BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG DAMPAK KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB III GAMBARAN UMUM PENANGGANAN PERLINDUNGAN PELAKU ANAK DI PPT SERUNI SEMARANG. A. Gambaran Umum PPT Seruni Semarang

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan,

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN DATA PERANCANGAN

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kenikmatan dan pelengkap kebahagiaan dalam keluarga. Anak merupakan titipan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. bagian, yaitu pertama, masa anak-anak awal (early childhood), yaitu usia 4-5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Strategi Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. Penelitian ini meneliti pengaruh sikap terhadap cause-related marketing

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan sebutan (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek) (Chang et al, 2008). Noh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. dengan buku panduan ini, sebagai salah satu dari media komunikasi visual buku

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anak perempuan dan 980 merupakan anak laki-laki. 1 Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

PENELITIAN KAJIAN WANITA

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

tua Tentang Verbal Abuse (Kekerasan Verbal) pada Anak. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam mengambil data untuk

TUGAS PERANCANGAN DAN INTEGRASI SISTEM PCM ANALYSIS

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

KAMPANYE ADOPSI ANJING KAMPUNG BALI OLEH BALI ANIMAL WELFARE ASSOCIATION DI UBUD BALI MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia

Jurnal Prodikmas Hasil Pengabdian Masyarakat ISSN: Vol. 1 No. 2 Juli 2017 e-issn:

STOP KEKERASAN PADA ANAK SECARA SISTEMIK

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

Transkripsi:

BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS 2.1. Data 2.1.1. Tinjuan permasalahan dan fakta di lapangan Ketidak pahaman orang tua dalam pola asuh yang baik serta masih minim nya pengetahuan orang tua tentang jenis kekerasan fisik dan psikis membuat mereka sering melakukan tindakan kekerasan ketika mendidik buah hati mereka seperti contoh kasus penelantaran dan kekerasan anak yang di lakukan Utomo Perbowo seorang dosen sebuah PTS di Cileungsi. Utomo beralasan bahwa apa yang di lakukanya itu merupakan stimulasi atau cara yang tepat untuk mendisiplinkan anaknya dia tidak memikirkan dampak buruk yang di alami anak tersebut, dan satu kasus lagi yang sempat membuat miris masyarakat yaitu kasus angeline seorang anak yang menjadi korban tindak kekerasan yang berujung kematian, sebelumnya angeline juga sering di telantarkan dan akhirnya di temukan meninggal dan di kubur di rumahnya adapun yang membuat semakin terkejut pelaku nya adalah orang terdekat angeline yaitu ibu angkat nya sendiri. Menurut Pusat Pelayanan Terpadu Seruni tingkat kekerasan fisik dan psikis terhadap anak di kota Semarang di laporkan setiap tahun nya selalu mengalami kenaikan. Di tahun 2012 angka kekerasan anak di kota Semarang mencapai 48 kasus, tahun 2013 naik menjadi 53 kasus, pada tahun 2014 angka kekerasan anak masih meningkat mencapai 55 kasus dan di tahun 2015 meningkat lagi menjadi 75 kasus dan sebagian besar menimpa anak usia 6-12 tahun atau yang masih duduk di bangku sekolah dasar. tempat yang sering terjadi adalah di 27

28 lingkungan keluarga dan pelaku tindak kekerasan kebanyakan dari orang terdekat, jumlah itu bisa saja terus meningkat seiring kurang adanya tingkat kesadaran masyarakat khususnya orang tua akan dampak kekerasan fisik dan psikis dalam mendidik anak. Menurut Ninik Jumoenita salah seorang aktivis dari PPT SERUNI menjelaskan bahwa faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak yakni adanya warisan kekerasan antar generasi ke generasi banyak orang tua yang mendidik anak dengan pola asuh bawaan dari pendahulu mereka. Bagi orang tua tindakan anak yang melanggar perlu di kontrol dan di hukum sehingga tindakan fisik seperti memukul, menjewer, dan juga kekerasan psikis seperti membentak ataupun memaki menurut mereka itu adalah hal yang wajar dalam mendidik anak. Di jelaskan juga bahwa faktor penyebab kekerasan anak yang di lakukan orang tua adalah beban ekonomi yang di tanggung membuat emosi tidak terkontrol dan kerap menjadikan anak sebagai pelampiasan amarah Beberapa kasus kekerasan anak yang di lakukan oleh orang tuanya yang pernah di laporkan di PPT SERUNI salah satunya adalah kasus kekerasan anak di daerah Semarang Timur. Seorang anak berinisial AD yang ber usia 8 th kerap mendapatkan tindakan kekerasan yang di lakukan oleh ayahnya yang seorang pengangguran, AD sering mendapatkan kekerasan fisik seperti pemukulan dan juga psikis, karna sering di bentak dengan ucapan kasar karena menurut ayahnya AD sering rewel dan susah di atur, kejadian tersebut terjadi berulang ulang hingga AD terganggu psikisnya, AD terlihat depresi dan takut bersosialisasi. Persepsi orang tua dalam mendidik anak menjadi disiplin harus dengan kekerasan fisik adalah persepsi yang sangat mengkhawatirkan karena dampak yang di terima anak begitu membahayakan bagi pertumbuhannya. Membiarkan anak kesepian,

29 tidak ada kedekatan emosional, tidak memberikan anak sentuhan fisik, mengabaikan anak, menolak anak, mendiamkan anak, tidak berkomunikasi dengan anak, tidak mengijinkan anak mengungkapkan emosi yang ia rasakan, membuat anak merasa bersalah, memarahi anak dengan keras untuk hal-hal sepele, menyebut anak dengan sebutan anak bodoh atau goblok, atau tidak segera membantu saat anak diejek (bully). Seorang anak korban kekerasan akan merasa dirinya tidak berguna hidup, minder lebih suka menyendiri,lebih agresif terdapat teman sebayanya karna meniru tindakan orang tuanya dan di dalam lingkungan bermasyarakat sebaiknya harus lebih peduli dengan sekitar misalnya dalam hubungan bertetangga karena bisa saja dalam satu rumah tangga ada kekerasan pada anak-anak. 2.1.2. Data Klien Gambar 2.1. Logo PPT SERUNI SEMARANG Sumber : PPT SERUNI Pusat Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak korban kekerasan Berbasis Gender Seruni Kota Semarang.

30 Sekretariat : Gedung PKK Kota Semarang Jl. dr. Sutomo No. 19 A Semarang. Nomer Telepon 024-3566517 Visi dan Misi Visi : Tercapainya keterpaduan pelayanan penanganan kekerasan perempuan dan anak yang berbasis gender guna terwujudnya penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak berbasis gender di kota Semarang. Misi : 1. Membangun dan mengembangkan sistem pelayanan terpadu penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang berbasis gender di kota Semarang. 2. Mendorong mewujudkan kebijakan dan program pembangunan yang berperspektif gender untuk perempuan dan anak. 3. Mendorong peningkatan partisipasi masyarakat terhadap perempuan dan anak. Program PPT Seruni 1. Pelayanan 2. Advokasi 3. Monitoring, Evaluasi, Laporan 4. Hubungan Masyarakat (Humas) 5. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) 6. Penelitian dan Pengembangan

31 Sejarah PPT Seruni PPT SERUNI adalah jaringan pelayanan terpadu penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak berbasis gender di kota Semarang, SERUNI mengandung arti Semarang terpadu rumah perlindungan untuk membangun nurani dan cinta kasih insani, SERUNI di dirikan pada tanggal 1 Maret 2005 dari hasil kesepakatan bersama peserta pelatihan dan rapat koordinasi lintas sektoral yang di selenggarakan oleh tim TOT pendidikan HAM berperspektif gender Jawa tengah bekerja sama dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) yang kemudian di dukung kelanjutanya oleh pemerintah kota Semarang dan di dalam SK walikota Semarang, PPT SERUNI di berikan tugas untuk: 1. Menyusun program kerja tim 2. Memberikan bantuan teknis dalam bentuk penyediaan data dan informasi, pelatihan, konsultasi dan advokasi 3. Mengadakan sosialisasi tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga kepada masyarakat 4. Mengadakan kerja sama dengan pihak lain dalam bidang hukum,psikologi, social dan spiritual kepada korban Seruni di bentuk atas dasar kebutuhan yang mendesak akan adanya sistem layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan berbasis gender di kota Semarang.

32 Gambar 2.2 Sistem dan Mekanisme PPT Seruni kota Semarang Sumber : Nazil Gambar 2.3 PPT SERUNI Kota Semarang Sumber : Nazil

33 2.2. Refrensi Iklan Layanan Masyarakat 2.2.1. ILM dengan tema sama yang pernah di buat Gambar 2.4 Poster kekerasan psikis terhadap anak Sumber: BP3AKB Jawa Tengah Poster di atas di buat oleh BP3AKB Jawa tengah selaku badan yang menaungi tentang perlindungan anak dan perempuan tingkat jawa tengah, Pada poster tersebut berisi tentang salah satu tindakan kekerasan pada anak yaitu kekerasan psikis. Pesan tersebut menjelaskan meskipun kekerasan psikis tidak bisa di ketahui dari penampakan fisik namun dampak yang di terima oleh seorang anak akan mempengaruhi karakter anak dalam tumbuh kembangnya. Poster tersebut juga menyertakan logo Unicef dan Kpai sebagai badan yang menaungi semua hal yang berhubungan dengan anak-anak. 1. Kelebihan poster Kelebihan dari poster yang di keluarkan BP3AKB Jawa Tengah. Antara lain:

34 a. Masyarakat mendapatkan himbuan langsung dari pihak terkait sehubungan dengan jenis kekerasan anak dan dampak kekerasan pada anak dengan memunculkan kumpulan foto anak dengan raut wajah sedih juga anak yang sedang di marahi oleh orang tuanya serta anak yang mengalami depresi dengan memasukan tagline yang menguatkan tentang perbuatan kekerasan psikis. b. Dapat mengubah pola pikir orang tua tentang cara mendidik anak karena unsure-unsur gambar yang di masukan sesuai dengan realitas yang ada di masyarakat seperti anak di bentak dan kesedihan anak yang mengalami tindakan kekerasan. 2. Kekurangan poster Kekurangan dari poster BP3AKB tersebut, antara lain: a. Poster tersebut kurang interaktif karena penataan gambar yang terkesan menumpuk b. Tidak memberikan gambaran maupun informasi yang jelas tentang dampak yang di terima anak tagline kurang jelas karena tidak ada bodycopy yang mengikuti. Gambar 2.5 Leaflet kekerasan terhadap anak Sumber: PPT SERUNI

35 Leaflet di atas di keluarkan oleh PPT SERUNI. Leaflet tersebut berisi informasi tentang dampak melakukan tindakan kekerasan kepada anak, dalam leaflet tersebut juga di sebutkan tentang cara atau stimulasi yang baik dalam meengajarkan disiplin tanpa harus memukul dan memaki. Di dalam leaflet tesrsebut juga tertera alamat lengkap serta nomer telepon dari PPT SERUNI. 1. Kelebihan leaflet Kelebihan pada leaflet PPT SERUNI tersebut, antara lain: a. Masyarakat dapat mengetahui tentang dampak dari kekerasan fisik maupun psikis karena isi dari leaflet menjelaskan tentang anjuran untuk tidak melakukan tindakan kekerasan pada anak. b. Masyarakat dapat mengetahui sekilas tentang PPT SERUNI sebagai lembaga yang bergerak dalam mencegah kekerasan anak di kota semarang. 2. Kekurangan leaflet Kekurangan pada leaflet PPT SERUNI, antara lain: a. Terlalu banyak tulisan dan hanya menggunakan sedikit gambar ilustrasi sehingga tidak terlalu kuat dalam menyampaikan pesan serta visual gambar yang kurang membawa imajinasi audience ketika membaca leaflet tersebut. b. Font yang di gunakan kurang variatif terlihat kaku karna hanya menggunakan satu jenis font. 2.3. Hasil Rekapitulasi Data Dari hasil wawancara yang perancang lakukan kepada 10 orang orang tua yang masih memiliki anak usia 1-12 tahun di kota Semarang di dapatkan hasil bahwa para orang tua masih kerap melakukan tindakan fisik seperti memukul, mencubit, dan menjewer ketika menghukum anak

36 bahkan ada juga yang sering membentak anak dengan ucapan kasar ketika anak rewel atau nakal, para orang tua tersebut merasa itu hal yang wajar di lakukan sebagai proses pendisiplinan anak, mereka masih menyepelekan tentang dampak buruk bagi perkembangan anak ketika mendidik dengan masih melakukan tindakan kekerasan fisik dan psikis pada anak. 8 dari 10 orang tua lebih memilih bentuk visual gambar ilustrasi grafik dengan perpaduan teks karena mereka merasa lebih bisa memahami serta pesan yang di sampaikan bisa lebih di rasakan. 2.4. Segmentasi Target Audience Target audience di tujukan kepada orang tua di kota Semarang yang masih memiliki anak usia 1-5 tahun, target di bagi dalam dua katagori, yaitu target primer dan sekunder. 2.4.1. Target Primer Target primer merupakan target utama dalam perancangan ILM ini di target kan kepada para orang tua yang mempunyai anak usia 1-5 tahun sebagai bentuk preventif kekerasan anak di kota Semarang, ILM ini nantinya akan di sesuaikan dengan karakteristik target primer meliputi Demografis, geografis, psikografis, behaviouristis a. Demografis Umur Jenis kelamin Pendidikan Tingkat sosial : 25 tahun s/d 45 tahun : laki-laki dan wanita : Semua tingkatan : umum

37 b. Geografis Iklan layanan masyarakat ini lebih di tujukan kepada para orang tua yang masih memiliki anak usia 1-5 tahun di kota semarang. Jika mampu memilki efek yang positif maka bisa dilakukan perluasan jangkauan wilayah. c. Psikografis Iklan layanan masyarakat ini ditujukan kepada para orang tua yang masih menggunakan cara didik orang tua terdahulu mereka. d. Behaviouristis Untuk para orang tua yang mengunjungi polianak di puskesmas guna melakukan pemeriksaan dan peningkatan kesehatan anak. 2.4.2. Target Sekunder Target Sekunder Merupakan Target tambahan di luar target primer, target sekunder ini merupakan masyarakat yang mempunyai hubungan interaksi sosial, para target sekunder ini meliputi para tetangga yang di harapkan bisa saling mengingatkan, mencegah ketika mendapati terjadinya tindak kekerasan anak.

38 2.5. Analisis Framing Tabel 2.1 Analisi permasalahan Framing Sumber : Analisis Nazil Define problems (Pendefinisian masalah) Diagnose cause (Memperkirakan masalah atau sumber masalah) Make moral judgement (Membuat keputusan moral) Treatment recommendation (Menekankan penyelesaian) Kasus Kekerasan fisik dan psikis pada Anak Persepsi yang salah dari orang tua yang masih menggunakan metode primitive tentang cara mendisiplinkan anak dengan tindak kekerasan fisik maupun psikis. Orang tua harus memiliki pengetahuan tentang bentuk kekerasan fisik dan psikis pada anak serta dampak yang di alami anak ketika orang tua salah menerapkan proses mendisiplinkan anak dengan cara kekerasan. Melakukan sosialisasi tentang bentuk kekerasan kepada anak dan juga sosialisasi tentang dampak buruk pada anak yang mengalami tindakan kekerasan. 2.5.1. Kesimpulan Analisis Kemajuan suatu Negara di tentukan oleh generasi penerus yang mempunyai karakter baik dan anak merupakan tumpuan dari cita cita tersebut, membentuk karakter dan kepribadian anak merupakan tugas dari orang tua sehingga orang tua diharapkan menjadi tempat bernaung yang aman bagi anak. Hal ini diperlukan dalam proses pertumbuhan anak secara optimal baik dari segi fisik maupun mental namun ketika di setiap proses mendidik anak senantiasa menggunakan metode primitive atau metode didik orang tua terdahulu yang masih kerap menggunakan tindakan agresif

39 seperti memukul ataupun membentak yang merupakan tindakan kekerasan fisik dan psikis pada anak akan membuat anak merasakan dampak buruk akibat dari persepsi orang tua tentang cara mendisiplinkan anak yang salah. 2.6. Faktor Penghambat dan Pendukung 2.6.1. Faktor Penghambat 1. orang tua yang masih menjalankan budaya pola asuh dari orang tuanya dulu, para orang tua yang masih melakukan hukuman fisik atau psikis saat anak melakukan kesalahan. 2. Peran Masyarakat atau lingkungan sekitar yang masih acuh sehingga hanya diam ketika ada orang tua yang mendisiplinkan anaknya dengan tindakan kekerasan. 2.6.2. Faktor Pendukung 1. ILM sebagai media pengingat yang efektif yang bisa lebih di mengerti dan di terima oleh para orang tua 2. Banyaknya lembaga swasta yang mulai gencar menyuarakan untuk menghentikan kekerasan terhadap anak dan juga dukungan pemerintah yang mulai aktif mengadakan kegiatan sosial dalam memberantas kekerasan anak. 3. Sarana ruang tunggu yang menyediakan fasilitas lcd untuk menginformasikan sesuatu 2.7. Usulan Pemecahan Masalah Dari kesimpulan diatas maka ide pemecahan masalah dari budaya asuh yang salah yang sudah menciptakan paradigma kalo mendisiplinkan anak adalah sinonim dari menghukum sehingga rentan dengan tindakan

40 kekerasan fisik maupun psikis dengan menciptakan strategi untuk menginformasikan tentang dampak kekerasan fisik dan psikis dalam pertumbuhan anak kedepan. Media penyampaian pesan tentang dampak kekerasan fisik dan psikis berupa media yang mudah di jangkau, dipahami dan dimengerti oleh masyarakat khususnya para orang tua. 2.8. Statement Pokok Periklanan Penting untuk para orang tua mengetahui informasi tentang dampak kekerasan fisik dan psikis pada anak, ketika persepsi yang salah dari orang tua tentang menghukum anak atau orang tua yang masih menggunakan metode primitive saat menghukum anak dengan tindakan kekerasan fisik maupun psikis maka akan berdampak pada kepribadian anak tersebut.