BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PRESIDEN REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Meningkatnya APK jenjang pendidikan tinggi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Memberikan jaminan sosial kepada warga masyarakat, khususnya penyandang masalah sosial;

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan

Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIFITAS KEGIATAN TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Banjarmasin, 10 Januari 2015 KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

USULAN PERUBAHAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BELANJA LANGSUNG DINAS SOSIAL TAHUN ANGGARAN perkantoran

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE C DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM. Dinas Sosial 1.

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS SOSIAL Jl. Garuda No. 2 Tlp. (0374) 43229

KEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL

: SOSIAL ORGANISASI : DINAS SOSIAL Halaman sebelum perubahan

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

PENETAPAN RENCANA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 17,800, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 45,668,879, BELANJA LANGSUNG 53,024,950,000.00

PROGRAM KEGIATAN. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. a. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha

PEMERINTAH KOTA PAREPARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015

RAPAT KOORDINASI DAN PENGENDALIAN DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TRIWULAN III. Disampaikan Oleh Dr. GUNTUR TALAJAN,SH.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA STRATEGIS ( RS ) TAHUN 2011 s/d 2015

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BIDANG SOSIAL BUDAYA. Oleh: Dr. Dra. Luluk Fauziah, M.Si Disampaikan saat pembekalan KKN Mahasiswa UMSIDA 9 Juli 2017

RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL PROVINSI BALI TAHUN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN ( DPPA ) APBD PROVINSI NTB TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL Penyebab utama dari permasalahan sosial adalah kemiskinan. Karena kondisi yang kurang

Tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Kota Ambon

Dirjen. Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI 2012

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS SOSIAL KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NO

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI TAHUN ANGGARAN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perjanjian Kinerja Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT )

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Perkembangan Dinas Sosial Provinsi Riau

URUSAN WAJIB SOSIAL. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL

RANCANGAN. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : Tahun 2016

Created with XFRX, commercial use prohibited. Hal 1 dari 5

Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa

LAPORAN KINERJA KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 30 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 23 TAHUN 2001 TENTANG

Transkripsi:

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. KONDISI UMUM Pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial selama periode 2001-2004 memperlihatkan kondisi yang menggembirakan, terutama bagi masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Selama empat tahun terakhir, pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial telah menghasilkan jangkauan pelayanan, seperti pemberdayaan terhadap lebih dari 246.587 anak terlantar, 149.409 anak jalanan, dan santunan bagi sebanyak 48.953 orang lanjut usia terlantar. Selain itu, telah dilakukan pula peningkatan pemberdayaan peran keluarga kepada lebih dari 105.978 keluarga, pemberdayaan komunitas adat terpencil (KAT) sebanyak 20.261 KK, dan keluarga fakir miskin dalam bentuk kelompok usaha bersama (KUBE) bagi 434.400 KK. Sementara itu, telah dilaksanakan pula rehabilitasi dan perlindungan sosial terhadap 63.143 orang penyandang cacat dan 8.998 orang anak cacat, termasuk penyempurnaan sarana dan prasarana pusat rehabilitasi dan panti cacat. Sedangkan terhadap kelompok tuna sosial yang meliputi wanita tuna susila, gelandangan, pengemis, dan bekas narapidana dilaksanakan rehabilitasi kepada sebanyak 10.612 orang, serta penyempurnaan sarana dan prasarana panti tuna sosial. Kepada para korban bencana sosial diberikan bantuan tanggap darurat bagi 2.196 ribu orang, termasuk bantuan pemulangan/terminasi bagi 371.535 jiwa/88.426 KK. Pencapaian pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada tahun 2005 dan tahuntahun mendatang diperkirakan akan semakin berhasil, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dengan memperhatikan situasi dan perkembangan aneka masalah sosial yang dihadapi saat ini akan dilaksanakan kegiatan lanjutan dan terobosan antara lain dengan menata kemampuan para penyandang masalah kesejahteraan sosial untuk mengakses berbagai pelayanan sosial dasar, sehingga mereka dapat memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara dan secara mandiri dan bertahap mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Meskipun pencapaian pembangunan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial semakin membaik, berbagai permasalahan yang menjadi beban sosial masih harus diatasi, terutama permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan. Dalam hal ini, yang dimaksud kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan, dan interaksi sosial, serta mereka yang memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengakses berbagai sumber pelayanan sosial dasar. Masalah lainnya adalah rawan sosial ekonomi, ketunasosialan, keterlantaran, kecacatan, penyimpangan perilaku, keterpencilan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta kerentanan sosial warga masyarakat yang berpotensi menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Di samping permasalahan sosial yang bersifat konvensional, permasalahan sosial lainnya yang agak sulit diperkirakan secara tepat seperti bencana alam (antara lain gempa bumi, banjir, dan kekeringan) memerlukan perhatian yang serius. Kejadian bencana sulit diprediksi waktu dan lokasinya. Di samping itu, laporan data bencana dari daerah umumnya terlambat dengan akurasi data yang perlu dipertanyakan. Data pengungsi sampai saat ini belum sepenuhnya tertangani, terutama di daerah kantongkantong pengungsi seperti di Sulawesi Tengah, Maluku, NTT dan di beberapa propinsi lainnya. Selain itu, kurangnya tenaga lapangan terdidik, terlatih dan berkemampuan di bidang kesejahteraan sosial, dan masih lemahnya jaringan kerja antara tenaga kerja sosial masyarakat masih menjadi kendala. Hal itu disebabkan oleh lemahnya pembinaan koordinator kerja antar instansi dan belum tertatanya sistem dan standar pelayanan minimal bidang kesejahteraan sosial. Tantangan yang dihadapi pada tahun mendatang adalah upaya perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, terbatasnya cakupan dan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat rentan dan miskin, belum tuntasnya penanganan dampak dari konflik horizontal, dan besarnya jumlah, bobot maupun kompleksitas PMKS yang masih menjadi beban sosial. Di samping itu, tantangan lainnya adalah masih terbatasnya jangkauan dan kemampuan pelaku pembangunan kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat sebagai sumber dan potensi kesejahteraan dan penataan sistem pendataan, pelaporan dan jalur koordinasi di tingkat nasional dan daerah. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Sasaran pembangunan dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut: 1. Tersusunnya kebijakan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS; 2. Meningkatnya jumlah PMKS dan kelompok rentan lainnya yang mendapatkan pelayanan dan pembinaan; 3. Meningkatnya jumlah keluarga, fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya yang diberdayakan; 4. Menurunnya persentase fakir miskin, keluarga rentan sosial ekonomi, dan KAT; 5. Tersusunnya skema awal sistem perlindungan sosial nasional; 6. Meningkatnya jumlah hasil penelitian, pengkajian, dan penataan manajemen pelayanan kesejahteraan 7. Meningkatnya jumlah TKSM/relawan sosial, karang taruna dan organisasi sosial masyarakat yang diberdayakan; 8. Meningkatnya jumlah TMP, MPN dan rumah perintis kemerdekaan yang dipugar; 9. Terselenggaranya penyuluhan kesejahteraan sosial di daerah; 10. Meningkatnya keserasian kebijakan dan koordinasi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan pemenuhan hak sosial dasar kesejahteraan rakyat; dan 11. Terjaminnya bantuan sosial bagi korban bencana alam dan sosial. II.28 2

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Mencermati kondisi saat ini dan perkembangan sosial yang menjadi tantangan ke depan, maka arah kebijakan dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut: 1. Menyusun kebijakan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS; 2. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas hidup PMKS dan kelompok rentan lainnya terhadap pelayanan sosial dasar; 3. Meningkatkan pemberdayaan bagi keluarga, fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya; 4. Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha terhadap PMKS; 5. Mengembangkan skema awal sistem perlindungan sosial nasional yang mampu menjangkau seluruh masyarakat, terutama penyandang masalah kesejahteraan 6. Meningkatkan kualitas hasil penelitian, pengkajian, dan penataan manajemen pelayanan kesejahteraan 7. Meningkatkan prakarsa dan peran aktif sosial yang melibatkan semua unsur dan komponen masyarakat termasuk dunia usaha, perguruan tinggi, dan Orsos/LSM dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan 8. Meningkatkan pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kejuangan; 9. Meningkatkan kualitas penyuluhan kesejahteraan sosial di daerah; 10. Meningkatkan keserasian kebijakan dan pelaksanaan agenda kesejahteraan rakyat; dan 11. Menjamin ketersediaan bantuan dasar bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS lainnya. II.28 3

D. MATRIKS PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2006 No. Pelayanan dan Rehabilitasi 1. Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS; 2. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana, dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS; 3. Peningkatan pembinaan, pelayanan dan dan perlindungan sosial dan hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak, dan kekerasan; 4. Pengembangan kebijakan tentang akses sarana dan prasarana publik bagi penyandang cacat dan lansia; 5. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat, dan anak nakal; 6. Pelayanan psikososial bagi PMKS di Trauma Centre termasuk bagi korban bencana; 7. Pembentukan pusat informasi penyandang cacat dan trauma center; dan 8. Pelaksanaan komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan kampanye sosial bagi PMKS, termasuk eks penderita kusta, eks napi, dan eks korban penyalahgunaan NAPZA. 537.721,8 1. Pelayanan dan Rehabilitasi 1. Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS; 2. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS; 3. Peningkatan pembinaan, pelayanan dan perlindungan sosial dan hukum bagi anak terlantar, lanjut usia, penyandang cacat, dan tuna 4. Penyelenggaraan pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi PMKS; 5. Peningkatan pelayanan psikososial dan pembangunan pusat pelayanan krisis (trauma center) bagi PMKS, termasuk korban bencana alam dan dan 6. Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai anti eksploitasi, kekerasan, perdagangan perempuan dan anak, reintegrasi eks-pmks, dan pencegahan HIV/AIDS serta penyalahgunaan NAPZA. 1. Terbinanya sebanyak 142.272 anak yang terdiri dari anak terlantar, anak jalanan, anak cacat dan anak nakal; 2. Terlayaninya sebanyak 17.512 lanjut usia terlantar; 3. Terehabilitasinya sebanyak 41.701 penyandang cacat; 4. Terehabilitasinya sebanyak 5.863 tuna sosial, dan 4.510 orang korban penyalahgunaan narkotika; 5. Terpenuhinya sarana dan prasarana 34 UPT milik Depsos; 6. Terlaksananya pelayanan psikososial bagi PMKS di trauma center termasuk korban bencana; dan 7. Terlaksananya komunikasi, informasi, dan edukasi, serta konseling dan kampanye anti eksploitasi, perdagangan perempuan dan anak, kekerasan dan masalah kesejahteraan sosial lainnya. Dep. Sosial, Badan Narkotika Nasional II.28 4

No. Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Lainnya 1. Pemberdayaan keluarga, fakir miskin melalui pelatihan bimbingan motivasi, pelatihan keterampilan usaha dan bantuan modal usaha; 2. Peningkatan kerjasama kemitraan antara pengusaha dengan kelompok usaha fakir miskin; 3. Pengembangan Geography Information System (GIS) bagi pemetaan dan pemberdayaan KAT; dan 4. Peningkatan kemampuan (capacity building) petugas dan pendamping sosial pemberdayaan fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya. 571.374,0 2. Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan Penyandang Masalah Lainnya 1. Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil dan PMKS lainnya, melalui peningkatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Usaha (UKS) serta Kelompok Usaha Bersama (KUBE); 2. Peningkatan kerjasama kemitraan antara pengusaha dengan KUBE dan LKM; 3. Pengembangan Geographic Information System (GIS) bagi pemetaan dan pemberdayaan KAT dan PMKS; dan 4. Peningkatan kemampuan bagi petugas dan pendamping pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, KAT, dan PMKS lainnya. 1. Menurunnya presentasi fakir miskin sebanyak 0,8 persen, keluarga rentan sosial ekonomi 0,4 persen, dan KAT 0,5 persen; 2. Terbentuknya lembaga keuangan mikro pengelola modal usaha KUBE fakir miskin sebanyak 100 lembaga di 30 propinsi; 3. Tersusunnya rencana Geography Information System (GIS) bagi pemetaan dan pemberdayaan KAT; 4. Tersedianya 100 petugas dan pendamping pemberdayaan sosial yang terlatih, bagi keluarga, fakir miskin, dan KAT; dan 5. Diberdayakannya KAT sebanyak 14.498 KK, keluarga rentan sosial ekonomi dan psikologi sebesar 58.866 KK di 31 propinsi. Dep. Sosial, Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal 3. Pengembangan Sistem Perlindungan Sosial 1. Penyerasian dan penyusunan peraturan perundangundangan dan kebijakan yang berkaitan dengan sistem perlindungan 2. Pengembangan kebijakan dan strategi pelayanan Pengembangan Sistem Perlindungan Sosial 1. Penyerasian peraturan perundangundangan dan kebijakan tentang penyelenggaraan pelayanan perlindungan 2. Pengembangan kebijakan dan strategi pelayanan perlindungan sosial, termasuk sistem pendanaan; 1. Dikembangkannya kebijakan dan strategi pendanaan perlindungan sosial di tingkat nasional dan daerah; 2. Disempurnakannya kebijakan yang berkaitan dengan bantuan sosial bagi penduduk miskin dan rentan; dan 3. Dikembangkannya model Dep. Sosial 3.124,6 II.28 5

No. 3. Penyempurnaan kebijakan yang berkaitan dengan bantuan sosial bagi penduduk miskin dan rentan; dan 4. Pengembangan model kelembagaan bentuk-bentuk kearifan lokal perlindungan sosial. perlindungan sosial, termasuk sistem pendanaan; 3. Penyempurnaan kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan; dan 4. Pengembangan model kelembagaan bentuk-bentuk kearifan lokal perlindungan sosial. kelembagaan bentuk-bentuk kearifan lokal perlindungan sosial. 4. Penelitian dan Pengembangan 1. Pengkajian, penelitian, pelatihan dan pendidikan manajemen pelayanan kesejahteraan 2. Pengkajian dan penelitian dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial, termasuk manajemen, sarana dan prasarana; 3. Penyusunan dan penetapan standarisasi dan akreditasi pelayanan kesejahteraan sosial, serta penataan sistem dan mekanisme kelembagaan; 4. Pengembangan sistem informasi, data dan publikasi pelayanan kesejahteraan dan 5. Peningkatan pembinaan hukum dan perundangan Penelitian dan Pengembangan 1. Pelaksanaan pengkajian, penelitian, pelatihan dan pendidikan manajemen pelayanan kesejahteraan 2. Penataan sistem dan mekanisme kelembagaan, termasuk perencanaan pembangunan kesejahteraan 3. Pengkajian dan penelitian mengenai peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesejahteraan 4. Penyusunan dan penetapan standarisasi dan akreditasi pelayanan kesejahteraan 5. Pengembangan sistem informasi dan publikasi mengenai pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS; 6. Pengintegrasian data dan informasi mengenai PMKS ke dalam survai dan sensus nasional; dan 7. Pembinaan hukum dan perundangan 1. Dimanfaatkannya 5 paket hasil penelitian, pengkajian, dan studi banding, penataan manajemen pelayanan kesejahteraan 2. Meningkatnya kualitas prasarana dan sarana pelayanan kesejahteraan 3. Tersusunnya sistem dan mekanisme kelembagaan, termasuk standar dan akreditasi pelayanan kesejahteraan 4. Terwujudnya sistem informasi pelayanan kesejahteraan sosial dan terintegrasinya data dan informasi PMKS ke dalam survai dan sensus nasional; dan 5. Terlaksananya sosialisasi dan pembinaan hukum dan perundangundangan tentang pelayanan kesejahteraan sosial bagi aparat. Dep. Sosial 90.000,0 II.28 6

No. yang berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi aparat. yang mendukung pelayanan kesejahteraan sosial. 5. Pemberdayaan Kelembagaan 1. Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial dan masyarakat (TKSM/relawan sosial, Karang Taruna, organisasi sosial, termasuk kelembagaan sosial di tingkat lokal); 2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam mendukung upayaupaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS; 3. Pembentukan jejaring kerjasama pelaku-pelaku Usaha (UKS), masyarakat dan dunia usaha, termasuk organisasi sosial tingkat lokal; dan 4. Peningkatan pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan. Pemberdayaan Kelembagaan 1. Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial masyarakat antara lain TKSM/relawan sosial, karang taruna, organisasi sosial, dan kelembagaan sosial di tingkat lokal; 2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS; 3. Peningkatan jejaring kerjasama pelaku-pelaku Usaha Kesejahteraan Sosial Masyarakat, termasuk organisasi sosial tingkat lokal; dan 4. Pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan. 1. Tersedianya TKSM/relawan sosial yang diberdayakan sebanyak 5.953 orang, Karang Taruna 2.648 KT, dan 1.922 organisasi sosial masyarakat; 2. Berkembangnya jejaring kerja pelaku usaha kesejahteraan sosial masyarakat, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah PMKS yang dilayani; dan 3. Meningkatnya pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kejuangan, serta terpugarnya 68 TMP, 20 MPN, dan 48 rumah perintis kemerdekaan. Dep. Sosial 89.034,5 6. Peningkatan Kualitas Penyuluhan 1. Peningkatan penyuluhan kesejahteraan sosial, khususnya di daerah kumuh, perbatasan, terpencil, rawan konflik, rawan bencana, dan Peningkatan Kualitas Penyuluhan 1. Penyuluhan sosial melalui media masa cetak dan elektronik; dan 2. Peningkatan kualitas penyuluhan melalui pelatihan teknik komunikasi. 1. Terlaksananya penyuluhan sosial di daerah; 2. Meningkatnya kualitas penyuluhan kesejahteraan sosial di daerah; dan 3. Terlaksananya sosialisasi dan advokasi bagi dunia usaha melalui investasi sosial. Dep. Sosial 20.000,0 II.28 7

No. gugus pulau; 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluhan sosial melalui media massa cetak dan elektronik; dan 3. Peningkatan kualitas penyuluhan kesejahteraan sosial melalui pelatihan teknik komunikasi. 7. Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Kesejahteraan Rakyat 1. Sinkronisasi kebijakan dan pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan; 2. Penyerasian penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut kesejahteraan rakyat, antara lain pengungsi dan korban bencana alam dan konflik dan 3. Penyelarasan kebijakan bidang kesehatan, termasuk penanggulangan HIV/AIDS, bidang lingkungan hidup, pemberdayaan perempuan, pendidikan, budaya, pemuda, olah raga, aparatur negara, pariwisata dan agama. Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Kesejahteraan Rakyat 1. Sinkronisasi kebijakan dan pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan kemiskinan; dan 2. Penyerasian penanganan masalahmasalah yang menyangkut kesejahteraan rakyat termasuk penanggulangan bencana di NAD. 1. Tersusunnya kebijakan dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan pemenuhan hakhak sosial dasar kesejahteraan rakyat. Menko. Bidang Kesejahteraan Rakyat 35.800,0 8. Bantuan dan Jaminan 1. Penyusunan berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan bantuan Bantuan dan Jaminan Kesejahteraan Sosial 1. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang bantuan dan jaminan kesejahteraan 1. Tersusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah tentang bantuan dan jaminan kesejahteraan 2. Terjaminnya ketersediaan bantuan dasar bagi korban bencana alam, Dep. Sosial 572.000,0 II.28 8

No. 2. Penyediaan bantuan dasar pangan, sandang, papan dan fasilitas bantuan tanggap darurat, termasuk bantuan pemulangan/ terminasi bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS lainnya; 3. Penyediaan bantuan stimulan bahan bangunan rumah bagi korban bencana alam dan bencana 4. Penyiapan bantuan bagi daerah penerima pengungsi dan pekerja migran bermasalah; 5. Pemberian bantuan bagi korban tindak kekerasan; dan 6. Peningkatan jaminan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin, penduduk daerah kumuh, dan PMKS lainnya. dan jaminan kesejahteraan 2. Penyediaan bantuan dasar pangan, sandang, papan dan fasilitas bantuan tanggap darurat dan bantuan pemulangan/terminasi, serta stimulan bahan bangunan rumah bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS lainnya; 3. Pemberian bantuan bagi daerah penerima eks-korban kerusuhan dan pekerja migran bermasalah; 4. Pemberian bantuan bagi korban tindak kekerasan melalui perlindungan dan advokasi dan 5. Penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial bagi fakir miskin, penduduk daerah kumuh, dan PMKS lainnya. bencana sosial dan PMKS lainnya, termasuk pemulangan pengungsi ke daerah asal dan bantuan terminasi; 3. Terlaksananya bantuan sosial bagi korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah; dan 4. Terlaksananya sistem jaminan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin, penduduk daerah kumuh, dan PMKS lainnya. II.28 9