Prof. Fasli Jalal, Ph.D
Bagaimana proses Bonus Demografi terjadi? TRANSISI DEMOGRAFI Birth rates and death rates are high Birth rates declines due to increased opportunities and acces to birth control Death rate declines due to increased food production and improved medical care INDONESI A Birth rates and death rates are low Proses transisi demografi karena penurunan fertilitas dan mortalitas Terjadi perubahan struktur umur penduduk: penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi penduduk usia muda penurunan mortalitas akan meningkatkan harapan hidup, proporsi penduduk usia kerja dan lansia. Rasio ketergantungan menurun karena penurunan proporsi penduduk muda dan peningkatan proporsi penduduk usia kerja
Populasi dalam Juta Transisi Demografi akan menciptakan Peluang BONUS DEMOGRAFI pada 2012-2045 250 Tren Jumlah Anak-Anak, Usia Kerja dan Manula, Indonesia, 1950-2050 200 Usia Kerja 150 100 Anak-anak 0-14 50 Manula 65+ 0 Tahun Sumber : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo SE MA PhD Head of Masters Program on Population and Labor University of Indonesia; 2011 3
Kebijakan investasi pemerintah dan swasta yg membuka lapangan kerja BONUS DEMOGRAFI AKAN TEREALISIR BILA: Suplai tenaga kerja yang besar dan berkualitas akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Perempuan yang semakin terdidik memasuki pasar kerja lebih banyak shg membantu peningkatan pendapatan keluarga Tabungan masyarakat meningkat dan diinvestasikan secara produktif
Rasio ketergantungan dan Bonus Demografi 1971 2000 2010 2020-2030 Windows of Opportunity >2045 86 54 51 44 >50 Anak dan lansia per 100 usia produktif Anak dan lansia per 100 usia produktif Anak dan lansia per 100 usia produktif Anak dan lansia per 100 usia produktif Naik terus karena naiknya proporsi lansia Berdasarkan proyeksi SP2010 Window of Opp menyempit dan Angka ketergantungan tidak lagi serendah yang diharapkan Source : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo SE MA PhD Head of Masters Program on Population and Labor University of Indonesia; 2011 2028-2031 >2045 47 Anak dan lansia per 100 usia produktif >50 Naik terus karena naiknya proporsi lansia. 5
Pengalaman Internasional Turunnya dependency ratio berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Pert. GDP/th (%) 1960-2000 Kontribusi (%) Bonus Demografi thd pert. ekonomi Cina 7.0 9.2 Korsel 7.3 13.2 Singapura 8.2 13.6 Thailand 6.6 15.5 Sumber: 1. UN Population Prospect Rev. 10 dan Mawson & Kinugasa 2005 2. Mawson, A and Kinugasa T, 2005. East Asian Economic Development: Two Demographic Dividend 6
AKAN MENJADI BONUS ATAU BENCANA? 7
MENJADI BENCANA BILA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA RENDAH SEHINGGA TIDAK PRODUKTIF DAN TIDAK KOMPETITIF
Sudahkah kita Menyiapkan Generasi Penerus Indonesia?
Mempersiapkan Generasi Emas 100 Tahun Indonesia Merdeka Kelompok umur Strukutur Penduduk Indonesia Tahun 2010 Periode Bonus Demografi 2012-2045 Generasi 100 thn Merdeka (Usia pada tahun 2045) 90+ 80-89 70-79 60-69 50-59 40-49 30-39 20-29 10-19 0-9 90+ 80-89 70-79 60-69 50-59 40-49 30-39 20-29 10-19 0-9 0.28 1.58 5.43 10.75 20.01 30.57 38.34 41.20 43.55 45.93 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 Jumlah Penduduk (juta) Perempuan 0.2 0.9 3.1 5.6 9.7 15.2 19.0 20.7 21.3 22.3 0.1 0.7 Sasaran Kelompok Strategis Laki-laki 2.4 5.2 10.3 15.4 19.3 20.5 22.3 23.6 30 20 10 0 10 20 30 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Pendidikan Menengah Universal Pendidikan karakter Paud HI Pendidikan karakter PEMBANGUNAN KELUARGA : balita dan anak, remaja, lansia Strategi Pembangunan Keluarga Indonesia 45-54 tahun 35-44 tahun Generasi yang cerdas komprehensif: a.l produktif, inovatif, damai dlm interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul
ANGKA KEMATIAN BAYI DAN ANAK DI INDONESIA TAHUN 1991-2012 Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012 11
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN, PENTING!!! Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (janin dan bayi 2 tahun) Dampak jangka pendek Perkembangan otak Pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan Dampak jangka panjang Kognitif dan Prestasi belajar Kekebalan Kapasitas kerja Mati Metabolisme glukosa, lipids, protein Hormon/receptor/gen Diabetes, Obesitas, Penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas lansia Sumber: Short and long term effects of early nutrition (James et al 2000) 12
ANALISIS MASALAH KESEHATAN DAN FAKTOR DETERMINAN 13
Transisi Epidemiologi Kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll) Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015 1990 2000 2010 2015 Cedera 7% Cedera 8% Cedera 9% Cedera 13% Penyakit Menular 56% Penyakit Tidak Menular 37% Penyakit Menular 43% Penyakit Tidak Menular 49% Penyakit Menular 33% Penyakit Tidak Menular 58% Penyakit Menular 30% Penyakit Tidak Menular 57% Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles (2014) Keterangan: Pengukuran beban penyakit dengan Disability-adjusted Life Years (DALYs) hilangnya hidup dalam tahun akibat kesakitan dan kematian prematur 14
Perubahan Beban Penyakit Tahun 1990: penyakit menular (ISPA, TB, Diare, dll) menjadi penyebab kematian dan kesakitan terbesar Sejak Tahun 2010: PTM menjadi penyebab terbesar kematian dan kecacatan (stroke, kecelakaan, jantung, kanker, diabetes) Tanpa upaya kuat, tren peningkatan PTM ke depan masih terjadi Sumber data: Global burden of diseases (2010) dan Health Sector Review (2014) Peringkat Tahun 1990 Tahun 2010 Tahun 2015 1 ISPA 1 Stroke 1 Stroke 2 Tuberkulosis 2 Tuberkulosis 2 Kecelakaan Lalin 3 Diare 3 Kecelakaan Lalin 3 Jantung Iskemik 4 Stroke 4 Diare 4 Kanker 5 Kecelakaan Lalin 5 Jantung Iskemik 5 Diabetes Melitus 6 Komplikasi Kelahiran 6 Diabetes Melitus 6 Tuberkulosis 7 Anemia Gizi Besi 7 Low Back Pain 7 ISPA 8 Malaria 9 ISPA 8 Depresi 13 Jantung Iskemik 12 Komplikasi Kelahiran 9 Asfiksia dan Trauma Kelahiran 16 Diabetes Melitus 26 Malaria 10 Penyakit Paru Obstruksi Kronis Keterangan: Pengukuran beban penyakit dengan Disability-adjusted Life Years (DALYs) hilangnya hidup dalam tahun akibat kesakitan dan kematian prematur
Akibat Pernikahan Usia Dini Drop Out Sekolah tinggi KDRT Lama Sekolah Rendah Pernikahan Dini Subordinasi Keluarga Hak Kespro Rendah Early marriage is associated with a number of poor social and physical outcomes for young women and their offspring. They attain lower schooling, lower social status in their husbands families, have less reproductive control, and suffer higher rates of maternal mortality and domestic violence. They are often forced out of school without an education, their health is affected because their bodies are too immature to give birth. Peluang Kematian Ibu Tinggi Consequences of Early Marriage for Women in Bangladesh, Erica Field Harvard University, September 2004. 16
PENDEWASAAN USIA KEHAMILAN Pendewasaan usia kehamilan menurunkan kejadian stunting, bayi berat lahir rendah dan angka kematian bayi
Kriteria Remaja Rencana Remaja dalam berkeluarga BAIK, jika umur menikah rencananya laki-laki >= 25 tahun dan wanita >= 20 th keinginan punyai anak =< 2 anak Jarak kelahiran >= 2 tahun merencanakan memakai suatu cara kontrasepsi 18
Kesimpulan Remaja wanita berpeluang memiliki rencana kehidupan berkeluarga lebih baik 1,9 kali dibandingkan laki-laki Remaja yang mempunyai pengetahuan alat/cara KB berpeluang memiliki rencana kehidupan keluarga lebih baik 10 kali dibandingkan yang tidak mempunyai pengetahuan Remaja umur 20-24 tahun berpeluang memiliki rencana kehidupan berkeluarga lebih baik 1,2 kali dibandingkan umur 15-19 th Remaja yang terpapar informasi pendewasaan umur perkawinan berpeluang 1,67 klai lebih baik dibandingkan yang tidak terpapar Remaja yang terpapar informasi KB berpeluang memiliki rencana kehiudupan berkeluara lebih baik 1,59 kali lebih dibandingkan yang tidak terpapar 19
Kesimpulan Remaja yang pernah menghadiri pertemuan masyarakat membahasa Kes pro berpeluang memiliki rencana kehidupan berkeluarha lebih baik 1,5 kali dibandingkan yg tidak pernah hadir Faktor yang paling berpengaruh terhadap perencanaan remaja dalam kehidupan berkeluarga yaitu pengetahuan tentang alat/cara KB. Remaja yang mengetahui minimal 1 metode/cara kontrasepsi berpeluang 7 kali mempunyai rencana kehidupan berkeluarga lebih baik dibandingkan yang tidak mengetahui. 20
Kesimpulan Hubungan seks pranikah 8,3% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan usia 15-24 tahun melakukan hubungan seks pranikah 2,7% remaja usia 15-19 tahun dan 9,9% remaja usia 20-24 tahun melakukan hubungan seks pranikah Perilaku dalam berpacaran Hampir 80% pernah berpegangan tangan 48,2% remaja laki-laki dan 29,4% remaja perempuan pernah berciuman 29,5% remaja laki-laki dan 6,2% remaja perempuan pernah saling merangsang
Kesimpulan 21% remaja laki-laki dan 2% remaja perempuan memiliki teman yang pernah melakukan hubungan seks pranikah Sekitar 70% remaja terpapar terhadap semua jenis media paling banyak televisi Sekitar 60% remaja terpapar terhadap informasi tetang HIV-AIDS dan <30% terpapar terhadap informasi tentang PUP dan IMS. Sekitar 7% remaja pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan Kespro
Kesimpulan Determinan hubungan seks pranikah Umur Jenis kelamin Sikap terhadap hubungan seks pranikah Perilaku dalam berpacaran Keterpaparan terhadap informasi tentang HIV- AIDS Pengaruh teman sebaya Peran masyarakat
Pemanfaatan Bonus Demografi : Dengan Meningkatkan Kualitas Penduduk Investasi pendidikan dgn skill dan kompetensi serta ETOS yg tinggi utk penyerapan tenaga kerja Pekerja sehat produktif dimulai dari kecukupan pangan dan gizi, kespro Menurunnya angka kelahiran, meningkatnya penduduk usia kerja Bonus demografi dan pertumbuhan ekonomi Peningkatan peluang kerja perempuan dan tabungan Good governance kondusif utk investasi penciptaan lapangan kerja Kebijakan ekonomi kondusif utk penciptaan lapangan kerja dan kredit mikro Source: SM Adioetomo, diadaptasi dari Population Reference Bureau (PRB), 2013
25