BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU TAHAN HOT DIP GALVANIZED TERHADAP SIFAT MEKANIK, TEBAL LAPISAN, DAN STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan secara Hot Dip Galvanizing (pelapisan secara celup panas)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN PELAPISAN GALVANIS ELEKTROPLATING DENGAN HOT DIP GALVANIZING TERHADAP KETAHANAN KOROSI DAN KEKERASAN PADA BAJA

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Perbandingan Pelapisan Galvanis Elektroplating Dengan Hot Dip Galvanizing Terhadap Ketahanan Korosi Dan Kekerasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON RENDAH YANG DILAPISI SENG DENGAN METODE HOT DIP GALVANIZING

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU PELAPISAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN SENG MELALUI METODE HOT DIP GALVANIZING

PENGARUH TEMPERATUR PENCELUPAN TERHADAP KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN PELAPISAN METODE HOT DIP GALVANIZING

BAB II STUDI LITERATUR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Hasil anodizing aluminium 1XXX dengan suhu elektrolit o C dan variasi waktu pencelupan (a) 5 menit. (b) 10 menit. (c) 15 menit.

Tugas Akhir. Pengujian Proses Hot Dip Galvanis Terhadap Kekerasan Dan. Struktur Mikro Baja Karbon Rendah Tipe SPHC JIS G 3131

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Tahap Persiapan. Hasil Nitridasi. Pengukuran Ketebalan

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir berikut ini : Pelat Baja Tipe SPHC JIS G Pembuatan Spesimen Uji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1. PROSES DIFUSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

III. METODOLOGI PENELITIAN

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Fasa Dan Kekerasan Copperized-AISI 1006

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

PENGARUH SURFACE TREATMENT METODA PLASMA NITRIDING TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN AUS PAHAT BUBUT BAHAN BAJA KECEPATAN TINGGI

PENGARUH PROSES POWDER NITRIDING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN TEBAL LAPISAN DIFUSI PADA PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

Available online at Website

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

STUDI BANDING PELAPISAN MATERIAL SKD11 DENGAN METODE PHYSICAL VAPOUR DEPOSITION DAN THERMAL DIFUSION PADA KOMPONEN INSERT DIES MESIN STAMPING PRESS

BAB IV DATA. Gambar Grafik kekerasan yang dihasilkan dengan quenching brine water

BAB IV HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating. dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO LOGAM ST 60

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur karbon (C) sampai dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB 3 METODE PENELITIAN

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

Available online at Website

SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU JATI

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat fisis, sifat mekanik dan sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip Galvanizing. Sifat fisis yang diukur adalah struktur mikro dan ketebalan. Struktur mikro yang diamati menggunakan mikroskop metallurgi dan ketebalan diukur menggunakan electrometer. Sifat mekanik yang diukur adalah kekerasan (Vickers). Sifat kima yang diukur adalah laju korosi. Dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan. 4.1 Hasil penelitian 4.1.1 Hasil Uji Ketebalan Hasil uji ketebalan lapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing pada baja jenis P.22 dan S.22 menggunakan electrometer di PT. BONDI SYAD MULIA. Proses pengujian dilakukan dengan menempelkan alat uji terhadap permukaan hasil pelapisan. Setelah itu didapatkan tiga nilai ketebalan lapisan Zn disetiap permukaan lapisan sehingga diperoleh nilai delta ketebalan lapisan Zn yang disajikan pada lampiran 1. Hasil perhitungan diperoleh nilai ketebalan dalam satuan micrometer (μm). Hasil rata-rata dari tiga nilai ketebalan pada baja P22 disajikan pada Tabel 4.1 sedangkan pada baja S22 disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Data hasil pengujian ketebalan permukaan pada baja P.22 Temperatur Proses Pelapisan Hot Dip Galvanizing HDG 445 C HDG 450 C HDG 455 C Ketebalan Lapisan Zn (μm) 87,6 88,6 88,9 107 104 106 119 120 118 Ketebalan Lapisan Zn Rata-Rata (μm) (88,36 ± 1,493) (105,66 ± 2,11) (119 ± 1,00) Tabel 4.2 Data hasil pengujian ketebalan permukaan pada baja S.22 Temperatur Proses Pelapisan Hot Dip Galvanizing HDG 445 C HDG 450 C HDG 455 C Ketebalan Lapisan Zn (μm) 62,7 62,9 62,5 76,3 77,7 77,5 95,1 94,9 94,7 Ketebalan Lapisan Zn Rata-Rata (μm) (62,70 ± 0,20) (77,16 ± 1,455) (94,90 ± 0,20) 4.1.2 Hasil Uji Kekerasan Hasil uji kekerasan menggunakan alat uji kekerasan Microvickers Hardness dengan pembebanan sebesar 20 gf. Sampel baja P22 dan S22 hasil pelapisan diletakkan pada meja spesimen dan dilakukan pengujian dengan mengatur beban 20 gf. Setelah itu didapatkan tiga titik dan nilai delta kekerasan lapisan Zn yang disajikan pada lampiran 2. Hasil perhitungan diperoleh nilai kekerasan dalam satuan Vickers (VHN). Hasil rata-rata dari tiga titik nilai

kekerasan dengan metode Vickers pada baja P22 disajikan pada Tabel 4.3, sedangkan pada sampel baja S22 disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.3 Data hasil pengujian kekerasan pada sampel baja P.22 Perlakuan Hot Dip Galvanizing Kekerasan (VHN) Kekerasan rata-rata (VHN) 221 Tanpa Perlakuan 225 (225,67 ± 1,215) 231 HDG 445 C HDG 450 C HDG 455 C 550 550 551 525 524 525 516 515 415 (550,33 ± 2,415) (524,66 ± 3,290) (515,33 ± 2,342) Tabel 4.4 Data hasil pengujian kekerasan pada sampel baja S.22 Perlakuaan Hot Dip Galvanizing Kekerasan (VHN) Kekerasan rata-rata (VHN) 278 Tanpa Perlakuan 286 (288 ± 1,233) 300 532 HDG 445 C 532 531 (531,66 ± 3,311) 530 HDG 450 C 531 529 (530 ± 1,00) 527 HDG 455 C 526 525 (526 ± 1,00)

4.1.3 Hasil Uji Struktur Mikro Foto struktur mikro digunakan untuk menganalisa dan mengetahui struktur pada hasil lapisan seng (Zn). Hasil uji struktur mikro permukaan pada spesimen uji raw material P.22 dan raw material S.22 disajikan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2, sedangkan foto struktur mikro hasil pemotretan spesimen uji untuk masing-masing jenis perlakuan disajikan pada Gambar 4.3 sampai dengan Gambar 4.8. pearlite ferrite Gambar 4.1. Struktur mikro spesimen uji raw materials P.22, pembesaran 500x ferrite pearlite Gambar 4.2. Struktur mikro spesimen uji raw materials S.22, pembesaran 500x

445 C 445 C 450 C 450 C 455 C 455 C (a) (b) Gambar 4.3 Struktur Mikro Spesimen Uji Hot Dip Galvanizing dengan Variasi Temperatur Perbesar 100X. (a) Baja Jenis P.22 (b) Baja Jenis S.22

Eta Layer Zeta Layer Gamma Layer Delta Layer Base metal Gambar 4.4. Struktur mikro spesimen uji Hot Dip Galvanizing P.22 dengan temperature 445 C, pembesaran 200x Eta layer Delta layer Zeta layer Gamma layer Base metal Gambar 4.5. Struktur mikro spesimen uji Hot Dip Galvanizing S.22 dengan temperatur 445 C, pembesaran 200x

Eta Layer Zeta Layer Delta Layer Gamma Layer Base metal Gambar 4.6. Struktur mikro spesimen uji Hot Dip Galvanizing P.22 dengan temperature 450 C, pembesaran 200x Eta Layer Zeta Layer Delta Layer Gamma Layer Base metal Gambar 4.7. Struktur mikro spesimen uji Hot Dip Galvanizing S.22 dengan temperature 450 C, pembesaran 200x

Eta Layer Zeta Layer Delta Layer Base metal Gamma Layer Gambar 4.8. Struktur mikro spesimen uji Hot Dip Galvanizing P.22 dengan temperatur 455 C, pembesaran 200x Eta Layer Zeta Layer Delta Layer Base metal Gamma Layer Gambar 4.9. Struktur mikro spesimen uji Hot Dip Galvanizing S.22 dengan temperatur 455 C, pembesaran 200x

4.1.4 Hasil Uji Laju Korosi Hasil uji laju korosi menggunakan metode gravimetri dengan mencelupkan benda uji baja P22 dan S22 ke dalam larutan HCL 0,1 M selama waktu 1,5 jam. Setelah itu didapatkan massa sebelum dan sesudah dilakukannya uji korosi yang disajikan pada lampiran 3. Hasil uji laju korosi dengan perhitungan mpy pada baja P.22 dan S.22 disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Data hasil pengujian laju korosi pada sampel baja P.22 dan sampels.22. Laju Korosi (mpy) Perlakuan Hot Dip Galvanizing Sampel Baja P.22 Sampel Baja S.22 Tanpa Perlakuan 1,910981617 2,039313485 445 0,103469147 0,22225154 450 0,011910045 0,020254926 455 0,009995735 0,016773081 4.2 Pembahasan Pelapisan secara celup panas (Hot Dip Galvanizing) adalah suatu proses pelapisan dimana logam pelapisnya dipanaskan hingga mencair/meleleh, kemudian logam yang akan dilapisi yang disebut logam dasar dicelupkan kedalam bak galvaniz yang telah terisi seng cair, selanjutnya benda kerja untuk beberapa saat tetap dalam bak galvaniz agar terbentuk lapisan seng. Pada proses Hot Dip Galvanizing akan menghasilkan suatu lapisan pada permukaan yang berakibat pada nilai ketebalan, kekerasan dan nilai laju korosi yang dihasilkan. Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, selanjutkan dapat dibuat grafik hubungan antara temperatur pelapisan Hot Dip Galvanizing dengan ketebalan lapisan rata-rata sebagaimana disajikan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Grafik hubungan antara temperatur pelapisan Hot Dip Galvanizing dengan ketebalan lapisan rata-rata. Berdasarkan Gambar 4.10 nampak bahwa terjadi peningkatan ketebalan lapisan baik pada sampel baja P.22 maupun pada sampel baja S.22 seiring dengan semakin besarnya temperatur proses pelapisan Hot Dip Galvanizing. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh perlakuan temperatur yang digunakan pada saat proses pelapisan maka ketebalan lapisan terbesar terdapat pada spesimen yang diberikan perlakuan temperatur proses pelapisan Hot Dip Galvanizing sebesar 455 C yaitu (119±1,00)μm pada baja P22 dan (94,90±0,20)μm pada baja S22. Peningkatan nilai ketebalan lapisan yang disebabkan oleh peningkatan temperatur seng yang mengakibatkan kekentalannya menjadi turun sehingga daya larutnya bertambah besar dan akan meningkatkan reaktifitas seng yang berakibat mobilitas ion-ion seng menjadi tinggi sehingga mudah berdifusi pada baja

(Charles W Keenam dan Kleinfelter, 1996). Menurut Suratman dan Widyanto (1997), mengatakan bahwa menaikkan temperatur seng cair dapat meningkatkan reaktivitas seng dengan baja sehingga tebal lapisan dapat ditingkatkan. Sehingga terbukti adanya pengaruh perlakuan temperature proses pelapisan terhadapa ketebalan lapisan yang terbentuk. Berdasarkan Tabel 4.3 dan Tabel 4.4, selanjutnya dapat dibuat grafik hubungan antara temperatur pelapisan Hot Dip Galvanizing dengn nilai kekerasan Vickers sebagaimana disajikan pada Gambar 4.11. Gambar 4.11. Grafik hubungan antara temperatur pelapisan Hot Dip Galvanizing dengan nilai kekerasan Vickers. Berdasarkan Gambar 4.11 nampak bahwa terjadi penurunan nilai kekerasan Vickers baik pada sampel baja P.22 maupun pada sampel baja S.22 seiring dengan semakin besarnya temperatur proses pelapisan Hot Dip Galvanizing. Nilai kekerasan Vickers terkecil terdapat pada spesimen yang

diberikan perlakuan temperatur proses pelapisan Hot Dip Galvanizing sebesar 455 C yaitu (515,33 ± 2,342) VHN pada baja P.22 dan (526 ± 1,00) VHN pada baja S.22. Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 juga dapat dijelaskan bahwa ada perbaikan nilai kekerasan pada tingkat permukaan baja karbon rendah P22 dan S22. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan nilai kekerasan tanpa perlakuaan dan nilai kekerasan setelah proses galvanizing pada temperatur 440 C, di mana nilai kekerasan tanpa perlakuaan untuk baja karbon rendah P22 adalah (225,67 ± 1,215)VHN dan baja karbon rendah S22 adalah (288 ± 1,233)VHN. Sedangkan nilai kekerasan setelah proses galvanizing pada temperatur 445 C untuk baja karbon rendah P22 adalah (550,33 ± 2,415) VHN dan baja karbon rendah S22 pada temperature 445 C adalah (531,66 ± 3,311) VHN. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan setelah proses galvanizing mengalami peningkatan, sehingga adanya perbaikan nilai kekerasan setelah proses galvanizing. Menurut Purwanggono dan Sulistyo (1997) semakin besar temperature pelapisan maka nilai kekerasan semakin kecil dikarenakan logam seng mempunyai sifat yaitu kekerasan yang rendah dan juga seng mempunyai kecenderungan besar untuk mengalami creep (mudah mengalami deformasi plastik). Dari data hasil pengujian struktur mikro pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 dapat dilihat perbandingan permukaan pada kedua spesimen. Spesimen uji raw material P22 dan raw material S22, matriknya bisa berupa ferrite, pearlite atau campuran ferrite, pearlite. Pearlite merupakan fasa ganda yang terdiri dari lapisan-lapisan ferrite, dan sementit. Ferrite bersifat lunak sedangkan sementit bersifat keras, sehingga pearlite bersifat kuat (Amstead dkk, 1989). Spesimen uji

raw material P.22 ini matrik pearlite lebih sedikit, sedangkan Ferrite lebih banyak Berbeda dengan spesimen uji raw material S.22 ini matrik pearlite lebih banyak, sedangkan ferrite lebih sedikit. Berdasarkan Gambar 4.3 sampai dengan Gambar 4.9 menunjukkan hasil pengujian struktur mikro spesimen uji Hot Dip Galvanizing P.22 dan S.22 dengan temperature 445 C, 450 C dan 455 C. Berdasarkan hasil foto mikrografi tampak bahwa pada spesimen Hot Dip Galvanizing dengan temperatur 455 C lapisan yang terbentuk lebih tebal dibandingkan spesimen Hot Dip Galvanizing dengan temperatur 445 C dan 450 C. Hal ini semakin menguatkan pernyataan sebelumnya bahwa semakin besar temperatur pelapisan maka semakin besar pula ketebalan lapisannya. Spesimen yang telah mengalami pre-treatment dicelupkan ke dalam bak yang berisi seng cair dengan variasi temperatur 445 C, 450 C dan 455 C. Berdasarkan Gambar 4.4 sampai Gambar 4.9 terjadi difusi Zn ke Fe atau sebaliknya dan tarbentuklah panduan Fe-Zn secara berlapis (stratifi). Panduan Fe- Zn yang terbentuk secara berlapis dari luar adalah Eta Layer, Zeta Layer, Delta Layer dan Gamma Layer yang sebagaimana telah dijelaskan pada Gambar 2.1 (AGA, 2000). Dari hasil pengujian struktur mikro hanya berdasarkan pengamatan visual melihat lapisan pada Fe-Zn tidak mempengaruhi perbaikan specimen, sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji FESEM EDAX (Field Emission Scaning Electron Microskop Energy Dispersive X-ray Analysis) dan uji komposisi agar didapatkan hasil analisis struktur mikro yang lebih jelas maupu untuk mengetahui komposisi pada masing-masing lapisan Fe-Zn.

Berdasarkan Tabel 4.5, selanjutnya dapat dibuat grafik hubungan antara temperatur pelapisan Hot Dip Galvanizing dengan nilai laju korosi sebagaimana disajikan pada Gambar 4.12. Gambar 4.12. Grafik hubungan antara temperatur pelapisan Hot Dip Galvanizing dengan nilai laju korosi. Berdasarkan Gambar 4.12 nampak bahwa penurunan nilai laju korosi baik pada sampel baja P.22 maupun pada sampel baja S.22 seiring dengan semakin besarnya temperatur proses pelapisan Hot Dip Galvanizing. Nilai laju korosi terendah terdapat pada spesimen yang diberi perlakuan temperatur proses pelapisan Hot Dip Galvanizing sebesar 455 C yaitu 0,009995734864 mpy pada baja P.22 dan 0,016773081 mpy pada baja S.22. Pada Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa ada perbaikan nilai laju korosi pada tingkat permukaan baja karbon rendah P22 dan S22. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan nilai laju korosi tanpa perlakuan dan nilai laju korosi setelah proses galvanizing pada temperatur 455 C, dimana nilai laju korosi tanpa perlakuan untuk baja karbon rendah P22 adalah 1,965421 mpy dan baja karbon rendah S22 adalah 2,048899 mpy. Sedangkan nilai

laju korosi setelah proses galvanizing pada temperatur 455 C untuk baja karbon rendah P22 adalah 0,009995734864 mpy dan baja karbon rendah S22 pada temperatur 455 C adalah 0,016773081 mpy. Hal ini menunjukkan bahwa nilai laju korosi setelah proses galvanizing mengalami penurunan, sehingga adanya perbaikan nilai laju korosi setelah proses galvanizing. Perbaikan baja P22 dan S22 ditinjau dari nilai laju korosi dengan temperature 455 C, dikerenakan dengan temperatur tersebut memiliki nilai laju korosi terendah sebesar 0,009995734864 mpy untuk baja karbon rendah P22 dan 0,016773081 mpy untuk baja karbon rendah S22. Suatu bahan dapat dikatakan tahan terhadap korosi bila laju korosinya lebih kecil dari 50 mpy (Callister, 1990). Penurunan nilai kekerasan dan nilai laju korosi yang dihasilkan disebabkan oleh peningkatan temperatur pelapisan Hot Dip Galvanizing yang diberikan. Peningkatan temperatur pelapisan menyebabkan koefisien difusi dari atom logam seng dan besi akan meningkat, sehingga jumlah atom logam seng dan besi yang saling berdifusi pun akan meningkat pula. Menurut Indra (1995) bertambahnya difusi atom atom logam akan menyebabkan ukuran butir dari lapisan paduan Zeta Layer akan menjadi lebih besar atau terjadi peristiwa pertumbuhan butir. Semakin besar ukuran butiran Zeta Layer ini justru akan menghambat proses difusi selanjutnya. Pelapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing akan melindungi struktur baja dari korosi dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini karena gas dan kelembapan disekitar bagian bahan permukaan seng akan menghasilkan sebuah lapisan pelindung yang berasal dari zinc oxide dan hydroxide (Supardi, 1997).

Menurut Indra (1995) korosi yang terjadi pada logam dapat mengurangi sifat mekanik dari logam tersebut. Logam seng mempunyai sifat resistan terhadap korosi, yaitu disebabkan oleh kemampuan seng untuk membentuk lapisan oksida seng. Sehingga dengan terbentuknya oksida seng akan menghalangi terjadinya korosi yang lebih lanjut dari seng tersebut. Produk korosi seng seperti senyawa oksida membentuk selaput pelindung pada permukaan logam sehingga mengurangi laju korosi. Jadi sebagai pelapis, seng akan memiliki umur yang panjang sekaligus menjadi tumbal yang baik untuk melindungi logam bila lapisan tersebut mengalami keretakan atau pecah.