STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

dokumen-dokumen yang mirip
KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

STANDARD OPERATING PROCEDURE SENGKETA LAHAN

Forest Stewardship Council

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PEDOMAN PENILAIAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Modul FPIC (Free, Prior, Informed Consent) 1. Modul FPIC (Free, Prior, Informed Consent)

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Standard Operating Procedure

Cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

Sistem Pengaduan RSPO. Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia. Dr Kate Macdonald. Dr Samantha Balaton-Chrimes

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA TENURIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.

DOKUMENTASI DAN/ATAU REFERENSI TERKAIT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010) adalah penelitian ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEMATIKAN PEMBAHASAN I. ENVIRONMENTAL DISPUTE RESOLUTON SECARA UMUM 11/10/2011

MEKANISME KELUHAN PEKERJA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN NOMOR : P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016

Bimbingan dan Konseling Sosial

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN

Indorama Ventures Public Company Limited

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS BADAN ADVOKASI DAN MEDIASI (BAM) INKINDO

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KERJA SAMA DESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LAPORAN PENILAIAN. Tentang. Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia

LAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap)

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

Mengkonstruksi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Sektor Perkebunan Sawit. Presentasi Pengantar Diskusi Oleh Sawit Watch

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PROSEDUR PENERIMAAN KELUHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN RECEIPT OF COMPLAIN AND DISPUTE RESOLUTION PROCEDURE

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

Negosiasi : This is how we do it!

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

Proses Penyelesaian Perselisihan

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Warta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

PROSEDUR KELUHAN BERKAITAN DENGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WILMAR TENTANG NOL DEFORESTASI, NOL LAHAN GAMBUT, NOL EKPLOITASI

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

Transkripsi:

PAGE : 1 of 6 1. TUJUAN Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menetapkan prosedur yang berkaitan dengan konflik eksternal yang timbul antara pihak-pihak luar dan perusahaan. 2. RUANG LINGKUP SOP ini digunakan untuk semua perkebunan dan pabrik di TSH Resources Berhad. 3. TANGGUNG JAWAB Merupakan tanggung jawab Kepala Departemen agar prosedur ini dipatuhi. 4. REFERENSI FPIC Guide for RSPO Members ST-SOP01 - Information Request SOP ST-SOP13-00 - Document Master List SOP PMA-SOP02 - Land Dispute SOP Sengketa Lahan 5. DEFINISI CD - Community Development FPIC - Free, Prior and Informed Consent LSM - Lembaga Swadaya Masyarakat RSPO - Roundtable on Sustainable Palm Oil SOP - Standard Operating Procedure

PAGE : 2 of 6 6. PROSEDUR 6.1 Identifikasi Konflik Eksternal 6.1.1 Dalam setiap kasus konflik, bentuk konflik harus diidentifikasi. Jenis-jenis konflik meliputi: a) Konflik dengan pemilik tanah dan kepemilikan tanah b) Sengketa/perselisihan antara pengguna sumber daya dan akses terhadap sumber daya c) Sengketa mengenai batas-batas tanah d) Konflik mengenai perbedaan budaya atau agama dan pelanggaran hak-hak adat e) Konflik antara kelompok masyarakat yang berbeda f) Ketidakadilan atau kurangnya perwakilan kelompok masyarakat g) Kurangnya transparansi atau pemahaman dalam yang dirundingkan h) Ketidakadilan pembagian dalam pengembangan dan kontribusi ekonomi i) Sengketa yang disebabkan karena politik negara j) Otoritas hukum yang digugat 6.1.2 Semua pemangku kepentingan yang terlibat harus diidentifikasi. Pemangku kepentingan bisa berasal dari salah satu atau kelompok di bawah ini: a) Perusahaan atau perkebunan yang terlibat b) Masyarakat lokal c) Pemilik tanah d) Perwakilan masyarakat yang ditunjuk sendiri atau pengacara e) Tokoh desa dan tokoh adat f) Asosiasi/perkumpulan masyarakat g) Kelompok wanita h) Kelompok pemuda i) Kelompok minoritas (para pendatang, masyarakat yang tidak memiliki lahan, dll) j) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pengamat pihak ketiga k) Lembaga keagamaan dan lembaga adat l) Camat atau Bupati m) Lembaga pemerintah n) Perkebunan kelapa sawit yang berdekatan/bersebelahan o) Mengidentifikasi penyebab khusus dan jenis konflik yang terjadi. Sebagai contoh; Jenis konflik adalah Konflik mengenai perbedaan budaya atau agama dan pelanggaran hak-hak adat ; penyebab konflik adalah Anak perusahaan A telah melakukan tindakan B, kemudian menyebabkan kemarahan masyarakat C dan hal itu menentang hak adat

PAGE : 3 of 6 mereka. Pemangku kepentingan yang terlibat adalah Anak perusahaan A, masyarakat lokal C dan tokoh adat D. 6.1.3 Jika jenis konflik adalah antara pemilik tanah dan kepemilikan tanah, maka digunakan prosedur dari SOP tersendiri dan yang lebih terfokus yaitu SOP Sengketa Lahan (PMA-SOP02). Sedangkan SOP ini digunakan untuk menangani semua konflik eksternal lainnya (kecuali untuk konflik yang melibatkan sengketa lahan). 6.2 Verifikasi Konflik 6.2.1 Setiap kasus konflik yang telah diidentifikasi, harus diverifikasi keabsahannya, baik dengan proses verifikasi dokumen atau verifikasi di lapangan jika diperlukan. 6.2.2 Verifikasi dilakukan dengan menghubungi serta mendengarkan pernyataan pelapor dan pihak yang terlibat konflik (dengar pendapat, baik secara kolektif atau individu). Permasalahan penting dari semua percakapan harus dalam bentuk tertulis. Pada proses penyelesaian konflik tahap ini, diupayakan untuk menahan diri agar tidak memberikan saran atau nasehat. 6.2.3 Verifikasi harus dilakukan oleh departemen yang netral seperti Departemen CD, Departemen Sustainability atau departemen dari anak perusahaan lain yang tidak terlibat langsung dalam konflik. 6.2.4 TIDAK BOLEH mengintimidasi atau memaksakan suatu taktik kepada pihak pelapor. Hal ini bertentangan dengan praktek kerja yang berlaku di TSH. Pastikan bahwa pihak pelapor dalam kondisi nyaman dalam membantu proses verifikasi, dan pelapor boleh menghentikan proses verifikasi kapan saja. 6.2.5 Jika konflik dipalsukan atau telah diselesaikan sebelumnya, maka konflik dianggap telah selesai. 6.2.6 Jika rincian konflik telah diubah sejak diidentifikasi atau merupakan bagian atau kelanjutan dari kasus sebelumnya, maka konflik harus diidentifikasi ulang untuk memasukkan rincian baru. 6.2.7 Jika kasus konflik telah diverifikasi dan sudah sah, maka kasus dilanjutkan dengan analisis konflik. 6.3 Analisis Konflik 6.3.1 Analisis konflik dimulai dari proses identifikasi sampai menentukan prioritas konflik. Hal ini harus dilakukan untuk menginvestigasi dan mengumpulkan semua bukti untuk membuat keputusan yang tepat dalam menangani konflik. Investigasi dimulai dengan melakukan rapat dan berkomunikasi dengan semua pelapor dan pihak-pihak yang terlibat serta mengumpulkan bukti dokumen dan foto sengketa/perselisihan. 6.3.2 Investigasi harus dilakukan oleh departemen yang tidak memihak seperti departemen CD, departemen Sustainability atau konsultan pihak ketiga yang bersifat netral yang ditunjuk untuk membantu proses investigasi.

PAGE : 4 of 6 6.3.3 Investigasi harus ditulis dalam laporan dengan referensi untuk bukti dan dokumentasi yang diperoleh. 6.4 Menentukan Prioritas Konflik 6.4.1 Mengidentifikasi urgensi konflik (konflik yang bersifat mendesak). 6.4.2 Mengidentifikasi tingkat kepentingan dan tingkat kepelikan (severity) konflik. 6.4.3 Mengidentifikasi keterbatasan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik. 6.4.4 Referensi silang dengan kasus yang ada atau kasus sebelumnya jika ada. 6.4.5 Justifikasi mengapa konflik diprioritaskan, harus didokumentasikan dalam rencana manajemen konflik. 6.5 Manajemen Konflik 6.5.1 Terdapat 4 jenis utama manajemen konflik dan harus digunakan sebelum melanjutkan ke metode berikutnya: a) Negosiasi b) Mediasi c) Arbitrasi d) Ajudikasi 6.5.2 Dalam negosiasi, perusahaan harus menunjuk seorang negosiator dari pihak perusahaan untuk terlibat dalam pertemuan partisipatif yang melibatkan semua pihak. 6.5.3 Negosiator harus: a) Mampu mewakili perusahaan dan mengambil keputusan terkait posisi perusahaan dalam konflik. b) Menerapkan etika kesetaraan, keadilan dan kejujuran mewakili perusahaan c) Mendengarkan dengan penuh perhatian dan secara proaktif d) Menghormati pelapor dan pihak-pihak yang terlibat e) Mencoba mencari persamaan f) Bersikap jelas tentang tujuan perusahaan g) Fokus pada fakta sebenarnya h) Tidak pernah menggunakan paksaan atau pernyataan yang mengancam i) Menerima dan mentoleransi perbedaan j) Siap untuk melakukan kompromi 6.5.4 Semua informasi dalam rapat negosiasi harus didokumentasikan. 6.5.5 Jika konflik tidak dapat diselesaikan melalui negosiasi, maka harus dilakukan mediasi 6.5.6 Mediasi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dua pihak yang berselisih, selain itu juga untuk menjaga dan memperkuat hubungan di masa yang akan datang. Pihak yang harus hadir dalam mediasi yaitu seorang mediator yang ditunjuk dan disetujui oleh

PAGE : 5 of 6 kedua belah pihak yang berselisih serta para perwakilan yang dapat membuat keputusan berdasarkan konflik. 6.5.7 Jika konflik tidak bisa diselesaikan melalui mediasi, maka arbitrasi adalah langkah berikutnya yang harus ditempuh. Keuntungan arbitrasi dibandingkan dengan ajudikasi adalah bahwa sengketa/perselisihan akan diberikan keputusan final, sementara diskusi tetap bersifat rahasia dan mempertahankan hubungan baik kedua belah pihak masih memungkinkan. 6.5.8 Jika arbitrasi bukan pilihan yang tepat, maka konflik harus diselesaikan melalui langkah ajudikasi. 6.6 Pengembangan Kemampuan 6.6.1 Kasus yang telah selesai di masa lalu dapat digunakan sebagai referensi untuk penanganan perselisisihan di masa yang akan datang. 6.6.2 Dampak positif dan hasil yang dapat diharapkan dari kasus sebelumnya dapat dipelajari dan kesan negatif dapat dijadikan pelajaran tentang bagaimana memperbaiki tindakan yang diambil ketika berhadapan dengan perselisishan/sengketa yang sama. 6.6.3 Penyelesaian konflik melalui proses resolusi konflik harus disosialisasikan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya sehingga pihak-pihak yang terkait telah diberikan informasi dan mampu mengelola ekspektasi dari proses yang dilakukan. 6.7 Evaluasi 6.7.1 Departemen sustainability diperlukan untuk memonitor dan mengevaluasi penyelesaian konflik sesuai kriteria di bawah ini (kecuali penyelesaian melalui ajudikasi): a) Hasil akhir diterima oleh perusahaan b) Hasil akhir diterima olah pihak-pihak yang bersengketa c) Hasil akhir diakui oleh pemerintah setempat d) Hasil akhir tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain 6.7.2 Untuk penyelesaian melalui ajudikasi, salinan dokumen putusan pengadilan harus disimpan dalam arsip departemen sustainability dan masing-masing document controller estate.

PAGE : 6 of 6 7. LAMPIRAN 7.1 : Tabel Diagram Alur Penyelesaian Konflik Tabel Prioritas Konflik 7.2 : Form 7.2.1 Form Identifikasi dan Verifikasi Konflik

ST-SOP21-00; 7.1.1 Bagan Alur Penyelesaian Konflik Analisis Konflik Manajemen Konflik Identifikasi Jenis Konflik Verifikasi Kasus Jika kasus belum diakui keabsahannya Jika kasus diakui keabsahannya Identifikasi Pihak- Pihak Terkait Investigasi Negosiasi JIka tercapai Identifikasi Penyebab Konflik Identifikasi Urgensi Konflik Identifikasi Tingkat Kepentingan Konflik Mediasi Arbitrasi JIka tidak ada JIka tidak ada JIka tercapai JIka tercapai Evaluasi Konflik Selesai Identifikasi sumberdaya yang dibutuhkan untuk menangani konflik JIka tidak ada Ajudikasi Urutan berdasarkan Prioritas Jika ada putusan atau penyelesaian yang dicapai

ST-SOP21-00; 7.1.2 Tabel Prioritas Konflik Konflik (PT. TSH) Jenis Konflik: Perselisihan antara pengguna sumber daya 1. Pemangku kepentingan: Desa A, Desa C, Desa E. Penyebab: Penggunaan air sungai K untuk Mill L mengurangi ketersediaan air bersih bagi masyarakat sekitar. Urgensi 1 Tingkat kepentingan 2 5 3 5 Ketersediaan sumberdaya 3 Referensi 4 Jenis Konflik: Ketidakadilan pembagian dalam kontribusi ekonomi 1. Pemangku kepentingan: Desa B, Camat D, LSM J. Penyebab: Donasi untuk konservasi adat tidak dibagikan secara adil kepada kelompok masyarakat yang dituju di Desa B 3 4 5 1 Dari skala 1 sampai 5, di mana nilai lima (5) menggambarkan tingkat urgensi tertinggi, dan nilai satu (1) menggambarkan tingkat urgensi terendah. 1 Dari skala 1 sampai 5, di mana nilai lima (5) menggambarkan tingkat kepentingan tertinggi, dan nilai satu (1) menggambarkan tingkat kepentingan terendah. 1 Dari skala 1 sampai 5, di mana nilai lima (5) menggambarkan ketersediaan sumberdaya tertinggi, dan nilai satu (1) menggambarkan ketersediaan sumberdaya terendah. Referensi antara kasus konflik sekarang dan di masa lalu.

ST-SOP21-00; 7.2.1 Form Identifikasi dan Verifikasi Konflik FORM IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI KONFLIK Nama Pekerja: Jabatan: Atasan: Jabatan: Tanggal pelaporan: Departemen: JENIS KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN YANG TERLIBAT PENYEBAB KONFLIK VERIFIKASI SAH/TIDAK? ( OR X) TANDATANGAN IDENTIFIER TANDATANGAN VERIFIER Tanggal: Tanggal: