RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2012

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU APBD) TAHUN ANGGARAN 2013

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PEMERINTAH KABUPATEN BERAU

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

SOSIALISASI PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK,

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

Pemerintah Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

local accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1 2. Tujuan Penyusunan KUA 2 3. Dasar Hukum Penyusunan KUA 3

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2011

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

PE PEMERINTAH KOTA BEKASI RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD... I.1 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD... I.2 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO KOTA BEKASI 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun Sebelumnya... II.1 2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Tahun 2013... II.4 BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) TAHUN 2014 3.1 Asumsi Dasar Dalam APBN...III.1 3.2 Asumsi Dalam Penyusunan RAPBD 2014...III.5 3.3 Asumsi asumsi Lainnya...III.6 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Kebijakan Pendapatan Daerah... IV.1 4.2 Kebijakan Belanja Daerah... IV.6 4.3 Kebijakan Pembiayaan Daerah... IV.14 4.4 Kebijakan Pembangunan Daerah... IV.16 4.5 Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Bekasi Tahun 2014... IV.25 BAB V PENUTUP... V 1 Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Daftar Isi i

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Harga Berlaku Tahun 2008 2011 (Juta Rupiah)... II.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 2011 (Juta Rupiah)... II.2 Proyeksi PDRB Kota Bekasi Tahun 2008 2014 (Trilyun Rupiah)... II.5 Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2012 2014 (Milyar Rupiah)... IV.5 Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 2014... IV.9 Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2012 2014... IV.15 Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Bekasi Tahun 2014... IV.26 Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Daftar Isi ii

DAFTAR GRAFIK Gambar 2.1 Proyeksi LPE Kota Bekasi Tahun 2008 2014 (%)... II.4 Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Daftar Isi iii

LAMPIRAN LAMPIRAN Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KU APBD) merupakan salah satu dokumen perencanaan yang harus disusun oleh pemerintah daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya. Penyusunannya merupakan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang selanjutnya diatur secara teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. KU APBD disusun sebagai pedoman dalam menentukan arah kebijakan anggaran dalam kurun waktu satu tahun. Untuk keperluan itu, KU APBD disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang telah disusun sebelumnya, yang secara umum memuat evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran tahun sebelumnya, kerangka ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, serta strategi pembiayaan pembangunan daerah. 1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD Penyusunan KU APBD Tahun Anggaran 2014 bertujuan untuk menyediakan dokumen perencanaan anggaran tahunan yang memuat gambaran kondisi ekonomi makro daerah, asumsi asumsi yang mendasari penyusunan APBD, Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab I I.1

kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Sebagai dokumen perencanaan maka KU APBD merupakan bagian dari mekanisme penyusunan Rencana APBD sehingga prosesnya melibatkan Pemerintah Daerah dan DPRD Kota Bekasi. Hasilnya dituangkan dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Pemerintah Kota Bekasi dengan DPRD Kota Bekasi, yang selanjutnya menjadi dasar atau acuan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) serta Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) untuk Tahun Anggaran 2014. 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD Kebijakan Umum Anggaran Kota Bekasi Tahun 2014 disusun dengan memperhatikan ketentuan ketentuan peraturan perundang undangan sebagai berikut: 1. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 2. Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab I I.2

5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab I I.3

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab I I.4

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014; 25. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Bekasi; 26. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi Tahun 2011 2031; 27. Peraturan WaliKota Bekasi Nomor 18 Tahun 2007 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah. 28. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 59 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bekasi Tahun 2014. Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab I I.5

29. Peraturan Walikota Nomor.Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bekasi Tahun 2013 2018. Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab I I.6

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO KOTA BEKASI 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun Sebelumnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bekasi, sebagai salah satu indikator perekonomian daerah, dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, yang tentu menggambarkan geliat pembangunan ekonomi dan kesejahteraan yang juga meningkat dari waktu ke waktu. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kota Bekasi meningkat sebesar 14,23% pada tahun 2010 dan 12,73% pada tahun 2011, yaitu dari sebesar Rp. 31,47 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp. 35,95 trilyun pada tahun 2010, dan Rp. 40,52 trilyun pada tahun 2011. Gambaran progresifitas kenaikan PDRB (ADHB) Kota Bekasi tahun 2008 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 2011 (Dalam Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 1. Pertanian 262.838 271.780 318.618 341.294 2. Industri Pengolahan 13.344.270 13.499.050 15.092.961 17.168.824 3. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.045.975 1.159.616 1.364.064 1.607.057 4. Bangunan 1.091.818 1.146.303 1.218.520 1.376.313 5. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6. Transportasi dan Komunikasi 7. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8.633.457 9.640.712 11.077.001 12.491.928 2.362.760 2.676.363 3.137.586 3.572.443 1.103.847 1.199.730 1.360.573 1.566.220 8. Jasa Jasa 1.680.396 1.881.833 2.109.743 2.404.729 PDRB ADHB 29.525.360 31.475.388 35.679.065 40.528.808 Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2011 Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab II II.1

Kenaikan yang optimis juga dapat dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) yang menunjukkan trend kenaikan yang positif, dari sebesar Rp.14,62 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp.15,47 trilyun pada tahun 2010, dan Rp.16,57 trilyun pada tahun 2011. Kenaikan ini rata rata mencapai angka 5,84% pada tahun 2010, dan 7,08% pada tahun 2011. Gambaran tentang kenaikan yang progresif PDRB (ADHK) Kota Bekasi tahun 2008 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008 2011 (Dalam Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 1. Pertanian 131.569 130.853 132.841 135.205 2. Industri Pengolahan 6.388.658 6.344.557 6.539.236 6.868.060 3. Listrik, Gas dan Air Bersih 512.610 562.665 627.785 696.315 4. Bangunan 529.219 542.549 564.793 620.425 5. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6. Transportasi dan Komunikasi 7. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.882.989 4.148.716 4.424.414 4.782.975 1.170.570 1.366.630 1.550.993 1.707.287 563.669 596.093 646.581 704.352 8. Jasa Jasa 863.119 930.532 989.466 1.056.921 PDRB ADHK 14.042.404 14.622.594 15.476.108 16.571.540 Sumber: Kota Bekasi Dalam Angka 2011 Berdasarkan kontribusinya terhadap PDRB (ADHK), struktur perekonomian Kota Bekasi secara umum dikonstruksi sektor industri pengolahan yang ratarata mencapai 43,15% sepanjang tahun 2008 2011, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 28,37%, sektor transportasi dan komunikasi sebesar 9,50%; sektor jasa sekitar 6,32%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 4,25%; Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 3,94%; Bangunan sebesar 3,72%; dan Pertanian sebesar 0,88%. Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab II II.2

Namun demikian, kendati sektor industri pengolahan adalah sektor yang paling besar memberikan kontribusi, namun pertumbuhannya sepanjang empat tahun terakhir hanya sekitar 18,96%. Pertumbuhan tertinggi justru dikontribusi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 35,58%; diikuti oleh sektor transportasi dan komunikasi sebesar 21,22%. Inilah ketiga sektor utama yang dalam beberapa tahun ke depan masih akan menjadi tiang penyangga perekonomian Kota Bekasi, yang apabila dilihat dalam konteks pengelompokkan lapangan usahanya, maka struktur perekonomian Kota Bekasi didominasi oleh sektor sekunder (Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih, serta Bangunan) yang mencapai 50,80%; disusul sektor tertier yang mencapai 48,32% (Perdagangan, Hotel dan Restoran; Transportasi dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta Jasa jasa lainnya); dan sisanya adalah sektor primer yang hanya sebesar 0,88% (Pertanian, Pertambangan). Sektor primer ini diprediksi pada tahun tahun mendatang akan jauh berkurang bahkan mencapai titik nihil mengingat alih fungsi lahan pertanian yang makin massif guna menunjang fungsi kota yang makin kompleks. Didukung oleh komposisi penduduk yang menguntungkan, dengan lebih dari 70% adalah penduduk usia produktif serta 63,79% nya merupakan angkatan kerja, maka akan menjadi faktor pendorong terus meningkatnya LPE dan PDRB Kota Bekasi di masa depan. Dan seiring dengan LPE dan PDRB yang terus meningkat tersebut, pendapatan per kapita masyarakat Kota Bekasi juga diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya, yang sejak tahun 2008 tumbuh rata rata mencapai 27,22%, dari Rp.13,19 juta per tahun menjadi Rp. 16,73 juta pada tahun 2011, dan diproyeksikan akan mencapai Rp.19,73 juta pada tahun 2014. Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab II II.3

2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Tahun 2014 Dengan struktur perekonomian yang didominasi oleh sektor sekunder dan tersier, maka ekonomi Kota Bekasi akan sangat bergantung pada kondusifitas iklim perekonomian nasional dan global, demikian juga dengan pertumbuhan ekonominya. Turun drastisnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bekasi tahun 2009 hingga di titik 4,13% adalah implikasi dari faktor kondusifitas dimaksud. Namun demikian, dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) tiga tahun setelahnya yang mencapai rata rata 6,49%, serta asumsi LPE tahun 2013 yang mencapai 6,72%, maka LPE tahun 2014 diproyeksikan akan mencapai 7,12%. Angka ini masih diatas angka proyeksi nasional yang berkisar 6,5% 6,9% kendati masih sedikit di bawah proyeksi Provinsi Jawa Barat yang berkisar antara 7,21% 7,29%. Dan dengan asumsi LPE tersebut, maka PDRB (ADHK) diproyeksi akan mencapai Rp.19,165 trilyun pada tahun 2014. mencapai Rp.52,080 trilyun rupiah pada tahun 2014. Sedangkan PDRB (ADHB) diproyeksi akan Grafik 2.1 Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bekasi Tahun 2008 2014 (Dalam %) Sumber : Diolah dari Buku Indikator Makro Kota Bekasi, 2011 Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab II II.4

Untuk mencapai target laju pertumbuhan ekonomi tersebut di atas, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kinerja sektor sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah, antara lain: a. Meningkatkan kinerja sektor unggulan yang menjadi penggerak utama pertumbuhan Kota Bekasi, yakni sektor tersier yang terdiri dari lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran serta transportasi dan komunikasi; b. Meningkatkan kinerja sektor potensial, yaitu sektor sekunder (Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih, serta Bangunan), yang memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Bekasi. Upaya meningkatkan kinerja sektor ini diupayakan melalui penciptaan iklim yang kondusif bagi masuknya investasi khususnya di sektor ini; Gambaran tentang proyeksi PDRB pada tahun 2014 sekaligus target capaian PDRB pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.3 Proyeksi PDRB Kota Bekasi (Dalam Trilyun Rupiah) TAHUN PDRB (ADHK) PDRB (ADHB) 2008 14,042,404 29,527,369 2009 14,622,594 31,477,396 2010 15,476,108 35,681,076 2011 16,571,540 40,530,819 2012 17,287,278 43,602,685 2013 18,260,639 48,124,414 2014 19,165,112 52,080,241 Sumber : Diolah dari Buku Indikator Makro Kota Bekasi, 2011 Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab II II.5

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1 Asumsi Dasar Dalam APBN Pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi sangat dipengaruhi oleh kondusifitas perekonomian nasional bahkan global mengingat struktur perekonomian Kota Bekasi yang ditopang oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi rata rata mencapai 43,15% sepanjang tahun 2008 2011. Karenanya fluktuasi ekonomi yang terjadi dalam skala nasional akan sangat berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Pengalaman turun drastisnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bekasi tahun 2009 hingga di titik 4,13% adalah implikasi dari faktor kondusifitas dimaksud di atas. Di samping itu, perekonomian daerah juga dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor non ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada perekonomian daerah. Politik adalah salah satu faktor non ekonomi yang berpotensi mempengaruhi fluktuasi perekonomian nasional dan daerah. Hal ini terkait dengan akan dengan digelarnya hajatan demokrasi yaitu Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta Pemilihan Presiden pada tahun yang sama. Seperti pengalaman pada Pemilu sebelumnya, biasanya dunia usaha akan sedikit menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha pada tahun tahun politik, mengingat potensi kerentanan yang cukup mempengaruhi tingginya resiko Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab III III.1

bagi usaha mereka. Sikap wait and see dengan mudah dapat diprediksi akan banyak dilakukan dunia usaha pada tahun 2014. Berdasarkan asumsi tersebut, pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan berkisar antara 6,8% 7,2%, sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat diproyeksi berkisar antara 7,21% 7,29%. Dalam pada itu, kemajuan pembangunan ekonomi telah mendorong harapan yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat dengan tuntutan dan aspirasi rakyat terhadap kesejahteraan semakin tinggi. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kualitas manusia, pembangunan didorong pada empat jalur (track), yaitu : pro pertumbuhan (pro growth), pro lapangan kerja (pro job), pro pengurangan kemiskinan (pro poor), dan pro lingkungan (pro environment). Dengan kemajuan yang dicapai pada tahun 2012 dan 2013, serta masalah yang diperkirakan masih akan dihadapi hingga tahun 2014, maka tantangan pokok yang akan dihadapi pada tahun 2014 dan menjadi kebijakan perkuatan ekonomi nasional mencakup 6 hal, yaitu: 1. Mendorong Investasi dan Ekspor 2. Meningkatkan efektifitas belanja negara 3. Menjaga daya beli masyarakat 4. Menjaga stabilitas ekonomi, antara lain nilai tukar Rupiah 5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur 6. Menjaga stabilitas sosial dan politik Berdasarkan kinerja yang telah dicapai, potensi yang dimiliki, tantangan dan masalah yang dihadapi, serta keinginan untuk mencapai sasaran RPJMN 2010 2014 yaitu Mewujudkan Indonesia yang Demokratis, Sejahtera dan Berkeadilan, maka tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2014 adalah Memantapkan Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab III III.2

Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan. Berdasarkan tema tersebut maka prioritas RKP tahun 2014 mencakup 14 Prioritas Nasional, yaitu: 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; 2. Pendidikan; 3. Kesehatan; 4. Penanggulangan Kemiskinan; 5. Ketahanan Pangan; 6. Infrastruktur; 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha; 8. Energi; 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana; 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik; 11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi; 12. Bidang Politik, Hukum dan Keamanan lainnya; 13. Bidang Perekonomian lainnya; dan 14. Bidang Kesejahteraan Rakyat. Di samping ke 14 prioritas nasional tersebut, RKP 2014 didasarkan pada 3 isu strategis tahun 2014, yang merupakan Kebijakan (inisiatif) baru setelah RPJMN 2010 2014 ditetapkan antara lain: 1. Pemantapan Perekonomian Nasional, melalui: (1) Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); (2) Surplus Beras 10 Juta ton 2014; (3) Konversi Energi; (4) Low Cost Emission Car (Green Car); dan (5) Percepatan Pembangunan Propinsi Papua dan Propinsi Papua Barat; 2. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan, mencakup: (1) Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab III III.3

Indonesia (MP3KI); (2) Peningkatan Pelayanan Sanitasi dan Air Bersih dalam rangka pencapaian MDGs; dan (3) Pembangunan Shelter Bencana; 3. Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik, melalui: (1) Percepatan Pemenuhan Minimum Essential Force tahap I; (2) Peningkatan Personel dan Kapasitas Polri; dan (3) Penanganan Ancaman Gangguan Keamanan Dalam Negeri. Beberapa kebijakan dalam RKP 2014 diatas, disusun berdasarkan asumsiasumsi makro yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) Tahun 2014, yaitu: (a) Suku bunga acuan yang digunakan dalam APBN adalah Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dengan tenor 3 (tiga) bulan dan suku bunga berkisar 5,0% 6,0%; (b) Pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2014 diperkirakan sebesar 6,5% 6,9%; (c) Stabilitas ekonomi makro dijaga dengan laju inflasi nasional diasumsikan berada pada level 4,5% atau lebih rendah dari asumsi tahun 2013 yang sebesar 6,8%; nilai tukar rupiah antara Rp8.700 Rp9.400 per dollar Amerika Serikat ; dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) diasumsikan besarannya antara US$100 US$120 per barrel dengan lifting minyak berkisar antara 910 940 ribu barrel per hari. (d) Perekonomian dunia diperkirakan akan lebih baik dibanding tahun 2013, dengan asumsi perekonomian Eropa yang mulai membaik dan berangsur pulihnya ekonomi Amerika Serikat. Namun, masih terdapat risiko global yang dapat mempengaruhi perekonomian nasional, yakni (i) krisis utang Eropa terus berlanjut dan lambatnya pemulihan ekonomi Amerika Serikat; (ii) krisis politik di beberapa kawasan dunia; dan (iii) meningkatnya perubahan iklim global. (e) Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 didorong dengan upaya meningkatkan investasi, menjaga ekspor nonmigas, serta memberi Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab III III.4

dorongan fiskal dalam batas kemampuan keuangan negara dengan mempertajam belanja negara. Peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi makin besar. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pembiayaan investasi menjadikan peran masyarakat termasuk swasta menjadi sangat penting. 3.2 Asumsi Dalam APBD 2014 Seiring dengan proyeksi perekonomian nasional dan global tahun 2014 yang terus meningkat, kondisi perekonomian daerah Kota Bekasi pada tahun 2014 pun diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang setara dengan pertumbuhan nasional. Atas dasar itulah APBD Kota Bekasi tahun 2014 menjadikan beberapa indikator ekonomi makro sebagai asumsi dalam penyusunannya, yang antara lain mencakup indikator indikator makro perekonomian daerah sebagai berikut: 1. Dengan asumsi Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bekasi tahun 2013 berhasil mencapai angka 6,72%, maka LPE tahun 2014 diproyeksikan akan mencapai 7,12%. Angka ini masih diatas angka proyeksi nasional yang berkisar 6,5% 6,9% kendati masih sedikit di bawah proyeksi Provinsi Jawa Barat yang berkisar antara 7,21% 7,29%; 2. Dengan asumsi LPE tersebut, maka PDRB (ADHK) tahun 2014 diproyeksi akan mencapai Rp.19,165 trilyun pada tahun 2014. Sedangkan PDRB (ADHB) diproyeksi akan mencapai Rp.52,080 trilyun rupiah pada tahun 2014.; 3. Sejalan dengan peningkatan nilai PDRB tersebut, maka PDRB (ADHB) per kapita sebagai salah satu indikator kesejahteraan juga diproyeksikan mencapai Rp.19,73 juta per tahun. 4. Berdasarkan Indeks Harga Konsumen tahun 2008 hingga 2013, laju inflasi Kota Bekasi diharapkan relatif stabil pada kisaran sebesar 3,40% 3,50%, sehingga tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian daerah. Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab III III.5

3.3 Asumsi Asumsi Lainnya Beberapa asumsi lain dalam lingkup perencanaan pembangunan di Kota Bekasi yang merupakan pertimbangan pokok dalam perumusan dan penyusunan program prioritas pembangunan tahun 2014 antara lain adalah sebagai berikut: (1) Program Wajib Belajar 9 tahun di Kota Bekasi dinilai telah tuntas, sehingga akan ditingkatkan menjadi Wajib Belajar 12 tahun. Hal ini berkonsekuensi pada pembiayaan berupa subsidi yang masih akan diberikan di tingkat SMA dan sederajat untuk meningkatkan aksesibilitas pada jenjang pendidikan tersebut; (2) Sebagai bagian dari komitmen berkehidupan berbangsa dan bernegara, Pemerintah Kota Bekasi juga akan memfasilitasi penyelenggaraan Pemilu 2014 agar dapat berjalan dengan aman dan lancar, serta LUBER, Jujur dan Adil. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi gejolak yang dapat menyebabkan terganggunya kondusifitas daerah; (3) Pembiayaan lain yang menjadi urusan wajib Pemerintah Kota Bekasi masih akan dialokasikan dengan berprinsip pada kebijakan yang propoor, pro job, pro growth, dan pro environment. Karenanya upaya meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan masih akan terus ditingkatkan efektivitasnya. (4) Pembangunan dan/atau rehabilitasi infrastruktur jaringan jalan, termasuk prasarana dan sarana transportasi perkotaan, untuk meningkatkan mobilitas arus barang dan produktivitas kegiatan perdagangan jasa yang menunjang pertumbuhan ekonomi kerakyatan, ekonomi lokal dan ekonomi regional. Pelibatan sektor swasta akan terus didorong dengan prinsip kemitraan yang saling menguntungkan guna memecahkan beban transportasi yang makin berat di Kota Bekasi; Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab III III.6

(5) Pengembangan, pembangunan dan/atau rehabilitasi pusat pusat perdagangan dan industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dalam skala mikro, kecil dan menengah maupun pengembangan serta pemberdayaan Koperasi; (6) Sejalan dengan fokus RKP 2014 pada upaya peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan, kebijakan, program dan kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) serta Peningkatan Pelayanan Sanitasi dan Air Bersih dalam rangka pencapaian MDGs juga akan dilakukan melalui pendekatan sektoral. Rancangan Kebijakan Umum APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2014 Bab III III.7

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1 Kebijakan Pendapatan Daerah Dalam konteks keuangan daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah adalah hak hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, yang didapat dari sumber penerimaan internal maupun eksternal pemerintah daerah. Sumber penerimaan pendapatan daerah secara garis besar mencakup pendapatan asli daerah, pendapatan dari dana perimbangan pusat daerah, dan lain lain sumber pendapatan yang sah. Pendapatan daerah dari sumber pendapatan asli daerah didapat dari penerimaan pajak pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan sumber pendapatan asli daerah lainnya yang yang sah. Kemudian pendapatan daerah dari sumber dana perimbangan didapat dari bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus yang mana kebijakan penetapannya merupakan kewenangan Pemerintah (pusat). Selanjutnya, untuk pendapatan dari sumber lain lain pendapatan daerah yang sah didapat dari penerimaan dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian / otonomi khusus, bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya, dan dana penguatan desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan daerah. Sejalan dengan proses dan mekanisme perencanaan pembangunan daerah baik perencanaan tahunan, jangka menengah, maupun jangka panjang, aspek keuangan daerah merupakan bagian yang menjadi pertimbangan pokok dalam perencanaan. Hal tersebut berkaitan erat dengan penetapan rencana program / kegiatan yang akan ditetapkan sebagai prioritas untuk IV.1

dilaksanakan pada setiap tahun anggaran. Daya dukung aspek keuangan daerah sangat berpengaruh penting terhadap probabilitas maupun prospek keberhasilan pelaksanaan program / kegiatan yang ditetapkan. Oleh karenanya pendapatan daerah khususnya konteks pendapatan asli daerah (sendiri) menjadi tolok ukur dalam menetapkan tingkat kemampuan fiskal daerah. Kebijakan anggaran pendapatan tahun 2014 sebagaimana telah digariskan dalam RPJMD Kota Bekasi 2013 2018 diarahkan pada upaya Peningkatan Pendapatan Daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat, disertai dengan tertib administrasi pungutan sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. Hal ini dilakukan dengan berpedoman pada kebijakan sebagai berikut: 1) Sumber penerimaan pendapatan khususnya Pajak dan Restribusi Daerah diupayakan optimal dari segi hasil (yield) berdasarkan azas keadilan (equity), memperhatikan efisiensi ekonomi, kemampuan melaksanakan (ability to implement) dan kecocokan sebagai sumber Penerimaan Daerah (suitability as local revenue source). Lebih lanjut pengadministrasian penerimaan pendapatan daerah meliputi upaya Pajak (tax effort) yaitu antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak (PDRB), hasil guna (eficiency) yaitu mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak. 2) Hasil guna menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak yaitu menentukan wajib pajak, menetapkan nilai kena pajak, memungut pajak, menegaskan sistem pajak, dan membukukan penerimaan. Dalam usaha mencapai efesiensi ini, tiga faktor yang mengancam yang patut diperhatikan adalah penghindaran pajak oleh wajib pajak, kolusi antara wajib pajak dengan petugas pajak, dan penipuan oleh petugas pajak. IV.2

Daya guna mengukur bagian dari hasil pajak digunakan untuk menutup biaya memungut pajak yang bersangkutan. 3) Penyusunan kebijakan bidang pendapatan daerah antara lain memperhatikan faktor yang mempengaruhi potensi sumber penerimaan daerah yaitu kondisi awal daerah, peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan, perkembangan PDRB per kapita riil, pertumbuhan penduduk, tingkat inflasi, penyesuaian tarif, pembangunan fasilitas baru, sumber pendapatan baru, dan perubahan peraturan dan perundang undangan. 4) Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan Daerah (Local Government Revenue Improvement Action Plan) adalah program terencana dan terpadu untuk: a). mencapai sasaran penerimaan daerah yang sesuai dengan potensi yang ada, dan b). mengidentifikasikan tindakan tindakan yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan perubahan yang terjadi pada sumber sumber penerimaan daerah. Dari kedua tujuan diatas, jelas bahwa rencana peningkatan daerah ini merupakan program yang bersifat self corrected. Hal ini berarti, selain untuk mencapai sasaran penerimaan daerah yang sesuai dengan potensi yang ada (yang realistis), program terpadu ini juga ditujukan untuk merekomendasikan revisi pada Peraturan Daerah untuk mengantisipasi perubahanperubahan. 5) Seiring Pengalihan wewenang pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kepada Pemerintah Kota Bekasi mulai tahun 2013, perlu dipersiapkan secara matang, baik yang menyangkut masalah sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, maupun basis datanya, sehingga proses peralihan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. IV.3

Arah kebijakan yang perlu diambil dalam melaksanakan upaya upaya peningkatan pendapatan daerah dilakukan melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat disertai dengan tertib administrasi pungutan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pula peningkatan kualitas pelayanan kepada publik dilaksanakan secara profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah kualitas kinerja layanan lembaga serta penyederhanaan prosedur pengelolaan pendapatan daerah menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan publik. Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan hasil analisis potensi sumber sumber pendapatan, target pendapatan TA 2014 dalam RPJMD Kota Bekasi, realisasi penerimaan pendapatan TA 2012 dan target penerimaan pendapatan TA 2013, maka penerimaan pendapatan daerah TA 2014 direncanakan mencapai Rp.2.705.135.661.550,00 turun sekitar 1,65% dibandingkan tahun 2013. Jumlah penerimaan pendapatan terbesar berasal dari sumber Dana Perimbangan diperhitungkan sebesar Rp.1.281.726.540.200,00 naik sekitar 6,40% dibandingkan tahun 2013 dengan asumsi belum diperhitungkannya Dana Alokasi Khusus (DAK). Sementara penerimaan dari sumber Pendapatan Asli Daerah diperhitungkan sebesar Rp.948.998.074.550,00 naik sekitar 8,92% dibandingkan tahun 2013. Sedangkan pendapatan dari sumber Lain lain Pendapatan yang Sah diperhitungkan sebesar Rp.474.411.046.800,00 turun sekitar 29,68% dengan asumsi belum diperhitungkannya pendapatan hibah, dana darurat, dana penyesuaian otonomi khusus, dan bantuan keuangan dari pemerintah provinsi dan pemerintah daerah lainnya. Karenanya pendapatan dari sumber ini tetap diharapkan meningkat realisasinya dibandingkan tahun 2013. Gambaran tentang konstruksi pendapatan daerah tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini. IV.4

Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Tahun 2013 dan Proyeksi Pendapatan Tahun 2014 No U R A I A N T.A.2013 Proyeksi T.A. 2014 I PENDAPATAN 2,750,609,367,929.00 2,705,135,661,550.00 1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 871,275,048,121.00 948,998,074,550.00 1. 1. 1 Pendapatan Pajak Daerah 674,763,073,321.00 744,298,189,800.00 1. 1. 2 Hasil Retribusi Daerah 45,977,967,400.00 50,775,137,000.00 1. 1. 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 9,479,323,600.00 10,387,632,000.00 Daerah yang Dipisahkan 1. 1. 4 Lain lain Pendapatan Asli 141,054,683,800.00 143,537,115,750.00 Daerah yang Sah 1. 2 DANA PERIMBANGAN 1,204,659,805,293.00 1,281,726,540,200.00 Bagi Hasil Pajak/ 117,234,308,293.00 117,234,308,290.00 1. 2. 1 Bagi Hasil Bukan Pajak 1. 2. 2 Dana Alokasi Umum 1,051,235,707,000.00 1,164,492,231,910.00 1. 2. 3 Dana Alokasi Khusus 36,189,790,000.00 0.00 1. 3 LAIN LAIN PENDAPATAN DAERAH 674,674,514,515.00 474,411,046,800.00 YANG SAH 1. 3. 1 Dana Bagi Hasil Pajak dari 435,281,396,155.00 474,411,046,800.00 Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian 174,552,873,000.00 0.00 1. 3. 2 dan Otonomi Khusus 1. 3. 3 Bantuan Keuangan dari Provinsi 64,840,245,360.00 0.00 atau Pemerintah Daerah Lainnya II PEMBIAYAAN DAERAH 275,426,685,681.00 16,830,369,800.00 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 292,257,055,481.00 0.00 2. 1 DAERAH 2. 1. 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 292,257,055,481.00 0.00 Tahun Anggaran Sebelumnya TOTAL DANA TERSEDIA 3,026,036,053,610.00 2,688,305,291,750.00 Arah kebijakan yang perlu diambil dalam melaksanakan upaya upaya peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian potensi dan penyuluhan kepada masyarakat perlu disertai dengan tertib administrasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pula peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan secara profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah, kualitas kinerja layanan lembaga serta penyederhanaan prosedur pengelolaan pendapatan daerah menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan publik. IV.5

Dalam upaya peningkatan pendapatan daerah yang berorientasi pada kepuasan pelayanan publik, maka strategi kebijakan di bidang pendapatan pada tahun 2014 diarahkan pada upaya sebagai berikut : 1) Intensifikasi sumber sumber Pendapatan Daerah; 2) Peningkatan partisipasi publik (swasta dan masyarakat) dan stakeholder lainnya dalam pendapatan daerah; 3) Peningkatan kualitas aparatur pendapatan daerah; 4) Optimalisasi sistem organisasi dan kelembagaan pendapatan daerah; 5) Penegakan peraturan bidang pendapatan daerah; 6) Peningkatan kualitas koordinasi dan kerjasama dengan dinas dan instansi terkait. 4.2 Kebijakan Belanja Daerah Dalam struktur APBD, anggaran belanja menempati posisi yang sentral karena rencana kerja yang telah disusun akan dituangkan dalam bentuk anggaran belanja. Belanja daerah secara umum diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah sesuai dengan amanat pasal 22 UU Nomor 32 tahun 2004. Besarnya anggaran belanja akan sejalan dengan besarnya anggaran pendapatan. Untuk itu dalam menghitung perkiraan anggaran belanja masih berpedoman pada perkiraan perolehan anggaran pendapatan. Namun demikian dalam APBD kita juga mengenal adanya istilah anggaran defisit ataupun anggaran surplus. Dalam prakteknya, anggaran defisit ataupun surplus akan menjadi balance karena adanya anggaran pembiayaan. Kebijakan anggaran belanja tahun 2014 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efesien dan efektif. Kebijakan dalam penyusunan Balanja Daerah Kota Bekasi berdasarkan pendekatan anggaran berbasis kinerja. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka pelaksanaan IV.6

penyusunan anggaran belanja daerah bertujuan meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran dimaksud. Oleh karenanya, orientasi Belanja Daerah diprioritaskan untuk dalam rangka mencapai efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing masing dari satuan kerja perangka daerah (SKPD). Dengan demikian, pada prinsipnya bahwa setiap peningkatan alokasi belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran harus diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Arah Kebijakan Belanja Daerah Kota Bekasi tahun 2014 sebagaimana telah digariskan dalam RPJMD Kota Bekasi 2013 2018, mengacu kepada visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih yang pengelolaannya akan didasarkan pada prioritas sebagai berikut : 1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk memenuhi kewajiban Daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kota Bekasi, yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan : (i) pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan); (ii) fasilitas sosial; dan (iii) fasilitas umum yang layak; 2) Belanja Daerah disusun berdasarkan standar pelayanan pelayanan minimal, standar analisis belanja, standar harga, dan tolok ukur kinerja, dan secara bertahap akan menerapkan standar analisis beban kerja per SKPD; 3) Belanja Daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung diarahkan pada peningkatan kemampuan penyelenggaraan pelayanan publik (merujuk pada prinsip good governance) yang didasarkan pada pola kinerja merit system agar mampu mencerminkan pembiayaan yang dikeluarkan setara dengan kinerja dan keluaran yang dihasilkan; 4) Belanja Tidak Langsung, yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan IV.7

belanja tak terduga disusun dengan memperhatikan efisiensi, efektivitas, dan proporsionalitasnya dalam pelaksanaan urusan wajib yang menjadi tanggung jawab pemerintah kota. Kondisi Belanja Daerah pada saat ini masih dipengaruhi oleh adanya kebijakan Pemerintah Pusat dalam bidang kepegawaian, yaitu kebijakan kenaikan gaji pegawai serta kebijakan pengangkatan CPNSD formasi Tahun 2014 dari tenaga magang, honorer, sukwan dll. Kebijakan Pemerintah Daerah yang harus tetap diakomodir adalah program peningkatan akses dan mutu layanan pendidikan dan kesehatan dalam mencapai visi dan misi Kota Bekasi yaitu Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan. Program pembangunan lain yang direncanakan antara lain program peningkatan infrastruktur, program pengembangan ekonomi, serta program reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik dan perencanaan pembangunan yang menjadi prioritas pada tahun 2014. Berdasarkan proyeksi pendapatan yang diprediksi turun, maka belanja tidak langsung tahun 2014 yang diperkirakan turun sebesar 8,66% menjadi Rp.1,148,015,663,380.00 dari sebesar Rp.1,256,848,766,580.00 pada tahun 2013. Demikian pula dengan belanja langsung pada Tahun Anggaran 2014 juga diproyeksi mengalami penurunan sebesar 12,94% menjadi Rp.1,540,289,628,370.00 dari sebesar Rp.1,769,187,287,030.00, pada tahun 2013.. Dengan demikian secara keseluruhan belanja daerah tahun 2014 juga mengalami penurunan menjadi sebesar Rp.2,688,305,291,750.00 turun sebesar 11,16% dibanding belanja daerah tahun 2013 yang mencapai Rp.3,026,036,053,610.00. Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 ini belum mengalokasikan belanja yang pendanaannya bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Penyesuaian Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya. Gambaran tentang belanja daerah tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini. IV.8

Tabel 4.2 Belanja Daerah TA. 2013 dan Proyeksi Belanja Daerah TA. 2014 No URAIAN 2013 2014 I BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,256,848,766,580.00 1,148,015,663,380.00 1 Belanja Pegawai 1,147,225,247,580.00 1,047,999,484,380.00 2 Belanja Bunga 300,000,000.00 300,000,000.00 3 Belanja Hibah 59,735,150,000.00 58,648,790,000.00 4 Belanja Bantuan Sosial 30,671,000,000.00 36,162,370,000.00 Belanja Bantuan Keuangan kepada 905,019,000.00 905,019,000.00 5 Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 6 Belanja Tidak Terduga 18,012,350,000.00 4,000,000,000.00 II BELANJA LANGSUNG 1,769,187,287,030.00 1,540,289,628,370.00 1 Belanja Langsung Penunjang Urusan 155,227,185,570.00 167,238,892,570.00 2 Belanja Langsung Urusan 1,613,960,101,460.00 1,373,050,735,800.00 BELANJA DAERAH 3,026,036,053,610.00 2,688,305,291,750.00 PENDAPATAN DAERAH 2,750,609,367,929.00 2,705,135,661,550.00 DEFISIT 275,426,685,681.00 16,830,369,800.00 Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan keuangan, bantuan sosial dan belanja tidak terduga. Selanjutnya berkaitan dengan kebijakan pada masing masing jenis belanja pada Belanja Tidak Langsung dapat diuraikan sebagai berikut: a. Belanja Pegawai; 1. Besaran anggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2014; IV.9

2. Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan PNSD telah diperhitungkan acress sebesar 2,5 % dari jumlah belanja pegawai; 3. Untuk mengantisipasi rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD yang ditetapkan pemerintah dengan kenaikan sebesar 10%; 4. Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, telah dianggarkan belanja pegawai sesuai dengan kebutuhan pengangkatan CPNSD dan formasi pegawai tahun 2014. 5. Penganggaran tambahan penghasilan pegawai dialokasikan untuk PNSD/CPNSD dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja yaitu berupa tunjangan daerah (baik untuk pejabat struktural/fungsional maupun staf), insentif bagi pengelola rumah tangga, Insentif TU Pimpinan, Insentif Bagian Kesos,, tunjangan kesejahteraan (khusus pada Setwan), b. Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja yaitu berupa extrafooding bagi petugas lapangan dan tunjangan resiko kerja pada Kantor Arsip Daerah. c. Tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi yaitu berupa tunjangan bendahara, pengelola keuangan (vakasi), tunjangan PPK SKPD, tunjangan khusus aparatur pengawasan (pada Inspektorat), tunjangan khusus (pada Bappeda, Pengelola keuangan daerah, Panitia penaksir dan penilai barang daerah, Penghapus aset daerah, Majelis TPTGR). d. Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja yaitu berupa tunjangan kinerja tahunan. e. Tunjangan profesi guru PNSD dan tambahan penghasilan guru PNSD non sertifikasi yang bersumber dari dana penyesuaian dan otonomi khusus. IV.10

6. Penganggaran biaya pemungutan pajak daerah dialokasikan sebesar 5% dari target penerimaan pajak daerah Tahun Anggaran 2014; 7. Penganggaran iuran asuransi kesehatan berpedoman pada pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/MENKES/PB/II/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Daerah; 8. Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain pimpinan dan anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan didasarkan pada peraturan pemerintah No. 24 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2007. Penganggaran tersebut juga didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah Penganggaran dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional. Pada APBD Tahun Anggaran sebelumnya pengelompokkan kemampuan keuangan daerah Kota Bekasi masuk dalam kategori tinggi. 9. Penganggaran belanja walikota dan wakil walikota didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. untuk besaran belanja penunjang operasional walikota dan wakil walikota ditetapkan berdasarkan klasifikasi Pendapatan Asli Daerah dimana IV.11

untuk Kota Bekasi masuk dalam klasifikasi PAD di atas Rp 150 milyar paling rendah Rp. 600 juta dan paling tinggi sebesar 0,15 %; b. Belanja Bunga dianggarkan untuk pembayaran bunga pinjaman jangka panjang berupa pinjaman ke Pemerintah Pusat untuk program WJUDSP dan MBUDSP; c. Belanja Hibah, dianggarkan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Pada APBD Tahun Anggaran 2014, hibah diberikan antara lain kepada masyarakat kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan keolahragaan non profesional serta kepada organisasi kemasyarakatan. Pencantuman alokasi belanja hibah dalam KUA PPAS Tahun Anggaran 2014 telah didasarkan pada hasil verifikasi dan evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah dituangkan dalam rekomendasi SKPD serta Nota Pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Kota Bekasi (TAPD) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; d. Belanja Bantuan Sosial, dianggarkan dalam rangka pemberian bantuan berupa uang kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada APBD Tahun Anggaran 2014, anggaran belanja bantuan sosial berupa uang kepada individu dan atau keluarga terdiri dari yang direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan. Bantuan sosial yang tidak dapat IV.12

direncanakan sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan. Pencantuman alokasi belanja bantuan sosial dalam KUA PPAS Tahun Anggaran 2014 telah didasarkan pada hasil verifikasi dan evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah dituangkan dalam rekomendasi SKPD serta Nota Pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Kota Bekasi (TAPD) kecuali untuk bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; e. Belanja Bantuan Keuangan, dianggarkan untuk pemberian bantuan dalam rangka untuk melaksanakan program khusus dari pemerintah pusat atau pemerintah provinsi dalam rangka pemberdayaan masyarakat atau tujuan lain yang telah ditentukan. Pada APBD TA 2014 belanja bantuan keuangan diberikan kepada Partai Politik sesuai Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik; f. Belanja Tak Terduga, adalah pengeluaran yang diperuntukkan kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun tahun sebelumnya yang telah ditutup. IV.13