KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS AUS (AC-WC) MENGGUNAKAN ASPAL PENETRASI 60/70 DENGAN PENAMBAHAN LATEKS TUGAS AKHIR

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI SIFAT-SIFAT ASPAL PORUS MENGGUNAKAN ASPAL PENETRASI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

NASKAH SEMINAR INTISARI

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB III LANDASAN TEORI

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

M. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal sisa, Kuat tekan. iii

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Transkripsi:

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC) TUGAS AKHIR Oleh : I WAYAN JUNIARTHA NIM : 1104105072 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

2

3

ABSTRAK Setiap pembuatan jalan harus memenuhi standar perencanaan untuk memperoleh kualitas jalan yang mampu tahan sesuai umur rencana. Ini bertujuan agar jalan yang dibuat dapat melayani kondisi lalu lintas sesuai keadaan di lapangan. Banyak metode telah dikembangkan dalam teknik perkerasan untuk lapis permukaan, lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah. Untuk lapis permukaan yang struktural dengan campuran panas terdapat jenis Asphalt Concrete (AC), Asphalt Treated Base (ATB), Hot Rolled Asphalt (HRA), dan Split Mastic Asphalt (SMA). Untuk campuran SMA masih belum banyak digunakan untuk perkerasan jalan-jalan di Indonesia, untuk itu pada pada penelitian dicoba menggunakan campuran SMA dengan bahan agregat yang berasal dari Desa Badeg Karangasem dan aspal keras penetrasi 60/70. Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis nilai karakteristik campuran Split Mastic Asphalt pada Kadar Aspal Optimum (KAO), menganalisis ketahanan campuran SMA terhadap pelepasan butir dengan metode Cantabro, dan untuk menganalisis stabilitas campuran SMA menggunakan metode STOA (Short Term Oven Ageing). Kadar aspal optimum campuran Split Mastic Asphalt adalah 6,95 % dengan nilai karakteristik sebagai berikut: Nilai stabilitas yang diperoleh adalah 1144,88 kg (spesifikasi 670 kg) dan nilai flow 4,66 mm (spesifikasi 2,0 mm), nilai marshall quotient 246,32 kg/mm (spesifikasi 190 300 mm), nilai VIM marshall 3,89% (spesifikasi 3,0-5,0%), nilai VMA 17,445% (spesifikasi 17%) dan nilai VFB 77,703% (spesifikas i 75-85%) dan nilai stabilitas marshall sisa 95,6% (spesifikasi min. 90%). Nilai (CAL) Cantabro abration loss dari campuran Split Mastic Asphalt adalah sebesar 6,026%. Dari pengujian ketahanan dengan metode Short Term Oven Ageing (STOA) terjadi penurunan stabilitas campuran Split Mastic Asphalt dari 1134,72 kg menjadi 786,44 kg. Untuk selanjutnya perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai Split Mastic Asphalt dengan mengganti tipe atau jenis aspal dan agregat yang digunakan, dan menambahkan bahan tambah seperti lateks atau fiber selulosa ke dalam campuran. Kata Kunci: Split Mastic Asphalt, Marshall, Cantabro, STOA 4

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Kinerja Campuran Split Mastic Asphalt Sebagai Lapisan Wearing Course (WC). Selesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Bapak Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, M.E., Ph.D selaku dosen pembimbing I, Bapak Ir. I Gusti Raka Purbanto, MT. selaku pembimbing II dan seluruh keluarga atas dorongan semangat dan doa yang diberikan. Terima kasih pula kepada teman-teman mahasiswa Teknik Sipil Universitas Udayana dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas ini. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih. Denpasar, Oktober 2015 Penulis 5

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR ISTILAH... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 3 1.5 Batasan Masalah... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Lentur... 5 2.2 Split Mastic Asphalt (SMA)... 8 2.2.1 Syarat Teknis Agregat pada Campuran SMA...10 2.2.2 Persyaratan Campuran Split Mastic Asphalt...12 2.2.3 Persyaratan Sifat-Sifat SMA...12 2.3 Agregat... 13 2.3.1 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Proses Terjadinya... 13 2.3.2 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Proses Pengolahannya... 14 2.3.3 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Ukuran Butirnya... 15 2.3.4 Sifat Agregat... 16 2.3.5 Pencampuran (Blending) Agregat... 25 2.4 Aspal... 27 2.4.1 Jenis Aspal... 28 2.4.1.1 Berdasarkan Cara Memperolehnya... 28 2.4.1.2 Berdasarkan Bentuknya pada Temperatur Ruang 28 2.4.2 Sifat Aspal... 30 2.4.3 Pemeriksaan Aspal... 30 2.4.4 Karakteristik Aspal Keras... 32 2.5 Perencanaan Campuran Aspal Panas... 33 2.5.1 Pengujian Material... 34 2.5.2 Penentuan Gradasi Agregat... 34 2.5.3 Penentuan Proporsi Agregat... 34 2.5.4 Estimasi Kadar Aspal Awal... 35 2.5.5 Penentuan Persentase Material terhadap Berat Total Campuran... 35 2.5.6 Perhitungan Jumlah Material Yang Dibutuhkan... 35 2.5.7 Pemanasan Material dan Cetakan (Mould)... 35 2.5.8 Jumlah Sampel dan Pemanasan... 36 6

2.5.9 Pemadatan Sampel... 37 2.5.10 Pengukuran Volumetrik Sampel... 37 2.5.11 Uji Stabilitas Marshall dan Flow... 42 2.5.12 Penentuan Kadar Aspal Optimum... 44 2.5.13 Pengujian Stabilitas Marshall Sisa... 45 2.5.14 Pengujian Ketahanan Campuran SMA dengan Metode Cantabro... 46 2.5.15 Pengujian Ketahanan Campuran SMA pada keadaan STOA... 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian... 47 3.2. Bahan dan Alat... 47 3.2.1 Bahan... 47 3.2.2 Alat 47 3.3 Bagan Alir Penelitian... 47 3.4 Pengujian Laboratorium... 50 3.4.1. Pengujian Agregat... 50 3.4.1.1 Analisis Ayakan Agregat Kasar, Agregat Halus dan Filler... 50 3.4.1.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar... 52 3.4.1.3 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus... 53 3.4.1.4 Pemeriksaan Berat Jenis Filler... 55 3.4.1.5 Pengujian Angularitas Agregat Kasar... 56 3.4.1.6 Pengujian Angularitas Agregat Halus... 57 3.4.1.7 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal 57 3.4.1.8 Pemeriksaan Keausan Agregat (Abrasi)... 59 3.4.1.9 Pemeriksaan Keawetan Agregat (Soundness Test)... 61 3.4.1.10 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung66 3.4.1.11 Pemeriksaan Kebersihan Agregat Halus ( Sand Equivalent)... 68 3.4.2 Pengujian Aspal... 73 3.4.2.1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal... 73 3.4.2.2 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar... 76 3.4.2.3 Pemeriksaan Titik Lembek... 78 3.4.2.4 Pemeriksaan Daktilitas... 82 3.4.2.5 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal... 84 3.4.2.6 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal ( Thick Film Test)... 85 3.5 Penentuan Gradasi Pilihan... 86 3.6 Proporsi dan Kebutuhan Material... 87 3.7 Pembuatan Benda Uji Campuran Beraspal Panas... 90 3.8 Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall.. 93 3.9 Contoh Perhitungan Kalibrasi dan Koreksi Pembacaan Dial terhadap Tebal Benda Uji... 95 3.10 Penentuan Kadar Aspal Optimum... 95 7

3.11 Metode Pengujian Stabilitas Sisa dengan Alat Marshall... 96 3.12 Metode Pengujian Ketahanan Campuran dengan Metode Cantabro... 96 3.13 Metode Pengujian Ketahanan Campuran pada keadaaan STOA... 96 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeriksaan Agregat... 97 4.1.1 Pemeriksaan Agregat Kasar... 97 4.1.1.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar... 97 4.1.1.2 Pemeriksaan Angularitas Agregat Kasar... 97 4.1.1.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Kasar... 98 4.1.1.4 Pemeriksaan Soundness Test... 98 4.1.1.5 Pemeriksaan Keausan Agregat... 98 4.1.1.6 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal 99 4.1.2 Pemeriksaan Agregat Halus... 99 4.1.2.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus... 99 4.1.2.2 Pemeriksaan Angularitas Agregat Halus... 100 4.1.3 Pemeriksaan Sand Equivalent... 100 4.1.4 Pemeriksaan Berat Jenis Filler... 100 4.2 Analisis Pemeriksaan Aspal... 101 4.2.1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal... 101 4.2.2 Pemeriksaan Titik Lembek... 101 4.2.3 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal... 101 4.2.4 Pemeriksaan Daktilitas... 102 4.2.5 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal... 102 4.2.6 Pemeriksaan Titik Nyala... 102 4.3 Karakteristik Campuran Split Mastic Asphalt... 103 4.4 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik... 103 4.4.1 Stabilitas... 103 4.4.2 Flow... 104 4.4.3 Marshall Quotient... 105 4.4.4 Voids In Mix (VIM)... 106 4.4.5 Voids In Mineral Agregat (VMA)... 107 4.4.6 Voids Filled Bitumen (VFB)... 108 4.5 Penentuan Kadar Aspal Optimum... 109 4.6 Analisis Karakteristik Campuran Split Mastic Asphalt Pada Kadar Aspal Optimum... 110 4.7 Hasil Uji Stabilitas Marshall Sisa Pada Kadar Aspal Optimum... 110 4.8 Hasil Pengujian Ketahanan Campuran pada Keadaan STOA... 111 4.9 Hasil Pengujian Cantabro... 111 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 113 5.2 Saran... 113 DAFTAR PUSTAKA... 115 8

LAMPIRAN Lampiran A: Hasil Pemeriksaan Agregat dan Aspal... 118 Lampiran B: Perhitungan Karakteristik Campuran... 128 Lampiran C: Dokumentasi... 138 9

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Jalan... 5 Gambar 2.2 Tampang melintang interlock antar agregat dalam campuran SMA... 8 Gambar 2.3 Peran fiber selulosa dalam campuran SMA... 9 Gambar 2.4 Potongan melintang campuran SMA... 9 Gambar 2.5 Contoh khas macam-macam gradasi agregat... 17 Gambar 2.6 Susunan butir-butir agregat berbentuk bulat... 19 Gambar 2.7 Susunan butir-butir agregat berbentuk kubus... 19 Gambar 2.8 Pertimbangan volume pori agregat untuk penentuan SG... 21 Gambar 2.9 Komponen campuran beraspal secara volumetrik... 37 Gambar 2.10 Contoh penentuan kadar aspal optimum (KAO)... 41 Gambar 3.1 Bagan alir penelitian... 45 Gambar 3.2 Grafik gradasi pilihan... 86 Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan stabilitas ratarata... 104 Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan flow rata-rata... 105 Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan Marshall Quotient rata-rata... 106 Gambar 4.4 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VIM rata-rata... 107 Gambar 4.5 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VMA rata-rata... 108 Gambar 4.6 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VFB rata-rata... 109 Gambar 4.7 Bar chart penentuan kadar aspal optimum... 110 10

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ketentuan agregat kasar... 10 Tabel 2.2 Ketentuan agregat halus... 11 Tabel 2.3 Persyaratan gradasi campuran Split Mastic Asphalt... 12 Tabel 2.4 Persyaratan sifat-sifat campuran SMA... 12 Tabel 2.5 Persyaratan aspal keras penetrasi 60/70... 29 Tabel 2.6 Suhu pemanasan untuk material campuran... 32 Tabel 2.7 Konversi pembacaan dial gauge stabilitas ke kn untuk alat uji tekan Marshall model H-4454.100l... 39 Tabel 2.8 Rasio kolerasi stabilitas Marshall... 40 Tabel 3.1 Daftar gradasi dan berat benda uji... 58 Tabel 3.2 Ayakan untuk agregat halus dan agregat kasar... 59 Tabel 3.3 Susunan fraksi halus... 60 Tabel 3.4 Susunan fraksi kasar... 60 Tabel 3.5 Ukuran saringan yang digunakan untuk agregat kasar setelah pengujian... 64 Tabel 3.6 Berat kering minimum benda uji... 65 Tabel 3.7 Ukuran ayakan untuk penyaringan basah... 66 Tabel 3.8 Gradasi agregat pilihan... 87 Tabel 3.9 Konversi proporsi material... 88 Tabel 3.10 Kebutuhan material untuk 1, 2 dan 3 buah sampel... 89 Tabel 3.11 Kekentalan aspal keras untuk pencampuran dan pemadatan... 91 Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan agregat kasar... 99 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan agregat halus... 100 Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan aspal penetrasi 60/70... 102 Tabel 4.4 Nilai karakteristik campuran Split Mastic Asphalt... 103 Tabel 4.5 Nilai karakteristik campuran Split Mastic Asphalt pada kadar aspal optimum (6,95%)... 110 11

DAFTAR ISTILAH Adhesi = kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara aspal dan agregat Agregat = formasi kulit bumi yang keras dan padat, batu Agregat alam = agregat yang digunakan sebagaimana bentuknya di alam Agregat gradasi buruk = gradasi senjang campuran agregat dengan salah satu fraksi dihilangkan atau jumlahnya sedikit Agregat gradasi rapat = gradasi baik, campuran agregat kasar dan halus dalam porsi seimbang Agregat gradasi seragam = gradasi terbuka, agregat dengan ukuran butir yang hampir sama Agregat halus = agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari saringan no.4 menurut ASTM, atau lebih kecil dari saringan no.8 menurut AASTHO Agregat kasar = agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan no.4 menurut ASTM, atau lebih besar dari saringan no.8 menurut AASTHO Aspal = material perekat dengan unsur utama bitumen Aspal cair = campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi Aspal minyak = merupakan residu destilasi minyak bumi Bahan Pengisi (filler) = agregat halus yang lolos dari saringan no.200 Batuan beku = batuan yang berasal dari magma yang dingin dan membeku Batuan metamorf = batuan yang berasal dari batuan sedimen atau batuan beku yang mengalami perubahan bentuk akibat perubahan tekanan dan temperatur kulit bumi Batuan sedimen = batuan yang berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan tanaman Cantabro = Uji ketahanan aspal menggunakan mesin Los Angeles tanpa menggunakan bola baja Deformasi plastis = penurunan pada lapisan beraspal dan biasanya disertai dengan perubahan bentuk ke arah samping Degradasi = perubahan gradasi karena adanya penghancuran Fatigue = ketahanan terhadap lelah, kemampuan campuran untuk menahan lendutan akibat beban berulang-ulan tanpa terjadi alur dan retak Flow = kelelehan, biasanya perubahan bentuk plastis campuran beraspal hingga batas keruntuhan 12

Gradasi = distribusi partikel-partikel agregat berdasarkan ukuran butir Gradasi bermatrik batu = agregat yang mempunyai sususan ukuran menerus tapi dominan berukuran agregat kasar Gradasi fuller = gradasi terpadat Gradasi bermatrik pasir = agregat yang mempunyai susunan ukuran menerus tapi dominan berukuran agregat halus Kadar aspal optimum = kadar aspal tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi semua sifat campuran beton aspal Keawetan = kemampuan campuran untuk menahan pengaruh buruk lingkungan dan iklim Kelenturan = kemampuan campuran untuk menahan pengaruh buruk iklim dan lingkungan Kelenturan = kemampuan campuran untuk mengakomodasi lendutan permanen pada batas-batas tertentu tanpa mengalami retak Kohesi = kemampuan aspal untuk mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan Marshall quotient = rasio antara satabilitas dan flow Mastic asphalt = aspal gunung yang mengandung aspal alam yang apabila dipanaskan membentuk mortar aspal Selimut aspal = film aspal, tebal lapisan aspal yang menyelimuti butir agregat, tidak termasuk yang diserap agregat Spesifikasi agregat campuran = nilai batas rentang gradasi agregat campuran yang diperbolehkan terjadi di lapangan Split Mastic Asphalt = beton aspal bergradasi terbuka yang mempunyai selimut aspal yang tebal Stabilitas = kemampuan campuran aspal untuk menahan beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk STOA = Short Term Oven Ageing, uji ketahanan aspal dengan memanaskan selama 4 jam dengan suhu 135 0 C dalam oven Termoplastis = kepekaan terhadap perubahan suhu Ukuran maksimum agregat = ukuran saringan terbesar dimana agregat yang lolos saringan 100% Ukuran nominal maksimum = ukuran saringan terbesar dimana yang tertahan saringan tidak lebih dari 10% VFB (Void Filled Bitumen) = volume pori diantara butir-butir agregat dalam beton aspal padat terisi oleh aspal VIM (Void In Mix) = volume pori didalam beton aspal padat VMA (Void in Mineral Agg.) = volume pori diantara butir-butir agregat di dalam beton aspal padat 13