA sebagai seseorang yang melakukan pekerjaan rumah tangga dalam ranah rumah tangga (privat) dan

4 mendapatkan upah atas pekerjaannya tersebut. Sedangkan pekerja domestik anak (child domestic worker) dimaknai sebagai seorang yang masih berusia di bawah 18 tahun yang melakukan pekerjaan pada rumah tangga orang lain, dengan macam pekerjaan seperti mengasuh anak, dan mejadi pesuruh serta tugas-tugas yang lainnya. Selain itu pekerja domestik anak juga terisolasi dari hubungan keluarganya, kontrol yang sangat kuat dari majikan, jam kerja yang panjang dengan atau tanpa upah, sehingga mengakibatkan hilangnya perolehan nutrisi, kesempatan pendidikan, dan tidak mendapatkan dukungan emosional. Akibat lebih jauh anak tersebut berpotensi menjadi obyek kekerasan secara fisik, emosional, dan seksual. Pekerja Rumah Tangga Anak merupakan hal yang memprihatinkan dan karena itu sudah semestinya dieliminasi. Karena mereka tidak layak bekerja untuk mencari nafkah, masa-masa itu seharusnya mereka sedang menikmati masa pendidikan dan pertumbuhan yang dibiayai oleh negara. Di Indonesia sendiri, perangkat hukum dan aturan yang tersedia sebenarnya sudah jelas menyatakan larangan melibatkan anak bekerja. Hal ini dapat dilihat pada beberapa peraturanperaturan. Salah satunya yang terdapat dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat (1) berbunyi, Fakir miskin dan anak-anak terlantar menjadi tanggung jawab negara. Dikarenakan belum ada ketentuan yang khusus untuk mengatur tentang Pembantu Rumah Tangga, pihak yang berwenang ataupun pihak yang terkait sulit untuk melakukan perlindungan. Akan tetapi pemerintah telah memberikan perhatian bagi PRT, hal ini tercantum dalam:

5 1. Undang-undang No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, pasal 2 ayat 1 yang menjelaskan lingkup rumah tangga yang meliputi: a. Suami, isteri, dan anak; b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga, dan/atau; c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. 2. Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 86 ayat 1 yang berbunyi: Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. Keselamatan dan kesejahteraan kerja; b. Moral dan kesusilaan; dan c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nila-nilai agama. Dampak anak bekerja dari segi pendidikan adalah anak-anak yang bekerja itu di sinyalir cenderung putus sekolah, baik putus sekolah karena bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu lalu kemudian bekerja. Isu sentral pekerja anak di Indonesia bukan terletak pada pekerjaannya saja, tetapi pengaruh negatif akibat terlalu dini bekerja, termasuk kurangnya kesempatan anak untuk memperoleh pendidikan.

6 Dari hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis terlihat memang anak yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga sangat rentan akan eksplotasi. Banyak hak-hak mereka yang terabaikan karena tuntutan mereka sebagai pekerja. Salah satu hak mereka yang terampas adalah hak untuk bergaul dengan teman sebaya. Keberadaan mereka yang berada pada wilayah rumah tangga, membatasi mereka untuk berinteraksi dengan dunia luar. Para pekerja berada di bawah perintah majikan. Selain itu, hak lain yang tidak bisa mereka nikmati adalah hak untuk memperoleh pendidikan. Kebanyakan para pekerja rumah tangga di bawah umur hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) dan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Keterbatasan ekonomi keluarga yang serba kekurangan, mengharuskan mereka untuk berhenti sekolah. Mereka memilih untuk bekerja mencari penghasilan sendiri, dengan alasan ingin membantu kebutuhan keluarga. Jadi, bisa dikatakan keberadaan para pekerja rumah tangga anak terjadi karena seorang anak terkondisikan dengan paksa untuk bekerja, karena ketiadaaan biaya sekolah atau kemiskinan yang menghimpit. Kondisi riil yang dihadapi pada masyarakat saat ini menjadikan anak-anak bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Untuk itu seharusnya anak yang terpaksa bekerja, mendapatkan hak sesuai dengan aturan perundangan (UU Perlindungan Anak dan UU Ketenagakerjaan) yang melindungi haknya sebagai anak. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) sebagai organisasi independen yang bergerak dalam bidang sosial dengan spesifikasi perlindungan hak anak, melihat

7 fenomena keberadaan pekerja rumah tangga di bawah umur ini sangat memprihatinkan. Banyak dari hak-hak mereka yang terampas akibat dari mereka bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Berangkat dari masalah maraknya jumlah anak yang bekerja, akhirnya Lembaga Perlindungan Anak (LPA) membuat sebuah program pembinaan yang bertujuan untuk mengeliminasi keberadaan para pekerja rumah tangga di bawah umur, dimana melalui program pembinaan ini bisa mengembalikan hak-hak mereka sebagai seorang anak, khususnya hak untuk memperoleh pendidikan. Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti membatasi masalahnya terhadap perlindungan hak asasi terhadap pekerja rumah tangga anak. Maka penelitian ini dibatasi di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) sebagai obyek penelitian. Untuk itu peneliti mengangkat judul Implementasi Program Pembinaan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Terhadap Pekerja Rumah Tangga Dibawah Umur Di Kota Bandung. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja program pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur? 2. Bagaimana tahap pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur? 3. Bagaimana proses pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur? 4. Bagaimana hasil pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur.

8 C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah; 1. Untuk mendeskripsikan apa saja program pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur. 2. Untuk mendeskripsikan bagaimana tahap pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur. 3. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur. 4. Untuk mendeskripsikan bagaimana hasil pembinaan yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak terhadap pekerja rumah tangga dibawah umur. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran pengembangan keilmuan, khususnya dalam ilmu hukum yang berkaitan tentang perlindungan hak asasi terhadap pekerja rumah tangga anak. b. Dapat memberikan tambahan bahan kepustakaan mengenai hukum khususnya tentang perlindungan hak asasi terhadap pekerja rumah tangga anak.

9 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca mengenai penerapan perlindungan hak asasi terhadap pekerja rumah tangga anak. b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai implementasi program pembinaan yang dilakukan LPA terhadap pekerja rumah tangga di bawah umur. c. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan masukan pada institusi atau perusahaan yang bersangkutan sehingga dapat meningkatkan kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin komplek tersebut. d. Sebagai informasi yang berguna bagi masyarakat umum. E. Anggapan Dasar Penelitian ini dilandasi oleh beberapa asumsi berikut ini: 1. Program pembinaan yang dilakukan oleh LPA diharapkan bisa memberikan pendidikan yang layak bagi para pekerja rumah tangga di bawah umur. 2. Para pekerja rumah tangga di bawah umur yang telah mendapatkan program pembinaan pendidikan, diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 3. Program pembinaan yang dilakukan oleh LPA diharapkan bisa memberikan keterampilan khusus bagi para pekerja rumah tangga di bawah umur. 4. Para pekerja rumah tangga di bawah umur yang telah mendapatkan program pembinaan keterampilan maupun program pendidikan, diharapkan dapat

10 memperoleh pekerjaan yang lebih baik dengan keterampilan baru yang mereka peroleh. F. Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan secara sistematik suatu situasi, kondisi obyek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat. Metode ini digunakan karena dalam penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan memaparkan mengenai perlindungan hak asasi pekerja rumah tangga anak. G. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian antara lain:

11 1. Observasi Sebagai metode ilmiah observasi diartiakan sebagai alat untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat atau merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu phenomena tertentu. 2. Wawancara Wawancara yaitu teknik mengumpulkan data dengan cara mengadakan dialog, tannya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, dilapangan, di kantor, di bengkel, di kebun atau dimana saja. 3. Dokumentasi Menurut Lexy J Moleong (2006: 161) studi dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan dokumentasi penulis bisa menghubungkan teori yang diperoleh dari buku, surat kabar, serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan implementasi pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan LPA terhadap para pekerja rumah tangga di bawah umur. 4. Catatan lapangan (Field Note) Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007: 209) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Melalui catatan lapangan ini, membantu penulis dalam

12 mendeskripsikan kondisi kongkrit yang terjadi di lapangan, yang berhubungan dengan pelaksanaan program pembinaan yang dilakukan LPA terhadap pekerja rumah tangga di bawah umur. H. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Perlindungan Anak. Diman LPA ini merupakan suatu organisasi independen yang bergerak dalam bidang social dengan spesifikasi Perlindungan Hak Anak, termasuk di dalamnya mengenai perlindungan bagi para pekerja rumah tangga di bawah umur. Selain itu juga, LPA mempunyai sebuah program pembinaan bagi para pekerja rumah tangga di bawah umur, dimana melalui program pembinaan ini bisa mengembalikan hak-hak mereka sebagai seorang anak, terutama hak dalam memperoleh pendidikan. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi, maka yang dijadikan sebagai subyek penelitian, yaitu pihak LPA selaku pembuat program pembinaan, pekerja rumah tangga di bawah umur yang sedang mengikuti program pembinaan, serta pekerja rumah tangga di bawah umur yang sudah menyelesaikan program pembinaan. Pemillihan subyek penelitian pekerja rumah tangga di bawah umur yang sedang melakukan program pembinaan dan yang sudah menyelesaikan program pembinaan bertujuan untuk bisa melihat hasil dari program pembinaan yang dilakukan LPA.