Laporan Pemantauan Jaksa Terhadap Integritas Jaksa Selama Proses Peradilan. Oleh Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) FH UI

dokumen-dokumen yang mirip
JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

Resume Kinerja Kejaksaan Republik Indonesia 1

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DASAR HUKUM PEMBERHENTIAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERPRES NO 18 TAHUN 2011

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Kata kunci: Pencabutan keterangan, terdakwa. AKIBAT HUKUM TERHADAP PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DI PENGADILAN 1 Oleh: Efraim Theo Marianus 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

ALUR PERADILAN PIDANA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERLINDUNGAN HAK- HAK TERSANGKA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN

BAB III ANALISIS HAK MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM BAGI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 56 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

BAB V PENUTUP. 1. Urgensi Peran Penasihat Hukum dalam Mendampingi Terdakwa Kasus. Narkotika pada Proses Pemeriksaan di Pengadilan

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

Sepanjang 2017, KY Terima Laporan Masyarakat

Toddy Anggasakti dan Amanda Pati Kawa. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

Putusan Sela Daud Sihombing Tanggal 14 Juni 2004

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

APA ITU CACAT HUKUM FORMIL?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Laporan Pemantauan Jaksa Terhadap Integritas Jaksa Selama Proses Peradilan A. Pendahuluan Oleh Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) FH UI Koalisi Pemantauan Jaksa yang terdiri dari Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) FH UI, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH-J), Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Solidaritas Masyarakat untuk Transparansi (Somasi) NTB, Perkumpulan Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat (Piar) NTT serta Anti Corruption Committe (ACC) Makassar, melakukan pemantauan terhadap kinerja Jaksa baik selama ataupun sebelum persidangan. Koalisi Pemantauan Jaksa melakukan pemantauan selama setahun lebih sejak bulan November 2013 hingga Desember 2014. Ruang lingkup pemantauan yang dilakukan di tiap Pengadilan Negeri (PN) di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Makassar. Kolaborasi MaPPI bersama lembaga lain dikarenakan adanya kesamaan pandangan untuk melakukan penelitian dan pemantauan terkait prinsip fair trial di persidangan. Kegiatan penelitian maupun pemantauan persidangan ini dilengkapi dengan temuan di pra persidangan,paska persidangan, maupun perilaku Jaksa. Metode yang digunakan dengan cara memantau proses persidangan secara langsung, dengan pemilihan perkaranya yaitu Pidana Umum dan Pidana Korupsi dengan menggunakan metode random sampling ataupun memilih perkara-perkara tertentu yang menarik perhatian masyarakat. Dalam melakukan pemantauan tersebut, para pemantau diberikan form pemantauan untuk diisi dan dicatat. Kemudian hasil pemantauan tersebut dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan hasil temuan-temuan yang didapat. Salah satu objek dalam kegiatan pemantauan ini adalah adanya penyimpangan terhadap penerapan hukum acara pidana dan integritas prilaku yang dilakukan Jaksa selama persidangan. Temuan-temuan tersebut dijadikan suatu data statistik untuk dianalisa lebih lanjut. Hasil analisis tersebut untuk melihat berapa banyak adanya penyimpangan yang terjadi, kemudian hasil analisis data tersebut akan memperkuat analisis kualitatif terkait kesenjangan antara hukum di dalam peraturan dengan hukum dalam praktiknya. B. Hasil Temuan Pemantauan MaPPI bersama rekan-rekan LSM lainnya memantau sebanyak 392. Pemantauan tersebut dilakukan pada 13 Pengadilan Negeri (PN) di 6provinsi, yaitu DKI Jakarta (PN Jakarta Utara, PN Jakarta Timur, PN Jakarta Selatan, PN Jakarta Barat dan PN Jakarta Pusat), Banten (PN Tangerang), Jawa Barat (PN Bekasi), Nusa Tenggara Timur (PN Kefamenanu, PN Kupang, PN Soe dan PN Oelamasi), Nusa Tenggara Barat (PN Mataram dan PN Praya) dan Sulawesi Selatan (PN Makassar dan PN Sungguminasa). Pemantauan tersebut dilakukan terhadap perkara-perkara pidana umum dan pidana khusus. Perkara yang paling banyak dipantau merupakan perkara narkotika, dimana terdapat 146 persidangan yang dipantau.

Dari 392 pemantauan, terdapat 199 pemantauan yang ditemukan adanya penyimpangan. Berarti 50,8 % kasus yang dipantau masih ditemukan Jaksa-Jaksa yang melakukan pelanggaran baik secara etik maupun pelaksanaan hukum acara pidana. Persentase terbanyak terjadi di PN Bekasi, Makassar dan Sungguminasa yang 100 persennya terjadi adanya penyimpangan. Berikut rincian dari temuan pemantauan yang dilakukan Kategori DKI Jakarta Tangerang Jawa Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Jumlah kasus 283 9 3 18 71 8 Terjadi pelanggaran 111 7 3 9 61 8 terjadi 172 1-9 10 - pelanggaran N/A - 1 - - - - Tabel 1.1 Tabel Jumlah Pelanggaran DKI Jakarta menjadi wilayah yang paling banyak ditemukan pelanggaran, tercatat terdapat 111 pelanggaran yang ditemukan. Salah satu faktor banyaknya ditemukan pelanggaran di DKI Jakarta, karena total persidangan yang dipantau juga lebih banyak dibandingkan dengan pemantauan di daerah lain. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Jaksa ada beragam, setidaknya dari kegiatan pemantauan ini, kami mengidentifikasi ada 15 bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Jaksa. Penghitungan jumlah pelanggaran didapat bukan berdasarkan jumlah persidangan yang dipantau, melainkan berdasarkan jumlah pelanggaran yang dilakukan Jaksa di tiap persidangan. Sehingga memungkinkan di dalam 1 (satu) persidangan bisa terdapat lebih dari satu kali pelanggaran yang ditemukan. Berdasarkan data yang ditemukan, bentuk pelanggaran yang sering ditemukan adalah tidak menawarkan bantuan hukum kepada Terdakwa, sebanyak 60 pelanggaran. Terdakwa sebenarnya memiliki hak atas penasehat hukum yang tidak dapat dibantah dan diperdebatkan lagi. hanya diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan UU Bantuan Hukum, hak untuk mendapat... pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum bahkan diatur dalam konstitusi Indonesia. 1 Terpenuhinya hak ini merupakan kriteria untuk tercapainya sistem peradilan pidana di Indonesia yang taat asas, terutama asas keseimbangan. Berdasarkan asas keseimbangan, penegakan hukum pidana perlu menyimbangkan antara perlindungan 1 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, Pasal 28 D ayat (1).

ketertiban masyarakat dengan harkat dan martabat manusia (tersangka/terdakwa). 2 Selain itu, pemenuhan Hak Atas bantuan hukum juga sebagai tanggung jawab negara dalam mewujudkan equality before the law, acces to justice, dan fair trial. 3 Selain hak untuk mendapatkan bantuan hukum, pelanggaran yang yang banyak dilakukan oleh Penuntut Umum adalah tidak memberikan askes dokumen perkara sebelum persidangan dimulai. Contoh bentuk pelanggaran ini, ketika persidangan sudah dimulai, pihak Terdakwa sama sekali tindak mendapatkan salinan mengenai surat Dakwaan serta berkas berkaranya. Dari hasil pemantauan yang dilakukan, terdapat 44 pelanggaran terhadap 95 kasus yang dipantau pada proses pembacaan surat dakwaan. Padahal jika mengacu pada ketentuan 143 ayat (4) KUHAP, sudah jelas mengatur bahwa Penuntut Umum wajib memberikan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan kepada Tersangka atau pihak penasehat hukumnya, ketika surat pelimpahan perkara disampaikan kepada Pengadilan Negeri. 4 Implikasi hukum dari tidak diberikannya surat dakwaan kepada pihak Terdakwa, mengurangi akses Terdakwa untuk mengetahui informasi mengenai perkara yang didakwakan kepadanya. Akibatnya persiapan Terdakwa untuk melakukan pembelaan menjadi tidak maksimal. Apalagi jika ternyata surat dakwaan yang dibuat Jaksa ternyata tidak sesuai dengan syarat formil dan materiil, sehingga merugikan kepentingan Terdakwa untuk melakukan pembelaan. Menurut Yahya Harahap, setiap surat dakwaan yang merugikan kepentingan Terdakwa untuk melakukan pembelaan, dianggap batal demi hukum. 5 Selain dilanggarnya prosedural hukum acara, kedua pelanggaran tersebut juga merupakan suatu pelanggaran etik. Dengan tidak memberitahukan informasi mengenai hak atas bantuan hukum serta salinan surat dakwaan dan berkas perkara, maka Penuntut Umum melakukan pelanggaran terhadap Pasal 5 butir G Kode Etik Jaksa. Karena secara etik Penuntut Umum wajib memasikan agar Tersangka/korban mendapatkan informasi sesuai ketentuan undangundang yang berlaku. Selain kedua pelanggaran yang disebut di atas, hasil pemantauan menemukan pelanggaranpelanggaran lainnya. Berikut data lebih rinci terkait hasil pemantauan di persidangan. Temuan Akses dokumen perkara (tidak diberikan, diberikan DKI Jakarta Banten Jawa Barat NTT NTB Sulawesi Selatan Total 33 4 0 4 0 3 44 2 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hlm. 38. 3 Julius Ibrani ed., Laporan Hasil Monitoring Implementasi Undang-Undang Bantuan Hukum, (Jakarta: YLBHI, 2014), Hlm. 15. 4 Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Ps. 143 ayat (4) 5 M. Yahya Harahap, op cit, Hlm. 392

sesudah sidang dan tidak lengkap)* Alat bukti (tidak membawa, hanya BAP 15 0 0 1 0 0 16 Penyidik dan saksi mahkota) Jaksa tidak siap (tidak membawa surat dakwaan dan 7 0 0 0 1 1 9 melakukan pembuktian) Merubah surat dakwaan 0 0 0 2 0 0 2 Pembacaan dakwaan dan tuntutan (suara 17 0 0 14 0 3 34 tidak jelas dan terburu-buru) Pemerasan, negosiasi dan 7 2 3 2 1 0 15 intimidasi* Saksi (tidak kompeten, sedarah, diluar 8 0 0 1 2 1 12 BAP dan tidak dihadirkan) disiplin (hadir terlambat, lupa jadwal, keluar 4 0 0 0 1 1 6 masuk dan berbicara dengan hakim) menerapkan 2 0 1 0 0 0 3 diversi* menggali fakta dan memberikan pernyataan 3 0 0 1 0 0 4 yang tidak sesuai menghormati sidang 14 0 0 0 1 5 20 teliti 3 0 0 4 6 0 13

dalam menyusun surat dakwaan dan tuntutan* Penyiksaan oleh penyidik* 0 1 0 0 0 0 1 menawarkan PH* 37 3 0 17 0 3 60 Ket: (*) pelanggaran yang terjadi ketika proses pre-trial Tabel 1.2 Tabel Jumlah dan Bentuk Pelanggaran Jaksa Dari temuan-temuan pelanggaran, dapat dilihat terdapat 15 bentuk pelanggaran. Dalam menentukan tindakan-tindakan tersebut berupa pelanggaran, dilihat dari peraturan yang dilanggar beserta implikasi atas perbuatan yang dilakukan. Berikut penjelasan secara detail dari pelanggaran-pelanggara yang ditemukan. Beentuk Pelanggaran Akses dokumen perkara (tidak diberikan, diberikan sesudah sidang dan tidak lengkap)* Alat bukti (tidak membawa, hanya BAP Penyidik dan saksi mahkota) Aturan KUHAP/Undang- Undang yang dilanggar ketentuan Pasal 143 ayat (4) KUHAP, dimana Tersangka/kuasanya/Penasehat Hukumnya berhak disampaikan surat pelimpahan perkara serta surat dakwannya bersamaan dengan surat-surat tersebut ketika dilimpahkan ke PN sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP, dimana dalam menjatuhkan pidana sekurang-kurangnya dua alat bukti, dan ketentuan Pasal 1 butir 27 KUHAP menjelaskan bahwa Saksi merupakan pihak yang melihat, mendengar dan mengalami peristiwa tindak pidana secara langsung. Aturan Kode Etik yang Dilanggar ketentuan Pasal 5 butir G Kode Etik Jaksa, dimana Jaksa wajib memastikan Tersangka/korban mendapatkan informasi sesuai ketentuan undangundang yang berlaku ketetnuan Pasal 5 butir a, bahwa Jaksa dalam melaksanakan tugasnya wajib menjunjung tinggi integritas dan profesionalitas. Implikasi Hukum Agar hak tersangka untuk membuat pembelaan menjadi maksimal jika tidak diberikan sejak sebelum persidangan. Saksi Penyidik merupakan saksi yang berpotensi adanya konflik kepentingan, karena menurut Putusan MA Nomor 1531/K/Pid.Sus/2010 Saksi penyidik mempunyai kepentingan agar perkaranya

Jaksa tidak siap (tidak membawa surat dakwaan dan melakukan pembuktian) Merubah surat dakwaan Pembacaan dakwaan dan tuntutan (suara tidak jelas dan terburu-buru) Merubah surat dakwaan ketika persidangan sudah dimulai melanggar ketentuan pada Pasal 144 KUHAP, dimana perubahan surat dakwaan bisa dilakukan selambat-lambatnya seminggu sebelum persidangan dimulai ketetnuan Pasal 5 butir a, bahwa Jaksa dalam melaksanakan tugasnya wajib menjunjung tinggi integritas dan profesionalitas ketetnuan Pasal 5 butir a, bahwa Jaksa dalam melaksanakan tugasnya wajib menjunjung tinggi dimenangkan di pengadilan. Sehingga objektifitas sebagai saksi akan diragukan. Persidangan tidak akan berjalan jika Jaksa tidak membawa surat dakwaan serta tidak siap melakukan pembuktian. Kesalahan ini akan berakibat sidang ditunda, dan hak Terdakwa untuk mengetahui apa yang didakwakan dan dibuktikan kesalahnnya menjadi terganggu. Selain itu, sikap seperti ini menujukan tidak profesional Jaksa dalam menjalankan tugasnya, karena sudah menjadi kewajiban Jaksa untuk melakukan pembacaan dakwaan dan pembuktian di hari yang sudah ditentukan oleh Hakim. Esensi sidang terbuka untuk umum, masyarakat perlu mendengar isi dari persidangan.

Pemerasan, negosiasi dan intimidasi* Saksi (tidak kompeten, sedarah,dan tidak dihadirkan) disiplin (hadir terlambat, lupa jadwal, keluar masuk dan berbicara dengan hakim) menerapkan diversi* ketentuan Pasal 12 butir e UU Nomor 20 Tahun 2001, melakukan pemaksaan terhadap seseorang untuk melakukan sesuatu Berdasarkan Pasal 185 ayat (7) keterangan saksi yang tidak disumpah harus diperkuat dengan keterangan saksi lain. Aturan Undang-Undang Sistem Peradilan Anak Pasal 42 Ayat (1) UU SPPA, Penuntut Umum Wajib Mengupayakan Diversi Paling Lama 7 Hari Setelah Menerima Berkas Perkara integritas dan profesionalitas. ketentuan Pasal 7 ayat (1) Kode Etik Jaksa, yaitu meminta keuntutngan terhadap pihak lain serta melakukan penekanan secara fisik dan psikis ketetnuan Pasal 5 butir a, bahwa Jaksa dalam melaksanakan tugasnya wajib menjunjung tinggi integritas dan profesionalitas ketentuan Pasal 5 butir g, jaksa wajib memastikan terdakwa, korban/ keluarga mendapatkan informasi dan jaminan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. Perbuatan melakukan pemerasan, negosiasi dan intimidasi terhadap Terdakwa/korban merupakan perbuatan koruptif. Hal ini akan berimplikasi terhadap objektifitas penanganan perkara. Ketika saksi yang tidak kompeten dihadirkan, nilai pembuktiannya sebagai saksi tidak ada, karena harus diperkuat dengan keterangan saksi lainnya. Ketika hanya saksi tidak kompeten seringkali dihadirkan, menjadi pertanyaan dari kualitas pembuktian Jaksa. Merusak Citra Dari Kejaksaan Sebagai lembaga yang profesional. Proses peradilan yang dilakukan tidak sesuai dengan amanat UU SPPA merupakan bentuk dari pelanggaran Nilai dari SPPA yang menyelesaikan penyelesaian melalui nilai-nilai. Perlu adanya

menggali fakta dan memberikan pernyataan yang tidak sesuai menghormati sidang teliti dalam menyusun surat dakwaan dan tuntutan* Pasal 218 KUHAP, (1) Dalam ruang sidang siapapun wajib menunjukan sikap hormat kepada pengadilan. (2) Siapapun yang disidang pengadilan bersikap tidak sesuai dengan martabat pengadilan dan tidak mentaati tata tertib setelah mendapatkan peringatan dari hakim ketua sidang atas perintahnya yang bersangkutan dapat dikeluarkan dari ruang sidang. (3) dalam hal pelanggaran ini masuk kedalam tindak pidana maka dapat dilakukan penuntutan terhadap pelakunya. Dapat terjadi Cacat Materil dan Formil didalam Dakwaan yang melanggar pasal 143 ayat (2) KUHAP. ketentuan Pasal 5 butir a, jaksa wajib memastikan terdakwa, korban/ keluarga mendapatkan informasi dan jaminan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. ketentuan Pasal 5 butir a, jaksa wajib memastikan terdakwa, korban/ keluarga mendapatkan informasi dan jaminan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. peraturan pelaksana teknis di Kejaksaan menyangkut diversi Dakwaan yang dibuat jaksa tidak terbukti dengan sah dan meyakinkan. Kualitas tuntutan yang dihasilkan tidak akan baik. Dapat dikeluarkan dari ruang sidang, dan tidak melanjutkan proses persidangan. Persidangan dapat berjalan tanpa adanya jaksa didalam proses persidangan. Hal ini akan mengurangi kemampuan dari jaksa untuk membuktikan dakwaan. Serta memperlihatkan rendahnya profesionalitas jaksa. Bila kesalahan ini terjadi didalam dakwaan maka dapat membuat dakwaan menjadi Obscuur Libele ( Cermat, Jelas, Lengkap) Terhadap dakwaan yang Obscuur Libele Hakim dapat tidak menerima dakwaan tersebut dan membatalkan putusan tersebut. Yurisprudensi :

Penyiksaan oleh penyidik* menawarkan PH* Mekanggar Pasal 52 KUHAP Terdakwa dalam memberikan keterangan harus dalam keadaan bebas. Pasal 56 KUHAP, Terdakwa wajib didampingi oleh penasehat hukum bagi terdakwa. ketentuan Pasal 7 butir f, Jaksa dilarang merekayasa fakta hukum dalam penanganan perkara ketentuan Pasal 5 butir g, jaksa wajib memastikan terdakwa, korban/ keluarga mendapatkan informasi dan jaminan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. 600K/PID/1982 membatalkana surat dakwaan yang kabur. Dakwaan yang dibuat tidak berdasarkan fakta yang ada, dakwaan disusun dari proses penyidikan yang salah, terdakwa harus dibebaskan dan tidak boleh dilakukan proses persidangan lanjutan. Hal ini diperkuat didalam Putusan Mahkamah Agung : 600/K/Pid/2009, 1875/K/Pid/2011. 2026/K/Pid/2011 Menyatakan tindakan yang dilakukan Penyidik dalam mendapatkan alat bukti keterangan terdakwa ataupun keterangan saksi melalui serangkai kekerasan tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran hak asasi dari terdakwa. Merupakan pelanggaran Hak dari Terdakwa, maka proses persidangan tidak dapat diterima dan harus dilakukan pemeriksaan ulang sesuai dengan hak yang telah diberikan didalam KUHAP. Menurut Surat Edaran Mahkamah Agung No. 7 Tahun 2012 : Apabila pidana diatas 5 tahun dan ketika di berikan

hak terdakwa masih menolak maka putusan tidak bermasalah. Bila ternyata hasil tersebut merupakan paksaan dari pihak diluar dari terdakwa persidangan harus di Ulang menurut hukum acara KUHAP. Tabel 1.3 Tabel Implikasi dari Pelanggaran-Pelanggaran Jaksa Penuntut Umum C. Rekomendasi Dari temuan hasil pemantauan, dapat dilihat masih 50 % lebih dari total perkara yang dipantau masih terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh Jaksa. Pelanggaran-pelanggaran yang didapat tidak hanya melanggar ketentuan perundang-undangan dan kode etik, namun juga memiliki impilkasi hukuk kepada proses persidangan maupun hak bagi korban/terdakwa. Oleh karena itu, Koalisi Pemantau Jaksa menyampaikan beberapa rekomendasi terkait hasil pemantauan ini, yaitu Jaksa Agung serta Jaksa Agung Muda Pengawasan perlu menindak lanjut dari hasil temuan di kegiatan pemantauan ini. Perlu adanya sanksi yang tegas terhadap jaksa-jaksa yang seringkali melakukan pelanggaran etik maupun hukum acara. Perlu adanya kolaborasi aktif antara Jaksa Pengawas dengan lembaga-lembaga masyarakat sipil di tiap daerah. Hal ini perlah dilakukan oleh Komisi Yudisial (KY) dengan membentuk jejaring posko pemantau peradilan di tiap daerah, untuk melakukan fungsi pengawasan. Perlu adanya peraturan teknis di Kejaksaan menyangkut diversi di sistem peradilan pidana anak.