VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN STRATA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TINGKAT RUMAH TANGGA MELALUI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ukuran dasar kebijakan sudah ada dalam bentuk modul pelatihan dan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan melalui perencanaan yang baik dan efektif.

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MERANCANG PROGRAM PROMOSI KESEHATAN BERBASIS TEORI S A P 5 PRECEDE/PROCEED MODEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

Kerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengorganisasian masyarakat, peningkatan kesadaran masyarakat, peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya, penggalangan kemitraan,

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

Syarifah (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara) Fotarisman Zaluchu (Badan Penelitian & Pengembangan Provinsi Sumatera Utara)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

POLICY BRIEF PEKERJAAN RUMAH YANG TIDAK TERSELESAIKAN REKOMENDASI

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

STRATEGI/RANCANGAN PEMBELAJARAN DENGAN SASARAN INDIVIDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

Transkripsi:

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan kondisi setempat. Sesuai dengan kondisi setempat, dapat dijabarkan bahwa implementasi program promosi Kesehatan harus sesuai dengan karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan. Dari hasil evaluasi implementasi strategi promosi kesehatan di Desa Jebed Selatan, secara garis besar masalah muncul pada PHBS tingkat rumah tangga yaitu masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Berdasarkan masalah tersebut maka Pengkaji mengambil kesimpulan bahwa ada masalah dalam implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan. Setelah dilakuakn evaluasi masalah yang muncul pada implementasi Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan, antara lain : a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan. b. Masih rendah Tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan c. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan d. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas e. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga f. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi. Berpedoman dari masalah tersebut, maka perlu dilakukan perumusan Strategi dan Program Promosi Kesehatan yang sesuai dengan kondisi atau masalah di masyarakat Desa Jebed Selatan melalui forum FGD. Dalam forum FGD (focus group discussion) tersebut dilakukan proses perencanaan promosi kesehatan dengan mengikutsertakan stakeholders yang ada di Desa Jebed Selatan. Forum tersebut dihadiri oleh stakeholders tingkat desa,

83 seperti perwakilan masyarakat Desa Jebed Selatan (tokoh masyarakat dan tokoh agama), bidan desa (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang) dan kader kesehatan. Dalam forum tersebut, setelah Pengkaji memaparkan hasil evaluasi dan identifikasi masalah di Desa Jebed Selatan kemudian Pengkaji tawarkan ke peserta forum untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh prioritas masalah perencanaan promosi kesehatan. 7.1 Perencanaan Promosi Kesehatan. Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Notoatmodjo 2005). Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat dibutuhkan dengan tujuan supaya menghasilkan program yang dapat mengintervensi masalah kesehatan yang sesuai dengan kondisi yang ada, sesuai kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan (sustainable). Di samping itu, dengan melibatkan peserta FGD maka akan menciptakan rasa memiliki sehingga timbul rasa tanggung jawab dan komitmen. Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga pada Peta Sosial dan evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat kemudian dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun Perencanaan Promosi Kesehatan yang menggunakan kerangka kerja PRECEDE PROCEED (PRECEDE PROCEED Framework) Kerangka kerja PRECEDE PROCEED adalah pendekatan yang digunakan untuk kegiatan Perencanaan Promosi Kesehatan yang mengarah pada perubahan perilaku baik individu, keluarga dan masyarakat. Pada kerangka PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program. Kerangka PRECEDE terdiri dari lima fase, yaitu : 1. Fase 1 adalah Diagnosis Sosial 2. Fase 2 adalah Diagnosis Epidemiologis 3. Fase 3 adalah Diagnosis Perilaku dan Lingkungan 4. Fase 4 adalah Diagnosis Pendidikan dan Organisasi

84 5. Fase 5 adalah Diagnosis Administrasi dan Kebijakan. Sedangkan kerangka PROCEED terdiri dari empat fase, yaitu : 1. Fase 6 adalah Implementasi 2. Fase 7 adalah Proses Evaluasi 3. Fase 8 adalah Dampak dari Evaluasi 4. Fase 9 adalah Evaluasi Outcome Dalam kondisi ini kerangka PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development) digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi Kerangka kerja tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11 Kerangka PRECEDE PROCEED PRECEDE Fase 5 Diagnosis Kebijakan & Administrasi Fase 4 Diagnosis Pendidikan & Organisasi Fase 3 Diagnosis Perilaku & Lingkungan Fase 2 Diagnosis Epidemiologis Fase 1 Diagnosis Sosial Promosi Kesehatan Predisposing factors Pendidikan Kesehatan Reinforcing factors Perilaku & Gaya Hidup Kebijakan Peraturan Organisasi Enabling factors Lingkungan Sehat Kualitas Hidup Fase 6 Implementasi Fase 7 Proses Evaluasi Fase 8 Evaluasi Dampak Fase 9 Evaluasi Outcome PROCEED Sumber : Notoatmodjo 2005

85 7.1.1 Fase Diagnosis Sosial (Social Need Assessment) Diagnosis sosial pada fase ini adalah proses mendapatkan karakteristik masyarakat, persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya. Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga melalui aspirasi tersebut dapat terwujud partisipasi masyarakat. Pada fase diagnosis sosial ini akan merujuk dari hasil PL I yaitu Pemetaan Sosial untuk mendapatkan karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan. Tabel 10 Karakteristik Masyarakat Desa Jebed Selatan No. Jenis Karakteristik Data Pendukung 1 Perekonomian Sektor Pertanian Ketersediaan lahan mencapai 73,51 % dari luas wilayah desa. 2 Mata Pencaharian Mayoritas Petani dan Buruh Tani (homogen) 55,98 % atau 1260 jiwa dari 2251 jiwa mata pencaharian sebagai petani (456 jiwa) dan buruh tani 3 Tingkat Pendidikan Masih rendah (mayoritas SLTP ke bawah) (804 jiwa). Jumlah penduduk tamat SLTP ke bawah sebesar 58,5 % (1626 jiwa tamat SLTP dan 325 jiwa tamat SD). 4 Agama Islam 6909 jiwa (99,78 %) dari 6924 jiwa dan banyaknya organisasi lokal (majelis ta lim/ kelompok pengajian/ yasinan, Ikatan Pemuda Masjid dan perkumpulan kematian) 5 Kepercayaan Masih percaya adanya mitos 6 Kesehatan Rendahnya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan rendahnya perhatian kepada lansia Sumber : Data Pemetaan Sosial Desa Jebed Selatan, tahun 2006. Masyarakat masih mempercayai adanya mitos tentang kesehatan terutama mitos ibu hamil Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga Berdasarkan hasil diagnosis karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan diatas, dapat di simpulkan bahwa kepercayaan terhadap mitos masih sangat kental di masyarakat Desa Jebed Selatan. Adanya mitos tersebut sangat didukung dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. Mitos

86 tersebut sangat berdampak pada kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Di kalangan masyarakat yang masih mempercayai adanya mitos ibu hamil, seperti ibu hamil tidak boleh keluar rumah karena takut kandungannya diganggu oleh mahluk halus sampai dengan mitos makan berpantang, yaitu ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi ikan cumi karena takut apabila kulit anaknya hitam padahal kandungan protein dari ikan cumi sangat tinggi yang dibutuhkan untuk perkembangan janin. Contoh mitos ibu hamil tersebut ternyata menghambat pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap kesehatan, seperti memeriksakan kehamilannya dan melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dilihat dari mata pencahariannya, masyarakat Desa Jebed Selatan tergolong masyarakat petani dan buruh tani. Karena pendapatan yang tergolong rendah dan belum ada penyuluhan tentang kesehatan kerja bagi petani dan buruh tani, sehingga membuat kebutuhan akan kesehatan belum menjadi prioritas bagi keluarga mereka. Mereka juga berpendapat bahwa untuk mendapatkan akses kesehatan harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Kondisi tersebut sangat dirasakan ibu hamil yang kepala keluarganya bekerja sebagai buruh tani, sehingga tidak ada jalan lain untuk memeriksakan dan melakukan persalinan oleh dukun bayi. Dari diagnosis diatas, peserta FGD menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah yang mengakibatkan masyarakat belum mempercayakan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatannya. Dari sikap dan perilaku masyarakat tersebut, belum bisa mencerminkan perilaku sehat. Berdasarkan data diatas, peserta FGD menyimpulkan bahwa kebutuhan yang sangat mendasar di masyarakat Desa Jebed Selatan adalah Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dengan memperoleh pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan masyarakat dapat merubah pola pikirnya dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Dengan mempunyai pola pikir paradigma sehat, maka masyarakat dapat mencegah (preventif) terjadinya penyakit dan dapat meningkatkan kesehatannya secara mandiri tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Jadi dengan meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan maka dengan sendirinya sikap dan perilaku masyarakat akan lebih responsif terhadap kesehatan sehingga

87 kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan terutama di tingkat rumah tangga. 7.1.2 Fase Diagnosis Epidemiologi Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang dan berdampak positif maupun negatif. Fokus pada fase ini adalah mencari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat. Pada kajian ini yang mendapatkan dampak dari masalah tersebut adalah anggota keluarga pada tingkat rumah tangga. Pada Tabel 11 telah ditunjukkan diagnosis masalah (hasil Peta Sosial), penyebab masalah (hasil evaluasi strategi Promosi Kesehatan) dan kelompok yang terkena masalah (tanggapan peserta FGD) Tabel 11 Diagnosis Epidemiologi Promosi Kesehatan No. Masalah (Hasil Peta Sosial) 1 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Faktor Penyebab (Hasil Evaluasi Strategi Promosi Kesehatan) 1. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan. 2. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan. 3. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas 4. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga 5. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi. Kelompok yang terkena masalah (Tanggapan peserta FGD) 1. Ibu Rumah Tangga 2. Ibu Hamil 3. Bayi 4. Balita 5. Anak Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.

88 7.1.3 Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan Pada fase ini tujuannya adalah mendiagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan (fisik dan sosial) dari diagnosis epidemiologi (Tabel 11). Berdasarkan pendapat dari peserta FGD dapat diidentifikasi, sebagai berikut : 1. Faktor Perilaku : a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan. b. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas c. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga d. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi 2. Faktor Lingkungan : Minimnya sarana dan prasarana kesehatan Kemudian dari hasil diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan tersebut, langkah selanjutnya adalah dari kedua faktor tersebut dibuat urutan berdasarkan rangking kemungkinan untuk diubah. Urutan rangking tersebut sebagai berikut : 1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab. 3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas 4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan Dari urutan rangking diatas, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut : Sasaran Primer : Ibu rumah tangga Sasaran Sekunder : Anggota Keluarga (Ayah dan Anak) Sasaran Tersier : Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan

89 Selanjutnya peserta FGD merancang tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai dalam Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan. 7.1.4 Fase Diagnosis Pendidikan dan Organisasional Pada fase ini merujuk pada faktor pemudah (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Berdasarkan hasil analisis faktor pemudah (predisposing factors) dapat ditetapkan tujuan pembelajaran/ pendidikan yang ingin dicapai, sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan anggota keluarga tentang hidup sehat terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2. Anggota keluarga dapat mempraktekkan dan membudayakan hidup sehat. Berdasarkan hasil analisis faktor pemungkin dan faktor penguat dapat ditetapkan tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya, yaitu : 1. Meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas Puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan tentang pelatihan partisipatif. 2. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan agar dapat mengeluarkan kebijakan yang responsif terhadap kesehatan terutama terhadap pengembangan PHBS tingkat rumah tangga. 7.1.5 Fase Diagnosis Administratif dan Kebijakan Pada fase ini dilakukan analisis terhadap kebijakan, sumber daya dan peraturan yang berlaku yang nantinya dapat memfasilitasi atau menghambat pelaksanaan Program Promosi Kesehatan. Pada diagnosis administratif dilakukan penilaian, sebagai berikut : 1. Sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan Program Promosi Kesehatan adalah Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tenaga Kesehatan Puskesmas, Bidan Desa, dan Kader Kesehatan/ Ibu-ibu TP-PKK, tetapi yang

90 lebih penting adalah orang yang mempunyai komitmen untuk membuat Desa Jebed Selatan menjadi Desa Sehat. 2. Hambatan dari pelaksana program adalah komitmen mereka terhadap keberlangsungan program dan hambatan dari masyarakat adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah. Pada diagnosis kebijakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program. Dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di masyarakat telah diatur oleh kebijakan Menteri Kesehatan RI dalam bentuk Keputusan Menteri, yaitu : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/ MENKES/ SK/ VIII/ 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/ MENKES / SK/ X/ 2004 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010) 4. Kebijakan Kabupaten Pemalang Sehat 2010 Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah didukung oleh Keputusan Menteri dan pemerintah daerah. Tetapi dalam pelaksanaan di daerah belum mendapatkan dukungan penuh dari kalangan legislatif dan eksikutif Kabupaten Pemalang berupa Peraturan Daerah. 7.2 Rancangan Strategi dan Program Promosi Kesehatan. Setelah mendiagnosis kerangka PRECEDE, langkah selanjutnya peserta FGD mulai merancang Strategi dan Program Promosi Kesehatan. Dari hasil diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan telah didapat urutan masalah sebagai berikut : 1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab. 3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas

91 4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan. Tujuan dari Program Promosi Kesehatan, sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan. Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan Program Promosi Kesehatan, antara lain : 1. Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif. 2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan Terpadu. Untuk lebih jelasnya kerangka logis Strategi dan Program Pemberdayaan Masyarakat seperti ditunjukkan pada Tabel 12.

92 Tabel 12 Kerangka Kerja Logis Strategi dan Program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan Strategi dan Lokasi Sumber No. Kegiatan Tujuan Sasaran Pihak Terkait Jadwal Program Kegiatan Dana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dalam Program Pelatihan Partisipatif 1. Pelatihan Partisipatif bagi Tenaga Kesehatan, Bidan desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP- PKK 1. Meningkatkan ketrampilan dalam Pemberdayaan Masyarakat 1. Tenaga Puskesmas 2. Bidan desa 3. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama 4. Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK Balai Desa Jebed Selatan 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang 2. Unsur Akademisi (Universitas) APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009 Awal bulan Juli tahun 2008 Akhir bulan Juni tahun 2009 2 Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pendidikan Kesehatan Terpadu Sumber : Hasil Forum FGD, 2007 1. Revitalisasi Posyandu 2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis Kesehatan 3. Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak. 1. Menghidupkan lagi fungsi Posyandu yang sesungguhnya (5 meja) 2. Memberikan pengetahuan anak-anak tentang kesehatan dengan metode bermain. 3. Memberikan pengetahuan kepada Ibu rumah tangga tentang arti penting Kesehatan Ibu dan Anak. 1. Kader Kesehatan dan anggota TP- PKK Desa Jebed Selatan 2. Anak-anak di bawah lima tahun (terutama bagi keluarga miskin) 3. Ibu Rumah Tangga. Balai Desa Jebed Selatan 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang 2. Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) 3. Tokoh masyarakat dan tokoh agama 4. Kader kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK 5. LSM yang concern terhadap kesehatan 1. APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009 2. Swadaya Awal bulan Juli tahun 2008 Akhir bulan Juni tahun 2009

93 7.2.1 Program Pelatihan Partisipatif 1. Latar Belakang Program Upaya ini lebih ditujukan kepada pelaksana program seperti Tenaga Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK agar lebih terampil. 2. Kegiatan program. Pelatihan Partisipatif bagi Tenaga Kesehatan, Bidan desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK 3. Sasaran : Tenaga Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK 4. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab : a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang b) Unsur Akademisi (Universitas) 5. Lokasi Kegiatan : Desa Jebed Selatan 6. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 akhir bulan Juni tahun 2009. 7. Sumber Dana : APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009 8. Tujuan : meningkatkan ketrampilan pelaksana program dalam melaksanakan Pemberdayaan Masyarakat Strategi dan Program Promosi Kesehatan tersebut tidak berhenti pada peningkatan strata PHBS tingkat rumah tangga saja akan tetapi tetap diupayakan untuk mengintervensi implementasi Promosi Kesehatan di kelima tempat (institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja, rumah tangga dan tempat umum) di Desa Jebed Selatan. 7.2.2 Program Pendidikan Kesehatan Terpadu 1. Latar Belakang Program Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan/ dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Oleh karena itu, hakekat Promosi Kesehatan ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan sosial budaya setempat. Dari hakekat tersebut, individu dan masyarakat

94 bukanlah objek yang pasif (sasaran), melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga dalam proses pembelajaran tersebut peran pendidikan kesehatan sangat tepat. Pendidikan Kesehatan merupakan bentuk upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku individu dan masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar individu dan masyarakat menyadari dan mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka. Sehingga tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. 2. Kegiatan program. Kegiatan dalam Program Kesehatan Terpadu, antara lain : a) Posyandu Walaupun kegiatan ini sudah ada sebelumnya akan tetapi kegiatannya terkesan seadanya dan fungsi dari meja kelima tidak ada (tidak berfungsi). Oleh karena itu dengan adanya revitalisasi dalam program dengan tujuan kelima meja tersebut dapat berfungsi kembali. b) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berbasis Kesehatan Dalam forum FGD, peserta sangat mengharapkan apabila generasi muda dalam hal ini adalah anak-anak yang masih kecil dari awal sudah diberikan pembelajaran tentang kesehatan agar kelak dewasa anak tersebut mampu mempraktekkan hasil pembelajaran tersebut. Mengakomodir keinginan tersebut, kemudian diusulkan kegiatan PAUD yang berbasis kesehatan. Konsepnya tetap tempat bermain hanya saja lebih banyak memberikan informasi tentang kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan anak-anak tentang kesehatan dengan metode bermain. c) Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Perlunya kegiatan didasari oleh kondisi nyata masyarakat Desa Jebed Selatan dalam memberikan ASI Eksklusif bagi anaknya dan pemberian asupan makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna0 bagi anaknya sangat rendah. Oleh karena itu perlunya memberikan kesadaran ibu rumah tangga melalui pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tentang arti penting ASI Eksklusif dan gizi bagi anaknya.

95 3. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab : a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang b) Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) c) Tokoh masyarakat dan tokoh agama d) Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK e) LSM yang concern terhadap kesehatan 4. Lokasi Kegiatan : Balai Desa Jebed Selatan 5. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 akhir bulan Juni tahun 2009. 6. Sumber Dana : Dana APBD Kabupaten Pemalang tahun anggaran 2008-2009 dan swadaya.