BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wita Astuti, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penderitanya yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata (IQ di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

2015 PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Siswi SDN Tegal Gede 01 Dalam Rangka Menghadapi Menarche

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik aspek

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGANTAR KUESIONER PENELITIAN

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vii

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. Triatno, (2009:53) menyatakan pendapatnya bahwa tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani, 2014 Metode Pairs Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bercocok Tanam Siswa Tunagrahita

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

Apa itu menstruasi? Menstruasi adalah tanda anak perempuan tumbuh menjadi dewasa. Menstruasi adalah proses alami bagi perempuan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt menganugerahi akal. Dan hal tersebut tidak dimiliki oleh makhluk lain.

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

INSTRUMEN PENELITIAN MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak tunagrahita sebagaimana anak pada umumnya memiliki hak dan kebutuhan untuk berkembang atau mengaktualisasikan potensinya sehingga dapat hidup mandiri. Pemenuhan akan kebutuhan aktualisasi potensi anak tunagrahita mengalami hambatan karena keterbatasan fungsi kecerdasan intelektual yang berada di bawah usia kronologisnya secara signifikan dan hambatan dalam perilaku adaptif. Kedua hal itu menimbulkan hambatan dalam belajar, hambatan dalam menyesuiakan diri dengan lingkungan dan hambatan dalam menolong diri. Anak tunagrahita seperti anak-anak lainnya akan mengalami tumbuh kembang baik secara jasmani maupun rohani. Perkembangan tidak dapat dihentikan karena berjalan sesuai dengan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh setiap insan. Ketika anak-anak memasuki masa-masa puber, dimana pada tahap ini mulai terjadi pematangan kehidupan kelaminnya (Hurlock, 1978:127). Pada tahap ini untuk pertama kalinya anak wanita mengalami haid atau menstruasi, begitu pula dengan anak wanita tunagrahita. Bagi remaja wanita pada umumnya tidak banyak mengalami permasalahan dalam menghadapi menstruasi pertamanya, namun berbeda bagi remaja wanita tunagrahita. Permasalahan yang baru pun timbul bagaimana remaja wanita tunagrahita yang memiliki hambatan dalam menolong diri dapat menghadapi perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya dengan adanya siklus menstruasi setiap bulan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman, pengenalan dan pembelajaran secara komprehensif untuk dapat mengembangkan kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam melakukan perawatan penggunaan pembalut wanita.

2 Pembelajaran bina diri di sekolah sebagai salah satu solusi bagi remaja wanita tunagrahita untuk mendapatkan penguasaan keterampilan penggunaan pembalut wanita tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa hal-hal berikut yang menyebabkan sekolah tidak dapat mengakomodasi kebutuhan remaja wanita tunagrahita dalam penguasaan keterampilan penggunaan pembalut wanita, yaitu: 1) alokasi waktu pembelajaran bina diri hanya dua jam pembelajaran dalam satu minggu, 2) banyaknya kompetensi dasar pembelajaran bina diri yang harus dikuasai siswa, 3) pembelajaran di sekolah yang lebih mendahulukan tercapainya kurikulum bahan ajar dibandingkan dengan kebutuhan siswanya, 4) pelaksanaan pembelajaran perawatan menstruasi yang memerlukan banyak persiapan dan dalam pelaksanaan pembelajaran memerlukan lebih banyak tindakan dari guru sehingga membuat mata pelajaran bina diri hanya disampaikan sebagai teori tanpa praktek yang menekankan pada penguasaan keterampilan siswa, 5) keterbatasan dari segi privasi penyampaian materi di kelas yang tidak hanya terdapat remaja wanita tunagrahita namun juga ada remaja laki-laki tunagrahita. Berdasarkan wawancara dengan guru, siswa dan orang tua, diperoleh bahwa kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut merupakan kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar di rumah dalam artian pembelajaran dengan orang tua. Orang tua remaja wanita tunagrahita memberikan pembelajaran secara praktek langsung dan dalam kondisi yang tepat saat remaja wanita tunagrahita mengalami menstruasi. Pembelajaran yang diberikan mulai dari pemasangan pembalut sampai pada cara membersihkan pembalut. Hasil pembelajaran penggunaan pembalut remaja wanita tunagrahita beragam, ada remaja wanita tunagrahita yang mampu melaksanakan dari membuka pembalut wanita sampai dengan membuangnya ke tempat sampah. Namun tidak sedikit yang tidak tahu harus bagaimana melakukannya. Sehingga

3 bagi remaja wanita tunagrahita yang belum mampu menggunakan pembalut wanita secara mandiri masih mengandalkan orang tua untuk membantunya. Pertanyaan yang timbul selanjutnya sampai kapan remaja wanita tunagrahita mengandalkan orang tua untuk membantunya menggunakan pembalut wanita yang pastinya terjadi secara rutin setiap bulannya? Sementara menurut Dinas Kesehatan RI penggantian pembalut dilakukan 3 jam sekali dalam kondisi awal menstruasi. Dapat dibayangkan seorang remaja wanita tunagrahita yang belum mampu mandiri dalam penggantian pembalut hanya mengganti pembalut dua kali sehari saat mandi pagi dan sore di rumah. Dengan demikian berdampak pada kesehatan alat reproduksi remaja tunagrahita yang akan berpengaruh pada kesehatan tubuh secara keseluruhan. Untuk itu perlu adanya pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita agar mampu mandiri. Pembelajaran penggunaan pembalut wanita ini lebih efektif dilakukan di rumah bersama orang tua. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pendahuluan bahwa di rumah remaja wanita tunagrahita lebih bebas dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak merasa malu dan canggung karena bersama ibu, dapat secara intensif dilakukan karena tidak terbatas jam pelajaran dan kondisi yang tepat sesuai kebutuhan remaja wanita tunagrahita saat mengalami menstruasi. Hal ini sejalan dengan Heward (dalam Hendriani dkk., 2006: 101), menyatakan bahwa efektivitas berbagai program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak dan remaja tunagrahita akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. Dukungan dan penerimaan diri setiap anggota keluarga akan memberikan kekuatan dan kepercayaan dalam diri anak dan remaja tunagrahita untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan orang lain.

4 Proses pembelajaran untuk anak tunagrahita harus dilakukan secara intensif karena mereka sangat memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam melatih kemandirian mereka terdapat pelatihan khusus yaitu bina diri, disini anak-anak tunagrahita mendapat semacam bimbingan yang tujuan utamanya mengurangi ketergantungan terhadap orang lain dan supaya kelak bisa menjadi individu yang mandiri (Fatonah, 2010: 5). Menurut Kirk (dalam Mahmudah, 2008: 71), kata bina diri diserap dari Bahasa Inggris self-help atau self-care, dimaksudkan sebagai keterampilan awal yang diajarkan orang tua kepada kehidupan anak sedini mungkin sebagaimana anak normal lainnya sebagai usaha awal memandirikan mereka. Keterampilan ini termasuk makan, mobilitas, perilaku toileting dan membasuh/mencuci (toileting and washing), serta berpakaian. Pendidikan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari anak tunagrahita dibina dan dilatih menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri dan dapat berpartisipasi dalam lingkungannya. Arah dari kegiatan itu adalah melatih dan mempersiapkan anak dalam suatu keterampilan hidup yang sangat berguna baginya. Keterampilan yang diperoleh dari hasil latihan tersebut dapat dijadikan sebagai kemampuan hidup mandiri untuk merawat diri sendiri sebagai salah satu aspek yang diharapkan dapat menunjang kehidupan sosial yang lebih runtut. Dengan demikian, pendidikan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari atau bina diri merupakan suatu upaya sadar melalui tahap-tahap persiapan, pembinaan, penyempurnaan, penyaluran kepada sesuatu yang bermanfaat kelak dalam kehidupan yang praktis (Astati, 2010), sehingga keterampilan merawat diri bagi remaja wanita tunagrahita dalam hal penggunaan pembalut merupakan salah satu kebutuhan yang harus diajarkan dan diupayakan untuk dikuasai. Berdasarkan keadaan di lapangan maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana orang tua remaja wanita tunagrahita dapat berhasil mengajarkan pembelajaran penggunaan pembalut di rumah. Berdasarkan temuan tersebut akan

5 dianalisis dan dirancang sebuah langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan kepada remaja wanita tunagrahita yang belum mampu menguasai keterampilan penggunaan pembalut agar mampu menggunakan pembalut wanita sendiri. B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian Penelitian ini difokuskan pada remaja wanita tunagrahita yang telah mengalami menstruasi namun belum mampu mandiri dalam penggunaan pembalut wanita. Di atas dikemukakan bahwa ada remaja wanita tunagrahita yang mampu mandiri menggunakan pembalut dengan pembelajaran orang tua di rumah dan ada yang belum mampu mandiri. Penelitian ini mencoba mengungkap keberhasilan pembelajaran yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita. Setelah dilengkapi dengan studi literatur, hasil studi empirik ini akan dituangkan ke dalam sebuah langkahlangkah penggunaan pembalut wanita untuk membantu remaja wanita tunagrahita yang belum mampu mandiri. Dengan demikian terdapat dua kelompok subjek penelitian ini yaitu, 1) remaja wanita tunagrahita yang telah mampu sendiri dalam penggunaan pembalut wanita dengan bantuan pembelajaran orang tua di rumah dan 2) remaja wanita tunagrahita yang belum mampu sendiri dalam menggunakan pembalut wanita. Penelitian pada kelompok subjek pertama difokuskan pada remaja wanita tunagrahita yang telah mengalami menstruasi dan telah dapat sendiri dalam penggunaan pembalut wanita dengan pembelajaran dari orang tua di rumah sedangkan penelitian pada kelompok subjek kedua difokuskan pada keefektifan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan kepada remaja wanita tunagrahita yang belum mampu sendiri dalam penggunaan pembalut wanita. Oleh karena itu ada dua gugus pertanyaan penelitian untuk dijawab melalui penelitian ini. Pertanyaan penelitian gugus pertama adalah yang terkait

6 dengan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan orang tua terhadap penggunaan pembalut wanita oleh remaja wanita tunagrahita, sedangkan pertanyaan penelitian gugus kedua adalah yang terkait dengan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan kepada remaja wanita tunagrahita yang belum mampu sendiri dalam penggunaan pembalut wanita. Kedua gugus pertanyaan penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan orang tua sehingga remaja wanita tunagrahita mampu menggunakan pembalut wanita sendiri? 2. Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan pembalut wanita yang dapat membantu remaja wanita tunagrahita sehingga mampu menggunakan pembalut wanita sendiri? Agar dapat menemukan jawaban yang lebih spesifik untuk kedua gugus pertanyaan penelitian tersebut, peneliti merincinya menjadi empat sub pertanyaan penelitian. Subpertanyaan a dan b difokuskan pada pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan orang tua yang telah berhasil sehingga anaknya mampu menggunakan pembalut wanita sendiri, sedangkan subpertanyaan penelitian c dan d difokuskan pada pengembangan langkah-langkah penggunaan pembalut wanita bagi remaja tunagrahita yang belum berhasil. Keempat subpertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita? b. Bagaimanakah pembelajaran yang diterapkan orang tua remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita? c. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita? d. Apakah langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita yang diterapkan dalam penelitian ini efektif?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengembangkan langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita untuk membantu remaja wanita tunagrahita agar mampu sendiri dalam menggunakan pembalut wanita saat menstruasi. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: a. Memperoleh gambaran yang objektif tentang kemampuan remaja wanita tunagrahita dalam penggunaan pembalut wanita. b. Memperoleh gambaran yang objektif tentang langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan orang tua dalam hal penggunaan pembalut wanita pada remaja wanita tunagrahita. c. Merancang langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita. d. Efektivitas langkah-langkah pembelajaran penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat praktis Manfaat praktis bagi guru dan orang tua hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran penggunaan pembalut wanita sehingga dapat meningkatkan keterampilan merawat diri bagi remaja wanita tunagrahita. b. Manfaat teoritis

8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi konsep maupun teori tentang penggunaan pembalut wanita untuk meningkatkan keterampilan merawat diri bagi remaja wanita tunagrahita. Oleh karena itu teori-teori yang dikaji dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan penggunaan pembalut wanita bagi remaja wanita tunagrahita.