BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia adalah yang paling maju se-asia. Indonesia. mendapatkan pujian dan apresiasi dari United Nation World Tourism

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Langkat merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Langkat yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi didirikan untuk mencapai suatu tujuan dari setiap kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia, industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu mengelola Sumber. perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya pariwisata yang menarik, baik keindahan alam maupun keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi, juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Modal dan teknologi merupakan komponen-komponen yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia yang baik merupakan kunci sukses tercapainya tujuan instansi.

BAB I PENDAHULUAN. industri terutama industri pulp dan kertas tumbuh rata-rata sebesar 3,74% per

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, kepuasan kerja juga merupakan seperangkat perasaan pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang yang telah

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebaran teknologi baru yang semakin cepat. Perkembangan tersebut

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki dekade kedua dalam kiprah usahanya, PT. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Ade Busana merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak di. Perusahaan yang berlokasi di kawasan Cibogo Lembang ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Karyawan atau tenaga kerja merupakan asset utama dan sangat

Fenomena pengangguran, pemutusan hubungan kerja, demonstrasi dan. unjuk rasa merupakan masalah kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.Dengan visi yaitu menjadi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rohayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dalam perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan

BAB I PENDAHULUAN. utama sebuah perusahaan dibandingkan unsur lainnya seperti modal dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan. (ribuan orang) (hari)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas suatu perusahaan dalam menapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

KUNJUNGAN WISATA MANCANEGARA KE PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

ARDITHA YUSPENTIA, 2015 ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN MENU A LA CARTE DI SAUNG BEUREUM KARAWANG MELALUI PENERAPAN MENU ENGINEERING

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau organisasi mempunyai alat-alat teknologi yang canggih, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semakin pesat, persaingan yang dihadapi semakin kompetitif,

BAB I PENDAHULUAN. Kuta. Jendela pariwisata di Bali yang baru menonjol adalah Seminyak. Daerah

PARIWISATA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik mengenai jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Bangunan Wiki Koffie Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata juga dapat menjadi pemasukan devisa negara, memperluas

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi dan semakin tingginya tingkat kesejahteraan

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Hal tersebut

2015 PENGARUH EXPERIENTAL MARKETING TERHADAP CUSTOMER SATISFACTION DI GALERI IPTEK SABUGA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Wini Suciani,2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata Indonesia adalah yang paling maju se-asia. Indonesia mendapatkan pujian dan apresiasi dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO) yang telah berhasil mempertahankan pertumbukan sektor pariwisata di tengah krisis global, dimana dunia secara umum mengalami penurunan pertumbuhan sektor pariwisata hingga dua persen pada tahun 2009, tetapi kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia tidak menurun bahkan mencapai pertumbuhan sebesar 6,4 juta. Padahal pada tengah tahun 2009, Indonesia sedang mengalami double crisis yakni krisis global dan aksi terorisme (pengeboman). Selain itu, organisasi pariwisata Dunia tersebut menilai, Indonesia unggul dalam memenuhi kode etik pariwisata internasional. (Sumber:MetroTv). Badan Pusat Statistika (BPS) mengungkapkan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada kurun waktu Januari-Desember 2010 mencapai ±7 juta orang. Secara kumulatif Januari-Desember, jumlah wisatawan mancanegara tahun 2011 mencapai ±7.6 juta orang atau meningkat sebesar 9,24% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut: Tia Handayani, 2012 Pengaruh Kemampuan Kerja, Motivasi, Dan Peran Kepemimpinan Supervisor Terhadap Kinerja Karyawan Food And Beverage Departement Bumbu Desa Se-Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Menurut Lama Tinggal, Rata-rata Pengeluaran, dan Penerimaan Devisa Tahun 2004-2011 Tahun Jumlah Wisatawan Mancanegara Ratarata Lama Tinggal (Hari) Rata-rata Pengeluaran/ orang (US $) Per Per Hari Juta US $ Penerimaan Devisa Wisman Pertumbuhan Pertumbuhan (%) Kunjungan (%) 2004 5.321.165 19,12 9,47 901,66 95,17 4.797,90 18,85 2005 5.002.101-6,00 9,05 904,00 99,86 4.521,90-5,75 2006 4.871.351-2,61 9,09 913,09 100,48 4.447,98-1,63 2007 5.505.759 13,02 9,02 970,98 107.70 5.345,98 20,19 2008 6.234.497 13,24 8,58 1.178,54 137.38 7.347,60 37,44 2009 6.323.730 1,43 7,69 995,93 129.57 6.297,99-14,29 2010 7.002.944 10,74 8,04 1.085,75 135,01 7.603,45 20,73 2011 7.649.731 9,24 7,84 1.118,26 142,69 8.554,39 12,51 Sumber : Passenger Exit Survey, BPS dan P2DSJ Pada tabel 1.1 menunjukan bahwa, jumlah wisatawan mancanegara meningkat tiap tahunnya, meskipun ada sedikit penurunan tapi hal tersebut tidak begitu signifikan. Terlihat pada tabel di atas, bahwa jumlah pertumbuhan kunjungan wisman tertinggi berada pada tahun 2008 yakni naik sebesar 13,24 % dari tahun sebelumnya. Perkembanga wisatawan nusantara (wisnus) ke berbagai tempat wisata di Indonesia didasari oleh meningkatnya gaya hidup, kemudahan aksesibilitas, rasa ingin tahu terhadap objek wisata, dan bertumbunya pariwisata sebagai trend. Pertumbuhan wisnu dapat dilihat pada tabel tahun 2006-2010, dibawah ini: Tahun Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara Ke Indonesia Tahun 2006-2011 Pengeluaran Wisnus Rata-rata Perjalanan Per (ribuan Perjalanan (ribuan) Perjalanan orang) (kali) (ribu Rp) Total Pengeluaran (triliun Rp) 2006 114.270 204.553 1,79 431,24 88,21 2007 115.335 222.389 1,93 489,95 108,96 2008 117.213 225.041 1,92 547,33 123,17 2009 119.944 229.731 1,92 600,30 137,91 2010 122.312 234.377 1,92 641,76 150,41 2011*) 89.112 172.917 1,94 662,68 11,59 Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS *) Angka sementara Triwulan I-III

3 Pada tabel 1.2 menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisnus ke berbagai tempat tujuan wisata di Indonesia yang paling tinggi yaitu pada tahun 2010 sebesar 122.312 ribu orang dan perjalanan 234.377, dengan rata-rata pengeluaran per perjalanan sebesar 641.78. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia memiliki beragam daya tarik, meiliputi: pegunungan, kawah, gua, pantai, sungai, danau, seni budaya, wisata ilmu pengetahuan dan teknologi, sejarah, museun. Semua itu merupakan daya tarik wisata yang membuat wisnus dan wisman selalu tertatik untuk berkunjung ke Provinsi Jawa Barat serta dapat menambah pendapatan asli daerah. Berikut adalah tabel peningkatan wisman dan wisnus ke Jawa Barat: Tabel 1.3 Jumlah Kunjungan Wisnus dan Wisman ke Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2009 Tahun Wisatawan Wisatawan Pertumbuhan Jumlah Nusantara Mancanegara (%) 2006 17.115.501 245.512 17.361.013-2007 17.326.073 229.113 17.555.186 1,11 2008 20.000.000 750.000 27.500.000 57 2009 32.000.000 700.000 32.700.000 19 Sumber: west-java Indonesia.com Pada tabel 1.3 menunjukan bahwa jumlah wisnus dan wisman yang datang ke Jawa Barat mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilahat pada tahun 2008 jumlah wisatawan meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 57% atau 9.944.814 dari tahun sebelumnya. Sementara itu, tahun 2009 peningkatan yang terjadi hanylah sebesar 19% atau sebesar 5.200.000 dari tahun sebelumnya. Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu kota tujuan pariwisata di Indonesia pada umumnya, serta Jawa Barat pada khususnya.

4 Di kota ini, bukan hanya kekayaan alam dan beragam FO nya saja yang bisa dinikmati, tetapi masih banyak sajian lainnya yang tak kalah menarik, salah satunya adalah wisata kuliner Bandung. Beragam suguhan kuliner, mulai dari kuliner tradisional hingga modern, bisa dengan mudah dijumpai. Hal ini ditunjukan dengan perkembangan dalam bisnis restoran dan café yang cukup pesat. Oleh karena itu, banyak wisman ataupun wisnus yang datang ke kota Bandung, selalu menyempatkan untuk berwisata kuliner. Perkembangan jumlah wisatawan ini dapat dilihat pada tabel 1.4 dibawah ini: Tabel 1.4 Jumlah Kunjungan Wisnus dan Wisman ke Kota Bandung Tahun 2008-2009 Tahun No Wisatawan 2008 2009 2010 1 Mancanegara 175.111 185.076 228.449 2 Nusantara 4.320.634 4.822.532 4.951.439 Total 4.495.745 5.007.608 5.179.888 Sumber: Bidang Pemasaran Kjsm Wisata Pada tabel 1.4 menunjukan bahwa, jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan meningkat sebesar 11,39% atau sebesar 511.863 dari tahun sebelumnya, dan tahun 2010 meningkat sebesar 3,44% atau sebesar 172.280 dari tahun sebelumnya. Melihat kenyataan itu, diperkirakan jumlah tersebut akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini perlu ditunjang oleh fasilitas yang memadai, karena para wisatawan sangat membutuhkan kenyamanan dalam melakukan kegiatan wisatanya. Restoran merupakan salah satu pendorong pariwisata untuk berkembang. Bisnis Restoran memang tidak dapat dipisahkan dengan pariwisata karena selain

5 sebagai daya tarik wisata, bisnis ini juga dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi para pelaku bisnis tersebut. Kota Bandung merupakan tempat yang banyak menyajikan berbagai macam makanan dan minuman. Kota Bandung juga merupakan salah satu daerah yang sangat berpotensi besar dalam pengembangan industri restoran. Berikut ini adalah data potensi restoran di kota Bandung, menurut Her Suganda (2008:435-447) yang disajikan pada tabel 1.5 di bawah ini: Tabel 1.5 Klasifikasi Restoran Berdasarkan Jenisnya di Kota Bandung Tahun 2008 Jenis Restoran Jumlah Restoran Rumah Makan Khas Sunda 65 Rumah Masakan Nusantara 29 Rumah Masakan Ayam dan Bebek 31 Rumah Makan Khusus Sate 10 Rumah Makan Khusus Soto 8 Rumah Masakan Ikan Laut 22 Restoran Café dan Rumah Makan Indonesia 13 Restoran China & Internasional 9 Restoran Jepang 15 Restoran Korea 4 Restoran Thailand 6 Restoran Taiwan 1 Restoran Prancis 1 Restoran Jerman 1 Restoran Vietnam 1 Restoran Cepat Saji 9 Tempat-tempat Jajanan 34 Jumlah 259 Sumber: Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas 2008 Pada tabel 1.5 sedikitnya terdapat 17 jenis restoran di kota Bandung. Untuk dapat mempertahankan citranya, restoran-restoran tersebut berupaya untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan serta fasilitas-fasilitasnya. Kualitas pelayanan tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagi unsur terpenting, dan untuk selebihnya dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat teknis, seperti fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan.

6 Persaingan antar perusahaan bukan merupakan persaingan antar mesin, gedung, peralatan, bahkan bukan pula persaingan antar modal. Pada hakekatnya persaingan yang terjadi adalah antar personel perusahaan. Perusahaan yang memiliki personel yang baik adalah perusahan yang akan memenangkan persaingan. Manusia tidak lagi dianggap sebagai faktor produksi tetapi lebih dianggap sebagai aset organisasi yang penting. Keefektifan dan keunggulan organisasi tergantung pada kualitas SDM yang dimiliki, sehingga penting bagi suatu perusahaan untuk memperhatikan kualitas SDM. Kinerja merupakan suatu hal terpenting dan mendasar dalam terlaksananya suatu organisasi. Keberhasilan kinerja pada organisasi didorong oleh beberapa hal yang berpengaruh didalamnya, diantaranya adalah kemampuan kerja, motivasi, dan kepemimpinan pada organisasi tersebut. Kinerja merupakan ukuran jumlah, dan mutu yang diberikan karyawan pada organisasi, sehingga dapat menjadikan organisasi itu baik dan maju. Dalam penelitian ini, yang dimaksud kinerja adalah kinerja karyawan food and beverage (F&B) department pada Bumbu Desa yang berjumlah 73 karyawan, yang terdiri dari bagian dapur dan pramusaji. Kinerja yang bagus dari karyawan akan mendukung kinerja pada Bumbu Desa, Bumbu Desa akan mendapatkan tempat yang istimewa dihati konsumen, mendapatkan banyak konsumen, dan menduduki tingkat yang tinggi diantara perusahaan lain yang sejenis. Karena dalam operasionalnya berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dan dituntut untuk memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap semua pihak yang bersangkutan (customer), oleh karena itu, pihak perusahaan harus mampu

7 melayani konsumen sebaik mungkin sehingga mereka benar-benar merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan. Harapan itu akan dapat terwujud manakala pihak perusahaan mampu meningkatkan kinerja karyawan yang baik dan memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dengan kata lain, apabila karyawan mampu meningkatkan kinerjanya, maka diharapkan mereka akan mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pelanggan. Fenomena yang dikemukakan adalah indikasi yang menunjukan masih rendah dan kurang optimalnya kinerja karyawan F&B department pada Bumbu Desa, berdasarkan pada hasil suatu penilaian karyawan (job evaluation) yang tidak memenuhi standar yang telah diharapkan. Berikut adalah penilaian kinerja karyawan Bumbu Desa: Tabel 1.6 Penilaian Kinerja Karyawan Bumbu Desa Bandung Periode Januari-Maret 2012 Klasifikasi Nilai Januari Februari Maret Jumlah % Jumlah % Jumlah % Baik (A) 8.00 8 10,96 6 8,23 10 13,70 Cukup (B) 7.00-7.99 53 72,6 48 65,75 48 65,75 Kurang (C) 6.00-6.99 12 16,44 19 26,02 15 20,55 Sangat Kurang (D) 5.00 - - - - - - Jumlah 73 100 73 100 73 100 Sumber : Arsip Rekapitulasi Penilaian Kinerja Karyawan Bumbu Desa 2012 Pada tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa, penilaian kinerja karyawan di Bumbu Desa mengalami belum stabil. Indikasi tersebut dapat dilihat pada bulan Januari 2012 jumlah karyawan yang memiliki klasifikasi kurang sebesar 16,44%, mengalami peningkatan sekitar 9,58% pada bulan Februari 2012, kemudian pada bulan Maret 2012 kembali mengalami penurunan sekitar 5,47%.

8 berikut: Penilaian kinerja tersebut, dilihat dari 16 kriteria yang dinilai yaitu sebagai 1. Kualitas hasil kerja 2. Kuantitas / volume kerja 3. Tanggung jawab 4. Kepatuhan pada peraturan perusahaan & KMKP 5. Disiplin atas waktu / kehadiran kerja 6. Kejujuran 7. Inisiatif dan kreatifitas 8. Team work 9. Ketahanan fisik 10. Semangat kerja 11. Loyalitas 12. Penampilan, kebersihan diri dan pekerjaan 13. Kepribadian 14. Kepekaan terhadap problem & usaha tindak lanjut 15. Kepemimpinan 16. Kemampuan untuk pengambilan keputusan Salah satu faktor yang dapat dijadikan penilaian kinerja adalah pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Simanjuntak (1983:26), bahwa: Faktor yang besar pengaruhnya terhadap kinerja seseorang adalah pendidikan, pelatihan, keterampilan, disiplin, sikap, etika kerja, motivasi, gizi, kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat jaminan sosial, lingkungan, iklim kerja, hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan berprestasi, dan kebijakan pemerintah secara keseluruhan.

9 Untuk itu, penulis menyertakan tingkat pendidikan karyawan Bumbu Desa Bandung, sebagai berikut: Tabel 1.7 Tingkat Pendidikan Karyawan Bumbu Desa Tingkat Persentase Jumlah Pegawai Pendidikan (%) SMP 18 24,66 SMA 47 64,38 Diploma 2 2,74 Lain lain 6 8,22 Jumlah 73 100 Sumber: Arsip Human Resource Department Bumbu Desa 2012 Pada tabel 1.7 menggambarkan bahwa kondisi karyawan dari segi pendidikan mayoritas berpendidikan SMA. Faktor yang dapat mempengaruhi menurunnya kinerja karyawan salah satunya dapat disebabkan dari latar belakang pendidikan. Selain menurut Simanjuntak yang telah dikemukakan sebelumnya, Keith Davis dalam Mangkunegara (2009:67), menyatakan bahwa: Tercapainya kinerja pegawai akan sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh pegawai itusendiri; bagai pegawai yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai dengan jabatannya dan memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas seharihari, ia akan mampu mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Pada kenyataannya, seringkali karyawan suatu organisasi menunjukan kinerja yang belum optimal. Hal tersebut digambarkan oleh tindakan karyawan yang merugikan organisasi, seperti karyawan mangkir (Alpa) dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan baru. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Mutiara S. Pangabean (2004:142), bahwa: Selain dengan kepuasan

10 kerja, ketidakhadiran juga mempunyai hubungan yang negatif dengan prestasi kerja. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dengan Manager Bumbu Desa, diperoleh keterangan bahwa masih ada karyawan yang sering tidak masuk kerja tanpa ijin. Berikut ini tabel yang menunjukan jumlah ketidakhadiran karyawan dari tahun 2009-2011. Tabel 1.8 Tingkat Absensi Karyawan Bumbu Desa Periode Desember 2011 Maret 2012 Keterangan 26 Des 25 Jan 26 Jan 25 Feb 26 Feb 25 Mar Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Sakit 23 32,39% 38 53,52% 42 59,16% Izin 21 29,58% 26 36,62% 26 36,62% Cuti 5 7,04% 7 9,86% 13 18,31% Mangkir 8 11,27% 15 21,13% 5 7,04% Total 57 80,28% 86 121,13% 86 121,13% Sumber: Arsip Human Resource Department Bumbu Desa 2012 Dari tabel 1.8 dapat terlihat bahwa kemangkiran karyawan (tingkat alpa) berkisar antara 7,04% - 21,13% pada bulan 26 Desember 2011 25 Maret 2012, hal tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat kedisiplinan karyawan. Kebijakan yang diberikan oleh pihak Bumbu Desa dalam hal keterlambatan kerja yaitu apabila seorang karyawan terlambat datang melebihi 10 menit, selama 3 hari berturut-turut maka karyawan tersebut akan mendapat sanksi berupa surat peringatan. Fenomena sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, apabila kenyataan itu diabaikan serta dibiarkan terus menerus, maka dapat mengganggu pencapaian tujuan perusahaan dan mungkin mengakibatkan menurunnya kinerja perusahaan. Karena, baik buruknya kinerja perusahaan ditentukan oleh kinerja karyawannya. Berangkat dari gejala-gejala yang telah di kemukakan sebelumnya,

11 pihak manajemen Bumbu Desa telah melakukan upaya untuk memperbaiki kinerja karyawan. Bumbu Desa sendiri telah memberikan pelatihan-pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan Kemampuan kerja, memberikan penghargaan atas karyawan yang berprestasi dengan memberikan gelar Best employee untuk meningkatkan motivasi kerja, serta untuk para atasan sendiri pihak manajemen Bumbu desa selalu mengadakan brifing, meeteng, evaluasi kerja untuk memperbaiki peran kepemimpinannya. Rendahnya kinerja karyawan memberikan peluang untuk melakukan studi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Henry Simamora dalam Mangkunegara (2005:14), mengatakan bahwa: Ada tiga kelompok variabel yang secara langsung mempengaruhi prilaku individu atau apa yang dilakukan seseorang pegawai. Ketiga macam variabel yang dimaksud yaitu: 1. Variabel Individual; kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi, 2. Variabel Psikologis; persepsi, attitude, personality, pembelajaran, dan motivasi, 3. Variabel organisasi; sumber-sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan job design. Berkata dari faktor-faktor yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, penulis akan mengambil salah satu dari masing-masing variabel, yaitu kemampuan pada variabel individu, motivasi pada variabel psikologikal, dan kepemimpinan pada variabel organisasi. Dimana semua faktor tersebut dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

12 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Pengaruh Kemampuan Kerja, Motivasi, dan Peran Kepemimpinan Supervisor terhadap Kinerja Karyawan Food and Beverage Department Bumbu Desa se-kota Bandung. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung? 2. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung? 3. Bagaimana pengaruh peran kepemimpinan supervisor terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung? 4. Bagaimana pengaruh kemampuan kerja, motivasi, dan peran kepemimpinan supervisor terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung.

13 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung. 3. Untuk mengetahui pengaruh peran kepemimpinan supervisor terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung. 4. Untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh kemampuan kerja, motivasi, dan peran kepemimpinan supervisor terhadap kinerja karyawan food and beverage department Bumbu Desa se-kota Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini setelah tujuan dari penelitian yang diutarakan di atas dapat dicapai. Penulis mengharapkan adanya manfaat yang kiranya dapat berguna di masa mendatang. Adapun manfaat tersebut ialah : 1. Kegunaan Ilmiah Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perluasan ilmu serta dapat dijadikan pertimbangan, dan tambahan ilmu sebagai bahan kajian untuk pengembangan selanjutnya. Untuk memberikan sumbangan pemikiran atau memperluas wawasan, sebagai informasi bagi perkembangan ilmu SDM yang khususnya bergerak dalam bidang Pariwisata. 2. Kegunaan Praktis Bagi industr. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data atau informasi serta sebagai bahan pertimbangan bagi Bumbu Desa, dalam upaya peningkatan kinerja karyawan food and beverage department.

14 Bagi peneliti, Penelitian ini merupakan langkah untuk menambah pengetahuan penulis. Selain itu, penulis dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku kuliah untuk menganalisa fakta, gejala, dan peristiwa yang terjadi. Untuk dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara objektif, dan ilmiah dalam kehidupan praktis. Terakhir, penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas akhir dalam penyelesaian perkuliahan untuk mendapat gelar Sarjana Pariwisata. Bagi masyarakat dan peneliti selanjutnya. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dalam meneliti bidang ilmu SDM. Selain itu, penulis merekomendasikan untuk mengkaji lebih dalam mengenai variabel-variabel lain seperti kompensasi, upak karyawan, imbalan dam lain sebagainya.