BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi masyarakat dalam cara mendeteksi dini penyakit HIV.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit Endemis di Kalbar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DETEKSI DINI PENYAKIT HIV (HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I: PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

ANALISIS SPASIAL UNTUK PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT HIV DAN AIDS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan

Oleh: Logan Cochrane

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan HIV/AIDS menjadi sangat penting bagi masyarakat dikarenakan pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi masyarakat dalam cara mendeteksi dini penyakit HIV. Pemahaman masyarakat tentang deteksi dini penyakit HIV yang kurang harus menjadi perhatian utama karena hal ini akan memicu munculnya penularan penyakit infeksi akan lebih luas. Selain ketidakpedulian masyarakat terhadap kondisi penderita HIV/AIDS, yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa dengan ketidaktahuan masyarakat, membuat test HIV/AIDS yang harus secara dini dilakukan oleh masyarakat. Pertama mengevaluasi penyakit kulit yang tidak kunjung sembuh, mengalami penurunan berat badan secara drastis yang belum pernah dialami dalam riwayat kesehatannya, terkena sakit flu dan terjadi dalam jangka waktu panjang serta berulang, dan untuk mengetahui lebih lanjut masyarakat dapat melakukan pemerikasaan laboratorium untuk menguatkan dugaan terhadap penderita, selanjutnya pemeriksaan laboratorium akan menghasilkan data apakah penderita posotif HIV atau tidak, dan yang terakhir melalui VCT (Amirudin, 2013). Fenomena saat ini di kabupaten Magetan khususnya Maospati memiliki angka penderita HIV/AIDS cukup tinggi, yaitu dengan jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 37 orang. Masyarakat yang beresiko tinggi terkena HIV/AIDS adalah kaum homosex (gay), pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik, penerima 1

2 transfusi darah terutama pasien yang berpenyakit darah seperti hemofilia, bayibayi yang orang tuanya menderita AIDS (Willy F. Pasuhuk, 2000). Hal ini akan mempengaruhi peningkatan prevalensi HIV (Wulandari, 2013). Prevalensi kasus HIV menurut WHO (2015) menunjukkan, jumlah orang dengan HIV berjumlah 17.325 jiwa dan AIDS tercatat berjumlah 1.238 jiwa. Setiap hari sekitar 6.300 orang terinveksi HIV, 700 orang pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun, sekitar 5.500 infeksi pada orang remaja/dewasa muda berusia 15 tahun keatas, yaitu 47% wanita, 39% remaja usia 15-24 tahun (WHO: 2013). Berdasarkan data WHO 2013, sekitar 95% orang terinfeksi HIV adalah dari negara berkembang. Negara Indonesia jumlah HIV mengalami peningkatan sejak tahun 2006 sampai 2013. Profil kesehatan tahun 2013 menyebutkan, jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 118.787 orang (Kementrian Kesehatan 2013). Provinsi Jawa Timur, kementrian kesehatan menunjukkan 15.273 kasus. Dari data yang diperoleh peneliti dari Dinkes Magetan di dapatkan, data terbanyak penderita HIV di kecamatan Maospati sebanyak 37 penderita HIV. Di desa Gulun Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan terdapat 1 penderita HIV. Data tersebut di dapatkan dari petugas puskesmas maospati. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, maupun oral), trasfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut (Pratiwi, 2011). Tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan penurunan derajat imunitas. Secara

3 imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit T-helpar, disebut limfosit CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas maupun kualitas. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T (toxic HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp 120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian menghambat aktivitas sel yang mempresentasikan antigen. Setelah HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian sampul tersebut melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam sel membran. Pada bagian inti tersebut enzim reverse transcripatase yang terdiri dari DNA polimerase dan ribonuclease. Pada inti yang mengandung RNA, dengan enzim DNA polimerase menyusun DNA dari RNA tersebut. Enzim ribonuclease memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian membentuk DNA kedua dari DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian bereplikasi yang menyebabkan sel limfosit CD4 mengalami sitolisis. Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh, juga menginfeksi berbagai macam sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel - sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus, dan sel langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah encepalopati dan pada sel epitel usus adalah diare yang kronis. Gejala-gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya baru disadari setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan. Virus HIV tidak memperlihatkan tanda dan

4 gejala selama bertahun- tahun. Sepanjang perjalanan penyakit tersebut sel CD4+ mengalami penurunan jumlahnya dari 1000/ul sebelum terinfeksi menjadi sekitar 200 300/ul setelah terinfeksi 2 10 tahun (Dian, 2007). Upaya untuk mengurangi semakin tingginya angka penularan HIV/AIDS juga dilakukan oleh pemerintah. Upaya yang di berikan pada kalangan masyarakat antara lain, pemerintah melakukan sosialisasi HIV/AIDS berupa informasi-informasi tentang deteksi dini HIV/AIDS. Informasi informasi tersebut di sediakan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini HIV/AIDS. Pada kenyataannya, meskipun pemerintah telah banyak melakukan sosialisasi tentang HIV/AIDS yang ditujukan untuk menurunkan angka penularan HIV/AIDS, namun hal tersebut tidak memperoleh hasil secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka HIV/AIDS di kalangan masyarakat. Sementara itu, kondisi tersedianya berbagai sarana informasi tentang deteksi dini HIV/AIDS masih kurang, baik itu berupa bacaan yang mendidik maupun penyuluhan dari pihak-pihak yang terkait. Pengetahuan yang minim tersebut akan menyebabkan keingintahuan masyarakat tersebut lebih besar tentang HIV/AIDS, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu penyimpangan dalam proses pencarian pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS. Hal ini yang akan mempertinggi angka kejadian HIV/AIDS (Wulandari, 2013). Pemerikasaan dini terhadap HIV/AIDS perlu dilakukan karena HIV/AIDS belum ditemukan obatnya, dan cara penularannya pun sangat cepat dan bersifat asimtomatik. Memulai menjalani VCT tidaklah perlu merasa takut

5 karena konseling dalam VCT dijamin kerahasiaannya karena tes ini dilakukan dengan berdialog dengan petugas kesehatan langsung. Maka dari itu, hendaknya masyarakat mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk deteksi dini penyakit HIV/AIDS agar terhindar dari HIV/AIDS.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini penyakit HIV/AIDS? 1.3 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini penyakit HIV/AIDS. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis 1. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang deteksi dini penyakit HIV. 2. Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai bahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan pengadaan penyuluhan penyakit HIV/AIDS. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan untuk institusi Fakultas Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ponorogo sebagai pengembangan ilmu yang telah ada dan dapat dijadikan bahan untuk peneliti selanjutnya. 1.4.2 Manfaat praktis Manfaat praktis bagi masyarakat yang nantinya diharapkan masyarakat dapat :

7 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini penyakit HIV yang nantinya diharapkan masyarakat dapat kooperatif dan mengetahui hal apa saja yang harus diperhatikan dalam deteksi dini penyakit HIV. 1.5 Keaslian Tulisan Berikut merupakan penelitian yang terkait dengan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini penyakit HIV/AIDS. 1. Suriyani, dkk 2014 Faktor Pendorong Terhadap Pemanfaatan Layanan VCT HIV dan AIDS di Kabupaten Jayapura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong (ketersediaan, aksebilitas, keterjangkauan, penerimaan) dalam pemanfaatan pelayanan VCT HIV dan AIDS di kabupaten Jayapura. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional studi. Unit observasi adalah responden laki-laki dan perempuan yang berumur 15-39 tahun yang datang ke tempat layanan VCT HIV dan AIDS. Besar sampel 127 responden yang diambil secara stratified dan propotional random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kusioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multifariat dengan uji legresi logistic berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-29 tahun (55,9%), berjenis kelamin laki-laki (67,7%), status kawin (66,1%), berpendidikan tamat SMP (44,9%), dan tidak bekerja (47,2%). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor kesediaan (availability) (p=0,001) dan penerimaan (acceptability) (p=0,000) terhadap

8 pemanfaatan layanan VCT. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa ivariabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT adalah faktor penerimaan (acceptability) (Exp B=5,589). Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara ketersediaan dan penerimaan dalam pemanfaatan pelayanan VCT dan tidak ada hubungan antara avaibilitas dan keterjangkauan terhadap pemanfaatan pelayanan VCT HIV dan AIDS. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama meneliti tentang HIV dan perbedaannya penelitian ini berfokus pada deteksi dini HIV dan dari jumlah responden dan variabel berbeda. 2. Jenit Retno Wulandari & F. Adi Prasetyo 2013 Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data menunjukkan jumah remaja yang putus sekolah SD/sederajat sebanyak 50% dan terdapat kualitas angkatan kerja tamat SD dengan jumlah 66,39%. Menunjukan bahwa masyarakat kurang peduli terhadap pendidikan dan pengetahuan. Hasil dari penelitian mengungkapkan pengetahuan pengetahuan remaja di sekitar lokalisasi LCM tentang HIV dan AIDS berbeda-beda dikarenakan cara memperoleh informasi tentang HIV/AIDS antara remaja yang satu dengan yang lain berbeda. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang HIV/AIDS dan perbedaannya pada penelitian ini pengetahuan remaja tentang penyakit HIV/AIDS sedangkan penelitian yang akan dilakukan sekarang tentang Pengetahuan Masyarakat Tentang Deteksi Deteksi Dini Penyakit HIV/AIDS.

9 3. Diar Nanda Wulansari,dkk, 2012 Studi Kualitatif Motivasi Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam Pemanfaatan VCT. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Obyek penelitian seluruh pekerja seks komersial(psk) yang pernah melakukan pemeriksaan VCT. Teknik sample yang digunakan purposive sampling. Hasil dari penelitian bahwa motivasi PSK dalam pemanfaatan VCT berupa persepsi, harga diri, kebutuhan, keinginan, kepuasan, jenis dan sifat kegiatan, kelompok kerja, organisasi ditempat kerja, dan situasi lingkungan. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang HIV/AIDS dan perbedaannya pada penelitian ini pemanfaatan VCT sedangkan penelitian yang akan dilakukan sekarang tentang Pengetahuan Masyarakat Tentang Deteksi Deteksi Dini Penyakit HIV/AIDS.