BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

dokumen-dokumen yang mirip
MACAM MACAM SAMBUNGAN

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

Pertemuan XI : SAMBUNGAN BAUT

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Sambungan diperlukan jika

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

SAMBUNGAN LAS 6.1 PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Sambungan Tumpu ( Butt Joint ).

Dinding Penahan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P ndahuluan alat sambung

Tegangan Dalam Balok

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

BAB III KONTRUKSI DAN PERHITUNGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

Struktur Baja 2. Kolom

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Gambar 5.1. Proses perancangan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

Konstruksi Baja. AR-2221 Struktur, Konstruksi dan Material

Komponen Struktur Tarik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tekan sebelum terjadi kegagalan (Bowles, 1985).

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING

ELEMEN STRUKTUR TARIK

BAB III LANDASAN TEORI

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

Resume Mekanika Struktur I

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

I. Perencanaan batang tarik

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

A. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

BAB II LANDASAN TEORI

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

Soal :Stabilitas Benda Terapung

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN. Pada konstruksi baja permasalahan stabilitas merupakan hal yang

Gambar 4.1 Terminologi Baut.


TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING )

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING )

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser

Transkripsi:

BAB SAMBUNGAN (JOINT ).1. Sambungan Keling (Rivet) Pada umumnya mesin mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung-sambung menjadi sebuah mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan-jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal dan pesawat terbang. Ada kategori pada pembebanan sambungan keling : Beban Sentris Beban Eksentris 19

a Sambungan Tetap / mati Tidak Tetap / dapat di lepas (buka) Keling (rivet) Las (weld) Pasak (spie) Baut (nut) 1. Beban Sentris (Centrist Load) b D B P P C A Gambar.1 (a). Jenis sambungan (b). Beban sentries pada sebuah sambungan keling 0

Dari gambar diatas, dua buah plat disambung dengan satu deret paku keling. Biasanya dalam perhitungan diasumsikan bahwa seluruh paku keling akan mendapat tegangan yang sama, ya atau tidak..? Yang sebenarnya terjadi, Plat dibagian B dan C akan mengalami perpanjangan yang besar, karena memikul hampir seluruh beban P. Plat dibagian A dan D mengalami perpanjangan yang kecil karena beban yang dipikul relatif kecil. Karena mengalami perubahan panjang yang tidak sama : paku keling yang terletak diujung akan mendapat beban yang paling besar, paku keling berikutnya lebih kecil..1.1. Pemasangan Paku Keling Pada gambar. dibawah ini adalah proses pengerjaan pemasangan paku keling yang terdiri dari beberapa tahap. Gambar. Proses pemasangan paku keling Tidak terlalu berdekatan atau berjauhan jaraknya. d Min. 3 d Jika jarak antar paku yang terlalu besar dapat terjadi buckling. Jarak maksimum biasanya adalah 16 x tebal pelat. 1

Jarak dan pusat paku keling dengan tepi pelat tidak boleh terlalu kecil, sebab dapat terjadi kegagalan..1.. Tegangan tegangan pada Paku Keling Kegagalan yang dapat terjadi pada sambungan keling diantaranya : (a) (b) (c) (d) Geseran pada Tegangan tarik Tekanan pada plat paku keling pada plat Karena sambungan keling banyak dipakai pada ketel dan tangki maka perlu diketahui tegangan yang terjadi pada silinder berdinding tipis yang mendapat tekanan dalam, diameter 10 dinding Analisa tegangan pada silinder berdiding tipis : Asumsi yang digunakan adalah bahwa distribusi tegangan sepanjang tebal dinding adalah sama dan merata. Dari gambar (a).kesetimbangan gaya horizontal : o p sin rd t tegangan pr sin d t o pr( cos t o t t tt pr t t t pr t

dalam arah longitudinal (aksial) : lihat gambar (c) : at( r) r p gaya yang bekerja pada tutup silinder gaya aksial a pr t t l P t t (a) (b) t a P r ( c ) a.1.3. Penggunaan Paku Keling Gambar.3 Tegangan pada silinder berdinding tipis Paku keling / sambungan keling seperti halnya sambungan las dapat juga dipakai untuk : Sebagai sambungan Kekuatan dalam konstruksi baja dan konstruksi logam ringan (konstruksi bertingkat, konstruksi jembatan dan konstruksi pesawat terbang), pada umunya dipakai juga pada konstruksi Mesin. Sebagai sambungan Kedap untuk tangki, cerobong asap plat, pipa penurunan dan pipa pelarian yang tidak memiliki tekanan. 3

Sebagai sambungan Kekuatan Kedap dalam konstruksi Ketel (ketel, tangki dan pipa dengan tekanan tinggi). Sebagai sanbungan Paku untuk kulit plat (konstruksi kendaraan dan pesawat udara). Sebagai pemasangan Bahan Gesek pada kopling dan rem (lapis rem). Dalam banyak kasus, penggunaan paku keling atau sambungan keling dapat diganti dengan sambungan las, karena sambungan keling memerlukan waktu lebih lama, juga komponen las seringkali lebih sederhana sehingga lebih murah digunakan. Pada sisi lain sambungan keling terlihat lebih jauh lebih aman dan mudah untuk dilakukan pengontrolan yang baik (dibunyikan dengan pukulan). Khususnya untuk sambungan logam ringan orang lebih suka menggunakan pengelingan, untuk menghindari penurunan kekuatan disebabkan tingginya suhu seperti karena pengelasan (pengaruh dari struktur pengelasan). Contoh Soal : Diketahui diameter paku keling = 31 mm Plat tebal 19 mm Tebal 13 mm (plat penyambung) C B A 10 mm 10 mm C B A 4

Buatlah perhitungan gaya yang menyebabkan terjadinya kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi. Hitung besarnya efisiensi sambungan jika sambungan ini digunakan pada tangki silindris berdiameter 100 mm, dan tentukan besarnya tekanan dalam yang di izinkan. Kekuatan bahan ; ( baja pelat ) Tarik : ut = 380 N/mm Tekan : uc = 60 N/mm Kekuatan paku : Geser : = 300 N/mm Faktor keamanan yang digunakan = Penyelesaian : (a). Tegangan tarik pada pelat di penampang A A : 380 ( 10 31 mm) x 19 mm 8476 N (b). Geseran pada paku, terdapat 9 penampang yaitu 4 di B B, 4 di C C dan 1 di A A. Luas penampang yang mengalami tegangan geser : A = (31mm) 4 = 74,77 mm 300 x 9 x 74,77 40774,80 N (c). Tekanan paku terhadap plat, di B B dan C C kegagalan terjadi pada plat Utama, di A A terjadi pada plat penyambung. Luas permukaan yang mengalami tekanan adalah : A = 4 x 31 mm x 19 + 31mm x 13 mm = 79 mm B-B dan C-C A A 60 x 79 = 38670 N

(d). Tegangan tarik di B B dan geseran di A A : Luas penampang yang mengalami tegangan tarik, A = (10 mm x 31 mm) x 19 mm A = 81 mm 380 300 (81) + (74,77) 8998, N (e). Tegangan tarik di B B dan tekanan di A A : 380 60 (81) + (31 mm x 13 mm) 6610 N (f). Tekanan di B B dan C C dengan geseran di A A : 60 300 (4 x 31 mm x 19 mm) + (74,77) 3166, N (g). Tegangan tarik pada plat yang tidak berlubang : 380 (10 mm x 19 mm) 30340 N 8476 (h). Efisiensi sambungan = 8,4 % 30340 ( i ). r F 8476 N P = 1,64 r (70 )(10 ) mm 6

. Beban Eksentris (Eccentrics Load) Apabila beban yang bekerja pada sistem paku keling adalah eksentris maka harus diperhitungkan pula pengaruh teori atau momen yang terjadi. Misalkan suatu sambungan keling mendapat momen Pe. Titik O adalah titik berat dari sekelompok paku keling tersebut. e e P/N F1 P/N F1 F P/N R1 F P/N P R3 P/N o P?N R3 F3 F3 P Gaya akibat beban P Gaya Resultan (R) Gaya akibat momen Pe Menentukan titik berat (kesetimbangan) : y A G A4 A3 A = luas penampang paku keling. Luas penampang paku keling A1, A,.tidak perlu sama. y A1 A x x Maka lokasi G (titik berat) adalah ;.(Shigley Jilid 1 Hal. 407) x = ( x. A ) ( x. A ) ( x. A )... 1 1 1 A A A... 3 3 3 1.1 ( y1. A1 ) ( y. A ) ( y3. A3 )... y = A1 A A3... Hubungan antara momen Pe dengan gaya-gaya F1, F, 1. M = Pe = (F1.r1) + (F1.r1) + (F.r) + (F.r) + (F3.r3) + (F3.r3) + 7

Besarnya gaya yang dialami oleh tiap paku keling tergantung pada jaraknya terhadap c.g. : paku yang terletak paling jauh dari c.g mengalami beban yang terbesar sebaliknya paku yang terdekat dengan c.g mengalami beban yang paling kecil, oleh karena itu : F 1 F F3 = = F1 F F3 dari kedua persamaan tersebut diatas, maka : M.r n F n = ---------------------------------------------------------------- r 1 + r 1 + r +r + r 3 + r 3 + r 4 + r 4 8

Soal : 0 Diketahui : diameter paku = 16 mm 10 1 C B 60 O 60 D A P =16 KN 00 Ukuran dalam mm. Tentukan : a. gaya resultan tiap paku keling. b. Tegangan geser maksimum pada paku keling. c. Tekanan maksimum yang disebabkan oleh paku. d. Tegangan lentur kritis pada batang akibat momen. 7 7 0 300 Pembahasan : Titik berat O dari sistem paku keling dapat ditentukan berdasarkan simetris : Fc C FC B FC rc rb FB FB FB M O FD rd V ra FD D A FD FA FA FA 9

V = 16 KN M = 16 x (4) = 6800 N.m ra = rb = rc = rd = r = ( 60) + (7) = 96 mm Gaya geser pada paku karena adanya gaya lintang : V 16 FA = FB = FC = FD = = = 4 KN N 4 Gaya geser pada paku akibat Momen : Mr FA = FB = FC = FD = = 4r M 4 r = 6800 = 17,7 KN 4(96) (a). Gaya-gaya resultan : FA = FB = 1 KN FC = FD = 13,8 KN (b). Paku A dan B memikul gaya yang paling besar : = = F A 1x1000 (16) 4 = 104 MN / m ( c). Oleh karena kanal lebih tipis dari pada pelat Utama, maka tekanan yang terbesar adalah terhadap kanal, luas permukaan yang mendapatkan tekanan : A = td = (10). (16) = 160 mm = F (1).(1000) = A 160 = 131 MN / m (d). Tegangan lentur kritis pada batang terjadi pada penampang yang sejajar dengan sumbu y dan melalui paku-paku A dan B. Pada penampang tersebut momen lentur yang terjadi : 30

M = 16 (300 + 0) = 600 N.m Momen inersia pada penampang ini : I = I batang - ( I batang + (r 1 ) A ) = 1(00) 1 3 1(16) - ( (60) (1)(16 ) ) 1 = 8,6 x 10 6 mm 4 r =60 00 16 1 Maka : = Mc I = (600).(100) (10 3 ) 6 (8,6)(10 ) = 67,8 MN / m 31