Uji Organoleptik Teh Kombucha Dari Berbagai Jenis Teh dan Waktu Fermentasi Yang Berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
IV. Hasil dan Pembahasan

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBUCHA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrien untuk menumbuhkan bakteri yang diinginkan. Pembuatan kombucha, teh

Fermentasi teh menggunakan campuran kultur campur bakteri dan khamir sehingga diperoleh cita rasa asam dan terbentuk lapisan nata Bahan lain

2014 STUDI OPTIMASI PEMBUATAN KOMBUCHA DARI EKSTRAK TEH HITAM SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari seduhan tanaman teh ( Camelia sinensis ). Secara umum teh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

1. PROSPEK TEH HIJAU SEBAGAI INDUSTRI HILIR TEH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu berusaha untuk tetap sehat dan panjang umur dalam

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG TERBEBANI KOLESTEROL SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

BAHAN DAN METODA. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

PENGARUH GRADE TEH HIJAU DAN KONSENTRASI GULA STEVIA (Stevia rebaudiana bertoni M.) TERHADAP KARAKTERISTIK SIRUP TEH HIJAU (GREEN TEA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

AGUSTIN WULANDARI A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB III BAHAN DAN METODE

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PRODUKSI SEDIAAN KOMBUCHA DARI DAUN PERMOT (Passiflora foetida L) SECARA FERMENTASI. Herwin, Rachmat Kosman, Iswan Siami

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ORGANOLEPTIK KOMBUCHA DAUN KELOR DENGAN LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI DAUN KELOR YANG BERBEDA

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

STUDI KINETIKA FERMENTASI PADA TEH KOMBUCHA. Martina Andriani Fakultas Pertanian, Jurusan: Teknologi Hasil Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret

PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Proses Pembuatan Madu

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

V. LANDASAN TEORI ALAT DAN BAHAN. 1 Panci. 2 Singkong. 3 Kompor. 4 Ragi tape. 5 Ayakan Tepung. 6 Daun pisang. 7 Nampan. 8 Kantong plastik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

Transkripsi:

Uji Organoleptik Teh Kombucha Dari Berbagai Jenis Teh dan Waktu Muh. Nasir, St. Rahmadani Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk mengetahui pengaruh jenis teh yang digunakan terhadap mutu teh kombucha (kombucha tea) yang dihasilkan; dan (2) untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi yang dilakukan terhadap mutu teh kombucha (kombucha tea) yang dihasilkan. Dalam penelitian ini digunakan tiga varians teh yaitu (1) teh celup sari wangi, (2) teh serbuk Goalpara (Teh Perbawati), dan (3) teh Bunga Rosella. Masing-masing teh diberikan starter kombucha kemudian difermentasi selama 7 hari dan 10 hari. Selanjutnya dilakukan uji organoleptic dengan 5 skala hedonic, yaitu amat sangat suka, suka, agak suka, netral, dan tidak suka. Masing- masing skala hedonic tersebut memilik angka numeric berturutturut 4, 3, 2, 1, dan 0. Jenis uji organoleptic yang dilakukan meliputi warna, aroma, dan rasa. Uji organoleptic dilakukan terhadap masyarakat umum termasuk ahli tataboga. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa baik dari segi warna, aroma, dan rasa, tingkat kesukaan panelis paling tinggi adalah pada jenis teh rosella, kemudian teh serbuk Goalpara (teh perbawati), kemudian yang terakhir adalah teh celup (sari wangi). Selain itu kualitas teh kombucha yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh lama fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai teh kombucha yang difermentasi selama 7 hari dibandingkan dengan yang 10 hari. Kata Kunci: Teh Kombucha, Uji organoleptic, Fermentasi PENDAHULUAN Teh (Camellia sinensis(l.) O. Kuntze) termasuk kedalam famili Tehaceae, kelas Dicotyledone dan genus Camellia (Eden, 1965). Tanaman teh berasal dari daerah subtropis pada 250LU - 350LS dan 950BT - 1050 BT yang terletak diantara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh juga memiliki syarat tumbuh sebagaimana tumbuhan yang lain. Ketinggian optimum untuk tanaman teh adalah 700-1200 m di atas permukaan laut, sebagaimana yang terlihat di beberapa perkebunan teh di Jawa barat. Tanaman teh yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 1200 m di atas permukaan laut akan menghasilkan produksi optimum setelah tanaman berumur 10 tahun. Kondisi iklim yang mendukung akan mempengaruhi mutu daun teh. Tanaman teh memerlukan curah hujan tahunan sekitar 2000 mm-2 500 mm dan suhu harian berkisar 13 0 C - 15 0 C. Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk siang hari tidak kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1992). Komponen utama yang terkandung dalam daun teh adalah kafein (dulu disebut sebagai tehine), tannin (flavanols), 6 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

tehophylline, tehebromine, lemak, wax, saponin, minyal esensial, katekin, karotin, Vitamin C dalam jumlah besar, juga mengandung vitamin A, B1, B2, B12 dan P, seng, elemen-elemen lain seperti molybdenum dan fosfor, juga masih ada 300 zat tambahan, sebagian darinya merupakan aroma alami (Fulder, 2004). Kandungan kafein, tannin, minyak atsiri dan beberapa senyawa lain inilah yang berpengaruh terhadap kualitas teh kering yang dihasilkan, khususnya terhadap rasa dan aroma (Loo, 1982). Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Kandungan tannin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman mutu, karena tannin memberikan kemantapan rasa (Winarno, 2002). Tanin tidak dapat mengkristal, dengan air membentuk larutan koloidal yang bereaksi dengan asam, rasa sepat serta dapat mengendapkan larutan gelatin, alkaloid dan protein yang tahan terhadap enzim (Tyler, et all, 1988). Di dalam teh terdapat katekin dan epikatekin yang teresterifikasi dengan asam galat. Katekin teh merupakan flavanoid yang termasuk ke dalam kelas flavanol. Jumlah atau kandungan katekin ini bervariasi untuk masing-masing jenis teh. Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. Hampir semua sifat produk teh termasuk di dalamnya rasa, warna, dan aroma, secara langsung maupun tidak, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin ini (Hartoyo, 2003). Komposisi kimia daun teh dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Minuman kombucha diduga berasal dari Cina. Sejak tahun 221 SM, orang-orang Cina sudah menganggap kombucha sebagai minuman berbahan teh yang bisa membuat kehidupan kekal, sehinga mereka memberi nama minuman ini tea of immortality. Dari negeri Cina, penyebaran kombucha mengikuti jalur perdagangan dan akhirnya tersebar ke berbagai penjuru dunia (Naland, 2004). Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut (Wagiyono: 2003) Melalui penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui pengaruh jenis teh yang digunakan terhadap mutu teh kombucha (kombucha tea) yang dihasilkan; (2) Untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi yang 7 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

dilakukan terhadap mutu teh kombucha (kombucha tea) yang dihasilkan. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium mikrobiologi PT. Alaska Dwipa Perdana, desa Segarongan Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya sampel difermentasi sesuai dengan variasi hari yang diinginkan, yaitu fermentasi selama 7 hari dan 10 hari. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Panci 2. Kompor 3. Botol Kaca 4. Karet gelang 5. Kain steril 6. Gelas ukur 7. Gelas kimia 8. Air 9. Teh celup sari wangi 10. Teh serbuk Goalpara (Teh Perbawati) 11. Teh Bunga Rosella 12. Korek api 13. Starter Kombucha C. Langkah Kerja Langkah-langkah pembuatan kombucha adalah sebagai berikut: 1. Melakukan sterilisasi peralatan dan botolbotol kaca yang digunakan untuk pengemasan teh kombucha. 2. Masak air hingga mendidih untuk membuat larutan teh seperti yang dilakukan sehari-hari. Timbang 6 gram teh dimasukkan ke dalam 600 ml air panas. Kemudian didiamkan selama 10-15 menit. 3. Melakukan penyaringan ampas teh yang dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan ampas teh dengan air seduhan. 4. Melakukan pencampuran ekstrak teh yang telah dibuat dengan gula pasir, yaitu 60 gram untuk 600 ml ekstrak teh. 5. Setelah dilakukan penyaringan dan pencampuran, seduhan teh dituangkan ke dalam wadah dengan permukaan yang luas terlebih dahulu, lalu diamkan hingga suhunya tidak terlalu panas dan kemudian ditutup dengan kain yang rapat, dengan tujuan agar serangga, debu atau polutan lainnya tidak bisa masuk, namun udara bisa mengalir dengan bebas. 6. Penambahan starter (berupa lapisan selulosa yang di dalamnya mengandung mikroba kombucha), sebelum starter 8 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

digunakan biarkan terlebih dahulu kurang lebih 30 menit berada di udara bebas. 7. Setelah dingin, masukkan teh ke dalam botol kaca yang telah disterilkan kemudian tutup dengan kain bersih lalu Ikat dengan menggunkakan karet gelang. 8. Melakukan fermentasi pada suhu ruangan, dengan variasi waktu yang berbeda-beda, yaitu 7 hari dan 10 hari. 9. Selanjutnya pemisahan dan penyaringan, yaitu pemisahan lapisan selulosa yang terbentuk dari seduhan teh fermentasi dan disimpan dalam wadah lainnya. 10. Seduhan teh hasil fermentasi disaring supaya bersih dari residu fermentasi. Teh kombucha siap dikonsumsi. Sebaiknya sebelum dikonsumsi dan disimpan produk tersebut dipanaskan dahulu, supaya tidak terjadi fermentasi lanjutan. 11. Melakukan hal yang sama untuk setiap jenis teh dengan pengulangan sebanyak 3 kali. D. Uji Organoleptik Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal suka dapat mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu tidak suka dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan agak suka, terdapat tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka (neitehr like nor dislike). Dalam penelitian ini digunakan uji kesukaan dengan 5 skala hedonic sebagai berikut : Tabel 1. Skala Hedonic Uji Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik Amat Sangat Suka 4 Suka 3 Agak Suka 2 Netral 1 Tidak Suka 0 (Wagiyono,2003) ANALISIS DATA Dalam penelitian ini analisis data diperlukan untuk membandingkan respon panelis ahli dan panelis umum tentang mutu dari masing-masing variasi teh kombucha yang telah dibuat. Data yang diperoleh kemudian dibuat dalam bentuk data kuantitatif yang kemudian dihitung skor rata-rata masing-masing variasi sampel. 9 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

HASIL PENELITIAN Berikut ini gambaran proses yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian uji organoleptic beberapa variasi teh kombucha. Gambar 4. Proses penimbangan bahan Gambar 1. Proses pencucian dan sterilisasi botol kaca Gambar 5. Jamur Kombucha Gambar 2. Persiapan botol steril dan alat timbangan analitik Gambar 6. Proses pembuatan teh kombucha Gambar 3. Macam-macam teh untuk pembuatan teh kombucha Gambar 7. Proses fermentasi teh kombucha 10 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

Gambar 8. Pemanenan Kombucha yang difermentasi selama 7 hari Gambar 9. Pemanenan Kombucha yang difermentasi selama 10 hari Gambar 10. Beberapa Contoh Proses Uji Organoleptik Tabel 2. Hasil pengamatan skor rata-rata dari setiap variasi sampel kombucha Lama Fermentasi 7 Hari 10 Hari Jenis Jenis Teh Pengujian S1 S2 S3 Warna 2.35 2.4 2.95 Aroma 1.9 2.25 2.8 Rasa 2.35 2.3 3.4 Warna 2.3 2.5 2.65 Aroma 1.85 1.8 2.3 Rasa 2.3 2.45 3.2 Keterangan : S1 = Teh celup sariwangi S2 = Teh serbuk Goalpara (teh perbawati) S3 = Teh Rosella Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa jenis teh dan lama waktu fermentasi mempengaruhi kualitas kombucha, yaitu berupa rasa, aroma, dan warna. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing jenis teh memiliki ciri khas masing-masing baik dari segi warna, aroma, dan rasa, sehingga ketika difermentasi pun akan memberikan variasi yang berbedabeda. Berdasarkan analisis data di atas, dapat dilihat bahwa baik dari segi warna, aroma, dan rasa, tingkat kesukaan panelis paling tinggi adalah pada jenis teh rosella, kemudian teh serbuk Goalpara (teh perbawati), kemudian yang terakhir adalah teh celup (sari wangi). Hal ini disebabkan karena teh rosella memiliki warna yang menarik, aroma khas bunga yang disukai, dan rasa kombucha rosella yang segar dan tidak terlalu manis. Dari beberapa survey, penggunaan bunga rosella dalam makanan dan minuman memang sudah sejak dahulu dikembangkan, karena menarik minat konsumen. Di India barat dan tempat-tempat tropis lainnya, kelopak segar rosela digunakan untuk pewarna dan perasa dalam membuat anggur rosela, jeli, sirup, gelatin, minuman segar, puding dan cake. Kelopak rosella yang berwarna cantik dapat ditambahkan pada salat untuk mempercantik 11 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

warnanya. Kelopak rosella dapat juga dimasak sebagai pengganti kubis (Maryani dan Kristiana 2005 dalam Winarti 2010). Selain itu kualitas teh kombucha yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh lama fermentasi, karena selama proses fermentasi tersebut banyak reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya. Data di atas menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai teh kombucha yang difermentasi selama 7 hari dibandingkan dengan yang 10 hari. Hal ini disebabkan karena seiring dengan semakin lama proses fermentasi, maka terjadi peningkatan senyawa kimia seperti asam asetat yang bersifat volatil menghasilkan aroma kuat dan menusuk serta beraroma asam, sedangkan rasa asam yang dihasilkan asam glukonat lembut. Serta berkurangnya rasa manis pada teh kombucha akibat berkurangnya dalam larutan, yang telah digunakan oleh jamur kombucha sebagai sumber nutrisi. Proses fermentasi dimulai ketika kultur mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO 2, kemudian bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Glukosa berasal dari inversi sukrosa oleh khamir menghasilkan glukosa dan fruktosa. Acetobacter sebagai bakteri utama dalam kultur kombucha mengoksidasi etanol menjadi asetaldehid lalu kemudian menjadi asam asetat. Aktivitas biokimia yang kedua dari bakteri Acetobacter adalah pembentukan asam glukonat yang berasal dari oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi gluosa dan fruktosa oleh khamir. Pada pembuatan etanol oleh khamir dan selulosa oleh A. xylinum, glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam asetat, sebagian besar fruktosa dimetabolis menjadi asam asetat dan sejumlah kecil asam glukonat. Bakteri asam laktat juga menggunakan glukosa untuk mensintesis selulosa mikroba. Fruktosa masih tertinggal sebagian dalam media fermentasi dan diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana oleh mikroorganisme sehingga dapat digunakan sebagai substrat fermentasi. Kultur dalam waktu bersamaan juga menghasilkan asamasam organik lainnya. Bakteri A. xylinum mengubah gula menjadi selulosa yang disebut nata/pelikel dan melayang di permukaan medium. Jika nutrisi dalam medium telah habis dikonsumsi, kultur akan berhenti tumbuh tetapi tidak mati. Kultur akan aktif lagi jika memperoleh nutrisi kembali. Bakteri asam asetat memanfaatkan etanol untuk tumbuh dan memproduksi asam asetat. Adanya asam asetat menstimulasi khamir untuk memproduksi etanol kembali. Interaksi simbiosis ini ditemukan pada Glukonobacter dan S. cerevisiae. Konsentrasi asam asetat dalam 12 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

kombucha hanya meningkat sampai batas tertentu lalu mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pemanfaatan asam asetat lebih lanjut oleh A. xylinum ketika jumlah gula dalam media teh mulai habis. Penurunan kadar asam ini juga dikarenakan fermentasi etanol oleh khamir juga mengalami penurunan dikarenakan ph yang sangat rendah serta mulai habisnya gula dalam larutan. Senada dengan pendapat Harris dan Karmas (1989) bahwa pada minuman fermentasi kandungan gula akan sangat menurun selama proses fermentasi. Hal yang sama dinyatakan oleh Suprapti (2003) bahwa fermentasi yang dilakukan dalam waktu yang lama maka rasa manis akan berkurang karena gula yang ada sudah terfermentasi. Perombakan gula selama fermentasi oleh mikrobia fermentative terjadi dengan mengubah komposisi kimianya menjadi asam, alcohol dan CO 2. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa kualitas kombucha dipengaruhi pula oleh jenis teh dan lama fermentasi yang dilakukan. Jenis teh dan lama waktu fermentasi mempengaruhi kualitas kombucha, yaitu berupa rasa, aroma, dan warna. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing jenis teh memiliki ciri khas masing-masing baik dari segi warna, aroma, dan rasa, sehingga ketika difermentasi pun akan memberikan variasi yang berbedabeda. Berdasarkan analisis data di atas, dapat dilihat bahwa baik dari segi warna, aroma, dan rasa, tingkat kesukaan panelis paling tinggi adalah pada jenis teh rosella, kemudian teh serbuk Goalpara (teh perbawati), kemudian yang terakhir adalah teh celup (sari wangi). Hal ini disebabkan karena teh rosella memiliki warna yang menarik, aroma khas bunga yang disukai, dan rasa kombucha rosella yang segar dan tidak terlalu manis. Selain itu data menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai teh kombucha yang difermentasi selama 7 hari dibandingkan dengan yang 10 hari. Hal ini disebabkan karena semakin lama fermentasi, maka semakin banyak senyawasenyawa kimia yang disintesis, yaitu senyawa yang memberikan efek aroma yang menyengat dan rasa asam. DAFTAR PUSTAKA Fulder, S. 2004. Kasiat Teh hijau. Terjemahan T.R. Wilujeng. Jakarta : Prestasi Pusaka Publisher. Hartoyo, A., 2003. Teh dan Kasiatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius. Loo, T.L., 1982. Penunutun Praktis Mengelola Teh dan Kopi Jakarta : Kinta. 13 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015

Naland, H. 2004. Kombucha Teh Ajaib Pencegah dan Penyembuh Aneka Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka. 14 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4 Nomor 1 April 2015