BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010. Sasaran MDGs memiliki indikator dan waktu pencapaian. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan Indonesia Sehat di tahun 2015 sebagai pengganti slogan sebelumnya. Pada visi Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya target untuk 2015 adalah menghentikan pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya (Kemkes, 2010). Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya (Dr. Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Saroso (2006), kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi. Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang benar dan terpadu (Kemkes, 2007). Kewaspadaan universal diciptakan sebagai upaya perlindungan terhadap risiko penularan yang dapat terjadi. Cara penularan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit 1

seorang petugas layanan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan rata-rata dalam kasus pasien yang terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%, dibandingkan dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari 30% untuk hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi mengenai selaput mukosa (misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko penularan HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian serupa dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) sejak diketahui oleh pemerhati kesehatan, maka kebijakan baru yang bernama Kewaspadaan Universal mulai dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap darah dan cairan tertentu lain dapat mengandung infeksi, tidak memandang status sumbernya. Harus ditekankan bahwa kewaspadaan umum dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat parah dan sebetulnya lebih mudah menular, misalnya virus hepatitis B dan C. Petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan semua pasien. Tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang prima dengan memperhatikan kaidah-kaidah prinsip kewaspadaan universal sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi silang. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk tenaga kesehatan rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya karena merupakan syarat untuk menerapkan kewaspadaan universal. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi rumah sakit dan upaya pencegahan infeksi adalah

tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas kesehatan kemampuan mencegah infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan kesembuhan pasien karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Sari, 2001). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit dengan mengingat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dalam hal Kesehatan bagi tenaga kesehatan, penerapan universal precaution oleh tenaga kesehatan dalam mitigasi bencana HIV/AIDS harus dilakukan. Penyakit AIDS, merupakan sekumpulan gejala-gejala yang menyertai infeksi HIV (Human Immunodefeciency Virus). HIV termasuk familia retrovirus. Sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi HIV adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh (Depkes RI, 2007). Berdasarkan laporan AIDS Epidemic Update USAID and WHO tahun 2006, pada tahun 2004 terdapat kasus AIDS sebanyak 36,9 juta yang meningkat menjadi 39,5 juta pada tahun 2006 dengan jumlah kematian sebanyak 2,3 juta jiwa (5,8 %). Ada 57 kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV pada tahun 2001 di Amerika Serikat, hal ini terjadi akibat risiko pekerjaan. Dari 57 kasus tersebut, sebanyak 24 (42 %) diantaranya yang terbanyak adalah tenaga perawat. Di Indonesia walaupun belum ada data yang pasti, namun jika melihat pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih lemah, maka resiko penularan infeksi terutama infeksi nosokomial termasuk HIV terhadap tenaga kesehatan bisa dikatakan cukup tinggi. Sedangkan

tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, laboran belum diketahui data yang pasti tentang kasus yang terkena HIV/AIDS (Averting HIV and AIDS, 2012). Perbandingan penderita HIV/AIDS antara laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Jumlah pasien HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan, dan dapat dilihat pada Tabel 1.1. dibawah ini. Tabel 1.1. Jumlah Pasien HIV/AIDS di Indonesia No Tahun Jumlah 1. 2007 11.140 2. 2008 16.140 3. 2009 19.973 4. 2010 26.508 5. 2011 17.314 Sumber : Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular Depkes RI, 2012 Sekretaris Jenderal YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa) Iskandar Irwan Hukum menyatakan bahwa berdasarkan laporan Pemantauan AIDS Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sampai dengan Juni 2011, Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah kumulatif kasus HIV/IADS tertinggi di Indonesia yakni sebesar 3.997 kasus, lalu diikuti provinsi Papua sebesar 3.938 kasus, kemudian Jawa Barat sebesar 3.809, Jawa Timur sebesar 3.755 dan Bali sebesar 3.747 kasus. Untuk Provinsi Sumatera Utara berada di peringkat 8 setelah Provinsi Jawa Tengah. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara kasus HIV/AIDS (2009) berjumlah 1.419 orang (Ditjen PPM dan PL Depkes RI, 2010).

Data Dinas Kesehatan Kota Medan sejak tahun 2006 hingga Mei 2011 ada 2.560 penderita HIV/AIDS. Di antaranya laki-laki 1.977 orang (78%) dan 583 orang (21 %) wanita. Faktor risiko terbesar heteroseksual (hubungan seks bebas) berjumlah 1.542 orang (60,23 %) dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik 816 orang (31,87). Penderita terbesar usia 25-33 tahun berjumlah 1.473 orang (57,53%), anakanak di bawah usia 15 tahun 47 orang (1,83 %) dan usia 16-24 tahun sebanyak 442 orang (17,26 %). Dari jumlah tersebut, sebanyak 418 orang (16,32 %) meninggal dunia. Sementara hingga Mei 2011, sudah 1.486 orang (58,04 %) berkunjung ke klinik IMS dan 271 orang (10,58 %) dirujuk ke klinik VCT (Voluntary Counselling and Testing) (KPA, 2010). Berdasarkan data dari Tabel 1.1. dan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan dapat diketahui penyakit HIV/AIDS dengan jumlah selalu tinggi, diperkirakan jumlah ini lebih banyak, karena ibarat fenomena gunung es. Tenaga kesehatan harus terampil dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien yang ditolong, terutama pasien tersebut mengidap penyakit HIV/AIDS. Tenaga kesehatan dapat terpapar HIV/AIDS melalui percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung dan mulut atau diskontiunitas pada permukaan kulit (misalnya luka lecet kecil), luka tusuk yang disebabakan oleh jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya baik pada saat prosedur dilakukan atau pada saat memproses perawatan di rumah sakit. Untuk mengantisipasi hal ini, maka petugas kesehatan perlu memahami pedoman universal precaution, untuk mencegah penyakit infeksi nosokomial pada dirinya pada saat memberikan pertolongan.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan salah satu fungsinya adalah merawat pasien penderita HIV/AIDS. Jumlah kunjungan pasien HIV/AIDS tahun 2009-2010 menurut data rekam medik RSUP. HAM Medan, terus mengalami peningkatan, jumlah kunjungan pasien HIV/AIDS di RSUP HAM Medan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Jumlah Kunjungan Pasien HIV-AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2010 No. Tahun Pasien Masuk Pasien Hidup Keterangan Pasien Meninggal Pasien Pulang atas Permintaaan Sendiri Pasien Pulang Sembuh 1 2009 411 207 (50,36%) 90 (21,89%) 114 (27,75%) 0 (0%) 2 2010 552 309 (55,97%) 110 (16,30%) 113 (20,47%) 0 (0%) Sumber : Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan, 2012 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan telah berusaha memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, namun kenyataan di lapangan masih banyak dijumpai kendala-kendala dalam pelayanan pasien HIV/AIDS, seperti keterbatasan tenaga medis. Tenaga medis saat ini ada 6 (enam) orang, yaitu tenaga dokter spesialis penyakit dalam dan yang sudah pernah mengikuti pelatihan khusus hanya 3 (tiga) orang. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan menugaskan 101 orang tenaga tenaga kesehatan setiap bulannya, dan semua tenaga kesehatan mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan pelayanan langsung kepada pasien HIV/AIDS, sementara jumlah tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan khusus baru 2 (dua) orang di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan.

Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam tindakan perawatan pada pasien HIV/AIDS. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk menolong dan merawat pasien, keluarga, di ruangan rumah sakit, dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur, juga upaya-upaya untuk menurunkan risiko terjangkitnya atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya misalnya HIV/AIDS. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis terhadap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, pasien HIV yang akan menjadi pasien Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan masuk melalui Unit Gawat Darurat (UGD) dan Voluntary Counseling and Testing (VCT) sampai ke Ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) A1 (HIV/AIDS) dan ruangan Hemodialisa Darah (HD) ternyata dari keseluruhan petugas kesehatan yang menolong atau merawat pasien HIV/AIDS masih ada juga yang belum menerapkan universal precaution. Berdasarkan uraian tersebut maka Peneliti melakukan penelitian tentang Penerapan Universal Precaution Oleh Tenaga Kesehatan Dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012.

1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Penerapan Universal Precaution Oleh Tenaga Kesehatan Dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Penerapan Universal Precuation Oleh Tenaga Kesehatan Dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012. 1.4. Hipotesis Ada hubungan pengetahuan (Knowledge) dan sikap (Attitude) oleh tenaga kesehatan dalam penerapan Universal Precaution dalam melakukan tindakan mitigasi bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012. 1.5. Manfaat Penelitian a. Bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk mengembangkan program peningkatan keselamatan pasien dan petugas kesehatan dalam upaya penerapan universal precaution dalam mitigasi bencana HIV/AIDS.

b. Bagi peneliti, menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan dibidang manajemen bencana non alam; penyakit kejadian luar biasa (KLB). c. Bagi penelitian selanjutnya secara ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi.