PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT LUNDAYEH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 29 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT KEWENANGAN KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 25 TAHUN 2006 T E N T A N G PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 03 TAHUN 2006 BUPATI NUNUKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TENTANG BUPATI NUNUKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 5 TAHUN 2011 SERI : C NOMOR : 4

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR : 10 TAHUN 2000 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNAGI TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR: 522.1/K.309/2001 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR : 16 TAHUN 2000 T E N T A N G KERJA SAMA ANTAR DESA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BUPATI MAGELANG. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2005 Serie : D Nomor : 3 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR : 06 TAHUN 2000 SERI C NO. SERI 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN DESA ELFANUN KECAMATAN PULAU GEBE KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2006 BUPATI NUNUKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

: 1. Pasal 18 ayat 6 dan pasal 18 A ayat 1 UUD 1945 perubahan kedua tahun 2000;

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KOTA BONTANG

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2007 SERI E =================================================================

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

- 1 - BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 21 TAHUN 2002 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN, PEMECAHAN, PENGGABUNGAN, DAN PENGHAPUSAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENERBITAN LEMBARAN DAERAH DAN BERITA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 13 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2000

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

: 1. Undang-undang RI. Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KUTAI BARAT NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PEMERINTAHAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U DAERAH NOMOR 12 TENTANG TAHUN YANG MAHA ESA TUHAN. ketentuan. Menteri. hasil. Daerah Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 05 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 15/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2002 T E N T A N G

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BANJAR DINAS DALAM DESA DAN LINGKUNGAN DALAM KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 6 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, TEMPAT MAKAN DAN JASA BOGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN PEKON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN DAN KANTOR DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN DESA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan Otonomi Daerah dalam era reformasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, telah memberikan wewennang kepada Pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah dibidang hukum pertanahan di daerah; b. bahwa salah satu masalah pertanahan yang muncul adalah tuntutan masyarakat terhadap penguasaan atas tanah hak kolektif masyarakat hukum adat (hak ulayat); c. bahwa dalam upaya memberikan kepastian hukum baik bagi masyarakat, pemerintah maupun pihak ketiga, dipandang perlu membuat pengaturan atas tanah-tanah hak ulayat masyarakat hukum adat dengan menetapkan kriteria yang jelas sebagai pedoman dalam bentuk Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2931); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 8. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3896), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 11. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 40 Seri E Nomor 21); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 25 Tahun 2003 tentang Izin Usaha Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 44 Seri E Nomor 23); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 27 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan Lindung (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 45 Seri E Nomor 24); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 33 Tahun 2003 tentang Izin Lokasi (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 55 Seri E Nomor 29); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 34 Tahun 2003 tentang Pemberdayaan, Pelestarian, Perlindungan dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat Dalam Wilayah Kabupaten Nunukan (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 56 Seri E Nomor 30);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 40 Tahun 2003 tentang Prosedur Pemberian Izin Kegiatan di Bidang Perkebunan di Kabupaten Nunukan (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 62 Seri E Nomor 36). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NUNUKAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Nunukan. 2. Kabupaten adalah Kabupaten Nunukan. 3. Kabupaten Nunukan adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999. 4. Bupati adalah Bupati Nunukan. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nunukan. 6. Dinas Pertanahan adalah Dinas Pertanahan Kabupaten Nunukan. 7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertanahan Kabupaten Nunukan. 8. Masyarakat Hukum Adat (adatrechtsgemeenschap) adalah kesatuan-kesatuan kemasyarakatan yang bersifat tetap, mempunyai kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri, mempunyai kesatuan hukum, kesatuna penguasa, kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya.

9. Hak atas tanah menurut Hukum Adat terdiri atas Hak Ulayat (hak kolektif) dan Hak Perseorangan. 10. Hak Ulayat (hak kolekitf) ialah hak atas tanah, hutan dan perairan yang meliputi kesatuan lingkungan hidup, yang dikelola oleh kesatuan penguasa menurut hukum adatnya berdasarkan hak bersama bagi semua anggota masyarakat hukum adat. 11. Hak Perseorangan adalah hak yang dimiliki oleh seseorang untuk menguasai dan mengambil manfaat yang dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. 12. Tanah Ulayat adalah bidang tanah yang berada dalam lingkup hak ulayat suatu masyarakat hukum adat tertentu. 13. Hutan Ulayat adalah kawasan hutan yang berada dalam lingkup hak ulayat suatu masyarakat hukum adat tertentu. 14. Tanah Adat adalah tanah yang dikuasai secara perorangan yang penguasaannya diatur dan ditetapkan berdasarkan hukum adat. 15. Tanah Negara adalah tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. 16. Peta dasar pendaftaran tanah adalah peta dasar yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah yang menjadi dasar pembuatan peta pendaftaran. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan hak ulayat masyarakat hukum adat. BAB III KRITERIA MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN SUBYEK HAK ULAYAT Bagian Pertama Kriteria Masyarakat Hukum Adat Pasal 3 (1) Kriteria masyarakat hukum adat adalah :

a. adanya sekelompok masyarakat yang memiliki intgritas, teratur, dan bertindak sebagai satu kesatuan yang terikat dan tunduk pada tatanan hukum adatnya; b. adanya struktur lembaga sendiri yang memiliki kewenangan untuk mengadakan aturan-aturan yang diakui dan ditaati oleh warganya; c. adanya kekayaan masyarakat hukum adat tersendiri yang terpisah dari kekayaan masing-masing warganya; dan d. adanya wilayah tertentu yang merupakan wilayah kekuasaan masyarakat hukum adat yang bersangkutan. (2) Pemenuhan seluruh kriteria masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan syarat keberadaan suatu masyarakat hukum adat. Pasal 4 Masyarakat hukum adat yang memenuhi semua kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1), harus diakui keberadaannya. Pasal 5 Pengakuan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 4, meliputi pengakuan atas pengaturan, penguasaan dan penggunaan hak ulayat atas (tanah, hutan dan perairan) dalam wilayah masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Bagian Kedua Subyek Hukum Hak Ulayat Pasal 6 Subyek hukum hak ulayat adalah Masyarakat Hukum Adat. BAB IV KRITERIA KEBERADAAN DAN OBYEK HAK ULAYAT Bagian Pertama Kriteria Keberadaan Hak Ulayat Pasal 7 (1) Kriteria keberadaan Hak Ulayat masyarakat Hukum Adat, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 5 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:

a. terdapat sekelompok orang yang masih terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu masyarakat hukum adat tertentu, yang mengakui dan menerapkan ketentuan-ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari; b. terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga masyarakat hukum adat tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-hari; dan c. terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan dan pengguanaan tanah ulayat yang berlaku dan ditaati oleh para warga masyarakat hukum adat tersebut. (2) Pemenuhan seluruh kriteria hak ulayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, merupakan syarat keberadaan hak ulayat masyarakat hukum adat. Bagian Kedua Obyek Hak Ulayat Pasal 8 (1) Obyek Hak Ulayat meliputi tanah, hutan dan perairan yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat, tidak termasuk kandungan bahan tambang yang ada di dalamnya. (2) Bahan tambang yang termasuk di dalam wilayah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat terhadap penguasaan dan pengurusannya dilakukan berdasarkan pada ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. BAB V PENENTUAN KEBERADAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN HAK ULAYAT Pasal 9 (1) Penentuan keberadaan masyarakat Hukum Adat dan Hak Ulayat masyarakat Hukum Adat di Kabupaten Nunukan didasarkan atas kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 dan Pasal 7 Peraturan Daerah ini. (2) Penentuan dan penetapan keberadaan Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat akan diatur dengan Peraturan Daerah Tersendiri.

Pasal 10 (1) Hak ulayat yang dinyatakan masih ada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, akan dipetakan dalam peta dasar pendaftaran tanah. (2) Pelaksanaan pemetaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan oleh Dinas Pertanahan bersama-sama dengan Kantor Pertanahan. Pasal 11 (1) Hak perorangan dan badan hukum atas tanah yang diperoleh berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang terdapat dalam wilayah hak ulayat masyarakat hukum adat tetap diakui keberadaannya. (2) Pengakuan atas hak perorangan dan badan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dinyatakan dalam peta dasar pendaftaran tanah. BAB VI PENGUASAAN ATAS TANAH HUTAN DAN PERAIRAN Pasal 12 (1) Bidang-bidang tanah, kawasan hutan dan perairan yang dikuasai oleh sekelompok masyarakat yang tidak memenuhi kriteria sebagai masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Daerah ini, penguasaannya dapat berupa tanah hak adat, hutan adat, hutan negara atau tanah negara. (2) Bidang-bidang tanah dan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat merupakan hak-hak adat yang bersifat perseorangan atau hak perseorangan yang diwariskan kepada sekelompok ahli waris secara tidak terbagi-bagi. (3) Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, hutan dan perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), diatur sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Hak ulayat masyarakat hukum adat yang dinyatakan masih ada berdasarkan Peraturan daerah ini, diakui sepanjang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 dan 7 Peraturan Daerah ini. Pasal 14 (1) Hak ulayat masyarakat hukum adat yang dinyatakan sudah tidak memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Daerah ini, tidak menghapus hak-hak yang ada pada masyarakat Hukum Adat. (2) Hak-hak Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap penguasaan, penggunaan dan pemanfaatannya dapat dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2).

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nunukan. Ditetapkan di Nunukan pada tanggal 01 Juni 2004 BUPATI NUNUKAN, ttd H. ABDUL HAFID ACHMAD Diundangkan di Nunukan pada tanggal 01 juni 2004 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NUNUKAN ttd Drs. H. BUDIMAN ARIFIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2004 NOMOR 06 SERI D NOMOR 20