Prof. Fasli Jalal, Ph.D

dokumen-dokumen yang mirip
BONUS DEMOGRAFI INDONESIA

Strategi Penguatan Upaya Promotif dan Preventif dalam RPJMN Sub Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

MORTALITAS (KEMATIAN)

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

Pembahasan. 4 Dasawarsa KB. Refleksi MDG. Pencapaian. Sri Moertiningsih Adioetomo Rakernas. BKKBN 19 Februari 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

MORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

PERANAN GIZI DALAM MEMANFAATKAN BONUS DEMOGRAFI

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

Expected/S tandard/ goal. Observed/ Reality/ result. Gap/kesenjangan

Expected/S tandard/ goal. Observed/ Reality/ result. Gap/kesenjangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

Masalah Gizi di Indonesia dan Posisinya secara Global

Kerusakan DNA Pada 1000Hari Pertama Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

Oleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO

PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIV

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

Sgmendung2gmail.com

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

MENCERMATI BONUS DEMOGRAFI DENGAN MEMBANGUN KESADARAN NEGARA UNTUK MENUTUP RUANG PERKAWINAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kerusakannya (WHO, 2016). Sebagai penyebab utama disabilitas jangka

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peran Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat dalam Penguatan Upaya Promotif dan Preventif pada Program Germas. Husein Habsyi PP IAKMI

2. TINJAUAN LITERATUR

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

PENYAKIT TIDAK MENULAR DI INDONESIA

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

Rokok: Pembangunan Nasional dan Mewujudkan Cita-Cita Nawacita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GENDER, KEKUASAAN & KESEHATAN REPRODUKSI

PERCEPATAN PENCAPAIAN SASARAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

Burden (Beban) Penyakit

PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH

KULIAH UMUM PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA

Diskusi dan Konsultasi Nasional Masyarakat Sipil Untuk Pengembangan Strategi Global Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja Wisma PKBI, 13 Maret 2015

Transkripsi:

Prof. Fasli Jalal, Ph.D

Bagaimana proses Bonus Demografi terjadi? TRANSISI DEMOGRAFI Birth rates and death rates are high Birth rates declines due to increased opportunities and acces to birth control Death rate declines due to increased food production and improved medical care INDONESI A Birth rates and death rates are low Proses transisi demografi karena penurunan fertilitas dan mortalitas Terjadi perubahan struktur umur penduduk: penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi penduduk usia muda penurunan mortalitas akan meningkatkan harapan hidup, proporsi penduduk usia kerja dan lansia. Rasio ketergantungan menurun karena penurunan proporsi penduduk muda dan peningkatan proporsi penduduk usia kerja

Populasi dalam Juta Transisi Demografi akan menciptakan Peluang BONUS DEMOGRAFI pada 2012-2045 250 Tren Jumlah Anak-Anak, Usia Kerja dan Manula, Indonesia, 1950-2050 200 Usia Kerja 150 100 Anak-anak 0-14 50 Manula 65+ 0 Tahun Sumber : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo SE MA PhD Head of Masters Program on Population and Labor University of Indonesia; 2011 3

Kebijakan investasi pemerintah dan swasta yg membuka lapangan kerja BONUS DEMOGRAFI AKAN TEREALISIR BILA: Suplai tenaga kerja yang besar dan berkualitas akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Perempuan yang semakin terdidik memasuki pasar kerja lebih banyak shg membantu peningkatan pendapatan keluarga Tabungan masyarakat meningkat dan diinvestasikan secara produktif

Rasio ketergantungan dan Bonus Demografi 1971 2000 2010 2020-2030 Windows of Opportunity >2045 86 54 51 44 >50 Anak dan lansia per 100 usia produktif Anak dan lansia per 100 usia produktif Anak dan lansia per 100 usia produktif Anak dan lansia per 100 usia produktif Naik terus karena naiknya proporsi lansia Berdasarkan proyeksi SP2010 Window of Opp menyempit dan Angka ketergantungan tidak lagi serendah yang diharapkan Source : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo SE MA PhD Head of Masters Program on Population and Labor University of Indonesia; 2011 2028-2031 >2045 47 Anak dan lansia per 100 usia produktif >50 Naik terus karena naiknya proporsi lansia. 5

Pengalaman Internasional Turunnya dependency ratio berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Pert. GDP/th (%) 1960-2000 Kontribusi (%) Bonus Demografi thd pert. ekonomi Cina 7.0 9.2 Korsel 7.3 13.2 Singapura 8.2 13.6 Thailand 6.6 15.5 Sumber: 1. UN Population Prospect Rev. 10 dan Mawson & Kinugasa 2005 2. Mawson, A and Kinugasa T, 2005. East Asian Economic Development: Two Demographic Dividend 6

AKAN MENJADI BONUS ATAU BENCANA? 7

MENJADI BENCANA BILA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA RENDAH SEHINGGA TIDAK PRODUKTIF DAN TIDAK KOMPETITIF

Sudahkah kita Menyiapkan Generasi Penerus Indonesia?

Mempersiapkan Generasi Emas 100 Tahun Indonesia Merdeka Kelompok umur Strukutur Penduduk Indonesia Tahun 2010 Periode Bonus Demografi 2012-2045 Generasi 100 thn Merdeka (Usia pada tahun 2045) 90+ 80-89 70-79 60-69 50-59 40-49 30-39 20-29 10-19 0-9 90+ 80-89 70-79 60-69 50-59 40-49 30-39 20-29 10-19 0-9 0.28 1.58 5.43 10.75 20.01 30.57 38.34 41.20 43.55 45.93 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 Jumlah Penduduk (juta) Perempuan 0.2 0.9 3.1 5.6 9.7 15.2 19.0 20.7 21.3 22.3 0.1 0.7 Sasaran Kelompok Strategis Laki-laki 2.4 5.2 10.3 15.4 19.3 20.5 22.3 23.6 30 20 10 0 10 20 30 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Pendidikan Menengah Universal Pendidikan karakter Paud HI Pendidikan karakter PEMBANGUNAN KELUARGA : balita dan anak, remaja, lansia Strategi Pembangunan Keluarga Indonesia 45-54 tahun 35-44 tahun Generasi yang cerdas komprehensif: a.l produktif, inovatif, damai dlm interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul

ANGKA KEMATIAN BAYI DAN ANAK DI INDONESIA TAHUN 1991-2012 Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012 11

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN, PENTING!!! Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (janin dan bayi 2 tahun) Dampak jangka pendek Perkembangan otak Pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan Dampak jangka panjang Kognitif dan Prestasi belajar Kekebalan Kapasitas kerja Mati Metabolisme glukosa, lipids, protein Hormon/receptor/gen Diabetes, Obesitas, Penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas lansia Sumber: Short and long term effects of early nutrition (James et al 2000) 12

ANALISIS MASALAH KESEHATAN DAN FAKTOR DETERMINAN 13

Transisi Epidemiologi Kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll) Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015 1990 2000 2010 2015 Cedera 7% Cedera 8% Cedera 9% Cedera 13% Penyakit Menular 56% Penyakit Tidak Menular 37% Penyakit Menular 43% Penyakit Tidak Menular 49% Penyakit Menular 33% Penyakit Tidak Menular 58% Penyakit Menular 30% Penyakit Tidak Menular 57% Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles (2014) Keterangan: Pengukuran beban penyakit dengan Disability-adjusted Life Years (DALYs) hilangnya hidup dalam tahun akibat kesakitan dan kematian prematur 14

Perubahan Beban Penyakit Tahun 1990: penyakit menular (ISPA, TB, Diare, dll) menjadi penyebab kematian dan kesakitan terbesar Sejak Tahun 2010: PTM menjadi penyebab terbesar kematian dan kecacatan (stroke, kecelakaan, jantung, kanker, diabetes) Tanpa upaya kuat, tren peningkatan PTM ke depan masih terjadi Sumber data: Global burden of diseases (2010) dan Health Sector Review (2014) Peringkat Tahun 1990 Tahun 2010 Tahun 2015 1 ISPA 1 Stroke 1 Stroke 2 Tuberkulosis 2 Tuberkulosis 2 Kecelakaan Lalin 3 Diare 3 Kecelakaan Lalin 3 Jantung Iskemik 4 Stroke 4 Diare 4 Kanker 5 Kecelakaan Lalin 5 Jantung Iskemik 5 Diabetes Melitus 6 Komplikasi Kelahiran 6 Diabetes Melitus 6 Tuberkulosis 7 Anemia Gizi Besi 7 Low Back Pain 7 ISPA 8 Malaria 9 ISPA 8 Depresi 13 Jantung Iskemik 12 Komplikasi Kelahiran 9 Asfiksia dan Trauma Kelahiran 16 Diabetes Melitus 26 Malaria 10 Penyakit Paru Obstruksi Kronis Keterangan: Pengukuran beban penyakit dengan Disability-adjusted Life Years (DALYs) hilangnya hidup dalam tahun akibat kesakitan dan kematian prematur

Akibat Pernikahan Usia Dini Drop Out Sekolah tinggi KDRT Lama Sekolah Rendah Pernikahan Dini Subordinasi Keluarga Hak Kespro Rendah Early marriage is associated with a number of poor social and physical outcomes for young women and their offspring. They attain lower schooling, lower social status in their husbands families, have less reproductive control, and suffer higher rates of maternal mortality and domestic violence. They are often forced out of school without an education, their health is affected because their bodies are too immature to give birth. Peluang Kematian Ibu Tinggi Consequences of Early Marriage for Women in Bangladesh, Erica Field Harvard University, September 2004. 16

PENDEWASAAN USIA KEHAMILAN Pendewasaan usia kehamilan menurunkan kejadian stunting, bayi berat lahir rendah dan angka kematian bayi

Kriteria Remaja Rencana Remaja dalam berkeluarga BAIK, jika umur menikah rencananya laki-laki >= 25 tahun dan wanita >= 20 th keinginan punyai anak =< 2 anak Jarak kelahiran >= 2 tahun merencanakan memakai suatu cara kontrasepsi 18

Kesimpulan Remaja wanita berpeluang memiliki rencana kehidupan berkeluarga lebih baik 1,9 kali dibandingkan laki-laki Remaja yang mempunyai pengetahuan alat/cara KB berpeluang memiliki rencana kehidupan keluarga lebih baik 10 kali dibandingkan yang tidak mempunyai pengetahuan Remaja umur 20-24 tahun berpeluang memiliki rencana kehidupan berkeluarga lebih baik 1,2 kali dibandingkan umur 15-19 th Remaja yang terpapar informasi pendewasaan umur perkawinan berpeluang 1,67 klai lebih baik dibandingkan yang tidak terpapar Remaja yang terpapar informasi KB berpeluang memiliki rencana kehiudupan berkeluara lebih baik 1,59 kali lebih dibandingkan yang tidak terpapar 19

Kesimpulan Remaja yang pernah menghadiri pertemuan masyarakat membahasa Kes pro berpeluang memiliki rencana kehidupan berkeluarha lebih baik 1,5 kali dibandingkan yg tidak pernah hadir Faktor yang paling berpengaruh terhadap perencanaan remaja dalam kehidupan berkeluarga yaitu pengetahuan tentang alat/cara KB. Remaja yang mengetahui minimal 1 metode/cara kontrasepsi berpeluang 7 kali mempunyai rencana kehidupan berkeluarga lebih baik dibandingkan yang tidak mengetahui. 20

Kesimpulan Hubungan seks pranikah 8,3% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan usia 15-24 tahun melakukan hubungan seks pranikah 2,7% remaja usia 15-19 tahun dan 9,9% remaja usia 20-24 tahun melakukan hubungan seks pranikah Perilaku dalam berpacaran Hampir 80% pernah berpegangan tangan 48,2% remaja laki-laki dan 29,4% remaja perempuan pernah berciuman 29,5% remaja laki-laki dan 6,2% remaja perempuan pernah saling merangsang

Kesimpulan 21% remaja laki-laki dan 2% remaja perempuan memiliki teman yang pernah melakukan hubungan seks pranikah Sekitar 70% remaja terpapar terhadap semua jenis media paling banyak televisi Sekitar 60% remaja terpapar terhadap informasi tetang HIV-AIDS dan <30% terpapar terhadap informasi tentang PUP dan IMS. Sekitar 7% remaja pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan Kespro

Kesimpulan Determinan hubungan seks pranikah Umur Jenis kelamin Sikap terhadap hubungan seks pranikah Perilaku dalam berpacaran Keterpaparan terhadap informasi tentang HIV- AIDS Pengaruh teman sebaya Peran masyarakat

Pemanfaatan Bonus Demografi : Dengan Meningkatkan Kualitas Penduduk Investasi pendidikan dgn skill dan kompetensi serta ETOS yg tinggi utk penyerapan tenaga kerja Pekerja sehat produktif dimulai dari kecukupan pangan dan gizi, kespro Menurunnya angka kelahiran, meningkatnya penduduk usia kerja Bonus demografi dan pertumbuhan ekonomi Peningkatan peluang kerja perempuan dan tabungan Good governance kondusif utk investasi penciptaan lapangan kerja Kebijakan ekonomi kondusif utk penciptaan lapangan kerja dan kredit mikro Source: SM Adioetomo, diadaptasi dari Population Reference Bureau (PRB), 2013

25