BAB V PENUTUP. perubahan yang siginifikan pada akad murābahah dalam praktiknya. Akad

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun tentang Perbankan(Muhammad 2011:17). Sampai saat ini kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

Produk KPR Syariah. Lain-lain

Bank Syariah PIEw14 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA SISTEM PERHITUNGAN BUNGA PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SISTEM PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Kata bank dapat diartikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang melakukan jual

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

PERBANDINGAN PERHITUNGAN BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN PADA PT. BANK MANDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan perbankan yang bebas bunga dan beroperasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I Latar Belakang Pemilihan Kasus. berdasarkan sistem syariah (hukum islam) 2. Usaha pembentukan sistem ini

PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN

I.PENDAHULUAN. Perkembangan sektor ekonomi di Indonesia saat ini sangat pesat yang ditandai

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Perbedaan Bunga Kredit Anuitas (Annuity) VS Bunga Kredit Tetap (Flat)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

IV. GAMBARAN UMUM. bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). perbankan syariah. Sedangkan suku bunga kredit, presentase profit dan loss

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang tampak secara jelas bagaimana bidang konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB I PENDAHULUAN. variasi dari jumlah dan jenis perusahaan perbankan di Indonesia cukup luas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. nasabah dan sering juga masyarakat menggunakannya, dengan alasan

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK BNI KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan jaminan, hal ini demi keamanan pemberian kredit tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk investasi, modal kerja, maupun konsumsi. Salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Bab VIII Mengelola Keuangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun, perekonomian di Indonesia selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN EMAS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN (STUDY KASUS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEWIRAUSAHAAN-II MENGELOLA KEUANGAN USAHA. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Kebijakan ini diharapkan dapat memperbaiki dan. memperkokoh ketahanan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi nasabah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat guna menunjang jalannya proses pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah merupakan suatu perwujudan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mura>bah}ah merupakan produk finansial yang berbasis ba i atau jual beli.

PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK SEGMENTASI UMKM PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB V PENETAPAN MARGIN AKAD MURA<BAH>>}AH DI BNI SYARI AH CABANG PALANGKA RAYA. A. Presentase Margin Pada Akad Mura<bah{ah di Perbankan Syari ah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sampai di sini, penelitian ini telah mendemonstrasikan adanya perubahan yang siginifikan pada akad murābahah dalam praktiknya. Akad murābahah yang pada mulanya diusung oleh para pendukung bank syariah sebagai sebuah akad jual beli ternyata pada tataran praktiknya telah bermetamorfosis menjadi sebuah akad pembiayaan murni (pinjam-meminjam uang) dengan tujuan untuk pembelian barang. Adanya akad jual beli antara bank dengan suplier dan antara bank dengan nasabah hanya sebatas sebuah pernyataan pada teks perjanjiannya saja, sementara riilnya tidak pernah terjadi jual beli yang semacam itu, sehingga barang yang dijadikan sebagai obyek jual beli riilnya tidak ada. Yang terjadi adalah nasabah menerima uang tunai untuk memenuhi kekurangan pendanaan yang ia perlukan untuk membeli suatu barang. Untuk keperluan ini, bank cukup membuatkan sebuah surat kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut. Selanjutnya, bank juga memberi perlakuan yang berbeda berkenaan dengan kepastian penggunaan uang yang dipinjamkan oleh bank kepada nasabah. Untuk obyek jual beli yang tidak dijadikan jaminan utang, bank tidak pernah memantau apakah nasabah benar-benar membelikan barang yang dijadikan obyek jual beli ataukah tidak. Sedangkan untuk obyek jual beli yang dijadikan jaminan utang, bank memastikan terlebih dahulu bahwa barang tersebut telah dibeli oleh nasabah. Pola seperti ini memiliki kemiripan dengan

101 praktik perjanjian kredit di bank konvensional, dimana mereka dalam praktik perjanjian kreditnya lebih memprioritaskan kemampuan nasabah dan barang jaminannya. Selanjutnya, kemiripan praktik ini bukan hanya terjadi pada akad murābahahnya namun juga terjadi pada sistem penentuan dan penghitungan marginnya. Hal ini dapat dilihat pada besaran margin efektif per tahun yang mereka tetapkan mengikuti naik turunnya suku bunga pasaran yang mengikuti suku bunga Bank Indonesia. Dengan demikian, margin efektif sebenarnya merupakan adopsi dari bunga efektif yang diterapkan dalam bank konvensional. Sedangkan untuk penghitungan marginnya, ternyata mereka tidak hanya menerapkan penghitungan margin prorata (flat) namun juga menerapkan penghitungan margin anuitas. Kedua pola penghitungan tersebut, merupakan adopsi dari bunga flat dan bunga anuitas di bank konvensional. Selanjutnya, mengenai adanya sistem penghitungan yang semacam ini ternyata didukung oleh para pendukung pembiayaan murābahah untuk diterapkan selama tidak dinyatakan di dalam perjanjian awalnya. Adanya dukungan ini membuat bank syariah menerapkannya secara sembunyisembunyi, sehingga memberikan kesan bahwa bank syariah secara sembunyisembunyi melakukan praktik pembungaan uang, yang sebenarnya mereka haramkan sendiri. Kesan ini muncul karena dalam praktik akad murābahah yang dilakukan oleh bank syariah penuh dengan rekayasa sebagaimana disebutkan di bab III. Bahkan praktik sembunyi-sembunyi ini terkadang membuat nasabah merasa tertipu dengan adanya penghitungan margin anuitas,

102 karena selama ini mereka memahami bahwa penghitungan margin yang digunakan oleh bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Adanya pola-pola praktik yang demikian tidak bisa lepas dari konsep awal bahwa bank tidak boleh memberikan pinjaman disertai bunga, namun haruslah berupa jual beli. Sedangkan untuk memenuhi unsur-unsur keabsahan jual beli itu cukup merepotkan, karena riilnya bank bukanlah lembaga yang bergerak di bidang perdagangan, namun bergerak di bidang pembiayaan (pendanaan) sebab yang mereka tawarkan bukanlah barang namun utang pinjaman. Terlebih lagi dengan adanya pajak jual beli membuat mereka melakukan praktik semacam itu agar terhindar dari pajak yang menurut mereka merupakan pajak berganda. Hal inilah yang kemudian membuat bank syariah terjebak melakukan praktik rekayasa-rekayasa dan sembunyisembunyi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bank syariah belum bisa melepaskan diri dari bayang-bayang praktik pinjaman kredit sebagaimana yang dilakukan oleh bank konvensional. Dalam hal ini, bank syariah seolaholah melakukan jual beli dengan suplier dan dengan nasabah serta seolah-olah tidak ada penghitungan-penghitungan margin sebagaimana penghitunganpenghitungan bunga yang dilakukan oleh bank konvensional. Oleh karena itu, dapat dikatakan pula bahwa akad murābahah yang dilakukan oleh bank syariah sebenarnya merupakan akad perjanjian kredit yang dibungkus oleh label syariah.

103 Selanjutnya, juga ditemukan adanya ketidakseimbangan posisi antara nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual. Hal ini karena adanya bentuk-bentuk rekayasa akad yang dibuat oleh bank syariah sehingga membingungkan nasabah. Terlebih lagi nasabah adalah orang yang awam akan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, tidak diberikannya salinan surat perjanjian tertulis kepada nasabah juga memberikan andil bagi ketidaktahuan nasabah akan aturan-aturan yang dituangkan dalam surat perjanjian tertulis. Kondisi ini tentunya merugikan nasabah karena ia tidak mengetahui secara detil hal-hal apa saja yang diatur dalam surat perjanjian itu. Padahal surat perjanjian merupakan sesuatu yang memiliki kekuatan hukum ketika terjadi sengketa antara nasabah dan bank. Hal ini tentunya kurang memenuhi prinsip kejujuran, kemitraan dan keadilan yang diusung oleh bank syariah sendiri. B. Saran-Saran Meskipun penelitian ini telah menunjukkan praktik-praktik riil di lapangan tentang penerapan akad murābahah, namun kebenaran yang ditemukan dalam penelitian ini tentunya sangat dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, tentunya di sana masih terdapat celah-celah kelemahan baik secara metodologis maupun substansi. Untuk itu, diharapkan kepada para intelektual yang akan melakukan studi di kemudian hari untuk melakukan verifikasi atas temuan-temuan dalam penelitian ini, jika memungkinkan. Melihat hasil temuan dari penelitian, diharapkan para pendukung pembiayaan murābahah untuk memikirkan lebih lanjut agar tidak terjadi

104 praktik-praktik rekayasa dan sembunyi-sembunyi sebagaimana disebutkan di muka. Tampaknya konsep jual beli yang dirumuskan oleh para pendukung murābahah cukup memberikan kesulitan bagi bank syariah dalam penerapannya, untuk itu mungkin perlu pendefinisian ulang tentang haram bunga bank. Karena sesungguhnya yang dipraktikkan oleh bank syariah dengan pola praktik rekayasa tersebut secara substansi adalah bunga. C. Penutup Akhirnya perlu dikatakan di sini masih banyak hal yang perlu dilakukan penelitian tentang bank syariah. Penelitian tentang praktik murābahah pada perbankan syariah inipun meskipun telah menggambarkan yang sesungguhnya terjadi di lapangan dengan menggunakan nasabah sebagai sumber datanya hanya merupakan satu bagian dari sekian banyak sudut pandang yang bisa digunakan untuk memahami suatu fenomena, karena fenomena sosial itu merupakan sesuatu yang luas untuk dipahami dan selalu berubah-ubah. Di banyak sudut inilah terbuka kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan eksplorasi lebih jauh dan mendalam. Dengan demikian, dengan segala keterbatasan, peneliti menyadari akan adanya kekurangan baik dari sisi metodologi maupun substansi. Untuk itu, peneliti berharap ada peneliti berikutnya yang akan menyempurnakan penelitian ini.