BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary dalam penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB V HASIL PENELITIAN. penelitian ini dilakukan studi preelimenery dengan mengunakan hewan coba yang

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. 1,2 Hiperglikemia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 300 juta. Jumlah tertinggi penderita diabetes mellitus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

Pemberian Ekstrak Etanol Daun Salam Untuk Menurunkan Ekspresi Laminin Mesangial Tikus Sprague Dawley DM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB I PENDAHULUAN. dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat. World health organisation

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pembuatan ekstrak etanol Morinda citrifolia L dengan cara mengekstrak

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih

BAB IV HASIL PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

NASKAH PUBLIKASI POTENSI ANTIDIABETIK EKSTRAK ETANOL MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L) PADA TIKUS DIINDUKSI DIABETES DENGAN ALOKSAN

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

Transkripsi:

73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh data yang tepat maka digunakan tikus SD yang sudah menjadi DM, EEDS dengan dosis yang sesuai dan identifikasi zat bioaktif yang terkandung dalam EEDS yang digunakan. Tikus SD dibuat DM dengan induksi STZ dosis 40 mg/kgbb secara ip. Kriteria DM yang dipakai pada penelitian ini adalah GDS 200 mg/dl.hasil pengukuran kadar GDS pada hari ke2, ke-4 dan ke-6 setelah induksi menunjukkan bahwa baik untuk tikus yang dipuasakan maupun yang tidak dipuasakan kadar GDS meningkat dan mencapai 200 mg/dl mulai hari ke 2 setelah induksi. Kadar GDS stabil pada 200 mg/dl sampai hari ke 6 setelah induksi. Berdasarkan hasil ini, maka untuk penelitian ini ditentukan tikus yang diinduksi STZ dosis 40 mg/kgbb akan mencapai DM hari ke 4 setelah induksi. Hal ini sesuai dengan data pustaka yang menyebutkan bahwa pemberian STZ dosis 60 mg/kgbb proses autoimun yangmengakibatkan kerusakan sel ß Langerhans pankreas dan akan memunculkan gejala klinik DM dalam waktu 2 sampai 4 hari.stz merupakan senyawa diabetogenik yang akan membuat degenerasi sel ß Langerhans pancreas dan penurunan sekresi insulin yang diperlukan untuk metabolism karbohidrat. 36

74 Pemberian STZ dosis 40-60 mg/kgbb secara iv dan ip akan menginduksi DM tipe 1 (IDDM). 38 Pada tikus DM akan terjadi peningkatan sntesa kolagen mesangial glomerulus karena kadar glukosa darah yang meningkat.. Terhadap tikus SD DM diberikan EEDS secara oral untuk menurunkan ekspresi kolagen mesangial. Diharapkan pemberian EEDS akan menurunkan kadar glukosa darah tikus DM sehingga terjadi penurunan ekspresi kolagen mesangial. Pada uji pendahuluan dipakai dosis berdasarkan penelitian sebelumnya di mana EEDS diberikan pada mencit, dan pada dosis 2,62 mg/20 grbb dan 5,24 mg/20 gbb mampu menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna. 14 Berdasarkan perhitungan menggunakan faktor konversi dosis dari mencit ke tikus maka pada uji ini tikus diberikan EEDS pada tikus SD DM yang dibagi menjadi 3 kelompok dosis yaitu 18,1 mg/200 grbb, 36,2 mg/200 grbb dan 72,4 mg/200 grbb selama 15 hari dan diukur kadar GDS pada hari ke 16 dan dibandingkan dengan kelompok kontrol. EEDS yang digunakan dibuat dari maserasi 455 gr serbuk kering dalam 6500 ml etanol 70%. Hasil pengukuran kadar GDS sebelum pemberian EEDS dan setelah pemberian EEDS menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar GDS ( dari 493±116,21 menjadi 508,00 ± 117,37), demikian pula pada semua kelompok perlakuan yang diberi EEDS terjadi peningkatan kadar GDS stelah pemberian EEDS. Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan karena EEDS pada dosis ini belum dapat menurunkan kadar GDS tikus DM. Berdasarkan hasil ini maka untuk menurunkan kadar GDS tikus DM pemberian EEDS harus ditingkatkan jumlahnya dengan cara membuat EEDS dengan kadar yang lebih

75 tinggi dan dosis dinaikkan. Pada penelitian ini digunakan EEDS dengan cara 700 gr serbuk kering daun salam dimaserasi dalam 4500 ml etanol 70% dan dosis dinaikkan 2 kalinya menjadi 150 mg/ 200 grbb, 300 mg/ 200 grbb dan 450 mg/ 200 grbb. Dengan peningkatan dosis ini diharapkan dapat menurunkan kadar GDS tikus DM dan menurunkan ekspresi kolagen mesangial. Salah satu kandungan dari daun salam adalah glikosida flavonoid yang mempunyai aktivitas antioksidan sehingga diharapkan mampu menghambat pembentukan ROS pada kondisi DM dengan menangkap radikal hidroksil sehingga dapat mencegah aksi diabetogenik. 14 Hasil identifikasi zat bioaktif menghasilkan data bahwa EEDS yang digunakan pada penelitian ini mengandung senyawa alkaloid, saponin, quinon, fenolik, triterpenoid, steroid dan flavonoid. Hasil uji aktifitas antioksidan dengan metode difenilpikril hidrasil (DPPH) pada ekstrak etanol daun salam yaitu IC 50 = 89.627, konsentrasi senyawa antioksidan yang terkandung dalam daun salam memyebabkan lebih dari 50% DPPH mengalami penurunan karakter radikal bebas lebih besar dari vitamin C yaitu IC 50 = 7.587. Berdasarkan hasil pengujian ini diharapkan EEDS pada penelitian ini dengan kandungan flavonoid dan aktivitas antioksidannya akan dapat menghambat pembentukan ROS dan menghambat kerusakan pancreas dan ginjal sehingga akan menurunkan kadar GDS tikus DM dan ekspresi kolagen mesangial. 6.2. Pemberian EEDS untuk menurunkan ekspresi kolagen mesangial Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus Sprague dawley jantan yang dibuat DM dengan induksi STZ 40 mg/kgbb secara ip, dan dibagi menjadi

76 kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diberi EEDS yang dibuat dengan maserasi 700 gr serbuk daun salam kering dalam 4500 ml etanol 70% dan didaptkan ekstrak kental sebanyak 45,12 gram. Kelompok perlakuan dibagi menjadi 3 kelompok dosis yaitu 150 mg/ 200grBB (P1), 300 mg/200 grbb (P2) dan 450 mg/ 200 grbb (P3). EEDS diberikan selama 15 hari setelah tikus mencapai DM dan GDS diukur sebelum pemberiaan EEDS ( pre EEDS) dan setelah pemberian EEDS (post EEDS). Pada hari ke 16 setelah pengukuran kadar GDS dan HbA1c dilakukan pengambilan ginjal untuk selanjutnya diproses menjadi preparat IHC dan diamati ekspresi kolagen mesangial baik untuk kelompok control maupun kelompok perlakuan. Pengukuran kadar GDS pada hari ke 4 setelah induksi STZ menunjukkan bahwa semua hewan coba mencapai kadar GDS 200 mg/dl, sehingga sudah memenuhi kriteria DM. Kadar GDS ini disebut juga sebagai kadar GDS pre EEDS. Selain pengukuran kadar GDS pre EEDS, untuk menentukan pencapaian DM, pada hari ke 16 atau setelah pemberian EEDS selesai, dilakukan pengukuran kadar HbA1c. HbA1c adalah hemoglobin yang terglikasi pada 1 atau 2 n-terminal valin dari rantai b molekul hemoglobin tetramer. HbA1c merupakan fraksi utama dari Hb yang terikat glukosa yang pada keadaan normal jumlahnya dalam darah rendah. Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa darah dan masa hidup eritrosit. 20,21 Kadar HbA1c 6,5% (48 mmol/mol) merupakan cut of point untuk diagnosis DM. 18,19 Hasil pengukuran kadar HbA1c pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar HbA1c paling rendah ada pada kelompok P3 ( 4,8±0,9) dan tertinggi pada kelompok K (5,8±1,6). Nilai median untuk kelompok

77 K adalah 6,3 kelompok P1 5,7 kelompok P2 5,15 dan kelompok P3 4,50. Kadar HbA1c yang terukur ini tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi DM tikus pada awal penelitian, karena pengukuran dilakukan 15 hari setelah tikus mengalami DM,, sementara kadar HbA1c selain tergantung pada glukosa darah, tergantung juga pada masa hidup eritrosit dan merupakan control kadar glukosa darah selama 12 bulan. Selama penelitian terdapat 4 ekor tikus mengalami drop out (DO) yaitu 2 ekor pada kelompok P1, 1 ekor pada kelompok P2 dan 1 ekor pada kelompok P3. Kematian 4 ekor hewan ini diduga karena pengaruh perlakuan tetapi belum dapat dipastikan apakah disebabkan karena pengaruh EEDS yang menyebabkan toksisitas terhadap organ tertentu, karena tidak dilakukan pembedahan dan pengamatan organ pada tikus-tikus yang mati. Hasil pengukuran kadar GDS sebelum dan sesudah pemberian EEDS menunjukkan bahwa untuk kelompok kontrol kadar GDS meningkat pada hari ke 16. Pada semua kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar GDS, terutama pada kelompok P2 (dosis 300 mg/ 200grBB) dari kadar (356,50±155,97) gr/dl menjadi (271,75±141,94) gr/dl. Seperti ditampilkan pada gambar 8, grafik boxplot kelompok P2 mencapai median kadar GDS pos EEDS paling rendah dibanding kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa EEDS dapat menurunkan kadar glukosa darah. Kemampuan menurunkan kadar glukosa darah ini mengindikasikan EEDS mampu menurunkan ekspresi kolagen mesangial karena penelitian terdahulu melaporkan bahwa sel mesangial yang dikultur pada media tinggi glukosa (30mM/l) menunjukkan akumulasi

78 peningkatan jumlah kolagen tipe IV, sehingga dengan turunnya kadar glukosa diharapkan pula akan terjadi penurunan ekspresi kolagen mesangial. 4 Pada kelompok P3 dengan dosis EEDS yang lebih tinggi dibanding P2 kadar GDS post EEDS nya lebih tinggi dibanding P2. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor faktor di dalam tubuh yang belum diketahui sehingga sistem di dalam tubuh memberikan respon yang membuat pemberian EEDS dosis >300 mg/200 grbb menghasilkan penurunan kadar glukosa yang lebih sedikit dibanding dosis 300 mg/200 grbb. Pengamatan ekspresi kolagen dilakukan setelah organ ginjal semua hewan coba diambil pada hari ke 16 atau setelah pemberian EEDS selesai, dan diproses untuk pembuatan preparat IHC dan diamati ekspresinya dengan mikroskop cahaya perbesaran 200x. Penilaian ekspresi kolagen dinyatakan dalam Allred Score yang merupakan penjumlahan dari skor intensitas dan skor proporsi. Hasil analisis statistic nonparametric Kruskal wallis menunjukkan adanya perbedaan bermakna untuk proportion score dan allred score pada 4 kelompok penelitian, sementara terhadap intensity score tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada 4 kelompok penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ekspresi kolagen lebih ditentukan oleh proporsinya dibandingkan oleh intensitasnya. Data proportion score dan Allred Score terukur menunjukkan bahwa ekspresi kolagen mesangial kelompok kontrol lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan. Hal ini sesuai dengan kondisi kadar GDS sebelum dan sesudah pemberian EEDS, dimana kelompok kontrol mengalami kenaikan kadar GDS

79 pada hari ke 16 dan kelompok perlakuan mengalami penurunan GDS. Kelompok P3 dengan dosis EEDS yang lebih besar mempunyai ekspresi kolagen yang lebih rendah disbanding P2, karena kadar GDS kelompok P3 lebih tinggi disbanding P2. Glukosa darah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ekspresi kolagen. Pada kondisi DM, hiperglikemia menyebabkan terjadinya penebalan membran basalis glomerulus dan ekspansi mesangial akibat akumulasi protein matriks ekstra seluler ( ECM) seperti fibronektin, laminin dan kolagen tipe IV. 3 Penelitian in vitro membuktikan bahwa sel mesangial glomerulus yang dikultur pada media tinggi glukosa (30mM/l) menunjukkan akumulasi peningkatan jumlah protein ECM fibronektin, laminin dan kolagen tipe IV. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan sintesis protein ECM dan kadar mrna. 4 Kultur sel mesangial pada media glukosa 30 mmol/l selama 4 minggu yang diperiksa dengan metoda ELISA menunjukkan jumlah peningkatan protein ECM. Fibronektin dan laminin meningkat hampir 60% sementara kolagen tipe IV meningkat 50%. 3 Sementara kultur sel mesangial pada media glukosa 10mMol/l selama 1 minggu menunjukkan peningkatan akumulasi fibronektin, laminin dan kolagen. 23 Selain glukosa darah, kenaikan ekspresi kolagen dipengaruhi juga oleh menurunnya jumlah insulin. Pada penelitian ini induksi STZ menyebakan kerusakan sel ß Langerhans pancreas yang berakibat menurunnya jumlah sekresi insulin. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa sel mesangial yang ditumbuhkan pada media tanpa insulin memproduksi kolagen tipe IV lebih tinggi disbanding komposisi matriks sel mesangial normal. 5

80 Ekspresi kolagen mesangial yang ditampilkan pada tabel 8 dan gambar11 menunjukkan bahwa kelompok perlakuan menunjukkan Allred score yang lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pemberian EEDS mampu menurunkan ekspresi kolagen mesangial, sesuai dengan kemampuannya menurunkan glukosa darah. Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita diabetes mellitus memicu terjadinya proses proses glikasi lipid dan protein yang mengakibatkan peningkatan AGE (advanced glycation end-product). Interaksi AGE dengan RAGE (Receptor for advanced glycation end-product) akan meningkatkan produksi ROS (Reactive oxygen species) intraseluler. 27 Penumpukan AGE pada berbagai jaringan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi. Ginjal merupakan tempat metabolism AGE sekaligus lokasi akumulasi AGE dan kerusakan akibat AGE. AGEs meningkatkan sintesis fibronektin, laminin dan kolagen tipe IV yang mengakibatkan sklerosis glomerulus, fibrosis dan hipertrofi ginjal. 23 EEDS dengan kandungan flavonoidnya mampu berfungsi sebagai antioksidan sehingga mampu menghambat pembentukan ROS dengan menangkap radikal hidroksil pada DM sehingga mengurangi ekspansi mesangial glomerulus khususnya dengan menurunkan ekspresi kolagen yang merupakan salah satu komponen ECM. Penurunan GDS dan ekspresi kolagen pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pemberian EEDS selama 15 hari mampu menghambat pembentukan ROS sehingga mengurangi terjadinya stress oksidatif sehingga dapat memperbaiki fungsi pancreas maupun fungsi ginjal.

81 Pada gambar 12, grafik boxplot memperlihatkan bahwa median ekspresi kolagen kelompok perlakuan berada di bawah median skor ekspresi kolagen kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan skor ekspresi kolagen terendah ditunjukkan pada kelompok P2, yaitu 4,0±1,16. Kelompok P1 menunjukkan skor ekspresi kolagen di atas P2 dan di bawah P2. Skor ekspresi kolagen kelompok perlakuan paling tinggi adalah pada kelompok P3 yaitu 5,3±0,50. Hasil uji statistik terhadap data skor ekspresi kolagen menunjukkan perbedaan skor pada 4 kelompok penelitian, dan terdapat perbedaan yang bermakna antara skor ekspresi kolagen kelompok kontrol dengan P2. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian EEDS dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM dan dosis yang paling sesuai adalah 300 mg/200 gr BB. 6.3. Keterbatasan penelitian Keterbatasan penelitian adalah tidak diketahui apakah EEDS memberikan efek toksik pada organ-organ tertentu karena tidak dilakukan pembedahan dan pengamatan organ terhadap tikus yang mengalami drop out. Perbedaan ekspresi kolagen mesangial tikus DM sebelum dan sesudah pemberian pemberian EEDS tidak dapat diketahui karena untuk melihat ekspresi kolagen harus dilakukan pengambilan organ ginjal dan diproses IHC sehingga tidak mungkin dapat dilakukan sebelum penelitian selesai.