BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditengah persaingan yang ketat, khususnya dibidang bisnis pelayanan jasa akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

eksekutif perusahaan tersebut dengan melakukan window dressing / mempercantik laporan keuangan. Atas skandal Satyam, maka akuntan publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik juga

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi para pengguna (Purn amasari dan Hernawati,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dari pengaruh. Mulyadi (2002) dalam Febriyanti dan Mertha (2014) pendapatnya dengan pertimbangan yang objektif.

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang sudah Go public, perusahaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN. yang paling bertanggung jawab terhadap masalah ini. Independensi auditor

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh pihak manajemen perusahaan. Manajemen (dalam teori. keagenan disebut agen) dan pemegang saham (dalam teori keagenan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa. Auditor memiliki tanggung jawab dalam melakukan audit atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (IAI, 2012). Pengguna laporan keuangan dapat meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi informasi laporan keuangan yang diperoleh, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan profesi kepercayaan dari masyarakat. Dalam melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

MARGARETHA MEI EVITA SARI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengambilan keputusan baik pihak internal. eksternal (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Arsih dan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan auditor switch. Faktor ini bisa berasal dari auditor atau KAP dan bisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi saat ini, komunikasi data keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir, baik kasus di dalam negeri maupun di luar negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. hukum perusahaan di negara tersebut. Perkembangan perusahaan go public di

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan jumlah perusahaan go public. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah definisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan manajemen perusahaan yang go public memberikan informasi yang memadai kepada pihak pemakai laporan keuangan. Informasi yang meyakinkan dan memadai penting bagi pemakai laporan keuangan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan sehingga pengauditan perlu dilakukan oleh akuntan publik. Akuntan publik melakukan audit terhadap perusahaan untuk memeriksa bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar sehingga laporan keuangan tersebut memberikan keyakinan yang memadai. Pentingnya kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan mengharuskan akuntan publik memberikan jasa audit dengan kualitas audit yang tinggi terhadap perusahaan perusahaan yang diaudit. Rosnidah (2011) dalam Wulandari, dkk (2014) mendefinisikan bahwa kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Harom (2012) dalam Sinaga dan Ghazali (2012) menyatakan bahwa para auditor memandang kualitas audit terjadi apabila mereka berkerja sesuai standar 1

profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi dan meghindari kajatuhan reputasi auditor (Harom, 2012) dalam sinaga dan Ghazali (2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Akuntan Publik (AP) tahun 2013 dan 2014 bahwa pada tahun 2013 telah terjadi pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dilakukan oleh 1 orang Akuntan Publik. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan sebanyak 10 Akuntan Publik melakukan pelanggaran SPAP dalam melaksanakan audit dengan jumlah pelanggaran sebanyak 95 pelanggaran. Fenomena penurunan kualitas audit tersebut juga dikuatkan dari pernyataan Pakar audit forensik dari Universitas Indonesia (UI), Theodorus M. Tuanakotta (2012) dalam Nugrahanti (2013), mengatakan akuntan publik mewaspadai audit failures yaitu seorang akuntan publik bisa saja memberikan pendapat atau opini yang keliru. Hal itu disebabkan karena KAP menerima klien dari industri yang tidak dikuasainya dan tidak ada upaya untuk memahami industri tersebut merupakan salah satu contoh dari benih-benih kegagalan audit, sehingga melemahkan kualitas audit. Ketua Umum IAPI. Tia Adityasih (2011) dalam Nugrahanti (2013), mengatakan pergantian KAP dimulai sejak 2002 dengan alasan untuk menjaga independensi dan kualitas audit, namum pergantian KAP tidak efektif. Dampaknya banyak KAP yang namanya berubah- ubah dengan mengganti partner untuk menjadikan entitas yang baru, dan ketika KAP itu benar-benar baru dalam mengaudit klien, sebenarnya menunjukkan sebuah kemunduran dari sebuah kualitas pekerjaan, menyebabkan kualitas audit menurun. 2

Data dan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas audit akhir akhir ini sehingga mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit bukan hanya pada KAP yang melakukan kesalahan namun seluruh KAP yang ada. Penurunan kualitas audit tersebut disebabkan turunnya independensi dari auditor dan kompetensi auditor. Banyak faktor yang menjadi dasar turunnya independensi sehingga menyebabkan kualitas audit menurun beberapa diantaranya peer review dan audit tenure. Untuk mencegah terjadinya kekurangan independensi dan meningkatkan praktik audit maka perlu dilakukannya peer review oleh sesama rekan auditor. Peer review tersebut menelaah pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik serta ketaatan kantor akuntan publik terhadap peraturan peraturan yang berlaku sehingga mengurangi resiko litigasi kantor akuntan publik. Tujuan dari peer review KAP adalah mengevaluasi keadaan kantor dan dampak terhadap kinerja anggota, Sistem administrasi, pemeliharaan arsip, SDM seperti rekruitmen, struktur organisasi dan sebagainya, Evaluasi atas pedoman pengendalian mutu dan daya terapannya, Penelaahan atas pedoman pengendalian atas ketaatan pada kewajiban kantor, antara lain peraturan keprofesian serta Jasa yang telah diatur dalam standar profesi (Agoes, 2004). Anantharaman (2007) meneliti mengenai kefektifan dari peer review yang dilakukan organisasi profesi akuntan publik yaitu AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) sebagai indikator objektif dari kualitas audit. Penelitian ini membandingkan peer review AICPA (American Institute of 3

Certified Public Accountant) dengan peer review PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) untuk mengetahui kefektifannya sebagai indikator objektif dari kualitas audit. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peer review AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dikarenakan KAP diziinkan untuk memilih reviewer yang akan memberikan konflik kepentingan, dan kurangnya independensi dimana KAP mungkin memilih reviewer yang ramah. KAP yang mana KAP itu sendiri mereview KAP lain cenderung secara konsistensi menerima opini peer review yang lebih rendah kualitas laporan peer review-nya daripada pemeriksaan yang dilakukan oleh PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Casterella et al (2009) yang menyatakan bahwa peer review dibawah program AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) yaitu voluntary peer review tidak efektif sebagai indikator objektif kualitas audit dibandingkan dengan mandatory peer review dibawah PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board). Mandatory peer review mempunyai tujuan berbeda, mempunyai independensi yang tinggi, bersifat universal, dan pengujian yang jauh lebih mendalam terhadap yang potensial. Berbanding terbalik dengan hasil penelitian (wulandari, dkk. 2014) dan Indah (2010) yang menyatakan bahwa peer review berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Peer review 4

dirasakan memberikan manfaat baik bagi klien, Kantor Akuntan Publik yang direview dan auditor yang terlibat dalam tim peer review. Manfaat yang diperoleh dari peer review yaitu mengurangi resiko litigation, memberikan pengalaman positif, mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan. Hasil penelitian Hillary and Lennox (2005) dalam Anantharaman (2007) juga mendukung hasil penelitian Wulandari, dkk (2014) dan Indah (2010) bahwa opini peer review dapat diterima sebagai indikator terpercaya kualitas audit dalam pasar auditing, dengan menunjukkan bahwa KAP memperoleh kontrak dari klien setelah menerima laporan peer review positif dan kehilangan klien setelah menerima laporan peer review negatif. Oleh karena itu, peer review merupakan indikator objektif terhadap kualitas audit dan sebab itu menjadi informasi yang berguna. Milgrom and Roberts (1992) dalam Chen et al. (2013) juga menyatakan bahwa sumber daya manusia kantor akuntan publik keahlian dan kemampuan auditor menjadi sebuah input bagi penentu kualitas audit. Standar umum auditing pertama yang menjadi syarat pengauditan juga mengharuskan audit dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai. Indah (2010) menyatakan bahwa meskipun independensi sangat penting auditor juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan audit dalam artian memiliki pengetahuan/keahlian dan pengalaman memadai dalam bidang auditing dan akuntansi seperti yang diatur dalam standar umum auditing. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indah (2010), wulandari, dkk (2014), 5

Septriani (2012) dalam meneliti pengaruh kompetensi auditor juga menyatakan bahwa kompetensi auditor mempengaruhi kualitas jasa audit yang diberikan oleh auditor kepada auditee. Hasil penelitian tersebut menjadi tidak konsisten bila dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Irawati (2011) yang menyatakan bahwa Kompetensi Auditor tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Auditor sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja kepada auditee karena akan mengurangi kepercayaan auditee terhadap kualitas jasa yang diberikan auditor. Seorang auditor yang memiliki kompetensi yang tinggi baik itu pengetahuan maupun pengalaman akan mampu menyelesaikan permasalahan permasalahan kompleks yang mereka temui dalam pelaksanaan audit sehingga meningkatkan kualitas jasa audit. Seorang auditor yang memiliki kompetensi tinggi belum tentu bisa menghasilkan jasa audit dengan kualitas tinggi. Hal ini dikarenakan terdapat faktor independensi yang mempengaruhi kualitas audit. Auditor harus memiliki independensi sebagaimana telah diatur dalam Standar umum kedua menyebutkan bahwa Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor (SA seksi 220 dalam SPAP, 2015). Sikap independensi yang dimaksud adalah dalam pelaksanaan audit auditor tidak dipengaruhi oleh kepentingan kepentingan dari pihak klien ataupun hubungan dengan klien. De Angelo (1981) dalam Sinaga dan Ghazali (2012) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran 6

mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor, sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut. Auditor diharuskan melaporkan segala temuan kesalahan yang dilakukan klien tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditor. Salah satu faktor yang mempengaruhi independensi tersebut adalah jangka waktu dimana auditor memberikan jasa kepada klien (audit tenure). Dalam keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.02/2008 tentang jasa Akuntan Publik menyatakan bahwa masa kerja auditor yang paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar mencegah terjadinya skandal akuntansi. Johnson et al (2002) menemukan bahwa tenure KAP yang pendek (2-3 tahun) dibandingkan dengan masa tenure KAP menengah (4-8 tahun) memiliki kualitas laporan audit yang lebih rendah (Kramer et al, 2013). Pada masa perikatan KAP yang pendek, auditor memerlukan waktu untuk memahami bisnis klien sehingga ada kemungkinan auditor tidak menemukan salah saji material, sedangkan masa perikatan menengah (4-8 tahun) auditor akan memahami lingkungan bisnis klien dan sistem akuntansinya sehingga ada kemungkinan menemukan salah saji material. Semakin lama masa kerja dapat membuat auditor 7

menjadi terlalu nyaman dengan klien dan tidak menyesuaikan prosedur audit agar mencerminkan perubahan bisnis dan resiko yang terkait. Auditor menjadi kurang skeptis dan kurang waspada dalam hal mendapatkan bukti. Hasil penelitian Giri (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Tenur dan Reputasi KAP terhadap kualitas aduit menyatakan bahwa variabel tenur berpengaruh signifikan negatif terhadap kualitas audit, sedangkan penelitian Carey and Simnett (2006) menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit yang diukur dengan opini going concern dan earning management. (2012). Berikut ini hasil penelitian Dong yu (2007) dalam sinaga dan Ghazali Terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit. Dia berpendapat bahwa kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda - beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor. KAP yang lebih besar memiliki struktur organisasi yang kompleks serta terdapat pembagian tugas yang terstruktur. Selain itu, KAP yang lebih besar juga cenderung mengaudit perusahaan besar yang berskala multinasional sehingga menuntut KAP besar untuk membuat standar tinggi untuk mutu dan kompetensi dari auditornya. KAP besar identik dengan KAP bereputasi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan mempengaruhi kualitas audit. Ukuran 8

KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan profesional terhadap klien, sebab kurang tergantung pada klien berharga. Klien kurang dapat mempengaruhi opini yang akan diberikan oleh auditor (Giri, 2010). Berbeda dengan hasil penelitian Sinaga dan Ghazali (2013) yang menyatakan bahwa Ukuran KAP memliki pengaruh negatif signifikan terhadap kualitas audit yang diproksikan dengan opini going concern. Semakin besar sebuah KAP maka KAP tersebut akan lebih sedikit memberikan opini going concern. Kecenderungan KAP yang berafiliasi dengan Big 4 memberikan opini going concern lebih kecil dibandingkan dengan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Berdasarkan kasus KAP diatas yang mempengaruhi kualitas audit serta ketidakkonsistenan hasil penelitian dari beberapa penelitian maka peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut dalam skripsi saya yang berjudul Analisis Pengaruh Peer Review, Audit Tenure, Ukuran KAP dan Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Medan. 1.2 Rumusan Masalah Apakah peer review, audit tenure, pengalaman dan pengetahuan auditor dan Ukuran KAP berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap kualitas audit pada KAP di Medan?. 9

1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah peer review, audit tenure, pengalaman dan pengetahuan auditor serta ukuran KAP berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap kualitas audit KAP di Medan. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti, peneliti selanjutnya yang sejenis dan bagi Kantor Akuntan Publik baik itu auditor ataupun akuntan publik. 1. Bagi Peneliti Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih, khususnya mengenai bidang penelitian yaitu pengaruh peer review, audit tenure, ukuran KAP dan Kompetensi Auditor terhadap kualitas audit. 2. Bagi Peneliti Berikutnya Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti berikutnya sebagai referensi bagi peneliti berikutnya. 3. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor agar mereka dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya meningkatkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting agar dapat menilai KAP mana yang konsisten dalam menjaga kualitas audit yang diberikannya. 10