PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT

PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN

PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan

dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diikuti oleh penyakit stroke (Mozaffarian, Benjamin, Go, Arnett, Blaha,

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang baik maka tidak tersedia modal untuk melangkah ke depan

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. ketiadaan penyakit atau kelemahan. Bennet (2000) membedakan kesehatan sebagai being

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan tuntutan hidup terutama di perkotaan. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TRANSISI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup individu, kebiasaan sehat dan perilaku merupakan apa yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

SOSIALISASI DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER SERVIK, KANKER PAYUDARA, PUSKESMAS TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Umum: 1. Prevalensi SM dan semua komponen-komponennya (hipokolsterolemia HDL, hiperglikemia 2 jam PP, obesitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP)

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

untuk Mencegah Sakit Punggung

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

Obat Diabetes Paling Ampuh

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

1

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NYERI DAN EFEK PLASEBO

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Perspektif Budaya Oleh : M. Askar, S.Kep,Ns.,M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

Hubungan Health Belief dengan Perilaku Compliance pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RSUD Al Ihsan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat meningkatkan fungsi sistem imun, namun sebaliknya ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap kesehatan. Angka kematian akibat berbagai penyakit dapat dikurangi jika orang-orang mau menerapkan perilaku sehat seperti tidak merokok, tidak minum alkohol, pola diet sehat, dan beraktivitas fisik. Meskipun seseorang telah berusaha konsisten menerapkan perilaku sehat, namun perilaku tersebut dapat berubah dengan cepat. Kondisi sehat dicapai melalui penerapan perilaku sehat yang konsisten. Peran perilaku semakin meningkat ketika terjadi keadaan transisi epidemiologis yaitu satu keadaan dimana terjadi perubahan terhadap penyebab kematian, yang semula banyak disebabkan oleh penyakit menular, saat ini banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular. Faktor risiko penyakit tidak menular yang tertinggi adalah perilaku sehat. PROMOSI KESEHATAN Promosi kesehatan berguna untuk meningkatkan dan mengontrol kesehatan seseorang. Promosi kesehatan meliputi penerapan perilaku sehat dan menghindari diri dari hal-hal yang dapat mengorbankan kesehatan. Filosofi yang mendasari promosi kesehatan adalah kondisi sehat atau kesejahteraan seseorang diperoleh melalui upaya-upaya individu dan kolektif. Upaya individu misalnya upaya yang dilakukan dokter dengan mengajarkan indiviu untuk bergaya hidup sehat dan menolong orang dengan risiko sakit dengan mengontrol risiko. Upaya kolektif misalnya seorang psikolog kesehatan mengembangkan program intervensi untuk membantu orang-orang dalam mempraktikkan perilaku sehat, atau upaya yang dilakukan pemerintah yang menekankan perilaku sehat serta memberikan informasi dan rujukan untuk membantu orangorang mengubah kebiasaan sehat yang buruk. Modifikasi perilaku sehat akan memberikan manfaat antara lain: 1. Mengurangi angka kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup; 2. Menambah umur harapan hidup; dan 3. Menambah masa waktu seseorang untuk menikmati hidup tanpa gangguan penyakit kronis. Promosi kesehatan di Indonesia menjadi hal yang sangat penting terutama sejak dijalankannya reformasi pembiayaan 1

kesehatan dalam bentuk Jaminan Kesehatan Nasinal (JKN). Fokus utama JKN adalah promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Perilaku Sehat (health behavior) dan Kebiasaan Sehat (health habits) Perilaku sehat merupakan perilakuperilaku yang dijalankan seseorang untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan mereka. Sedangkan kebiasaan sehat (health habits) adalah perilaku sehat yang sudah tertanam dan secara otomatis diterapkan seseorang tanpa sadar. Kebiasaan sehat umumnya terbentuk saat anak-anak dan menjadi stabil pada usia 11-12 tahun. Kebiasaan sehat pada seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain dan bersifat tidak stabil. Penerapan kebiasaan sehat tidak ada hubungan dengan penerapan kebiasaan hidup lainnya. Contoh kebiasaan sehat yang baik antara lain: a) tidur 7-8 jam sehari; b) tidak merokok; c) sarapan tiap pagi; d) tidak minum alkohol; e) rutin beraktifitas fisik; f) tidak ngemil di antara waktu makan; dan g) menjaga berat badan. Menerapkan kebiasaan sehat yang baik dan menghilangkan kebiasaan yang buruk dapat dilakukan dengan menjalankan pencegahan primer (primary prevention). Prinsip pencegahan primer adalah melawan risiko penyakit sebelum penyakit tersebut menjadi lebih buruk, dan mencegah lebih baik daripada mengobati. Strategi dalam pencegahan primer ada dua, yaitu: 1. Membantu individu untuk mengubah masalah kesehatan, misalnya: membantu mengurangi berat badan seseorang dengan intervensi tertentu; dan 2. Menjaga agar individu tidak mendapatkan kebiasaan sehat yang buruk untuk pertama kalinya, misalnya program mencegah kebiasaan merokok pada usia remaja. Menerapkan dan Mengubah Perilaku Sehat Beberap faktor mempengaruhi seseorang untuk menerapkan gaya hidup yang sehat, antara lain: 1. Faktor demografis seperti: usia, status sosial ekonomi. Penerapan hidup sehat lebih banyak ditunjukkan pada orang yang berusia lebih muda, yang lebih kaya, yang berpendidikan lebih baik, yang lebih rendah terkena stress, dan yang lebih tinggi dukungan sosialnya. Kebiasaan sehat lebih baik ditunjukkan pada masa anak-anak, lebih buruk pada masa dewasa, dan ditunjukkan lebih baik lagi pada usia tua. 2. Faktor nilai-nilai. Misalnya: pada budaya masyarakat tertentu kegiatan olahraga pada wanita tidak dianjurkan. 3. Kontrol pribadi (personal control). Terdapat tiga pandangan seseorang terhadap pengontrolan masalah kesehatan, yaitu sehat berada dalam pengawasan personal, sehat berada dalam pengawasan praktisi kesehatan, dan sehat merupakan masalah 2

yang terjadi secara kebetulan. Orang yang percaya bahwa kesehatan merupakan faktor yang dapat dikontrol menunjukkan perilaku sehat yang lebih baik, dibanding mereka yang meyakini bahwa kesehatan merupakan suatu faktor kebetulan. 4. Pengaruh sosial. Teman, keluarga, dan rekan kerja turut mempengaruhi perilaku sehat baik yang bersifat positif maupun negatif. Misalnya: teman sebaya dapat mempengaruhi orang untuk tidak merokok, namun dapat juga mengajak merokok. 5. Tujuan dan nilai-nilai pribadi. Bila tujuan hidup seseorang adalah kebugaran maka perilakunya lebih sehat. 6. Gejala yang dirasakan. Misalnya: seorang perokok yang mengalami batuk-batuk serta nyeri tenggorok saat bangun tidur, akan menambah keyakinan bahwa dirinya dalam keadaan berisiko sakit. 7. Akses terhadap pelayanan kesehatan. Misalnya: menjalankan Pap Smear, Mamogram, imunisasi sangat tergantung pada akses seseorang terhadap yankes. Contoh lain: menurunkan berat badan dan berhenti merokok secara tidak langsung dipengaruhi oleh kampanye kesehatan yang dilakukan pelayanan kesehatan. 8. Faktor kognitif yaitu pengetahuan dan kecerdasan. Orang dengan tingkat pengetahuan dan kecerdasan yang lebih tinggi umumnya mempraktikkan gaya hidup yang lebih sehat. Hambatan dalam Memodifikasi Perilaku Sehat Kebiasaan sehat sangat dianjurkan dikembangkan saat seseorang berada pada masa anak-anak dan dewasa, yatu saat seseorang dalam keadaan sehat. Namun demikian, terdapat berbagai faktor yang menghambat upaya mengubah perilaku sehat, antara lain: a. Faktor emosi. Faktor emosi dapat memicu bahkan menyebabkan perilaku tidak sehat menetap. Tanggapan seseorang terhadap perubahan perilaku beragam, ada yang menyenangkan, otomatis menerima, adiksi, atau menolak. b. Ketidakstabilan perilaku sehat. Stabilitas perilaku sehat seseorang dipengaruhi oleh orang lain. Misalnya: seseorang yang hari ini berhenti merokok, dapat kambuh lagi. Seseorang yang tidak pernah memakai seat-belt dapat tiba-tiba berubah ketika melihat kecelakaan. Beberapa alasan kenapa perilaku sehat tidak stabil adalah: 1) setiap kebiasaan sehat dipengaruhi oleh faktor yang berbeda-beda. Misalnya: merokok berhubungan dengan stress, olahraga berhubungan dengan akses terhadap fasilitas olahraga; 2) perilaku sehat yang sama pada orang yang bebeda dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya: perilaku makan berlebih pada seseorang bisa disebabkan masalah sosial (makan bila ada 3

orang) atau bila dalam keadaan stress; 3) faktor yang mengontrol perilaku sehat dapat berubah selama munculnya perilaku. Misalnya: perilaku merokok awalnya disebabkan oleh pengaruh teman sebaya, namun selanjutnya merokok dilakukan untuk mengurangi stress; 4) faktor-faktor yang mengontrol perilaku sehat dapat berubah sepanjang hidup seseorang. Misalnya: semasa anak-anak, olahraga dijalankan karena merupakan bagian dari kurikulum sekolah, namun setelah dewasa bukan merupakan kewajiban sekolah. c. Peran orang tua. Orang tua dapat berperan sebagai guru dan role model bagi anak-anak dalam berprilaku sehat. Namun di beberapa keluarga, orang tua tidak mengajarkan perilaku sehat, terutama pada keluarga yang mengalami keretakan. Lebih lanjut saat transisi dari anak-anak ke dewasa, sering seseorang melupakan ajaran sehat yang diberikan orang tua. Orang dewasa dapat terpapar konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat terlarang, dan perilaku seks berisiko saat orang tua mereka tidak mengawasi dari dekat atau saat teman sebaya mempraktikkan perilaku tidak sehat tersebut. Dengan demikian, momen pengajaran (teachable moment) merupakan saat yang tepat untuk mengajarkan perlilaku sehat. d. Kesadaran akan perilaku sehat. Seringkali seseorang baru menyadari pentingnya perilaku sehat pada usia dewasa. Usia 45 tahun ke atas merupakan masa yang memiliki risiko kesehatan tinggi. Sehingga pada usia ini timbulnya penyakit tergantung pada penerapan perilaku sehat saat usia muda. Intervensi Kesehatan pada Kelompok Berisiko Kelompok berisiko merupakan orangorang yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah kesehatan. Misalnya: orang-orang yang berasal dari keluarga yang mengalami guncangan keluarga (mis: perceraian) lebih rentan mengalami masalah kesehatan, atau anak-anak yang berada dalam pengasuhan orang tua yang obesitas. Melakukan intervensi langsung kepada kelompok berisiko memberi keuntungan sebagai berikut: 1. Dapat mencegah penyakit secara bersamasama. Misalnya: menolong seseorang yang memiliki risiko turunan penyakit jantung untuk berhenti merokok dapat mencegah penyakit jantung koroner. 2. Dapat memicu orang dengan risiko yang sama untuk berprilaku sehat. Misalnya: seseorang yang mengurangi asupan garam karena menderita hipertensi, akan memicu orang lain untuk melakukan hal yang sama; dan 3. Dapat mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi risiko sakit. Misalnya: risiko hipertensi bukan hanya disebabkan 4

oleh faktor turunan, tetapi juga oleh pola makan. Namun demikian, terdapat berbagai hambatan dalam melakukan intervensi terhadap kelompok berisiko, antara lain: a. Tidak menerima risiko yang dihadapinya dengan benar. Terdapat anggapan bahwa perilaku tidak sehat yang dilakukannya juga dilakukan orang lain atau suatu hal yang unik. Misalnya: orang yang merokok menganggap perilakunya merupakan hal biasa karena dilakukan oleh banyak orang dan merupakan ciri-ciri kejantanan; b. Tidak mau menjalankan pemeriksaan kesehatan, karena bila ditemukan hasil yang positif akan menimbulkan kekhawatiran dalam dirinya; c. Masalah etika. Intervensi pada orang-orang berisiko dapat menimbulkan isu-isu kontroversial. Misalnya: karena tekanan psikologis yang akan dihadapi, anak perempuan dari seorang ibu yang menderita kanker payudara apakah akan diberitahu risiko yang dihadapi saat ini atau saat ia dewasa? Promosi Kesehatan pada Lansia Tujuan promosi kesehatan pada lansia sesuai dengan kebijakan kesehatan adalah meningkatkan kualitas hidup dan mengontrol belanja kesehatan mereka. Upaya promosi kesehatan pada usia Lansia dilakukan melalui kegiatan: menjaga kesehatan, pola makan seimbang, menjaga aktifitas fisik, mencegah kecelakaan terutama saat berjalan, mengontrol konsumsi alkohol, mengurangi rokok, mengurangi konsumsi obat dengan resep, vaksinasi usia lanjut seperti influensa, dan menjaga keterlibatan sosial. Aktifitas fisik menjaga orang tua agar tetap bergerak, dan tetap dapat melayani dirinya sendiri dengan porsi yang tidak terlalu berat. Berpartisipasi dalam aktivitas sosial, menjalankan tugas-tugas ringan, atau berkebun dapat mengurangi angka kematian. Dukungan sosial merupakan dapat mendorong upaya untuk mengobati diri sendiri (self efficacy). Beberapa lansia mengalami kecanduan alkohol disebabkan masalah usia tua dan kesendirian atau kesepian. Fisiologi tubuh lansia tidak cukup kuat untuk menjalankan metabolisme alkohol. Sehingga mengontrol konsumsi alkohol pada usia lansia merupakan hal yang penting. Penggunaan terapi yang tepat merupakan hal penting bagi lansia. Pada lansia yang tidak memiliki uang, mereka (atau keluarga) akan memangkas biaya pengobatan dengan terapi yang terjangkau namun tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis. Vaksinasi flu bertujuan memberikan kekebalan tubuh terhadap masuknya virus influenza. Influenza merupakan penyakit yang menyebabkan kematian terbesar pada orang tua. 5

Masalah kesehatan lainnya pada lansia adalah depresi. Depresi dapat menyebabkan penurunan aktifitas fisik lansia. Masalah depresi dapat disebabkan oleh rasa kesepian dan rasa terisolasi secara sosial. Upaya promosi kesehatan yang tepat adalah mengupayakan agar lansia tetap dapat bersosialisasi. REFERENSI Sarafino, Edward P. 1990. Health Psychlogy: Biopsychosocial Interactions, 4th edition. John-Willey and Sons. Taylor, Shelley A. 2015. Health Psychology, 9th edition. Los Angeles. Mc-Graw Hill Education. LATIHAN SOAL 1. Manakah yang BUKAN pernyataan benar tentang Promosi Kesehatan: A. Berguna untuk meningkatkan dan mengontrol kesehatan B. Meliputi penerapan perilaku sehat dan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merugikan kesehatan C. Menngobati penyakit D. Dilakukan secara individu dan kolektif 2. Manfaat dari memodifikasi perilaku menjadi lebih sehat antara lain: A. Mengurangi angka kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan B. gaya hidup C. Menambah umur harapan hidup D. Menambah masa waktu seseorang untuk menikmati hidup tanpa gangguan penyakit kronis E. Jawaban A, B, C benar 3. Manakah pernyataan yang benar tentang perilaku sehat (health behavior): A. Perilaku yang dijalankan seseorang untuk meningkatkan kesehatan B. Perilaku yang dijalankan seseorang untuk menjaga kesehatan C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 4. Perilaku sehat yang sudah tertanam dan secara otomatis diterapkan seseorang tanpa sadar, disebut dengan: A. Health belief B. Health habits C. Health behavior D. Health action 5. Pernyataan yang TIDAK TEPAT tentang kebiasaan sehat (health habits) adalah: A. Terbentuk saat anak-anak dan menjadi stabil pada usia 11-12 tahun B. Dapat dipengaruhi oleh orang lain dan bersifat tidak stabil C. Terbentuk saat dewasa usia di atas 20 tahun D. Penerapan kebiasaan sehat tidak ada hubungan dengan penerapan kebiasaan hidup lainnya 6. Contoh kebiasaan sehat yang baik antara lain: 1.... 6

2.... 3.... 4.... 5.... 6.... 7.... 7. Menerapkan kebiasaan sehat yang baik dan menghilangkan kebiasaan yang buruk dapat dilakukan dengan menjalankan: A. Pencegahan sekunder B. Pencegahan tersier C. Pencegahan primer D. Pencegahan primordial 8. Pencegahan primer memiliki prinsipprinsi sebagai berikut KECUALI: A. Melawan risiko penyakit sebelum penyakit tersebut menjadi lebih buruk B. Mencegah lebih baik daripada mengobati C. Menghindarkan dari risiko penyakit D. Mengobati setelah terkena penyakit 9. Strategi yang dilakukan dalam pencegahan primer adalah: A. Membantu individu untuk mengubah masalah kesehatan B. Menjaga agar individu tidak mendapatkan kebiasaan sehat yang buruk untuk pertama kalinya C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 10. Isilah titik-titik pada kalimat di bawah. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menerapkan gaya hidup yang sehat adalah: 1. Faktor... (seperti: usia, status, sosial ekonomi) 2. Faktor... (seperti: budaya) 3.... control 4. Pengaruh... (seperti: teman, keluarga, rekan kerja) 5.... dan... pribadi 6.... yang dirasakan 7. Akses terhadap... 8. Faktor... (seperti: pengetahuan dan kecerdasan) 11. Umumnya kebiasaan sehat yang lebih baik ditunjukkan pada masa berikut ini KECUALI: A. Anak-anak B. Tua C. Dewasa D. Jawaban A dan B benar 12. Pada budaya masyarakat tertentu kegiatan olahraga pada wanita tidak dianjurkan, merupakan contoh hambatan penerapan gaya hidup yang sehat dari faktor: A. Sosio demografis B. Nilai-nilai C. Gejala yang dirasakan D. Kognitif 13. Dalam memandang masalah kesehatan, seseorang umumnya memiliki pandangan: A. Sehat berada dalam pengawasan personal B. Sehat berada dalam pengawasan praktisi kesehatan 7

C. Sehat merupakan masalah yang terjadi secara kebetulan. D. Jawaban A, B, C benar 14. Kebiasaan sehat sangat dianjurkan pada masa usia: A. Anak-anak dan dewasa B. Anak-anak dan tua C. Dewasa D. Dewasa dan tua 15. Faktor emosi turut menghambat seseorang untuk mengubah perilaku sehat. Disamping faktor emosi, hambatan juga disebabkan oleh hal-hal berikut: A. Ketidakstabilan perilaku sehat B. Peran orang tua C. Kesadaran akan perilaku sehat D. Jawaban A, B, C benar 16. Seseorang menolak untuk mengubah gaya hidupnya supaya lebih sehat. Merupakan contoh hambatan perubahan gaya hidup sehat dari faktor: A. Emosi B. Peran orang tua C. Kesadaran akan perilaku sehat D. Ketidakstabilan perilaku sehat 17. Seseorang yang hari ini berhenti merokok, dapat kambuh lagi, serta seseorang yang tidak pernah memakai seat-belt dapat tiba-tiba berubah ketika melihat kecelakaan, merupakan contoh hambatan perubahan perilaku sehat dari faktor: A. Emosi B. Peran orang tua C. Kesadaran akan perilaku sehat D. Ketidakstabilan perilaku sehat 18. Manakah yang BUKAN penyebab perilaku sehat seseorang tidak stabil: A. Kebiasaan sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda B. Perilaku sehat yang sama pada beberapa orang yang berbeda dipengaruhi berbagai faktor C. Faktor pengontrol perilaku sehat dapat berubah selama munculnya perilaku D. Faktor-faktor yang mengontrol perilaku sehat tidak akan berubah sepanjang hidup seseorang 19. Seringkali seseorang baru menyadari pentingnya perilaku sehat pada usia dewasa. Hal ini merupakan contoh hambatan upaya mengubah perilaku sehat karena: A. Faktor emosi B. Ketidakstabilan perilaku sehat C. Peran orang tua D. Kesadaran akan perilaku 20. Kelompok orang-orang yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah kesehatan, disebut: A. Kelompok sakit B. Kelompok sehat C. Kelompok terpapar D. Kelompok berisiko 21. Intervensi langsung kepada kelompok berisiko memberi keuntungan antara lain: A. Dapat mencegah penyakit secara bersamaan 8

B. Dapat memicu orang dengan perilaku yang sama untuk berprilaku sehat C. Dapat mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi risiko sakit D. Jawaban A, B, dan C benar 22. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam melakukan intervensi terhadap kelompok berisiko adalah: A. Tidak dapat menerima risiko yang dihadapinya dengan benar B. Tidak mau menjalankan pemeriksaan kesehatan C. Masalah etika D. Jawaban A, B, C benar 23. Orang yang merokok menganggap perilakunya merupakan hal biasa karena dilakukan oleh banyak orang dan merupakan ciri-ciri maskulinitas. Hal tersebut merupakan hambatan dalam melakukan intervensi kepada kelompok berisiko dalam bentuk: A. Tidak dapat menerima risiko yang dihadapinya dengan benar B. Tidak mau menjalankan pemeriksaan kesehatan C. Masalah etika D. Masalah pendidikan 24. Sesuai kebijakan kesehatan, tujuan promosi kesehatan pada lansia adalah: A. Meningkatkan kualitas hidup B. Mengontrol belanja kesehatan mereka C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 25. Yang BUKAN merupakan upaya promosi kesehatan pada kelompok Lansia adalah: A. Menjaga pola makan seimbang B. Menghindari dari pergaulan sosial C. Menjaga aktifitas fisik D. Mencegah kecelakaan saat berjalan 26. Tujuan upaya menjalankan aktifitas fisik pada lansia adalah sebagai beriktu KECUALI: A. Menjaga agar tetap melakukan gerakan B. Dapat melayani dirinya sendiri C. Agar dapat mengangkat beban yang berat D. Menjaga agar selalu mobile 27. Yang merupakan penyebab depresi pada kelompok penduduk lansia adalah: A. Rasa kesepian B. Rasa terisolasi secara sosial C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 9