BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai untuk mendapatkan modal yaitu dengan melalui pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Di era sekarang ini investasi dan pasar modal sudah tidak asing lagi bagi

BAB I PENDAHULUAN. lokal dan sisanya merupakan perusahaan penanaman modal asing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia

Daftar Populasi Sampel Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI selama Periode Populasi Kode Nama Perusahaan

I. PENDAHULUAN. Situasi perekonomian yang tidak menentu dan sulit diramalkan dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas. didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu kegiatan yang menggunakan metode yang. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada sektor riil di tingkat lokal, karena kekuatan akumulasi modal

METODE PENELITIAN. Secara umum, jenis penelitan terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Farmasi yang Tercatat di BEI No.

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. misi tersebut merupakan pernyataan tertulis tentang tujuan-tujuan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan biaya atau dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun pembiayaan dari

I. PENDAHULUAN. Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang didirikan harus memiliki tujuan yang jelas. Harjito dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 PERUSAHAAN FARMASI (SAMPEL PERUSAHAAN)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perekonomian yang terus berkembang, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perusahaan yang menjadi obyek penelitian dalam skripsi ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perekonomian di Indonesia mengalami. akan mengakibatkan terjadinya perubahan untuk memiliki harapan akan

BAB I PENDAHULUAN. Competitiveness Index Sejak tahun 2005, daya saing Indonesia telah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. keuangan (Ruky, 1999: 22). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dananya pada suatu perusahaan, hal ini berarti investor memiliki harapan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada pemegang saham, kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

MEIDI PRATAMA Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang serta mampu menghadapi persaingan. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri disebut profitabilitas (Sartono,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara, karena pasar modal memiliki fungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

ARTIKEL ILMIAH OLEH: YANIWATI NIM:

... Hubungi Kami : Kinerja 25 TOP GROUP PERUSAHAAN FARMASI di Indonesia, Beserta Laporan Keuangannya. Mohon Kirimkan. eksemplar.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan bisnisnya agar tetap berjalan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan terhadap capital (capital preservation). Kedua, investasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. akan menginvestasikan dananya pada tingkat pengembalian (return) sesuai

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian utama pemerintah. Akses memperoleh penanganan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

BAB I PENDAHULUAN. (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal. Salah satu instrumen di pasar modal yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku ekonomi di Indonesia, khususnya bagi mereka yang membutuhkan

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

Tabel Kondisi Perkembangan Kebijakan Hutang (DER) pada Perusahaan Sektor Farmasi periode DVLA INAF KAEF KLBF MERK PYFA

BAB I PENDAHULUAN. ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi pada saat ini pertumbuhan perekonomian berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan kelebihan dana (surplus funds) yang dimilikinya dan tidak hanya. atau memulai suatu usaha saja, dan seterusnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

Reni Susanti Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran jawa timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal. Pasar modal merupakan sarana untuk menghimpun

ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi keuangan. Dalam fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia usaha berada dalam lingkungan persaingan yang berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. ikut serta dalam kepemilikan saham suatu perusahaan. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pasar modal dapat menjadi salah satu sarana untuk menambah modal

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan merupakan hambatan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

Adapun kriteria perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, public authorities, maupun swasta. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Industri farmasi merupakan industri yang menyediakan ataupun memproduksi obat-obatan ataupun bahan baku pembuatan obat. Industri ini memiliki andil yang sangat besar terhadap kualitas kesehatan dalam suatu negara. Hal ini senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Maura Linda, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang mengungkapkan bahwa industri farmasi (produksi obat dan vaksin) memiliki peran yang strategis dan penting untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta mempengaruhi ketahanan nasional. (www.biofarma.co.id, Agustus 2014) Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1799/Menkes/XII/2010, Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi. Adapun menurut SK Menkes RI No. 245//Menkes/SK/V/1990, persyaratan untuk memperoleh izin usaha antara lain : a. Merupakan badan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi. b. Memiliki rencana investasi. c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) d. Wajib memenuhi persyaratan (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB sesuai dengan ketentuan SK Menkes No.43/Menkes/SK/II/1988 e. Industri farmasi obat jadi dan bahan baku, wajib mempekerjakan secara tetap sekurang-kurangnya dua orang apoteker warga negara Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu sesuai dengan CPOB. 1

f. Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Produk utama dari industri farmasi di Indonesia adalah obat-obatan. Jenis obat-obatan yang diproduksi oleh perusahaan farmasi di Indonesia meliputi obat generic, obat nama dagang (branded generic), obat lisensi dan obat tradisional/jamu (herbal medicine). Sedang menurut cara distribusi atau ijin peredarannya, obat-obatan di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori sebagai berikut : a. Daftar Obat G : dimana pemakaian obat harus dengan resep dokter b. Daftar Obat W : pemakaian umum tetapi peredarannya terbatas, dan c. Daftar Obat Umum : penjualan dan pemakaian secara umum. Perusahaan yang terdaftar pada sub-sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia sendiri ini antara lain : 1. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk.(DVLA) 2. PT.Indofarma (Persero) Tbk. (INAF) 3. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) 4. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) 5. PT. Merck Tbk. (MERK) 6. PT. Pyridam Farma Tbk. (PYFA) 7. PT. Schering Plough Indonesia Tbk. (SCPI) 8. PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) 9. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. (SQBB) 10. PT. Tempo Scan Pasific Tbk. (TSPC) Sumber : www.idx.co.id (diakses tanggal 20 Februari 2014) 1.2. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal. Pasar modal memegang peranan penting bagi kebelangsungan 2

perekonomian negara. Hal ini dikarenakan pasar modal dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Salah satu produk yang dipasarkan di pasar modal adalah saham. Para investor, selaku penanam modal tentu saja mengharapkan imbal hasil dari penanaman modal tersebut. Menurut Fahmi (2012:86) keuntungan memiliki saham adalah investor dapat memperoleh dividen dan memperoleh capital gain. Capital gain sendiri adalah keuntungan yang diperoleh pada saat saham yang dimilik tersebut di jual kembali pada harga yang lebih mahal. Kemudian untuk penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada harga saham dikarenakan tidak semua perusahaan selalu memberikan dividen setiap tahun. Tabel 1.1 Perkembangan Industri Farmasi (dalam milliar) 2009 2010 2011 2012 2013 PMA 1183.1 793.4 1467.4 2769.8 3142.28 PMDN 5850.1 3266 2711.9 5069.5 8886.4 Sumber: data sekunder yang telah diolah Berdasarkan tabel 1.1. mengenai perkembangan industri farmasi, nilai investasi, baik yang berasal dari investor dalam negeri dan luar cenderung fluktuatif. Namun secara umum mulai tahun 2009-2013 nilai investasi mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa investor, baik dalam negeri ataupun luar negeri mulai meyakini bahwa industri farmasi memiliki potensi mendatangkan keuntungan di masa yang akan dating. Pemerintah Indonesia selaku pembuat kebijakan juga turut mendorong perkembangan sektor farmasi ini. Hal ini berdasarkan fakta dikeluarkannya kebijakan dari pemerintah berupa Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) melalui Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Sistem Asuransi Kesehatan Nasional. Dengan kebijakan ini tentu saja membuka peluang industri farmasi untuk mengembangkan serta lebih mengoptimalisasikan pangsa pasarnya. Tentu saja membutuhkan tambahan investasi dari para investor. Industri farmasi nasional mulai bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi 3

ASEAN yang akan diselenggarakan akhir tahun 2015. Hal ini tentu saja memaksa perusahaan farmasi nasional untuk mengembangkan pangsa pasar dan teknologi mereka agar bisa bersaing dengan perusahaan farmasi asing. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan farmasi membutuhkan tambahan dana untuk segera mempersiapkan diri. Menurut Sharpe et al dalam Fahmi (2012:11) karena umumnya investor menginginkan menempatkan investasi pada perusahaan yang bersifat profitable maka perlu kita pahami apa saja yang menyebabkan suatu perusahaan memiliki keuntungan dan bertahan dalam persaingan. Secara umum, suatu keuntungan perusahaan yang tahan lama dalam persaingan bisa datang dari salah satunya perusahaan yang memiliki paten dan rahasia-rahasia. Perusahaan yang dimaksudkan adalah perusahaan yang bergerak di sektor farmasi. Kemudian, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementrian Kesehatan, 96% bahan baku obat (BBO) masih didatangkan dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri farmasi dalam negeri. Hal ini menunjukkan potensi pasar obat di Indonesia belum dibarengi kemandirian memproduksi BBO. BBO sendiri adalah bahan yang diproses dan dikemas untuk kemudian menjadi obat jadi yang siap dipasarkan dan dikonsumsi. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antara para stake holder yang saling mendukung dan berkomitmen kuat untuk mendorong tumbuhnya farmasi dalam memroduksi BBO. Berdasarkan peluang dan kenyataan yang ada, pasar industri farmasi masih sangat terbuka lebar. Baik bagi perusahaan yang bergerak di bidang farmasi maupun bagi para pelaku saham untuk menanamkan investasinya. Khususnya bagi para pelaku saham atau kemudian kita kenal sebagai investor, sebelum menanamkan uangnya di sektor ini, tentu saja harus melakukan analisis terlebih dahulu sebelum menanamkan uangnya. Secara umum, analisis yang biasa dilakukan oleh para investor ialah analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah analisis yang menggunakan data perubahan harga di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang, sedangkan analisis 4

fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio finansial dan kejadiankejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. Analisis fundamental sendiri adalah hal yang sangat mendasar dalam menentukan saham mana yang akan dibeli. Kemudian analisis fundamental sendiri terbagi atas 3 analisis utama yang harus dilakukan para investor. Ketiga analisis tersebut adalah analisis ekonomi makro, analisis industri dan analisis perusahaan. (Tandelilin 2010:338) Analisis ekonomi makro adalah analisis yang dilakukan untuk memprediksi kondisi ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Kondisi ekonomi makro merupakan kondisi yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari (Kewal 2012). Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna untuk pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Oleh karena itu, investor harus mempertimbangkan kondisi ekonomi makro yang bisa membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Gejolak ekonomi makro dapat dilihat dari gejolak inflasi suatu negara. Inflasi yang terlalu tinggi akan menimbulkan kondisi yang menyulitkan para investor dan juga emiten. Gambar 1.1 Grafik Inflasi dan Harga Saham 0.3000 0.2500 0.2000 0.1500 0.1000 0.0500 0.0000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Inflasi Harga Saham Sumber : data sekunder yang telah diolah Kemudian, analisis berikutnya adalah analisis industri, yaitu analisis yang meneliti bagaimana karakteristik industri itu, bagaimana kinerja perusahaan- 5

perusahaan dalam lingkungan industri itu sendiri. Untuk meneliti kinerja industri sendiri, investor dapat menganalisis melalui pendapatan penjualan industri tersebut. Menurut Deitiana (2011), pertumbuhan pendapatan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan pendapatan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Pertumbuhan pendapatan penjualan perindustrian yang meningkat mencerminkan pendapatan penjualan perusahaanperusahaan di dalam sektor industri turut meningkat. Dengan peningkatan penjualan tersebut, perusahaan mendapatkan pendapatan yang meningkat, sehingga kemampuan membayar deviden juga turut meningkat. Gambar 1.2 Grafik Growth dan Harga Saham 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 2008 2010 2012 2014 Growth Harga Saham Sumber : data sekunder yang telah diolah Analisis yang terakhir adalah analisis perusahaan. Analisis ini memudahkan investor untuk mengestimasi besarnya nilai intrinsik dari saham suatu perusahaan. Analisis perusahaan dilakukan dengan melihat laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari informasi yang diperoleh dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. Menurut Tandelilin (2010:374) instrumen yang paling mendasar dalam analisis ini adalah dengan melihat Earnings per Share. EPS menunjukkan besarnya laba bersih yang akan diterima oleh para pemegang saham. 6

Gambar 1.3 Grafik Earnings Per Share dan Harga Saham 3000.00 2000.00 1000.00 0.00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 EPS Industri Farmasi Harga Saham Sumber : data sekunder yang telah diolah Beberapa penelitian pernah dilakukan sebelumnya untuk mengetahui pengaruh ketiga analisis tersebut terhadap harga saham. Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Kimani (2013) yang meneliti bagaimana pengaruh inflasi terhadap performa saham objek yang diteliti. Inflasi dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel dalam menganalisis ekonomi makro. Hasilnya inflasi secara signifikan mempengaruhi negatif kinerja saham. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Iba dan Wardhana (2012) yang meneliti bagaimana pengaruh inflasi terhadap harga saham. Hasil yang diperoleh adalah inflasi signifikan mempengaruhi negatif pergerakan harga saham yang ditelitinya. Namun ternyata, hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kewal (2012) yang mendapati hasil bahwa inflasi tidak mempengaruhi signifikan terhadap harga saham. Kemudian penelitian selanjutnya dilakukan oleh Deitiana (2011) yang melakukan penelitian pengaruh growth terhadap harga saham perusahaan yang listing di Indonesia. Growth dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja industri. Hasilnya menunjukkan bahwa growth tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham sektor perusahaan yang ditelitinya. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Abadi et al (2012) yang melakukan penelitian terhadap pasar saham di Tehran. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa growth memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Wijaya (2014) juga menyatakan bahwa growth memiliki pengaruh terhadap harga saham. 7

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan itu sendiri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hunjra (2014) yang meneliti pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap harga saham. Hasil yang diperoleh adalah EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap saham perusahaan non-finansial yang tergabung pada Bursa Efek Karachi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Rusli (2011) yang juga meneliti EPS terhadap saham perusahaan manufaktur. Namun hasil yang berbeda didapatkan oleh Rusli, yang menyatakan bahwa EPS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap saham sektor yang ditelitinya. Berdasarkan fenomena dan berbagai penelitian di atas, peneliti memutuskan untuk membuat penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Inflasi, Growth dan Earning Per Share terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Sub- Sektor Farmasi yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013) 1.3. Perumusan Masalah 1. Apakah Inflasi, Growth dan Earning Per Share secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013? 2. Apakah Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013? 3. Apakah growth memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013? 4. Apakah Earning Per Share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah Inflasi, Growth dan Earning Per Share secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. 8

2. Untuk mengetahui apakah Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. 3. Untuk mengetahui apakah Growth memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. 4. Untuk mengetahui apakah Earning Per Share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. 1.5. Kegunaan Penelitian Melalui peneltian ini, maka penulis mengharapkan dapat memberi manfaat yang berguna bagi berbagai pihak. Kegunaan penelitian ini antara lain : 1. Aspek Teoritis Secara ilmiah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan positif terhadap ilmu keuangan yang berkaitan dengan pengaruh inflasi,growth dan earning per share terhadap harga saham. Selain itu penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Aspek Praktis Dapat menjadi sumber informasi bagi para investor sebelum mengambil keputusan dalam menginvestasikan dananya di pasar modal secara umumnya dan di sektor farmasi secara khususnya. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum mengenai penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I ini berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada BAB II berisi mengenai penelitian sebelumnya, landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisis penelitian, ruang lingkup penelitian serta kerangka pemikiran BAB III METODE PENELITIAN Pada BAB III berisi mengenai objek penelitian, metode penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada BAB IV berisi pembahasan dari penelitian yang berupa analisa pengolahan data yang telah dilakukan dikaitkan dengan teori yang mendasarinya seperti yang telah dilakukan dikaitkan dengan teori yang mendasarinya seperti yang telah diuraikan dalam BAB II dan asumsi yang telah ditetapkan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada BAB V berisi rangkuman seluruh penelitian skripsi ini yang didapatkan dari pembahasan dan kemungkinan saran perbaikan ataupun pendapat yang dikemukakan terkait dengan hasil pengolahan data yang dikaitkan dengan teoriteori yang mendasarinya. 10