commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat

dokumen-dokumen yang mirip
E-Commerce. Ade Sarah H., M. Kom

Perlindungan Konsumen Dunia Virtual Perdagangan Elektronik

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan

PP 82/2012. Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Elektronik 10/17/2014. Josua SITOMPUL Oktober Pasal 15


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

STRATEGI NASIONAL PERLINDUGAN KONSUMEN

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

I. PENDAHULUAN. Salah satu bentuk teknologi informasi yang berkembang pesat sejak

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perekonomian yang sehat tentunya tidak lepas dari kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERDAGANGAN BARANG DAN BISNIS INVESTASI MELALUI TRANSAKSI ELEKTRONIK (E-COMMERCE)

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan informasi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat seiring kemajuan teknologi. 3,42 3,25 3,07 2,89 2,69. Tahun

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Sistem Informasi Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI JARINGAN INTERNET MELALUI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. layanannya menggunakan Hand phone, Tablet PC atau website maka dibutuhkan

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tantangan perkembangan teknologi (Susanti 2013). Terbukti dalam 2 tahun terakhir,

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi menyebabkan terjadinya

Pertemuan 5 HUKUM E-COMMERCE

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan tersebut adalah gadget dan kecenderungan beraktivitas di dunia

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 4 /PBI/1999 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEI OLEH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, perdagangan di atur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB VI KELEMBAGAAN. Bagian Kesatu Umum. Pasal 34

Commerce & Payment System

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, masalah electronic commerce atau lebih sering disebut e-

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

Kebijakan Privasi (Privacy Policy)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau

BAB I. Dalam dunia bisnis, baik perusahaan kecil, sedang, dan besar, orang-orang yang ada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

atas produk-produk yang akan diperjualbelikan. 2 Tanjung pada bulan Mei tahun 2012 tepatnya. Seorang mahasiswa di

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis online dan perkembangan dunia online memang sudah sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan Tokopedia

IKEA Indonesia, Customer Support, Jl. Jalur Sutera Boulevard Kav. 45, Alam Sutera Serpong, Serpong, Kec. Tangerang, Banten, INDONESIA.

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektr

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi internet. Dengan internet pelaku bisnis tidak lagi mengalami

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

Perkembangan Teknologi di Bidang Perdagangan

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Jenis E-Commerce

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

2013, No.38 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG POS. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

BAB I PENDAHULUAN. yang membayar harga barang yang dijual. Faktor offline store atau toko

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hiudp masyarakat yang

Transkripsi:

Position Paper Kajian Perlindungan Konsumen E-Commerce Di Indonesia A. Latar Belakang. Kegaitan transaksi melalui media internet atau e-commerce, semakin hari semakin pesat. Wartaekonomi.com memberitakan bahwa saat ini volume perdagangan e- commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 1,8 miliar pada 2015. Kompas online, 5 Oktober 2012, mencatat bahwa pada tahun 2012, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang, tumbuh sebesar 30,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan Indonesia menduduki urutan ke-4 sebagai negara dengan pengguna internet terbanyak di Asia. China di urutan pertama (513 juta orang), selanjutnya India (121 juta orang) dan Jepang (101 juta orang). Kompas online juga menyebutkan bahwa dari data lembaga riset International Data Corporation (IDC), nilai perdagangan lewat internet di Indonesia tahun 2011 mencapai 3,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 30 triliun. Hasil survei Master Card Worldwide pada Februari 2012 di Indonesia juga menunjukkan tren peningkatan belanja online sebesar 15 %. Meningkatnya transaksi e-commerce di Indonesia antara lain disebabkan membaiknya kondisi perekonomian, disamping berkembangnya masyarakat kelas menengah. Bank Dunia menyebutkan bahwa 56,5 % populasi Indonesia atau sekitar 134 juta jiwa masuk kategori kelas menengah dengan nilai belanja 2-20 dollar AS per hari. Sangat beralasan perkiraan peningkatan transaksi e-commerce sebesar tersebut, mengingat tingginya perkembangan pengguna internet di Indonesia, dan adanya kelebihan-kelebihan yang ada dalam e-commerce. Menurut WTO (World Trade Organization), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tren perdagangan beralih ke e- commerce yaitu : 1. e-commerce memiliki kemampuan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan setiap saat informasinya dapat diakses secara up to date dan terus-menerus. 2. e-commerce dapat mendorong kreativitas dari pihak penjual secara cepat dan tepat dalam pendistribusian informasi yang disampaikan secara periodik. 3. e-commerce dapat menciptakan efisiensi waktu yang tinggi, murah dan informatif. 4. e-commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan pelayanan cepat, mudah, aman, dan akurat. 1

Namun demikian, e-commerce juga memiliki kelemahan. Metode transaksi elektronik yang tidak mempertemukan pelaku usaha dengan konsumen secara langsung, serta tidak adanya kesempatan bagi konsumen melihat secara langsung barang yang dipesan berpotensi menimbulkan permasalahan yang merugikan konsumen, antara lain ketidaksesuaian jenis dan kualitas barang yang dijanjikan, ketidaktepatan waktu pengiriman barang, ketidakamanan transaksi mulai dari pembayaran menggunakan kartu kredit miliki orang lain (pembajakan), akses ilegal ke sistem informasi (hacking) perusakan website sampai dengan pencurian data. Lebih jauh lagi pembayaran melalui pengisian nomor kartu kredit di dalam suatu jaringan publik internet juga mengandung resiko yang tidak kecil, karena membuka peluang terjadinya kecurangan atau pembobolan. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa transaksi melalui e-commerce mempunyai resiko yang cukup besar. Khusus mengenai pembayaran mengandung resiko kerugian pada pihak konsumen, karena konsumen biasanya diwajibkan untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu, sementara ia tidak bisa melihat kualitas barang yang dipesan dan tidak adanya jaminan kepastian bahwa barang yang dipesan akan dikirim sesuai kesepakatan. Dari sisi hukum permasalahannya antara lain tekait dengan kepastian hukum. Permasalahan tersebut misalnya mengenai keabsahan transaksi bisnis dari aspek hukum perdata (sebagai contoh apabila dilakukan oleh orang yang belum cakap/dewasa), masalah tanda tangan digital atau tanda tangan elektronik dan data mesage. Selain itu permasalahan lain yang timbul misalnya berkenaan dengan jaminan keaslian data, kerahasiaan dokumen, kewajiban sehubungan dengan pajak, hukum yang ditunjuk jika terjadi pelanggaran perjanjian atau kontrak, masalah yurisdiksi hukum dan juga masalah hukum mana yang harus diterapkan bila terjadi sengketa. Jaminan keamanan transaksi e-commerce sangat diperlukan untuk melindungi konsumen dan semakin menumbuhkan kepercayaan konsumen, dan pada akhirnya diharapkan terjadi peningkatan volume transaksi melaui e-commerce. B. Temuan Hasil Kajian dan FGD Terkait dengan latar belakang kondisi seperti diuraian pada halaman sebelumnya, BPKN telah melakukan kajian pustaka dan kajian data sekunder serta menyelenggarakan 2

Focussed Group Discussion (FGD) pada tanggal 11 Oktober 2012 dengan menghadirkan narasumber dan stakeholder kunci (daftar terlampir). Dari hasil kajian dan FGD tersebut, permasalah khusus terkait dengan perlindungan konsumen adalah sebagai berikut : Barang yang dikirim atau diterima oleh konsumen tidak sesuai dengan informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun melalui iklan. Kasus semacam ini seringkali diakibatkan oleh adanya distorsi antara promosi/iklan dengan kenyataan yang dirasakan oleh konsumen. Misalnya terjadi manipulasi foto atau gambar produk sehingga foto barang nampak lebih bagus daripada kondisi nyata barang tersebut. Delay on delivery, pengiriman terlambat tidak sesuai dengan time limit yang dijanjikan pada saat kesepakatan jual beli dibuat, seringkali pedagang online tidak memberikan informasi yang sebenarnya tentang ketersediaan stock barang, sehingga pada saat transaksi terjadi pedagang tersebut masih mencari barang dimaksud pada suplier lain, sehingga membutuhkan waktu lebih lama ; Harga sudah dibayar lunas oleh konsumen, namun barang tidak dikirim oleh pedagang online; Untuk transaksi online lintas negara, pengiriman barang masuk ke Indonesia tertahan di bea cukai, dan untuk mengeluarkan barang tersebut harus mengeluarkan biaya tambahan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh konsumen; Ketika terjadi permasalahan/kerugian konsumen, konsumen tidak tahu kemana harus mengadu, atau kemana harus menyelesaikan sengketa. Sampai saat ini belum terbentuk Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSE) atau Certification Authority (CA) yaitu badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik, seperti diamanatkan oleh pasal 13 ayat 3 UU 11 No. 2008 tentang ITE, dan Lembaga Lembaga Sertifikasi Keandalan, lembaga independen yang dibentuk oleh profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik, seperti diamanatkan oleh pasal 10 ayat 1 UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. Belum ada upaya memadai untuk melakukan edukasi kepada konsumen, tertutama untuk mengetahui ciri-ciri perusahaan perdagangan online yang handal, perusahaan online resmi/dan terdaftar yang memiliki persyaratan perijinan dan memiliki alamat perusahaan yang jelas. 3

C. Undang-Undang terkait Dengan E-Commerce. Terdapat sejumlah Undang-undang yang terkait dengan e-commerce, namun belum ada yang spesifik mengatur tentang e-commerce, terlebih terkait dengan perlindungan konsumen e-commerce. Peraturan perundangan dimaksud adalah : No Undang-undang Tentang 1. UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 2. UU No. 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana 3. UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang 4. UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 5. UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 6. UU No.28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 7. UU No. 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan 8. UU No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 9. UU No.30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang 10. UU No.31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri 11. UU No.32 Tahun 2000 Tentang Desain tata Letak Sirkuit Terpadu 12. UU No.14 Tahun 2001 Tentang Paten 13. UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merk Diantara sejumlah Undang-udang tersebut yang sangat erat kaitan dengan e-commerce adalah UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE, namun sampai saat ini belum satupun Peraturan Pemerintah ditetapkan sebagai atauran pelaksanaan dalam ITE, meskipun dalam Ketentuan Penutup (pasal 54) disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah diundangkannya Undang-Undang ITE, atau paling lama tanggal 21 April 2010. Peraturan pemerintah dimaksud adalah sbb. 1. PP tentang Lembaga Sertifikasi Keandalan, amanat pasal 10 ayat 1 dan 2 2. PP tentang Tanda Tangan Elektronik, amanat pasal 11 ayat 1 dan 2 3. PP tentang Penyelenggara Sertifikasi Elektronik, amanat pasal 13 ayat 3 dan 6 4. PP tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik, amanat pasal 16 ayat 1 dan 2 5. PP tentang Penyelenggaraan Transaksi Elektronik, amanat pasal 17 ayat 1 dan 3 6. PP tentang Penyelenggara Agen Elektronik, amanat pasal 22 ayat 1 dan 2 7. PP tentang Pengelolaan Nama Domein, amanat pasal 24 ayat 1,2,3 dan 4. 8. PP tentang Tatacara Intersepsi, amanat pasal 31 ayat 3 dan 4 9. PP tentang Peran Pemerintah Dalam ITE, amanat pasal 40 ayat 1,2,3 dan 6 4

Pengaturan tentang e-commerce selain diatur dalam UU ITE terkait hal-hal yang bersifat teknis IT-nya (Information Tehnology), hal-hal lain terkait dengan transaksi, hubungan dagang, persyaratan administrasi perizinan, perlindungan konsumen dan penyelesaian sengketa perlu diatur dalam UU Perdagangan. D. Saran Rekomendasi. Terkait dengan upaya perlindungan konsumen transaksi e-commerce diperlukan baberapa hal sebagai berikut : 1. Perlu pengaturan administrasi dan perizinan terhadap pedagang-pedagang on-line terutama pedagang-pedagang kecil/lapak-lapak pada blog maupun pada jejaring sosial, dengan memberikan nomor regristrasi untuk menjamin keamanan transaksi bagi konsumen. 2. Perlu edukasi kepada konsumen agar bisa membedakan pedagan on line yang bonafide untuk dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam memiliki pedagang online. 3. Untuk menghindari tertipunya konsumen oleh pedagang on-line perlu dikembangkan dan diatur keberadaan serta operasinya perusahaan penyelenggara jasa rekening bersama, sebagai penghubung antara konsumen dan pedagang online, dimana uang dikirim oleh konsumen ke rekening bersama, baru bisa dicairkan oleh pedagang online setelah barang diterima dengan baik dan telah sesuai perjanjian. Karena penyelenggara jasa rekening bersama juga merupakan titik rawan penyebab terjadi kerugian konsumen mapun pelaku usaha, maka harus ada pengaturan sehinga menjamin terjadinya transaksi yang aman bagi konsumen. 4. Perlu dibuat mekanisme lembaga penyelesaian sengketa secara online, untuk menyelesaikan konflik e-commerce, dan atau mengembangan dan meningkatkan kapasitas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang telah ada untuk dapat menyelesaian sengketa e-commerce. 5. Perlu segera dibentuk Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSE) atau Certification Authority (CA) dan Lembaga Lembaga Sertifikasi Keandalan seperti diamanatkan oleh pasal 10 ayat 1 dan pasal 13 ayat 3, UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE. Untuk itu Kementeriaan Komunikasi dan Informatika atau Komite Akreditasi Nasional (KAN) perlu segera membentuk komite akreditasi baru khusus untuk e-commerce. 5

6. Peraturan Pemerintah sebagai aturan Pelaksanaan UU ITE perlu segera ditetapkan agar bisa dijadikan landasan dalam pelaksanaan kegiatan e-commerce. 7. Perlu dilakukan kajian/studi lebih intensif dan menyentuh semua sektor terkait e- commerce berikut perlindungan konsumennya. Di dalam studi tersebut terlibat didalamnya kementerian teknis yang relevan, BPKN, dan instansi lain yang terkait sebagai dasar pengambilan kebijakan pengaturan, agar kebijakan pengaturan penyelenggaraan e-commerce ini betul-betul komprehensif. ---o0o--- 6