Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 49 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Jurnal ruang VOLUME 1 NOMOR 1 September 2009

I. PENDAHULUAN. di wilayah Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jaringan jalan yang terdapat di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi yang disegani di tingkat internasional. Melalui penerapan strategi yang tepat dalam pengelolaan potensi sumber daya alam yang optimal menjadi sumber daya yang produktif secara ekonomi, sosial lingkungan. Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia tidak saja ditentukan oleh kemampuan intelektualnya tetapi juga oleh beberapa kondisi lainnya seperti : Ketersediaan Sumber daya alam yang sektor ada disekitarnya pertanian, seperti perkebunan, kehutanan perikanan maupun dibig lainnya. Gambar 1. 1. Prasarana Kab. Pelalawan Perkembangan Wilayah Propinsi Riau dalam beberapa tahun terakhir ini cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pembangunan sarana prasarana yang dilakukan baik oleh swasta

maupun pemerintah daerah. Tingginya tingkat pembangunan ini tidak terlepas dari tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana penerapan kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu pemicu tingginya pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dalam penerapan sistem manajemen ekonomi pembangunan, efesiensi pengelolaan harus memiliki gambaran potensi wilayahnya seperti ketersediaan sumber daya alam. Sejak diberlakukan Ung-Ung Otonomi Daerah mulai tanggal 1 Januari 2001, setiap daerah harus berusaha sekuat kemampuannya untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Dalam mencapai target PAD tersebut, banyak usaha yang dapat dilakukan oleh masingmasing pemerintah daerah, di antaranya menggali semaksimal mungkin potensi sumber daya alam yang ada, baik yang ada di darat maupun di laut. Oleh sebab itu, setiap daerah harus jeli dalam mencari potensipotensi baru yang ada di wilayahnya, termasuk Kabupaten Pelalawan. Sumber daya alam merupakan potensi yang merupakan karunia dari Allah SWT. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. Namun, dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut harus dijaga diperhatikan keseimbangan kelestarian alam. Apabila potensi sumber daya alam tersebut dieksploitasi secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan sistem keseimbangan ekologi yang sudah terbentuk, maka dikhawatirkan akan menuai bencana yang lebih besar. Keberadaan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah walaupun merupakan hak suatu daerah tetapi dalam penggunaannya harus bertanggung jawab, terutama untuk keberlanjutannya. Dengan demikian, suatu perencanaan pembangunan harus sudah

mengakomodasikan tentang rencana pengeksploitasian, kemampuan keberlanjutan sumber daya alam yang dimiliki demi kepentingan generasi sekarang generasi mendatang. Potensi sumber daya yang terdiri dari (1) sumber daya alam lingkungan serta (2) sumber daya manusia, selama ini potensi sumber daya tersebut belum digali dikelola secara optimal. Sumber daya alam lingkungan antara lain mencakup potensi fisik material potensi hayati; segkan sumber daya manusia mencakup potensi kuantitas kualitas manusia interaksi serta struktur sosialnya. Kekayaan potensi sumber daya alam lingkungan dapat dilihat dari potensi lahan pertanian, air udara, hutan, laut pesisir serta material tambang. Segkan kekayaan sumber daya manusia ditunjukkan dengan populasi angkatan kerja yang sangat besar serta kekuatan interaksi jaringan sosialnya. Selama ini berbagai sumber daya tersebut sudah dimanfaatkan, meskipun dalam prakteknya belum dikelola secara optimal sehingga belum mampu memberikan kontribusi manfaat yang cukup signifikan bagi pembangunan ekonomi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Gambar 1. 2. Kebun Kelapa Di Kuala Kampar Potensi sumber daya alam di wilayah Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang sebagian besar masih belum dieksplorasi dieksploitasi secara maksimal. Potensi tersebut akan memberikan hasil optimal bila sudah dikembangkan yang pada

gilirannya memberikan manfaat dalam proses kehidupan umat manusia. Usaha-usaha ekonomi produktif ini memberikan suatu nilai besar dari sudut pang ekonomi. Namun demikian, dari kepentingan pelestarian sumber daya alam memerlukan suatu pengelolaan lingkungan yang tepat untuk mereduksi dampak-dampak negatif yang sangat besar. pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Melalui development), berdasarkan Ung-Ung No. 4 Tahun 1982 tentang KetentuanKetentuan Pokok Lingkungan Hidup yang kemudian disempurnakan dengan Ung-Ung No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dapat tercapai dengan pengelolaan yang berasaskan pada kemampuan lingkungan yang serasi seimbang. Oleh sebab itu, pemanfaatan disesuaikan suatu dengan sumber kondisi daya alam ekologis harus serta direncanakan tidak mengabaikan pertimbangan dari sudut ekonomi. Secara garis besar Kabupaten Pelalawan mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup tinggi. Sumber daya alam tersebut dapat berasal dari sumber daya hutan, sumber daya mineral, sumber daya pertanian, sumber daya perikanan, sumber daya peternakan lainnya. Selain kaya akan sumber daya alam, Kabupaten Pelalawan juga memiliki potensi kawasan yang sangat strategis. Kabupaten Pelalawan merupakan suatu daerah yang ditetapkan Propinsi Riau sebagai salah satu sentra perdagangan lintas batas dengan negara tetangga yaitu Malaysia. Kedua kondisi tersebut tentunya merupakan potensi yang besar untuk mengoptimalkan meningkatkan fungsi kawasan sebagai pusat atau sentra berbagai kegiatan produksi, industri jasa. Potensi sumber daya alam yang dimiliki kabupaten ini merupakan salah satu andalan dalam pemanfaatan pengembangan sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menunjang program pembangunan

daerah. Untuk menggali potensi sumber daya alam di Kabupaten Pelalawan, diperlukan kajian terhadap inventarisasi potensi jenis sumber daya alam yang ada, tingkat pemanfaatannya, selanjutnya disusun dalam bentuk data kuantitatif dalam bentuk peta sumber daya alam. Dengan berbekal data potensi, maka pengelolaan kawasan di Kabupaten Pelalawan dapat dilakukan dengan baik, sehingga dapat terhindar terjadinya kerusakan lingkungan sebagaimana dialami oleh kawasan lainnya di Pulau Sumatera. Di samping kekayaan sumber daya alam yang sangat beragam, lingkungan daratan pesisir Kabupaten Pelalawan juga menjadi tempat bermukim masyarakat. Dengan demikian, wilayah Kabupaten Pelalawan menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi daerah melalui aktivitas masyarakat seperti perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, industri sebagainya. Wilayah Kabupaten Pelalawan dapat memberikan kontribusi dalam menyumbang pendapatan daerah. Gambar 1. 3. Pesisir Kab. Pelalawan Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan masih ada yang termasuk kategori miskin. Hal ini menjadi sangat ironis mengingat wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan mempunyai kandungan sumber daya alam yang cukup besar. Fenomena ini hanya dapat diselesaikan dengan jalan membangun wilayah secara optimal, sehingga pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan

kesejahteraan masyarakatnya. Dengan kata lain, pembangunan wilayah dilakukan tanpa meninggalkan pertimbangan terhadap keadaan sosial ekonomi budaya masyarakat sekitarnya (human specific). Ekosistem wilayah memiliki karakteristik dinamika tersendiri. Karakteristik dinamika ekosistem wilayah tersebut harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah tersebut. Dengan kata lain, pembangunan wilayah seyogyanya didasarkan pada ekosistem setempat (site specific). Hal ini penting, karena dalam konsep pembangunan berkelanjutan, faktor sumber daya alam menjadi sangat penting. Kerusakan ekosistem utama wilayah akan mengurangi nilai sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, yang pada akhirnya akan mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat pesisir Kabupaten Pelalawan. Kedua pendekatan pembangunan tersebut di atas seyogyanya dilaksanakan secara seimbang, sehingga pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan akan terjamin pelaksanaannya. Pembangunan wilayah yang mempertimbangkan faktor ekosistem setempat (site specific) masyarakat sekitar (human specific) tersebut dapat dilaksanakan dengan baik jika informasi data tentang aspek-aspek wilayah, baik aspek fisik (sumber daya alam lingkungan) aspek non fisik (sosial ekonomi masyarakat, karakteristik budaya masyarakat, lain-lain) diketahui dengan baik akurat. Data informasi tersebut menjadi tolok ukur bagi perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Pelalawan, serta mendukung sektor swasta dalam mengembangkan investasinya dalam rangka meningkatkan aktivitas perekonomian yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Potensi sumber daya alam wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau membutuhkan pengelolaan yang baik sehingga

pemanfaatannya dapat berlangsung secara berkelanjutan, sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menjadi dasar pembangunan nasional. Di samping memiliki sumber daya alam yang melimpah, Kabupaten Pelalawan juga menyimpan berbagai permasalahan yang perlu ditangani secara terintegrasi. Untuk mencapai pengelolaan secara terintegrasi antar segenap pengguna (stakeholder), maka diperlukan penataan sumber daya alam yang teralokasi optimal sesuai dengan karakteristik wilayah, sehingga para pengambil keputusan memiliki landasan yang kuat dalam menetapkan segenap kebijakan pengelolaan di wilayah ini. Informasi yang terintegrasi tentang potensi, isu permasalahan pengelolaan sumber daya alam sudah sangat mendesak diperlukan dalam rangka mencapai kesinergian penataan. Data model-model pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik sumber daya alam diperlukan dalam perencanaan penataan sumber daya tersebut, sehingga kebijakan yang disusun dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam menjadi lebih terintegrasi, lebih efektif tepat sasaran. Dalam hal ini, pemetaan sumber daya alam ini sangat terkait erat aya informasi kebutuhan ketersediaan data potensi sumber daya alam yang ada, penggunaan eksisting lahan, konflik pengelolaan, kapasitas kelembagaan. Di samping untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek, pemerintah daerah perlu melakukan perencanaan jangka panjang dalam pengelolaan sumber daya alamnya agar dapat diusahakan secara lestari berkelanjutan. Salah satu perangkat yang dapat mengakomodasi/mengelola (input, manajemen, proses out put) menampilkan data tersebut

dalam bentuk spasial (data geografis) adalah Geografic Information System (GIS). Potensi Sumber daya Alam Kabupaten Pelalawan dapat diaplikasikan dengan cara pengumpulan data yang dikaitkan dengan penerapan GIS (Geografic Information System) baik itu hitungan periodik bulanan, semester maupun tahunan yang tidak hanya dilakukan secara deskriptif saja, melainkan harus memadukan dengan analisis spasial untuk memperoleh informasi yang akurat terintegrasi. Pengelolaan sumber daya alam ini sangat memerlukan suatu perencanaan yang terpadu menyeluruh dengan tolok ukur untuk mengarahkan mengkoordinasikan berbagai aktivitas pembangunan agar sesuai dengan daya dukung daya tampung ekosistemnya. Untuk itu, sebagai langkah awal perlu dilakukan suatu upaya identifikasi inventarisasi potensi sumber daya alam yang ada serta peranannya terhadap perekonomian wilayah di Kabupaten Pelalawan. Berdasarkan pemikiran di atas, maka dalam rangka pengembangan potensi sumber daya alam di Kabupaten Pelalawan perlu segera dilakukan suatu kajian untuk mengetahui potensi tingkat pemanfaatan sumber daya alam yang ada sebagai bahan bagi pemerintah daerah, investor, pihak-pihak terkait (stakeholders) dalam pelaksanaan pembangunan daerah. 1.2. Maksud Tujuan Studi 1.2.1. Maksud Maksud dilaksanakannya studi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam perencanaan pengelolaan potensi sumber daya alam lingkungan wilayah, khususnya di wilayah Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Selain itu, juga memberikan

informasi kepada stakeholder masyarakat tentang inventarisasi potensi sumber daya alam di wilayah Kabupaten Pelalawan. Kegiatan inventarisasi dilakukan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kawasan studi terhadap aspek yang berhubungan dengan kegiatan studi seperti aspek lingkungan biofisik, sosial-ekonomi budaya. Inventarisasi yang baik harus dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang potensi sumber daya alam perubahan yang terjadi di kawasan itu, baik yang terjadi secara alamiah maupun oleh aktivitas manusia di wilayah tersebut. 1.2.2. Tujuan Tujuan penyusunan kajian inventarisasi potensi sumber daya alam Kabupaten Pelalawan adalah untuk mendayagunakan potensi sumber daya alam, lingkungan alam lingkungan buatan untuk mencukupi kebutuhan pembangunan aktivitas kehidupan ekonomi masyarakat sebatas kemampuan daya dukungnya dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya rumusan dalam satu kajian ruang lingkup sumber daya alam sehingga yang nantinya terciptanya keseimbangan antara kemampuan daya dukung alam lingkungan yang didukung oleh partisipasi masyarakat terhadap pemeliharaan pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor karakter sosial, budaya, ekonomi politik masyarakat serta ekosistem tatanan antar wilayah daerah

1.3. Keluaran (Output) Secara umum, keluaran dari studi penyusunan kajian inventarisasi potensi sumber daya alam Kabupaten Pelalawan ini adalah sebuah dokumen yang berisi tentang informasi potensi, isu permasalahan sumber daya alam serta alokasi penggunaan pemanfaatan ruang yang ada di wilayah Kabupaten Pelalawan. Secara khusus, keluaran dari studi ini adalah: 1. Terbentuknya profil lingkungan biofisik sosial-ekonomibudaya pada 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau umumnya. 2. Tersedianya data informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar bagi penyusun perencanaan pembangunan di daerah serta investor/swasta dalam mendukung pengembangan investasi dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam pada 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan. 3. Tersedianya data informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program Pemerintah Kabupaten Pelalawan. 4. Meningkatnya kemampuan pemerintah dalam perencanaan pengelolaan sumber daya alam pada 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan.

1.1. Latar Belakang...1 1.2. Maksud Tujuan Studi...8 1.2.1. Maksud...8 1.2.2. Tujuan...9 1.3. Keluaran (Output)...10