KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

dokumen-dokumen yang mirip
Pengenalan Karakter Plat Nomor Mobil Secara Real Time

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

THERMAL IMAGING UNTUK IDENTIFIKASI TELUR

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAMPLING DAN KUANTISASI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telur Ayam Konsumsi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Penghitung Kendaraan Menggunakan Background Substraction dengan Background Hasil Rekonstruksi

UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK

SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT

SISTEM IDENTIFIKASI POSISI PELAT NOMOR KENDARAAN SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN HOUGH TRANSFORM

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Model Sistem Akses Tempat Parkir Berdasarkan Pengenalan Plat Nomor Kendaraan. Andry Jonathan ( )

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

3.2.1 Flowchart Secara Umum

WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jurnal Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO), Volume 1, Nomor 3, November 2016

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

SEGMENTASI HURUF TULISAN TANGAN BERSAMBUNG DENGAN VALIDASI JARINGAN SYARAF TIRUAN. Evelyn Evangelista ( )

UJI COBA PERBEDAAN INTENSITAS PIKSEL TIAP PENGAMBILAN GAMBAR. Abstrak

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI VISI KOMPUTER DAN SEGMENTASI CITRA UNTUK KLASIFIKASI BOBOT TELUR AYAM RAS

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pertemuan 2 Representasi Citra

SYSTEMIC Vol. 1, No. 1, Agustus 2015, PENGENALAN CATATAN PENJUALAN MENGGUNAKAN PENGENALAN ANGKA BERBASIS KORELASI.

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

3 BAB III METODE PENELITIAN

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

BINARISASI CITRA MENGGUNAKAN PENCOCOKAN PIKSEL

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 03, No.2 (2015), hal ISSN : x

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

BAB II TI JAUA PUSTAKA

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

Penggunaan Metode Template Matching Untuk Mendeteksi Cacat Pada Produksi Peluru.

1 BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran yang diperoleh dari sekolah adalah pengenalan dan pemahaman akan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Pengenalan Plat Nomor Mobil Menggunakan Metode Learning Vector Quantization

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

BAB II LANDASAN TEORI

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Transkripsi:

Ikhwan Ruslianto KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS IKHWAN RUSLIANTO Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Pontianak Jln. Merdeka No. 372 Pontianak, Kalimantan Barat ikhwanruslianto@gmail.com Abstract : Research to classify different types of eggs on farms results in a computerized still rare. When in fact can be made of a system of apps that can do the grouping of various types of eggs in abundance. A breeder eggs should not do eggs grouping or counting numbers manually, but with the help of computers, grouping the types of eggs and counting the number of eggs to be precise and accurate. This study provides an alternative to perform grouping or classification of different kinds of eggs using connected component analysis method through an object in an image taken from an egg, so it can solve the problems of classification types of eggs using computer applications. The results of tests on 10 data image that connected component analysis method successfully applied to the classification of eggs with black background conditions and obtained results grouping process chicken eggs and quail eggs with a 100% success rate, and counting the number of eggs classification results with 100% accuracy rate Keywords: segmentation, connected component analysis, classification. 1. PENDAHULUAN Telur ayam dan telur burung puyuh merupakan salah satu hasil peternakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, bahkan kebutuhan telur ayam menjadi meningkat pada perayaan hari-hari keagamaan tertentu. Peternakan telur ayam dan telur burung puyuh dapat menghasilkan jumlah telur yang banyak setiap hari, sehingga harus dilakukan suatu penghitungan jumlah produksi telur yang telah dikumpulkan secara komputerisasi. Penelitian sebelumnya tentang telur ayam telah dilakukan untuk memprediksi bobot dari telur ayam ras dengan menggunakan segmentasi untuk memisahkan obyek telur ayam. Proses pengambilan data citra menggunakan webcam, telur diletakkan ke dalam suatu box yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga citra obyek yang dihasilkan memiliki noise seminimal mungkin. Data obyek telur akan disegmentasi dan dikelompokkan sesuai dengan intensitas warna Red, Green dan Blue (RGB). Nilai dari masing-masing nilai RGB tersebut akan diproses kembali menggunakan metode analisis regresi untuk memprediksi bobot dari telur ayam (dalam gram). Pengujian dilakukan terhadap 36 sample telur ayam ras dan dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas besar dengan bobot telur > 60 gram dan luasan piksel > 41008, kelas sedang dengan bobot telur antara 50 gram 60 gram dan luasan piksel 35138 41008 serta kelas c dengan bobot telur < 50 gram dan luasan piksel < 35138. Uji coba sample menunjukkan akurasi dalam pengujian klasifikasi telur ayam ras pada 36 sampel sebesar 100%. Akan tetapi akurasi pendugaan bobot masih cukup rendah yaitu sebesar 42%. Rendahnya pendugaan bobot ini diduga karena kurang banyaknya jumlah sample (Wijaya dan Prayudi, 2010). Selain itu, penelitian yang sama juga telah dilakukan menggunakan metode thresholding untuk Vol. 3, No. 1, Januari 2013 41

Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Burung menentukan bobot dari telur ayam. Citra diambil dengan melakukan pemotretan pada obyek telur yang diletakkan pada background hitam dengan penerangan cahaya menggunakan empat buah lampu LED. Citra yang didapat akan diambil nilai rata-rata pikselnya dan dihitung jumlah piksel dengan nilai 1, dan jumlah piksel telur tersebut digunakan untuk memprediksi massa dan volume telur (Pamungkas, 2011). Berkaitan dengan berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya penulis mencoba untuk melakukan penelitian untuk pemisahan terhadap obyek telur ayam dan telur burung puyuh secara otomatis sekaligus melakukan penghitungan terhadap jumlah obyek telur ayam dan telur burung puyuh tersebut sehingga proses pemisahan dapat dilakukan secara komputerisasi. Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan ketepatan dalam melakukan segmentasi atau pemisahan telur ayam dan telur burung puyuh serta dapat melakukan penghitungan jumlah produksi telur ayam dan telur burung puyuh secara akurat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pre-processing Citra Proses pre-processing citra dilakukan untuk mendapatkan citra yang kualitas lebih baik daripada citra sebelumnya dengan cara memanipulasi parameter-parameter citra, sehingga menghasilkan citra yang dapat memudahkan dalam proses pengolahan citra selanjutnya. a. Derajat keabuan (grayscale) Citra grayscale atau citra beraras keabuan adalah citra yang hanya menggunakan warna pada tingkatan warna abu-abu. Warna abu-abu adalah satu satunya warna pada ruang RGB dengan komponen merah, hijau, dan biru mempunyai intensitas yang sama. Nilai intensitas untuk tiap piksel pada citra beraras keabuan merupakan nilai tunggal dimana nilai intensitasnya berada pada interval 0-255, sedangkan pada citra berwarna perlu tiga nilai intensitas yang berada pada interval 0-255 untuk tiap pikselnya. Semakin mendekati nilai 255, maka derajat keabuan akan semakin terang.pada dasarnya proses ini dilakukan dengan meratakan nilai piksel dari 3 nilai RGB menjadi 1 nilai. Tetapi karena ketiga warna pokok tersebut dianggap tidak seragam dalam hal kemampuan kontribusi pada kecerahan, ada yang berpendapat bahwa cara konversi yang lebih tepat adalah dengan menggunakan persamaan (1) (Ahmad, 2005): Y = 0.299R + 0.587G + 0.114B (1) dimana Y adalah nilai kecerahan suatu piksel pada citra abu-abu, dengan persentasi 29,9% dari warna merah (R), 58,7% dari warna hijau (G), dan 11,4% dari warna biru (B). b. Normalisasi ukuran Normalisasi ukuran dilakukan untuk menyeragamkan ukuran dari citra sehingga diharapkan dapat mempercepat proses pengolahan citra selanjutnya. Citra yang dijadikan sebagai input data terkadang tidak beraturan sehingga perlu dilakukan penyeragaman citra. c. Median filter Median filter merupakan operasi menggantikan nilai piksel pada citra dengan nilai median atau nilai tengah dari piksel-piksel tetangganya dan pikes itu sendiri. Filter ini sangat efektif untuk menghilangkan noise jenis salt and pepper dan juga impulse 42 Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA

Ikhwan Ruslianto sementara serta tetap mempertahankan detail citra karena tidak tergantung pada nilainilai yang umum dalam lingkungannya. 2.2 Segmentasi Citra Segmentasi citra dilakukan untuk memisahkan obyek dengan backgroundnya, pada penelitian ini ada obyek telur ayam dan telur burung puyuh yang harus dipisahkan satu dengan lainnya. Proses pemisahan bertujuan untuk memudahkan proses klasifikasi dan penghitungan sehingga obyek telur pada citra dapat dikelompokkan dengan tepat dan dilakukan penghitungan dengan akurat. a. Thresholding Operasi binerisasi yaitu proses segmentasi dari sebuah citra grayscale dengan menghasilkan citra biner. Proses binerisasi ini memerlukan sebuah nilai threshold (T), proses menemukan nilai threshold dinamakan thresholding citra. Pada penelitian ini thresholding yang digunakan menggunakan metode Otsu. Metode ini bekerja berdasarkan histogramnya. Histogram menunjukkan sebaran nilai intensitas dari tiap piksel pada citra dalam 1 dimensi. Fungsi dari histogram tersebut akan memudahkan dalam pengelompokkan terhadap piksel-piksel dalam citra. Pengelompokkan ini didasarkan pada nilai ambang atau threshold. Jadi, metode Otsu dikatakan optimal apabila sebuah threshold mampu memisahkan kelas-kelas sehingga piksel antara kelas memiliki nilai intensitas yang berbeda-beda. b. Pelabelan Pelabelan komponen dilakukan bila terdapat lebih dari satu objek yang akan dianalisis. Proses ini dilakukan dengan mencari komponen terkoneksi dalam suatu citra. Komponen terkoneksi merupakan bagian yang mewakili sebuah objek dalam citra yang mempunyai objek lebih dari satu. Pengecekan koneksitas dari suatu kumpulan piksel, dapat menandakan bahwa kumpulan piksel ini merupakan suatu objek tunggal, atau bukan yang dapat ditentukan dari terhubung atau tidaknya dengan kumpulan piksel lainnya di dalam citra biner. Operasi pelabelan dapat memudahkan operasi penghitungan pada masing-masing obyek, tanpa pelabelan maka perhitungan ciri-ciri dari masing-masing obyek akan rancu sebab hasil yang didapat merupakan gabungan dari semua obyek yang ada. Tujuan dari pelabelan yaitu untuk membedakan antara obyek yang satu dengan obyek yang lainnya sehingga apabila menemukan sebuah noise yang cukup besar untuk dihapus atau dihilangkan dapat dengan mudah dilakukan karena telah masing-masing obyek telah diberi label. 2.3 Connected component analysis Proses ini merupakan tahapan filterisasi terhadap suatu obyek citra biner. Filterisasi dapat dilakukan dengan cara melakukan perhitungan untuk menentukan luasan area dari suatu obyek yang telah dilabeli. Suatu obyek dapat terdiri dari kumpulan obyek yang saling terkoneksi, oleh karena itu obyek tersebut dapat dihitung luasan area pembentuknya, sehingga dari perhitungan luasan tersebut dapat dijadikan filter untuk menghilangkan noise yang ada pada citra atau mengelompokkan obyek yang dibutuhkan dalam proses pengenalan. Properti lain yang dapat digunakan juga yaitu menentukan nilai perimeter maupun nilai kebundaran (roundness) sehingga untuk beberapa kasus nilai-nilai tersebut dapat menjadi nilai perhitungan dalam melakukan analisis terhadap obyek. Masing-masing obyek pada proses ini juga dapat Vol. 3, No. 1, Januari 2013 43

Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Burung diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok dengan memberikan beberapa kriteria pemisahan misalnya luasan area, nilai perimeter, maupun intensitas cahaya, sehingga obyek nanti dengan sendirinya akan terpisah sesuai dengan kriteria yang diberikan. Proses pengenalan karakter dapat dilakukan dengan berbagai metode,pada penelitian ini metode yang digunakan untuk proses pengenalan karakter, yaitu menggunakan template matching. Input data citra pada proses pengenalan karakter yaitu citra hasil segmentasi masing-masing karakter yang dalam bentuk citra biner. 2. METODOLOGI PENELITIAN Klasifikasi obyek telur ayam dan telur burung puyuh dapat dilakukan dengan memisahkan obyek-obyek tersebut dari background dan dengan memberikan kriteria yang mewakili obyek telur ayam dan telur burung puyuh. Hasil dari pemisahan tersebut baru dapat dilakukan penghitungan untuk masing-masing obyeknya. Perancangan alur sistem, bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap jalannya proses klasifikasi telur ayam dan telur burung puyuh. Diagram alir sistem klasifikasi ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap pre-processing, segmentasi citra dan penghitung obyek. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahapan pertama pada system klasifikasi telur ayam dan telur burung puyuh yaitu tahapan pre-processing citra, yang bertujuan untuk menghasilkan kualitas citra yang lebih baik dari citra sebelumnya. Gambar 1 menunjukkan diagram alir proses preprocessing citra. Mulai Citra (1600 x 1200 pixel) Konversi ke Grayscale Normalisasi citra Citra Pre-processing (800 x 600 pixel) Median Filtering Selesai Gambar 1. Proses Pre-processing Citra Akuisisi citra dilakukan dengan mengcapture citra telur dengan background yang sudah diseragamkan yaitu hitam dengan resolusi citra 1600 x 1200 piksel. Tujuan dari resolusi tersebut adalah untuk mengantisipasi kualitas gambar yang buram maupun noise yang banyak sehingga sebisa pengambilan citra dilakukan tidak menghasilkan citra yang blur. Jarak yang digunakan dalam pengambilan citra antara kamera dan obyek sekitar 15 30 cm dengan kondisi pengambilan dalam ruangan tertutup pada siang hari sehingga cahaya yang didapat optimal. 44 Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA

Ikhwan Ruslianto Proses pre-processing dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas citra yang lebih baik dari citra aslinya. Noise yang ada pada citra dapat dihilangkan dengan metode median filter sehingga dapat mempengaruhi untuk proses klasifikasi telur ayam dan telur burung puyuh selanjutnya. Hasil citra tahapan pre-processing citra ditunjukan pada Gambar 2. Gambar 2. Hasil proses Pre-processing Citra Gambar 2 menunjukkan ada perbedaan antara gambar citra grayscale dan gambar citra median filter, hasil citra median filtering terlihat lebih halus (blur) dari citra grayscale, hal ini karena frekuensi nilai piksel yang lebih rendah lebih dipertahankan daripada frekuensi nilai piksel yang lebih tinggi. Hasil gambar pada citra median filter dapat kita lihat walaupun sudah terkena operasi median filtering akan tetapi masih ada sedikit noise putih yang berada disebelah kanan bawah yang berbentuk seperti titik putih. Operasi median filter yang digunakan pada proses ini menggunakan operator 3 x 3, hal ini dikarenakan agar citra baru yang dihasilkan tidak terlalu blur sehingga tepian dari sebuah obyek masih terlihat jelas atau tajam. Citra hasil pre-processing telah mengalami perubahan resolusi menjadi 800 x 600 piksel sehingga ukurannya menjadi lebih dan akan digunakan sebagai input data selanjutnya untuk proses segmentasi telur ayam dan telur puyuh. Citra telah diubah menjadi citra grayscale yang intensitas nilai pikselnya menjadi satu dimensi. Proses selanjutnya akan ditunjukkan pada diagram alir segmentasi telur ayam dan telur puyuh pada Gambar 3. Vol. 3, No. 1, Januari 2013 45

Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Burung Gambar 3. Proses Segmentasi Telur Ayam dan Telur Puyuh Tahapan segmentasi merupakan proses yang sangat penting karena pada tahapan ini terjadi pemisahan atau klasifikasi antara telur ayam dan telur burung puyuh. Proses dimulai dengan melakukan pengolahan terhadap citra inputan yang sudah merupakan citra hasil pre-processing dengan resolusi ukuran 800 x 600 piksel. Citra grayscale akan diubah menjadi citra biner dengan metode thresholding Otsu. Metode ini digunakan karena dari beberapa perbandingan percobaan metode yang digunakan metode ini menghasilkan kualitas citra biner yang lebih baik daripada thresholding biasa pada beberapa citra tertentu. Pelabelan akan dilakukan pada masing-masing obyek citra biner, proses ini bertujuan untuk memudahkan dalam penerapan metode Connected Component Analysis. Proses pelabelan menggunakan algoritma rekursif, adapun langkah-langkah algoritma tersebut yaitu sebagai berikut (Ahmad, 2005) : 1. Baca citra secara sistematis (dari kiri atas kekanan, dari atas ke bawah), untuk menemukan piksel obyek yang belum diberi label dan akan diberi label baru. 2. Beri label yang sama pada semua titik piksel tetangganya. 3. Berhenti apabila tidak ada lagi tetangga yang merupakan piksel obyek. 4. Ulangi langkah 1 sampai 3 hingga tidak ada piksel obyek yang belum diberi label. Alasan menggunakan algoritma rekursif yaitu karena algoritma ini cukup sederhana dan obyek yang ada pada citra jumlahnya tidak terlalu banyak dan ukuran citra relatif kecil sehingga proses pelabelan menjadi lebih efisien. Proses berikutnya yaitu melakukan penghapusan beberapa obyek yang dianggap noise pada citra, hal ini bertujuan untuk lebih mengurangi kandidat-kandidat yang dianggap sebagai obyek yang akan dikelompokkan. Noise yang akan dihapus atau dihilangkan, yaitu obyek yang memiliki ukuran piksel dibawah 200-500 piksel. Pemberian nilai dalam penghapusan noise dilakukan dari beberapa kali percobaan, sehingga didapat nilai tersebut yang optimal untuk melakukan proses penghapusan noise. Metode Connected Component Analysis dilakukan untuk mengetahui beberapa property bentuk pada suatu obyek seperti luasan area obyek, perimeter obyek, titik centroid obyek atau bahkan nilai kebundaran (roundness) dari suatu obyek. Nilai luasan yaitu jumlah piksel keseluruhan yang membentuk suatu obyek tersebut, nilai perimeter yaitu jumlah piksel tepian yang membentuk obyek tersebut, nilai centroid yaitu nilai titik tengah dari obyek, jadi nilai ini merupakan pusat atau jarak dari piksel batas sebelah kiri, kanan, atas maupun bawah secara seimbang, sedangkan nilai kebundaran (roundness) merupakan nilai seberapa 46 Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA

Ikhwan Ruslianto bundar bentuk dari obyek tersebut. Nilai yang digunakan untuk melakukan pengelompokkan atau klasifikasi yaitu menggunakan nilai luasan area. Semua obyek akan dilakukan pengecekan luasan area, kandidat obyek yang memiliki area > 10513 piksel maka diklasifikasikan ke dalam telur ayam, sedangkan kandidat obyek yang memiliki area < 8250 dikelompokkan ke dalam telur burung puyuh. Oleh karena itu, proses pre-processing sangatlah penting untuk menentukan keberhasilan klasifikasi, karena diharapakn setelah pre-processing, citra yang dihasilkan hanya mengandung kandidat obyek yang dianggap telur saja, tidak ada obyek lain dengan ukuran yang besar yang dapat mempengaruhi proses pengelompokkan. Gambar 4 menunjukkan proses pengelompokkan atau klasifikasi telur ayam dan telur burung puyuh. Gambar 4. Hasil Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Puyuh Langkah berikutnya akan dilanjutkan pada proses penghitungan jumlah obyek yang diagram alirnya ditunjukkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 5. Proses Penghitungan Jumlah Obyek Telur Ayam Mulai Citra telur puyuh Pelabelan Hitung jumlah yang dilabeli Selesai Gambar 6. Proses Penghitungan Jumlah Obyek Telur Burung Puyuh Vol. 3, No. 1, Januari 2013 47

Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Burung Gambar 7 dan Gambar 8 merupakan salah satu proses klasifikasi yang berhasil dilakukan,mulai dari proses pre-processing, segmentasi telur, sampai penghitungan jumlah telur ayam dan telur puyuh. Gambar 7. Hasil Aplikasi Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Puyuh Gambar 8. Hasil Aplikasi Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Puyuh Pengujian sistem ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keakuratan dalam proses klasifikasi telur dan penghitung telur hasil klasifikasi. Pengujian dilakukan terhadap 10 data citra yang diambil menggunakan kamera dengan 48 Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA

Ikhwan Ruslianto background berwarna hitam pada jarak antara 15 30 cm pada kondisi siang hari. Beberapa hasil pengujian sistem ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1.Hasil Pengujian Sistem Data Citra Citra Segmentasi Telur ayam Citra Segmentasi Telur puyuh Jumlah telur ayam Jumlah telur puyuh Keterangan 2 8 Berhasil 1 3 Berhasil 2 1 Berhasil 1 8 Berhasil 2 2 Berhasil 1 3 Berhasil 2 3 Berhasil 0 4 Berhasil 1 4 Berhasil 2 3 Berhasil Vol. 3, No. 1, Januari 2013 49

Klasifikasi Telur Ayam dan Telur Burung 4. KESIMPULAN Metode connected component analysis berhasil diterapkan pada proses segmentasi telur ayam dan telur puyuh dengan background yang berwarna hitam. Pengujian dilakukan terhadap 10 data citra dan dapat mengelompokkan telur ayam dan telur puyuh dengan tingkat ketepatan 100%. Jumlah telur ayam dan telur puyuh dari hasil klasifikasi yang dihitung menghasilkan tingkat keakuratan sebesar 100%. Program tidak hanya mengklasifikasikan dua jenis telur yang berbeda akan tetapi mengklasifikasikan beberapa jenis telur yang bentuknya hamper sama seperti telur ayam, misalnya telur bebek. Program tidak hanya dapat menghitung jumlah telur, akan tetapi dapat memprediksi bobot atau berat dari telur telur tersebut sehingga system dapat memberikan informasi tentang bobot telur yang diproduksi. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2012, Kebutuhan Telur Ayam di NTB, http://www.ntbterkini.com/2012/07/31/kebutuhan-telur-ayam-di-ntbdiperkirakan-4-juta-butir-selama-puasa, diakses 26 Februari 2013. Wijaya, T. A. dan Prayudi, Y., 2010, Implementasi Visi Komputer dan Segmentasi Citra untuk Klasifikasi Bobot Telur Ayam Ras, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta. Pamungkas., 2011, Penentuan Ukuran Fisik Telur Ayam Ras Berdasarkan Citra Digital, Universitas Kristen Satya Wacana. Ahmad U., 2005, Pengolahan Citra Digital dan Teknik Pemogramannya, Graha Ilmu, Yogyakarta. 50 Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA