Yang kami hormati, KEYNOTE SPEECH DEPUTI GUBERNUR BI Conference Series on Managing Inflation: Sistem Logistik Pangan Berbasis Transportasi Kereta Api Bandung, 26 Maret 2014 - Wakil Gubernur Jawa Barat, - Para Rektor/Pimpinan Universitas, - Perwakilan Kementerian Terkait (Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan), - Para Narasumber, Yang kami banggakan, - Para Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia, - Para Perwakilan TPID seluruh Jawa, - Para Pelaku Usaha dan Asosiasi, - Serta Bapak/Ibu dan Hadirin sekalian yang berbahagia, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, 1. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-nya kita dapat bertemu dalam keadaan sehat dan suasana yang baik pada acara Conference Series on Managing Inflation: Sistem Logistik Bahan Pangan Berbasis Transportasi Kereta Api di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jabar-Banten). 2. Saya menyambut baik dan menyampaikan apresiasi kepada TPID Provinsi Jawa Barat, Universitas Padjadjaran, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI yang telah menggagas acara ini. 3. Konferensi nasional ini merupakan forum yang tepat untuk bertukar pikiran dan menyamakan pandangan antara policy maker, akademisi, dan pelaku usaha. Saya berharap diskusi hari ini dapat melahirkan berbagai solusi dan menetapkan rencana aksi yang komprehensif dan sinergis atas berbagai permasalahan yang kita hadapi, terutama terkait dengan pengendalian inflasi di sisi pangan. 4. Diskusi hari ini juga semakin lengkap dan tajam, karena ditengah-tengah kita telah hadir Wakil Gubernur Jawa Barat serta berbagai pihak dan narasumber yang mewakili Pemerintahan, Bank Indonesia, Akademisi, Praktisi, Pelaku Usaha, Asosiasi, Media Massa, dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) seluruh Jawa. Kehadiran Bapak/Ibu sekalian menunjukkan bahwa masalah logistik pangan dalam upaya pengendalian inflasi menjadi kepedulian kita bersama. Page 1 of 5
5. Kita merasakan gejolak ketidakpastian sangatlah kental mewarnai ekonomi global pada setengah dasawarsa terakhir. Perubahan drastis struktur ekonomi dunia tersebut terus menciptakan bandul ketidakpastian baru. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, termasuk Cina, menyebabkan penurunan permintaan ekspor dan harga komoditas. Kebijakan Quantitative Easing The Fed juga menimbulkan ketidakpastian yang tinggi yang berimbas pada fluktuasi nilai tukar Rupiah. 6. Tahun 2013 bukanlah tahun yang mudah buat kita semua. Aktivitas ekonomi nasional menunjukkan perlambatan dengan pertumbuhan yang lebih rendah dari prakiraan. Di sisi eksternal, tekanan pada perekonomian nasional meningkat terutama didorong oleh defisit Transaksi Berjalan. Nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian yang cukup tajam, sementara inflasi telah melewati sasarannya di 4,5+1% akibat pengurangan subsidi bahan bakar dan kenaikan tajam kelompok bahan makanan (volatile food). 7. Ditengah turbulensi ekonomi dunia yang terus berevolusi, kita patut bersyukur ekonomi kita mampu bertahan pada level yang cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 5,7%, jauh diatas rata-rata pertumbuhan peer countries yang diperkirakan hanya sekitar 3,6%. 8. Berbagai tantangan tersebut perlu kita cermati seiring makin dekatnya komitmen Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) di tahun 2015. Pada satu sisi komitmen KEA akan membuka peluang pasar dengan aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan modal yang lebih bebas. Namun di sisi lain, hal ini juga memberikan konsekuensi semakin tingginya persaingan di pasar domestik masing-masing negara. 9. Saya meyakini bahwa substansi yang paling mendasar dari komitmen KEA tersebut adalah kemampuan kita menciptakan daya saing yang kompetitif dan menjadi pelaku utama dari rantai produksi global, dan bukan sebaliknya, yaitu hanya menjadi target pasar dan terpinggirkan. Dalam pandangan saya, pada titik inilah kapabilitas kita untuk membaca dan mengantisipasi gerakan ekonomi ke depan semakin teruji. Survivors aren't always the strongest; they're the smartest. 10. Merespons tantangan tersebut, Bank Indonesia memfokuskan diri pada kebijakan pengendalian ekspektasi inflasi agar inflasi kembali pada pola normalnya dan target inflasi 2014, yaitu 4,5+1% tercapai. 11. Kita juga meletakkan prioritas pada stabilisasi perekonomian dan kualitas pertumbuhan agar perekonomian lebih stabil dan seimbang. Perekonomian di 2014 diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 5,5-5,9%. Bank Indonesia juga senantiasa bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembalikan stabilitas makro dan memperkokoh stabilitas keuangan. 12. Sebagaimana dimaklumi inflasi domestik kita masih sangat rentan dipengaruhi oleh shocks terutama yang berasal dari sisi pasokan, dan kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices). 13. Kita menyaksikan inflasi 2013 kembali mencatat double digit, jauh di atas pola normalnya sekitar 6-7%, terutama akibat gejolak harga pangan. Gejolak harga pangan tersebut Page 2 of 5
bersumber dari: (1) Kurangnya pasokan beberapa komoditas hortikultura akibat anomali cuaca dan keterbatasan produksi dalam negeri; (2) Kendala implementasi kebijakan pengaturan (tata niaga) impor hortikultura dan daging sapi; (3) Kondisi struktur pasar y ang oligopolistik dan informasi harga yang belum transparan; serta (4) Tingginya biaya distribusi karena kendala infrastruktur. 14. Saya sangat gembira karena konferensi kita pada hari ini sangat presisi mengarahkan kita untuk mengg-address beberapa isu utama di atas dan mencari solusi dalam upaya meredam gejolak bahan pangan. Penguatan jalur distribusi menggunakan moda transportasi Kereta Api merupakan salah satu terobosan yang sangat baik dan perlu didukung semua pihak. Bapak, Ibu, dan hadirin yang berbahagia, 15. Berbicara mengenai pangan seringkali tidak dapat dilepaskan dari aspek harga, ketersedian, dan keterjangkauan. Gejolak harga pangan yang dihadapi seringkali dipengaruhi oleh permasalahan-permasalahan struktural domestik seperti terbatasnya ketersediaan produksi pangan, logistik dan rantai pasok yang panjang, biaya transportasi yang tinggi, alih fungsi lahan serta infrastruktur yang belum efisien. 16. Berdasarkan kontribusinya terhadap PDB, kinerja sektor pertanian nasional cenderung mengalami penurunan dari 13,2% pada 2010 menjadi 12,3% pada 2013. Kinerja sektor pertanian yang cenderung turun tersebut sejalan dengan meningkatnya impor bahan pangan nasional. Sementara itu, di sisi inflasi, sumbangan kelompok bahan pangan terhadap inflasi IHK saat ini mencapai lebih dari 50%. Tekanan inflasi pangan pada 2013 tercatat sebesar 9,7%, lebih tinggi dibandingkan inflasi non pangan sebesar 7,1%. 17. Kita tidak bisa memungkiri bahwa penanganan pangan merupakan pekerjaan besar bagi kita semua. Data Global Food Security Index (GFSI) tahun 2013 yang dirilis Economic Intelligent Unit, menunjukkan bahwa indeks ketahanan pangan Indonesia berada di peringkat 66 dari 107 negara di dunia. Bahkan, di kawasan ASEAN, ketahanan pangan nasional menduduki peringkat keenam, tertinggal dari Thailand, Vietnam, serta Filipina. 18. Lemahnya ketahanan pangan nasional tersebut juga tercermin dari tingkat inflasi Indonesia yang lebih tinggi di antara negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand. Sistem Logistik Nasional juga masih menempati peringkat ke-6 di kawasan ASEAN. 19. Kondisi sistem logistik yang masih belum optimal ini menyebabkan biaya logistik menjadi mahal. Berdasarkan data dari Kemenhub, beban biaya logistik di Indonesia masih cukup tinggi yakni mencapai 24% dari nilai barang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia sebesar 15%. Bahkan, Pusat Studi Sistem Rantai Pasok dan Logistik Pertanian (AGRILocics) Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Unpad menghitung biaya logistik pangan di Indonesia mencapai lebih dari 55%. 20. Hal tersebut tidak terlepas dominannya penggunaan transportasi jalan dalam sistem logistik di Indonesia. Sekitar 80% pergerakan transportasi di Pulau Jawa didominasi oleh transportasi jalan. Kondisi ini tentu saja akan sangat mempengaruhi upaya pengendalian inflasi karena ketergantungan yang besar terhadap satu moda transportasi jalan. Page 3 of 5
Bapak, Ibu, dan hadirin yang berbahagia, 21. Bercermin pada kondisi tersebut, Saya memandang kebijakan yang komprehensif dan kolaboratif antara semua pihak tidaklah cukup upaya untuk mengatasi permasalahan terkait dengan ketahanan pangan. Perlu dilakukan terobosan-terobosan yang dapat mempercepat struktur dan pondasi kemandirian pangan, terutama terkait dengan sistem logistik pangan. 22. Terobosan juga perlu dilakukan untuk menyeimbangkan beban transportasi. Salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan transportasi kereta api barang untuk mengangkut produk-produk pertanian. Kereta api merupakan moda transportasi yang efisien dan relatif murah dibandingkan moda transportasi lainnya. Dengan infrastruktur yang dimiliki dan tersebar melalui stasiun di seluruh kota-kota utama dan produsen pertanian di Pulau Jawa, penggunaan sarana kereta api untuk menangani logistik pangan perlu dioptimalkan. Selain mendorong distribusi pangan yang lebih lancar, dalam volume tertentu beban biaya transportasi yang ditanggung juga akan berkurang. 23. Namun demikian, kita perlu menyadari bahwa implementasi sistem logistik pangan menggunakan kereta api barang masih menghadapi berbagai macam kendala seperti belum terpenuhinya skala ekonomis hasil produksi petani dan peternak terhadap rangkaian dan volume gerbong per perjalanan (trip), keterjaminan muatan barang baik waktu kereta api berangkat maupun kembali, dan sistem logistik pergudangan di sentra produksi maupun pusat penjualan yang masih jauh dan tidak terakses langsung dengan stasiun kereta api. 24. Oleh karena itu penggunaan kereta api barang seyogyanya diselaraskan dengan supply chain management untuk bahan pangan. Pembentukan atau pemberdayaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Gabungan Kelompok Tani Ternak (Gapoknak) serta pembentukan gudang pengumpul dapat mendorong pemenuhan skala ekonomis jumlah pengangkutan produksi hasil pertanian dan peternakan. Gudang ini dapat pula dikombinasikan dengan Sistem Resi Gudang (SRG) yang sekaligus dapat digunakan untuk pembiayaan petani. Ke depan, sinergi ini diharapkan juga dapat mendorong peningkatan teknologi pasca panen termasuk pengepakan dan pergudangan dengan sistem pendingin (cold storage). 25. Kerjasama perdagangan antar daerah juga dapat dioptimalkan melalui kerjasama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya wilayah yang memiliki jalur kereta api seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Cirebon, Bandung, Karawang, Bekasi, Banten, Jakarta, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan salah satu poin rekomendasi Pokjanas TPID 2013 untuk meningkatkan kerjasama perdagangan antar daerah. Bapak, Ibu, dan hadirin yang berbahagia, 26. Melihat pentingnya permasalahan di atas, Saya meyakini kita semua memiliki satu pandangan bahwa kita perlu memperkuat pembangunan infrastruktur yang mendukung supply chain system bahan pangan berbasis kereta api sebagai implementasi dari sistem logistik nasional. Hal ini tidak saja dilakukan dalam konteks pengendalian inflasi dan ketahanan pangan, tetapi juga dalam upaya meningkatkan daya saing nasional melalui sistem logistik pangan nasional. Page 4 of 5
27. Melalui konferensi ini, Saya berharap kita dapat menghasilkan rencana aksi sistem logistik bahan pangan berbasis transportasi kereta api yang implementatif dan bersifat multiyears. Saya juga berharap upaya kolaboratif yang erat Antara pemangku kebijakan, akademisi dan pelaku bisnis dalam mewujudkan rencana aksi sistem logistik pangan ini ke depan dapat terus ditingkatkan untuk mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan mendasar yang dihadapi oleh bangsa ini. 28. Demikian sambutan kunci dari kami sebagai pengantar diskusi dalam acara Conference Series on Managing Inflation: Sistem Logistik Pangan Berbasis Transportasi Kereta Api. Selamat berdiskusi, Sekian dan Terima kasih. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas Page 5 of 5